THE INFLUENCE OF GUIDED DISCOVERY LEARNING MODEL WITH GUIDED INQUIRY BASED LEARNING MODULE BASED CONCERNING TO NATURALISTIC INTELLIGENCE VII GRADE STUDENT at SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA in ACADEMIC YEAR 2014 2015 | Meti Indrowati | Pendidikan Biologi 738
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI
Volume 7 Nomor 3
Halaman 88-97
Oktober 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY LEARNING
DISERTAI MODUL BELAJAR BERBASIS INKUIRI TERBIMBING TERHADAP
KECERDASAN NATURALISTIK SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 8
SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
THE INFLUENCE OF GUIDED DISCOVERY LEARNING MODEL WITH GUIDED
INQUIRY BASED LEARNING MODULE BASED CONCERNING TO
NATURALISTIC INTELLIGENCE VII GRADE STUDENT at SMP
MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA in ACADEMIC YEAR 2014/2015
Muh Syarif Hidayatullah a, Meti Indrowatib, Bowo Sugihartoc
a)
b)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected]
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected]
c)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected]
ABSTRACT- The aims the research determine the effect of the application guided discovery
learning model with guided inquiry-based learning module concercing to naturalistic
intelligence student grade VII at SMP Muhammadiyah 8 Surakarta in academic year
2014/2015. This study included in the quasi-experimental research. The study design was a
Post-Test Only Nonequivalent Group using experimental class (guided discovery learning
with the learning modules) and the control class (guided discovery learning). The population
of this research was all students VII grade of SMP Muhammadiyah 8 Surakarta in academic
year 2014/2015. The sampling technique using cluster sampling method and taken two
classes, one class as the experiment and the class as a control. Data collection techniques
using test descriptions, observation sheets, and school documents. Hypothesis testing using ttest.
The results showed that the students' intelligence naturalistic experimental group and the
control group was significantly different. The experimental group value of average general
naturalistic intelligence 53.087 with a value 2,63 of classifying aspects and 1.35 of know.
Control group with a value of naturalistic intelligence 45,810 with classifying aspects 2,30
and know aspect 1,29. Based on the research proficiency level can be concluded that the
application of guided discovery learning model with guided inquiry learning modules affect
to the naturalistic intelligence at seventh grade students of SMP Muhammadiyah 8 Surakarta
in academic year 2014/2015.
Keywords: guided discovery learning, learning module, naturalistic intelligence
88
Muh. Syarif Hidayatullah – Pengaruh Model Pembelajaran
pembelajaran
PENDAHULUAN
Kecerdasan
dimiliki
oleh
merupakan
setiap
hal
manusia.
yang
Banyak
lain
mengedepankan
keterampilna
yaitu
dengan
keterampilan
untuk
proses,
menemukan
dan
anggapan kecerdasan tersebut hanya terpaku
memahami
kepada kemampuan seseorang dalam belajar.
Sebagaimana pernyataan Carin dan Sund
Apabila dalam proses belajar seorang mudah
dalam Wenno (2010) sains adalah sebagai
untuk mempelajarinya, maka orang tersebut
pengetahuan yang sistematis atau tersusun
dapat dikatakan cerdas. Sebaliknya orang
secara teratur, berlaku umum, dan berupa
yang sulit untuk menerima pelajaran maka
kumpulan
dikatakan tingkat kecerdasannya rendah.
eksperimen. Siswa diharapkan dapat aktif
Pendapat Alfred Binet dalam Phillips (2010)
dalam kegiatan berpikir dan berproses untuk
mengemukakan bahwa tingkat kecerdasannya
mengasah keterampilan dalam bidang sains
tidak hanya ditinjau dari hasil belajar saja
sehingga mampu menyatakan konsep baru
akan tetapi kecerdasan dapat ditinjau dari
dari kegiatan belajar, serta memiliki karakter
beberapa aspek.
dalam kehidupan sosialnya.
Kecerdasan menurut Howard Gardner
(1983),
terbagi
kecerdasan:
matematis,
dalam
delapan
verbal-linguistik,
visual-spasial,
konten
data
Salah
suatu
hasil
satu
pembelajaran.
observasi
kecerdasan
dan
yang
macam
berhubungan dengan pembelajaran biologi
logis-
adalah kecerdasan naturalistik. Kecerdasan
interpersonal,
naturalistik
memiliki
ciri
khas
yang
intrapersonal, musikal, jasmani-kinestetik dan
berhubungan dengan alam sekitar karena
naturalistik (Xie & Lin, 2009). Kecerdasan
memiliki aspek yang sangat erat dengan
tersebut
alam.
terangkum
dalam
kecerdasan
Cornell
dalam
Yaumi
(2012)
majemuk atau kecerdasan ganda (multiple
mendeskripsikan kecerdasan naturalis erat
intelegences).
tersebut
kaitannya untuk mengidentifikasi flora dan
mengharuskan setiap elemen pendidikan
fauna di alam sekitar. Pembelajaran yang
mampu meningkatkan potensi diri dalam
dikaitkan
siswa untuk belajar sesuai dengan minat dan
mempengaruhi tingkat kecerdasan bagi siswa,
bakat yang dimiliki oleh siswa.
karena dalam pembelajaran tersebut terdapat
Teori
kecerdasan
Pembelajaran sains atau IPA memiliki
ciri
khas
yang
membedakan
penekanan
dengan
berupa
alam
keterampilan
mampu
dan
dengan
89
Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7, No 3, hal 88-97
keterkaitan
pembelajaran
dengan
alam
sekitar.
biologi akan meningkat seiring dengan
tumbuhnya motivasi dan kepahaman dalam
Salah
kecerdasan
satu
upaya
naturalistik
penerapan
model
discovery
learning
peningkatan
diri siswa.
siswa
adalah
Penggunaan model belajar dengan
pembelajaran
guided
pendekatan guided discovery learning dapat
atau
pembelajaran
menjadi
salah
satu
alternatif
untuk
penemuan terbimbing. Pembelajaran guided
meningkatkan kepahaman dan potensi yang
discovery learning merupakan bagian dari
dimiliki oleh siswa, dan dapat dimaksimalkan
metode
mampu
apabila diikuti dengan penggunaan perangkat
terhadap
atau pengantar siswa belajar yang sesuai.
eksperimen,
memberikan
siswa.
Bruner
yang
pemahaman
Sebagaimana
dalam
lebih
yang
Trianto
diungkapkan
(2013),
bahwa
Sebagaimana
yang
Indriyanti
Susilowati
&
diungkapkan
(2010)
oleh
bahwa
pembelajaran dengan penemuan akan lebih
pembelajaran menggunakan modul mampu
memberikan pengetahuan yang mendalam
mengubah konsepsi siswa menuju konsep
yaitu pemaknaan, serta pengetahuan untuk
ilmiah. Penggunaan modul diharapkan setiap
selalu berpikir kreatif dan berpartisipasi aktif
siswa mampu memahami langkah proses
dalam pembelajaran. Melalui eksperimen,
kerja ilmiah sebagaimana yang dilakukan
siswa juga lebih yakin atas hasil yang telah
oleh peneliti. Di samping itu, siswa menjadi
diperoleh, karena siswa tidak hanya terpaku
lebih
pada buku dan guru akan tetapi dituntut untuk
melakukan percobaan langsung langsung
menemukan sesuatu yang baru, sehingga
secara individu. Pertimbangan penggunaan
siswa mampu memperkaya informasi yang
modul adalah sebagai bahan belajar mandiri
diperoleh melalui kegiatan eksperimen selain
bagi siswa sebagai pengganti tugas guru
itu kreativitas dan potensi sains yang dimiliki
untuk menyampaikan materi pelajaran, jadi
oleh setiap siswa akan meningkat. Dettrick
siswa belajar tidak hanya di sekolah tetapi
(2001) mengemukakan bahwa pembelajaran
dapat pula belajar di rumah, sehingga ketika
IPA atau sains melalui pendekatan penemuan
di sekolah guru hanya menjelaskan pokok-
akan meningkatkan motivasi belajar siswa
pokok dari pembelajaran.
paham
dengan
mengamati
dan
(Rustaman, et al., 2005) Dengan demikian
kecerdasan alami siswa dalam pembelajaran
METODE PENELITIAN
90
Muh. Syarif Hidayatullah – Pengaruh Model Pembelajaran
Penelitian
dilaksanakan
di
SMP
Muhammadiyah 8 Surakarta kelas VII tahun
Tabel 1. Rangkuman Hasil Uji Normalitas
Dokumen
pelajaran 2014/2015 yang beralamat di Jalan
Hasil
Kolmogorov
N sig.
-Smirnov
Ket.
Keputusan
VII A
0,37
23 0,99 Sig. > 0,05 H0 diterima
Sri Kuncoro 12, Danukusuman, Serengan,
VII B
0,95
21 0,33 Sig. > 0,05
H0 diterima
Surakarta. Sampel terdiri dari 2 kelas, satu
VII C
0,63
23 0,82 Sig. > 0,05
H0 diterima
Kelas
sebagai kelas eksperimen dan satu sebagai
Hasil uji homogenitas dokumen nilai
kelas kontrol. Teknik pengambilan data
dilakukan dengan metode tes, dokumentasi
dan observasi. Instrumen yang digunakan
hasil belajar tengah semester ganjil siswa
disajikan pada Tabel 2.
adalah tes kecerdasan naturalistik yang
dimodifikasi, lembar keterlaksanaan proses
Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas
Dokumen
pembelajaran. Data yang diperoleh diuji
Variabel Fhitung df1 df2 sig.
normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov
dan uji homogenitas dengan uji Levene’s.
Pengujian
hipotesis
diuji
dengan
Kelas
VII
2,84
2
5;2,64)
Hasil
Ket. Keputusan
64 0,07 3,14
>0,05 H0 diterima
F(0,0
uji-t.
Uji-t terhadap data dokumen hasil
Pengujian data dibantu dengan software
belajar tengah sementer siswa disajikan pada
SPSS 20.
Tabel 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 3. Rangkuman Uji Kesetimbangan
Kelas
Deskripsi Data
Data yang diperoleh dalam penelitian
ini adalah data kecerdasan naturalistik siswa
Variabel thitung df sig.
Kelas VII 1,54 42 0,13
t(,df)
(0,05,42)
2,02
dan data dokumen hasil belajar tengah
Ket.
Keputusan
Uji
thitung <
t(α,df)
H0 Diterima
sig. >
0,05
semester ganjil siswa kelas VII. Data
dokumen
dipakai
sebagai
acuan
untuk
meentukan kelas yang digunakan sebagai
kelas
eksperimen.
Sebelum
perlakuan
diberikan data dokumen di uji normalitasnya.
Hasil uji disajikan pada Tabel 1.
Kelas eksperimen dalam penelitian ini
adalah kelas VII C dengan penerapan model
pembelajaran
guided
discovery
learning
disertai modul berbasis inkuiri terbimbing.
Kelas kontrol pada penelitian ini adalah kelas
VII B dengan penerapan model pembelajaran
guided discovery learning. Secara umum
91
Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7, No 3, hal 88-97
nilai rata-rata capaian kecerdasan naturalistik
siswa disajikan pada Gambar 1.
Ket. Keputusan
2)
Kecerdasan
0,50
Naturalistik
1 42
0,48 4,07
>0,05 H0 diterima
Hasil uji hipotesis menggunakan uji-t
disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Hipotesis
Nilai Kecerdasan Naturalistik
Variabel
thitung Df sig.
Kecerdasan
3,85 42 0,00
Naturalistik
Gambar 1.
Perbandingan Nilai
Naturalistik Siswa
Kecerdasan
t(,df)
2,02
Keputusan
Uji
Ket.
(0,050,42)
thitung
> t(α,df)
H0 Ditolak
sig. <
0,050
Hasil uji hipotesis menunjukkan nilai
sig. < 0,050 dan thitung>t(,df), maka H0 ditolak.
Uji hipotesis penelitian ini diawali
Hal ini berarti terdapat perbedaan yang nyata
dengan uji noemalitas dan homogenitas nilai
antara nilai kecerdasan naturalistik kelompok
kecerdasan
kontrol dengan kelompok eksperimen, berarti
naturalistik
pada
kelompok
kontrol dan eksperimen. Hasil uji normalitas
penerapan
nilai kecerdasan naturalistik disajikan pada
discovery learning disertai modul berbasis
Tabel 4.
inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap
model
pembelajaran
guided
kecerdasan naturalistik siswa kelas VII SMP
Tabel 4. Rangkuman Uji Normalitas Nilai
Kecerdasan Naturalistik
KolmogorovSmirnova
Kelompok
Statistic sig.
Kontrol
0,26
Eksperimen
0,14
Dtabel N Hasil Keputusan
H0 diterima,
Normal
H0 diterima,
0,76 0,294 23 >0,050
Normal
0,12 0,294 21 >0,050
Muhammadiyah 8 Surakarta tahun pelajaran
2014/2015.
Perbandingan
nilai
kecerdasan
naturalistik kelas eksperimen dan kelas
kontrol untuk aspek mengklasifikasi dan
mengenal disajikan pada Gambar 2.
Uji Homogenitas nilai kecerdasan
naturalistik disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas
Nilai Kecerdasan Naturalistik
Variabel Fhitung df1 df2
sig. F(0,05;1,4
Hasil
92
Muh. Syarif Hidayatullah – Pengaruh Model Pembelajaran
tulisan yang harus dicari pemecahannya oleh
siswa. Kegiatan ini merupakan tahap untuk
merangsang rasa ingin tahu siswa, selain
dengan membaca guru juga menayangkan
beberapa gambar yang terkait dengan topik
pembelajaran. Tahap ini siswa melakukan
tahap
keterampilan
mengamati,
yang
merupakan bagian dari keterampilan proses
yang telah terintegrasi pada kurikulum 2013.
Gambar 2. Nilai Kecerdasan Naturalistik
Siswa Aspek Mengklasifikasi,
Mengamati dan Mengenal
yang
Penerapan
model
pembelajaran
guided discovery learning disertai modul
inkuiri
terbimbing
merupakan
inovasi pembelajaran biologi. Pembelajaran
dengan guided discovery learning merupakan
model
pembelajaran
yang
meningkatkan
kemampuan
memecahkan
masalah
mampu
siswa
dan
dalam
menarik
kesimpulan dari pembelajaran yang telah
dipelajari, sehingga siswa mampu lebih
memahami materi (Ilahi, 2012). Hal tersebut
terlihat
mengamati merupakan bagian dari aspek
kecerdasan naturalistik, “ability to recognize”
Pembahasan
berbasis
Hoerr (2000) mengemukakan keterampilan
pada
tahapan-tahapan
model
pembelajaran guided discovery learning.
guided discovery learning diawali dengan
Pada
memberikan
beberapa
tahapan
ini
pertanyaan
kemampuan
untuk
mengenali, memahami dan memprediksi
dengan melihat tanda maupun fenomena yang
diberikan oleh alam.
Tahapan
kedua
adalah
problem
statement, pada tahap ini siswa diajak untuk
mengidentifikasi berbaga permasalahan dari
hasil membaca atau mengamati gambar yang
telah diberikan sebelumnya, sehingga dapat
disimpulkan menjadi sebuah hipotesis yang
perlu untuk dikaji dan dicari kebenarannya.
Tujuan dari tahapan ini adalah melatih siswa
untuk memahami suatu permasalahan atau
fenomena dan mampu untuk memberikan
Proses pembelajaran dengan model
stimulation.
bermakna
guru
atau
solusi atas permasalahan tersebut. Tugas guru
pada tahapan ini hanya mengarahkan siswa
untuk menyatakan hipotesis yang sesuai
dengan topik yang akan dipelajari. Hal ini
permasalahan baik secara lisan maupun
93
Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7, No 3, hal 88-97
guided
discovery
sesuai dengan aspek kecerdasan naturalistik
model
yang
learning, siswa diminta untuk mengelola data
dikemukakan
oleh
Hoerr
(2000),
kemampuan untuk mengenal.
pembelajaran
yang diperoleh dari pengamatan maupun
Tahap ketiga dari model guided
studi literatur yang dilakukan sebelumnya,
discovery adalah data collection, tahapan ini
guru bertugas mengarahkan siswa jika kurang
merupakan tahapan untuk mencari informasi,
paham untuk mengelola hasil yang telah
baik dengan percobaan, pengamatan suatu
diperoleh. Tahapan ini siswa juga ditugaskan
objek, wawancara, maupun studi literatur
untuk membuat presentasi dari hasil diskusi
yang
dan analiasis data yang telah dilakukan.
relevan.
Pada
penerapan
model
pembelajaran guided discovery learning,
Tahap
siswa diminta untuk menemukan informasi
memahami,
yang
menemukan
mengklasifikasikan. Hal ini sesuai dengan
penyelesaian atau solusi dari masalah yang
pernyataan McClellan & Conti (2008) bahwa
telah dituliskan sebelumnya. Siswa diminta
kemampuan menjelaskan, mengkategorikan
untuk
dan
dibutuhkan
untuk
melakukan
pengamatan
serta
penyelidikan
menuliskan
dan
ini
menekankan
pada
aspek
menjelaskan,
mengklasifikasikan
dan
sesuatu
dan
hasilnya.
menghubungkan dengan alam merupakan
Kegiatan ini juga dapat menjadi sarana bagi
bagian dari kecerdasan naturalistik. Balim
siswa untuk melatih sikap ilmiah siswa, yaitu
(2009) menjelaskan pemahaman konsep,
objektif dan jujur. Hal tersebut sesuai dengan
mengolah informasi yang diperoleh oleh
Balim (2009) bahwa penggunaan model
siswa meningkat pada penggunaan model
discovery
pembelajaran guided discovery learning.
mampu
meningkatkan
keterampilan sains siswa. McClellan & Conti
Hoerr
(2008) yang menyatakan bahwa kecerdasan
merupakan
naturalistik merupakan kemampuan untuk
naturalistik yang melatih untuk mengenal
mengklasifikasikan, mengelompokkan serta
lebih jauh tentang suatu benda atau objek.
menjelaskan suatu hal yang berhubungan
(2000)
menambahkan
bagian
Tahap
kelima
dari
memahami
kecerdasan
model
guided
discovery learning adalah verification, yaitu
dengan alam.
data
kegiatan untuk mengecek kembali hipotesis
processing, yaitu tahapan untuk mengelola
dengan hasil penyelidikan atau pencarian
data atau informasi yang diperoleh. Dalam
informasi. Presentasi merupakan sarana bagi
Tahap
keempat
yaitu
94
Muh. Syarif Hidayatullah – Pengaruh Model Pembelajaran
guru untuk mengetahui kepahaman siswa
kemampuan untuk memahami sesuatu yang
pada materi yang diberikan kepada siswa,
berhubungan dengan alam.
sehingga
guru
mampu
menganalisis
Perbedaan
penerapan
guided
model
discovery
learning
kesalahan atau ketidaksesuaian antara materi
pembelajaran
yang dipelajari dengan pemahaman siswa.
disertai modul berbasis inkuiri terbimbing
Aspek yang dikembangkan pada fase ini
dengan model pembelajaran guided discovery
adalah aspek memahami dan menjelaskan.
learning terdapat pada penggunaan modul
Hoerr (2000) mengungkapkan memahami
berbasis inkuiri terbimbing sebagai sarana
juga
belajar yang menarik bagi siswa. Pemilihan
meliputi
menyelesaikan
kemampuan
masalah
yang
untuk
dihadapi.
pendekatan
inkuiri
terbimbing
dalam
McClellan & Conti (2008) menambahkan
pembuatan modul belajar diharapkan mampu
bahwa aspek kecerdasan naturalistik di
menjadi pedoman bagi siswa dalam belajar.
antaranya kemampuan untuk menjelaskan
Modul belajar klasifikasi makhuk hidup yang
sesuatu yang berkaitan dengan alam.
digunakan terdiri dari beberapa bagian dan
Tahapan
terakhir
adalah
setiap bagian bab terdiri dari beberapa rubrik
generalization, tahap untuk menyimpulkan
yang
hasil
jawabannya
pembelajaran.
Penerapan
pada
harus
dipecahkan
oleh
siswa,
atau
di
dicari
antaranya:
learning
“adakah yang terlewat” yaitu rubrik bagi
siswa kembali diajak untuk menyimpulkan
siswa untuk mengingat kembali pembelajaran
hasil pembelajaran dan diskusi singkat untuk
yang telah di pelajari sehingga siswa lebih
menguatkan konsep yang telah dipelajari oleh
cepat dalam memahami pelajaran yang akan
siswa. Proses generalisasi menuntut siswa
dipelajari, “seberapa jauh kamu tahu” yaitu
untuk
rubrik
pembelajaran
lebih
guided
teliti
discovery
dan
memahami
bagi
siswa
untuk
pembelajaran. Aspek yang dikembangkan
menyatakan/menentukan
pada fase ini adalah pemahaman yang
digunakan
merupakan bagian dari aspek kecerdasan
informasi yang diketahui oleh siswa, “way
naturalistik. Hal tersebut sesuai dengan
out” rubrik yang digunakan untuk siswa
pernyataan Hoerr (2000) yang menyatakan
mengumpulkan informasi dan melakukan
kemampuan yang dapat berkembang dalam
eksperimen untuk membuktikan hipotesis
kecerdasan naturalistik di antaranya adalah
yang telah dibuat, “diskusi” yaitu rubrik
untuk
hipotesis
mengetahui
dan
tingkat
95
Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7, No 3, hal 88-97
untuk berdiskusi serta digunakan bagi siswa
Berdasarkan data yang diperoleh
sebagai pedoman dalam memprentasikan
dapat disimpulkan bahwa penerapan model
hasil diskusinya, “khasanah” yaitu rubrik
pembelajaran
bagi siswa untuk menyatakan suatu konsep
berpengaruh terhadap kecerdasan naturalistik
yang telah sesuai dengan materi yang
siswa SMP Muhammadiyah 8 Surakarta
dipelajari, “refleksi” rubrik untuk mengukur
tahun pelajaran 2014/2015. Hal tersebut
sejauh mana kepahaman siswa mengenai
ditunjukkan
materi yang telah dipelajari. Dalam beberapa
naturalistik untuk setiap aspek, pada kelas
bagian terdapat pendalaman terdapat “rubrik
eksperimen aspek mengamati 2,63 dan aspek
pendalaman”
untuk
mengenal 1,35. Sedangkan rata-rata untuk
menambah kepahaman siswa terhadap materi
setiap aspek kecerdasan naturalistik pada
yang dipelajari.
kelas kontrol adalah aspek mengamati 2,30
yang
Penerapan
ditujukan
pada
kelas
kontrol
guided
disdovery
dengan
nilai
learning
kecerdasan
dan aspek mengenal 1,29.
menggunakan model pembelajaran guided
discovery learning. Proses belajar mengajar
DAFTAR PUSTAKA
pada kelas kontrol siswa mendengarkan
arahan dari guru dan melaksanakan tugas
yang diberikan hingga selesai. Penerapan
pada kelas kontrol
pembelajaran
siswa
kurang sistematis, sehingga siswa sering
bertanya
kepada
guru
langkah
untuk
menyelesaikan pada setiap tahapan. Hal
tersebut mengakibatkan proses pembelajaran
menjadi berpusat kepada guru (teacher
Balim, A. G. (2009). The Effect of Discovery
Learning on Students' Success and
Inquiry Learning Skills. Eurasian
Journal of Education Research, 35, 120.
Hoerr, T. R. (2000). Becoming a Multiple
Intelligences School. Alexandria,
Virginia: ASCD.
Illahi, M. T. (2012). Pembelajaran Discovery
Strategy & Mental Vocational Skill.
Jogjakarta: Diva Press.
centre), sehingga kecerdasan naturalistik
siswa kurang berkembang dalam proses
pembelajaran.
SIMPULAN
Indriyanti, N. Y., & Susilowati, E. (2010).
Pengembangan Modul : Disampaikan
dalam Pelatihan Pembuatan e-module
bagi Guru-Guru IPA Biologi SMP seKota Surakarta pada 7 Agustus 2010.
Surakarta: PKM-LPPM UNS.
McClellan, J. A., & Conti, G. J. (2008).
Identifiying the Multiple Intelligences
96
Muh. Syarif Hidayatullah – Pengaruh Model Pembelajaran
of Your Students. Journal of Adult
Education, 37, 13-36.
Phillips, H. (2010). Perspectives in Learning:
A Journal of the College of Education
& Health Professions. 11 (1), 4-11
Rustaman, N. Y., Ahmat, Y., Yudianto, S. A.,
Rochintainawati, D., K, M. N., &
Subekti, R. (2005). Strategi Belajar
Mengajar Biologi. Bandung: FPMIPA
Universitas Pendidikan Indonesia.
Trianto.
(2013).
Mendesain
Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif :
Konsep,
Landasan,
dan
Implementasinya pad Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Wenno, I. H. (2010). Pengembangan Model
Modul IPA Berbasis Problem Solving
Method Berdasarkan Karakteristik
Siswa Dalam Pembelajaran di
SMP/MTs. Cakrawala Pendidikan,
(2), 176-188.
Xie, J. C., & Lin, R. L. (2009). Research on
Multiple intelegences Teaching and
Assessment. Asian Journal of
Management and Humanity Science,
4 (2-3), 106-124.
Yaumi, M. (2012). Pembelajaran berbasis
Multiple Intelegence. Jakarta: Dian
Rakyat.
97
Volume 7 Nomor 3
Halaman 88-97
Oktober 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY LEARNING
DISERTAI MODUL BELAJAR BERBASIS INKUIRI TERBIMBING TERHADAP
KECERDASAN NATURALISTIK SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 8
SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
THE INFLUENCE OF GUIDED DISCOVERY LEARNING MODEL WITH GUIDED
INQUIRY BASED LEARNING MODULE BASED CONCERNING TO
NATURALISTIC INTELLIGENCE VII GRADE STUDENT at SMP
MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA in ACADEMIC YEAR 2014/2015
Muh Syarif Hidayatullah a, Meti Indrowatib, Bowo Sugihartoc
a)
b)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected]
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected]
c)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected]
ABSTRACT- The aims the research determine the effect of the application guided discovery
learning model with guided inquiry-based learning module concercing to naturalistic
intelligence student grade VII at SMP Muhammadiyah 8 Surakarta in academic year
2014/2015. This study included in the quasi-experimental research. The study design was a
Post-Test Only Nonequivalent Group using experimental class (guided discovery learning
with the learning modules) and the control class (guided discovery learning). The population
of this research was all students VII grade of SMP Muhammadiyah 8 Surakarta in academic
year 2014/2015. The sampling technique using cluster sampling method and taken two
classes, one class as the experiment and the class as a control. Data collection techniques
using test descriptions, observation sheets, and school documents. Hypothesis testing using ttest.
The results showed that the students' intelligence naturalistic experimental group and the
control group was significantly different. The experimental group value of average general
naturalistic intelligence 53.087 with a value 2,63 of classifying aspects and 1.35 of know.
Control group with a value of naturalistic intelligence 45,810 with classifying aspects 2,30
and know aspect 1,29. Based on the research proficiency level can be concluded that the
application of guided discovery learning model with guided inquiry learning modules affect
to the naturalistic intelligence at seventh grade students of SMP Muhammadiyah 8 Surakarta
in academic year 2014/2015.
Keywords: guided discovery learning, learning module, naturalistic intelligence
88
Muh. Syarif Hidayatullah – Pengaruh Model Pembelajaran
pembelajaran
PENDAHULUAN
Kecerdasan
dimiliki
oleh
merupakan
setiap
hal
manusia.
yang
Banyak
lain
mengedepankan
keterampilna
yaitu
dengan
keterampilan
untuk
proses,
menemukan
dan
anggapan kecerdasan tersebut hanya terpaku
memahami
kepada kemampuan seseorang dalam belajar.
Sebagaimana pernyataan Carin dan Sund
Apabila dalam proses belajar seorang mudah
dalam Wenno (2010) sains adalah sebagai
untuk mempelajarinya, maka orang tersebut
pengetahuan yang sistematis atau tersusun
dapat dikatakan cerdas. Sebaliknya orang
secara teratur, berlaku umum, dan berupa
yang sulit untuk menerima pelajaran maka
kumpulan
dikatakan tingkat kecerdasannya rendah.
eksperimen. Siswa diharapkan dapat aktif
Pendapat Alfred Binet dalam Phillips (2010)
dalam kegiatan berpikir dan berproses untuk
mengemukakan bahwa tingkat kecerdasannya
mengasah keterampilan dalam bidang sains
tidak hanya ditinjau dari hasil belajar saja
sehingga mampu menyatakan konsep baru
akan tetapi kecerdasan dapat ditinjau dari
dari kegiatan belajar, serta memiliki karakter
beberapa aspek.
dalam kehidupan sosialnya.
Kecerdasan menurut Howard Gardner
(1983),
terbagi
kecerdasan:
matematis,
dalam
delapan
verbal-linguistik,
visual-spasial,
konten
data
Salah
suatu
hasil
satu
pembelajaran.
observasi
kecerdasan
dan
yang
macam
berhubungan dengan pembelajaran biologi
logis-
adalah kecerdasan naturalistik. Kecerdasan
interpersonal,
naturalistik
memiliki
ciri
khas
yang
intrapersonal, musikal, jasmani-kinestetik dan
berhubungan dengan alam sekitar karena
naturalistik (Xie & Lin, 2009). Kecerdasan
memiliki aspek yang sangat erat dengan
tersebut
alam.
terangkum
dalam
kecerdasan
Cornell
dalam
Yaumi
(2012)
majemuk atau kecerdasan ganda (multiple
mendeskripsikan kecerdasan naturalis erat
intelegences).
tersebut
kaitannya untuk mengidentifikasi flora dan
mengharuskan setiap elemen pendidikan
fauna di alam sekitar. Pembelajaran yang
mampu meningkatkan potensi diri dalam
dikaitkan
siswa untuk belajar sesuai dengan minat dan
mempengaruhi tingkat kecerdasan bagi siswa,
bakat yang dimiliki oleh siswa.
karena dalam pembelajaran tersebut terdapat
Teori
kecerdasan
Pembelajaran sains atau IPA memiliki
ciri
khas
yang
membedakan
penekanan
dengan
berupa
alam
keterampilan
mampu
dan
dengan
89
Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7, No 3, hal 88-97
keterkaitan
pembelajaran
dengan
alam
sekitar.
biologi akan meningkat seiring dengan
tumbuhnya motivasi dan kepahaman dalam
Salah
kecerdasan
satu
upaya
naturalistik
penerapan
model
discovery
learning
peningkatan
diri siswa.
siswa
adalah
Penggunaan model belajar dengan
pembelajaran
guided
pendekatan guided discovery learning dapat
atau
pembelajaran
menjadi
salah
satu
alternatif
untuk
penemuan terbimbing. Pembelajaran guided
meningkatkan kepahaman dan potensi yang
discovery learning merupakan bagian dari
dimiliki oleh siswa, dan dapat dimaksimalkan
metode
mampu
apabila diikuti dengan penggunaan perangkat
terhadap
atau pengantar siswa belajar yang sesuai.
eksperimen,
memberikan
siswa.
Bruner
yang
pemahaman
Sebagaimana
dalam
lebih
yang
Trianto
diungkapkan
(2013),
bahwa
Sebagaimana
yang
Indriyanti
Susilowati
&
diungkapkan
(2010)
oleh
bahwa
pembelajaran dengan penemuan akan lebih
pembelajaran menggunakan modul mampu
memberikan pengetahuan yang mendalam
mengubah konsepsi siswa menuju konsep
yaitu pemaknaan, serta pengetahuan untuk
ilmiah. Penggunaan modul diharapkan setiap
selalu berpikir kreatif dan berpartisipasi aktif
siswa mampu memahami langkah proses
dalam pembelajaran. Melalui eksperimen,
kerja ilmiah sebagaimana yang dilakukan
siswa juga lebih yakin atas hasil yang telah
oleh peneliti. Di samping itu, siswa menjadi
diperoleh, karena siswa tidak hanya terpaku
lebih
pada buku dan guru akan tetapi dituntut untuk
melakukan percobaan langsung langsung
menemukan sesuatu yang baru, sehingga
secara individu. Pertimbangan penggunaan
siswa mampu memperkaya informasi yang
modul adalah sebagai bahan belajar mandiri
diperoleh melalui kegiatan eksperimen selain
bagi siswa sebagai pengganti tugas guru
itu kreativitas dan potensi sains yang dimiliki
untuk menyampaikan materi pelajaran, jadi
oleh setiap siswa akan meningkat. Dettrick
siswa belajar tidak hanya di sekolah tetapi
(2001) mengemukakan bahwa pembelajaran
dapat pula belajar di rumah, sehingga ketika
IPA atau sains melalui pendekatan penemuan
di sekolah guru hanya menjelaskan pokok-
akan meningkatkan motivasi belajar siswa
pokok dari pembelajaran.
paham
dengan
mengamati
dan
(Rustaman, et al., 2005) Dengan demikian
kecerdasan alami siswa dalam pembelajaran
METODE PENELITIAN
90
Muh. Syarif Hidayatullah – Pengaruh Model Pembelajaran
Penelitian
dilaksanakan
di
SMP
Muhammadiyah 8 Surakarta kelas VII tahun
Tabel 1. Rangkuman Hasil Uji Normalitas
Dokumen
pelajaran 2014/2015 yang beralamat di Jalan
Hasil
Kolmogorov
N sig.
-Smirnov
Ket.
Keputusan
VII A
0,37
23 0,99 Sig. > 0,05 H0 diterima
Sri Kuncoro 12, Danukusuman, Serengan,
VII B
0,95
21 0,33 Sig. > 0,05
H0 diterima
Surakarta. Sampel terdiri dari 2 kelas, satu
VII C
0,63
23 0,82 Sig. > 0,05
H0 diterima
Kelas
sebagai kelas eksperimen dan satu sebagai
Hasil uji homogenitas dokumen nilai
kelas kontrol. Teknik pengambilan data
dilakukan dengan metode tes, dokumentasi
dan observasi. Instrumen yang digunakan
hasil belajar tengah semester ganjil siswa
disajikan pada Tabel 2.
adalah tes kecerdasan naturalistik yang
dimodifikasi, lembar keterlaksanaan proses
Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas
Dokumen
pembelajaran. Data yang diperoleh diuji
Variabel Fhitung df1 df2 sig.
normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov
dan uji homogenitas dengan uji Levene’s.
Pengujian
hipotesis
diuji
dengan
Kelas
VII
2,84
2
5;2,64)
Hasil
Ket. Keputusan
64 0,07 3,14
>0,05 H0 diterima
F(0,0
uji-t.
Uji-t terhadap data dokumen hasil
Pengujian data dibantu dengan software
belajar tengah sementer siswa disajikan pada
SPSS 20.
Tabel 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 3. Rangkuman Uji Kesetimbangan
Kelas
Deskripsi Data
Data yang diperoleh dalam penelitian
ini adalah data kecerdasan naturalistik siswa
Variabel thitung df sig.
Kelas VII 1,54 42 0,13
t(,df)
(0,05,42)
2,02
dan data dokumen hasil belajar tengah
Ket.
Keputusan
Uji
thitung <
t(α,df)
H0 Diterima
sig. >
0,05
semester ganjil siswa kelas VII. Data
dokumen
dipakai
sebagai
acuan
untuk
meentukan kelas yang digunakan sebagai
kelas
eksperimen.
Sebelum
perlakuan
diberikan data dokumen di uji normalitasnya.
Hasil uji disajikan pada Tabel 1.
Kelas eksperimen dalam penelitian ini
adalah kelas VII C dengan penerapan model
pembelajaran
guided
discovery
learning
disertai modul berbasis inkuiri terbimbing.
Kelas kontrol pada penelitian ini adalah kelas
VII B dengan penerapan model pembelajaran
guided discovery learning. Secara umum
91
Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7, No 3, hal 88-97
nilai rata-rata capaian kecerdasan naturalistik
siswa disajikan pada Gambar 1.
Ket. Keputusan
2)
Kecerdasan
0,50
Naturalistik
1 42
0,48 4,07
>0,05 H0 diterima
Hasil uji hipotesis menggunakan uji-t
disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Hipotesis
Nilai Kecerdasan Naturalistik
Variabel
thitung Df sig.
Kecerdasan
3,85 42 0,00
Naturalistik
Gambar 1.
Perbandingan Nilai
Naturalistik Siswa
Kecerdasan
t(,df)
2,02
Keputusan
Uji
Ket.
(0,050,42)
thitung
> t(α,df)
H0 Ditolak
sig. <
0,050
Hasil uji hipotesis menunjukkan nilai
sig. < 0,050 dan thitung>t(,df), maka H0 ditolak.
Uji hipotesis penelitian ini diawali
Hal ini berarti terdapat perbedaan yang nyata
dengan uji noemalitas dan homogenitas nilai
antara nilai kecerdasan naturalistik kelompok
kecerdasan
kontrol dengan kelompok eksperimen, berarti
naturalistik
pada
kelompok
kontrol dan eksperimen. Hasil uji normalitas
penerapan
nilai kecerdasan naturalistik disajikan pada
discovery learning disertai modul berbasis
Tabel 4.
inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap
model
pembelajaran
guided
kecerdasan naturalistik siswa kelas VII SMP
Tabel 4. Rangkuman Uji Normalitas Nilai
Kecerdasan Naturalistik
KolmogorovSmirnova
Kelompok
Statistic sig.
Kontrol
0,26
Eksperimen
0,14
Dtabel N Hasil Keputusan
H0 diterima,
Normal
H0 diterima,
0,76 0,294 23 >0,050
Normal
0,12 0,294 21 >0,050
Muhammadiyah 8 Surakarta tahun pelajaran
2014/2015.
Perbandingan
nilai
kecerdasan
naturalistik kelas eksperimen dan kelas
kontrol untuk aspek mengklasifikasi dan
mengenal disajikan pada Gambar 2.
Uji Homogenitas nilai kecerdasan
naturalistik disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas
Nilai Kecerdasan Naturalistik
Variabel Fhitung df1 df2
sig. F(0,05;1,4
Hasil
92
Muh. Syarif Hidayatullah – Pengaruh Model Pembelajaran
tulisan yang harus dicari pemecahannya oleh
siswa. Kegiatan ini merupakan tahap untuk
merangsang rasa ingin tahu siswa, selain
dengan membaca guru juga menayangkan
beberapa gambar yang terkait dengan topik
pembelajaran. Tahap ini siswa melakukan
tahap
keterampilan
mengamati,
yang
merupakan bagian dari keterampilan proses
yang telah terintegrasi pada kurikulum 2013.
Gambar 2. Nilai Kecerdasan Naturalistik
Siswa Aspek Mengklasifikasi,
Mengamati dan Mengenal
yang
Penerapan
model
pembelajaran
guided discovery learning disertai modul
inkuiri
terbimbing
merupakan
inovasi pembelajaran biologi. Pembelajaran
dengan guided discovery learning merupakan
model
pembelajaran
yang
meningkatkan
kemampuan
memecahkan
masalah
mampu
siswa
dan
dalam
menarik
kesimpulan dari pembelajaran yang telah
dipelajari, sehingga siswa mampu lebih
memahami materi (Ilahi, 2012). Hal tersebut
terlihat
mengamati merupakan bagian dari aspek
kecerdasan naturalistik, “ability to recognize”
Pembahasan
berbasis
Hoerr (2000) mengemukakan keterampilan
pada
tahapan-tahapan
model
pembelajaran guided discovery learning.
guided discovery learning diawali dengan
Pada
memberikan
beberapa
tahapan
ini
pertanyaan
kemampuan
untuk
mengenali, memahami dan memprediksi
dengan melihat tanda maupun fenomena yang
diberikan oleh alam.
Tahapan
kedua
adalah
problem
statement, pada tahap ini siswa diajak untuk
mengidentifikasi berbaga permasalahan dari
hasil membaca atau mengamati gambar yang
telah diberikan sebelumnya, sehingga dapat
disimpulkan menjadi sebuah hipotesis yang
perlu untuk dikaji dan dicari kebenarannya.
Tujuan dari tahapan ini adalah melatih siswa
untuk memahami suatu permasalahan atau
fenomena dan mampu untuk memberikan
Proses pembelajaran dengan model
stimulation.
bermakna
guru
atau
solusi atas permasalahan tersebut. Tugas guru
pada tahapan ini hanya mengarahkan siswa
untuk menyatakan hipotesis yang sesuai
dengan topik yang akan dipelajari. Hal ini
permasalahan baik secara lisan maupun
93
Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7, No 3, hal 88-97
guided
discovery
sesuai dengan aspek kecerdasan naturalistik
model
yang
learning, siswa diminta untuk mengelola data
dikemukakan
oleh
Hoerr
(2000),
kemampuan untuk mengenal.
pembelajaran
yang diperoleh dari pengamatan maupun
Tahap ketiga dari model guided
studi literatur yang dilakukan sebelumnya,
discovery adalah data collection, tahapan ini
guru bertugas mengarahkan siswa jika kurang
merupakan tahapan untuk mencari informasi,
paham untuk mengelola hasil yang telah
baik dengan percobaan, pengamatan suatu
diperoleh. Tahapan ini siswa juga ditugaskan
objek, wawancara, maupun studi literatur
untuk membuat presentasi dari hasil diskusi
yang
dan analiasis data yang telah dilakukan.
relevan.
Pada
penerapan
model
pembelajaran guided discovery learning,
Tahap
siswa diminta untuk menemukan informasi
memahami,
yang
menemukan
mengklasifikasikan. Hal ini sesuai dengan
penyelesaian atau solusi dari masalah yang
pernyataan McClellan & Conti (2008) bahwa
telah dituliskan sebelumnya. Siswa diminta
kemampuan menjelaskan, mengkategorikan
untuk
dan
dibutuhkan
untuk
melakukan
pengamatan
serta
penyelidikan
menuliskan
dan
ini
menekankan
pada
aspek
menjelaskan,
mengklasifikasikan
dan
sesuatu
dan
hasilnya.
menghubungkan dengan alam merupakan
Kegiatan ini juga dapat menjadi sarana bagi
bagian dari kecerdasan naturalistik. Balim
siswa untuk melatih sikap ilmiah siswa, yaitu
(2009) menjelaskan pemahaman konsep,
objektif dan jujur. Hal tersebut sesuai dengan
mengolah informasi yang diperoleh oleh
Balim (2009) bahwa penggunaan model
siswa meningkat pada penggunaan model
discovery
pembelajaran guided discovery learning.
mampu
meningkatkan
keterampilan sains siswa. McClellan & Conti
Hoerr
(2008) yang menyatakan bahwa kecerdasan
merupakan
naturalistik merupakan kemampuan untuk
naturalistik yang melatih untuk mengenal
mengklasifikasikan, mengelompokkan serta
lebih jauh tentang suatu benda atau objek.
menjelaskan suatu hal yang berhubungan
(2000)
menambahkan
bagian
Tahap
kelima
dari
memahami
kecerdasan
model
guided
discovery learning adalah verification, yaitu
dengan alam.
data
kegiatan untuk mengecek kembali hipotesis
processing, yaitu tahapan untuk mengelola
dengan hasil penyelidikan atau pencarian
data atau informasi yang diperoleh. Dalam
informasi. Presentasi merupakan sarana bagi
Tahap
keempat
yaitu
94
Muh. Syarif Hidayatullah – Pengaruh Model Pembelajaran
guru untuk mengetahui kepahaman siswa
kemampuan untuk memahami sesuatu yang
pada materi yang diberikan kepada siswa,
berhubungan dengan alam.
sehingga
guru
mampu
menganalisis
Perbedaan
penerapan
guided
model
discovery
learning
kesalahan atau ketidaksesuaian antara materi
pembelajaran
yang dipelajari dengan pemahaman siswa.
disertai modul berbasis inkuiri terbimbing
Aspek yang dikembangkan pada fase ini
dengan model pembelajaran guided discovery
adalah aspek memahami dan menjelaskan.
learning terdapat pada penggunaan modul
Hoerr (2000) mengungkapkan memahami
berbasis inkuiri terbimbing sebagai sarana
juga
belajar yang menarik bagi siswa. Pemilihan
meliputi
menyelesaikan
kemampuan
masalah
yang
untuk
dihadapi.
pendekatan
inkuiri
terbimbing
dalam
McClellan & Conti (2008) menambahkan
pembuatan modul belajar diharapkan mampu
bahwa aspek kecerdasan naturalistik di
menjadi pedoman bagi siswa dalam belajar.
antaranya kemampuan untuk menjelaskan
Modul belajar klasifikasi makhuk hidup yang
sesuatu yang berkaitan dengan alam.
digunakan terdiri dari beberapa bagian dan
Tahapan
terakhir
adalah
setiap bagian bab terdiri dari beberapa rubrik
generalization, tahap untuk menyimpulkan
yang
hasil
jawabannya
pembelajaran.
Penerapan
pada
harus
dipecahkan
oleh
siswa,
atau
di
dicari
antaranya:
learning
“adakah yang terlewat” yaitu rubrik bagi
siswa kembali diajak untuk menyimpulkan
siswa untuk mengingat kembali pembelajaran
hasil pembelajaran dan diskusi singkat untuk
yang telah di pelajari sehingga siswa lebih
menguatkan konsep yang telah dipelajari oleh
cepat dalam memahami pelajaran yang akan
siswa. Proses generalisasi menuntut siswa
dipelajari, “seberapa jauh kamu tahu” yaitu
untuk
rubrik
pembelajaran
lebih
guided
teliti
discovery
dan
memahami
bagi
siswa
untuk
pembelajaran. Aspek yang dikembangkan
menyatakan/menentukan
pada fase ini adalah pemahaman yang
digunakan
merupakan bagian dari aspek kecerdasan
informasi yang diketahui oleh siswa, “way
naturalistik. Hal tersebut sesuai dengan
out” rubrik yang digunakan untuk siswa
pernyataan Hoerr (2000) yang menyatakan
mengumpulkan informasi dan melakukan
kemampuan yang dapat berkembang dalam
eksperimen untuk membuktikan hipotesis
kecerdasan naturalistik di antaranya adalah
yang telah dibuat, “diskusi” yaitu rubrik
untuk
hipotesis
mengetahui
dan
tingkat
95
Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7, No 3, hal 88-97
untuk berdiskusi serta digunakan bagi siswa
Berdasarkan data yang diperoleh
sebagai pedoman dalam memprentasikan
dapat disimpulkan bahwa penerapan model
hasil diskusinya, “khasanah” yaitu rubrik
pembelajaran
bagi siswa untuk menyatakan suatu konsep
berpengaruh terhadap kecerdasan naturalistik
yang telah sesuai dengan materi yang
siswa SMP Muhammadiyah 8 Surakarta
dipelajari, “refleksi” rubrik untuk mengukur
tahun pelajaran 2014/2015. Hal tersebut
sejauh mana kepahaman siswa mengenai
ditunjukkan
materi yang telah dipelajari. Dalam beberapa
naturalistik untuk setiap aspek, pada kelas
bagian terdapat pendalaman terdapat “rubrik
eksperimen aspek mengamati 2,63 dan aspek
pendalaman”
untuk
mengenal 1,35. Sedangkan rata-rata untuk
menambah kepahaman siswa terhadap materi
setiap aspek kecerdasan naturalistik pada
yang dipelajari.
kelas kontrol adalah aspek mengamati 2,30
yang
Penerapan
ditujukan
pada
kelas
kontrol
guided
disdovery
dengan
nilai
learning
kecerdasan
dan aspek mengenal 1,29.
menggunakan model pembelajaran guided
discovery learning. Proses belajar mengajar
DAFTAR PUSTAKA
pada kelas kontrol siswa mendengarkan
arahan dari guru dan melaksanakan tugas
yang diberikan hingga selesai. Penerapan
pada kelas kontrol
pembelajaran
siswa
kurang sistematis, sehingga siswa sering
bertanya
kepada
guru
langkah
untuk
menyelesaikan pada setiap tahapan. Hal
tersebut mengakibatkan proses pembelajaran
menjadi berpusat kepada guru (teacher
Balim, A. G. (2009). The Effect of Discovery
Learning on Students' Success and
Inquiry Learning Skills. Eurasian
Journal of Education Research, 35, 120.
Hoerr, T. R. (2000). Becoming a Multiple
Intelligences School. Alexandria,
Virginia: ASCD.
Illahi, M. T. (2012). Pembelajaran Discovery
Strategy & Mental Vocational Skill.
Jogjakarta: Diva Press.
centre), sehingga kecerdasan naturalistik
siswa kurang berkembang dalam proses
pembelajaran.
SIMPULAN
Indriyanti, N. Y., & Susilowati, E. (2010).
Pengembangan Modul : Disampaikan
dalam Pelatihan Pembuatan e-module
bagi Guru-Guru IPA Biologi SMP seKota Surakarta pada 7 Agustus 2010.
Surakarta: PKM-LPPM UNS.
McClellan, J. A., & Conti, G. J. (2008).
Identifiying the Multiple Intelligences
96
Muh. Syarif Hidayatullah – Pengaruh Model Pembelajaran
of Your Students. Journal of Adult
Education, 37, 13-36.
Phillips, H. (2010). Perspectives in Learning:
A Journal of the College of Education
& Health Professions. 11 (1), 4-11
Rustaman, N. Y., Ahmat, Y., Yudianto, S. A.,
Rochintainawati, D., K, M. N., &
Subekti, R. (2005). Strategi Belajar
Mengajar Biologi. Bandung: FPMIPA
Universitas Pendidikan Indonesia.
Trianto.
(2013).
Mendesain
Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif :
Konsep,
Landasan,
dan
Implementasinya pad Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Wenno, I. H. (2010). Pengembangan Model
Modul IPA Berbasis Problem Solving
Method Berdasarkan Karakteristik
Siswa Dalam Pembelajaran di
SMP/MTs. Cakrawala Pendidikan,
(2), 176-188.
Xie, J. C., & Lin, R. L. (2009). Research on
Multiple intelegences Teaching and
Assessment. Asian Journal of
Management and Humanity Science,
4 (2-3), 106-124.
Yaumi, M. (2012). Pembelajaran berbasis
Multiple Intelegence. Jakarta: Dian
Rakyat.
97