MAKALAH ETIKA BISNIS Etika Utilarianisme

MAKALAH ETIKA BISNIS
Etika Utilarianisme dalam Bisnis

KELAS E
Nama Kelompok:
Olga Wahyu Anggraini

1221509086

Alfi Hanum Rozani

1221509091

Atria Risma Devinda

1221509238

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
SURABAYA
2017


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Utilitarianisme berasal dari kata “utility” yang berarti bermanfaat atau berguna.
Utilitarianisme adalah aliran yang meletakkan kemanfaatan sebagai tujuan utama hokum dan
bagaimana menilai baik buruknya suatu kebijaksanaan sosial politik, ekonomi, dan legal
secara moral. Singkatnya, bagaimana menilai sebuah kebijaksanaan publik, yaitu
kebijaksanaan yang punya dampak bagi kepentingan banyak orang, secara moral.
Sebagai penilaian atas tindakan atau kebijaksanaan yang sudah terjadi, etika
utilitarianisme juga dapat berfungsi sebagai sasaran atau tujuan ketika kebijaksanaan atau
program tertentu yang telah di jalankan itu akan di revisi dan sebagai standat penilaian
berfungsi sekaligus sebagai sasaran akhir dari sebuah kebijaksanaan atau program yang ingin
di revisi.

1.2 BATASAN MASALAH
Berdasarkan Identifikasi masalah diatas, maka peneliti membatasi permasalah dalam
penelitian ini yaitu : Etika Utilitarianisme Dalam Bisnis.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN ETIKA UTILARIANISME
Utilitarianisme berasal dari kata “utility” yang berarti bermanfaat atau berguna.
Utilitarianisme adalah aliran yang meletakkan kemanfaatan sebagai tujuan utama hukum.
Kemanfaatan ini diartikan sebagai kebahagiaan. Jadi baik buruk atau adil tidaknya suatu
hukum, bergantung kepada apakah hukum itu memberikan kebahagiaan kepada manusia atau
tidak. Oleh karena itu tugas hukum adalah mengantarkan manusia menuju kebaikan.
Sehingga esensi hukum harus bermanfaat, artinya hukum yang dapat membahagiakan
sebagian besar masyarakat.
Utilitarianisme pertama kali dikembangkan oleh Jeremy Bentham (1748-1832).
Persoalan yang dihadapi oleh Bentham dan or ang-orang sezamannya adalah bagaimana
menilai baik buruknya suatu kebijaksanaan sosial politik, ekonomi, dan legal secara moral.
Singkatnya, bagaimana menilai sebuah kebijaksanaan publik, yaitu kebijaksanaan yang
punya dampak bagi kepentingan banyak orang, secara moral.

2.2 KRITERIA DAN PRINSIP ETIKA UTILITARIANISME
Aliran utilitarianisme ini berakar pada ajaran tentang kegunaan atau utility, yang
menyatakan, bahwa : baik atau buruk sebuah tindakan diukur dari apakah tindakan itu
menghasilkan tingkat kesenangan atau kebahagian yang terbanyak, dengan pengorbanan yang

paling sedikit.
Istilah utilitarianisme sebagai suatu nama aliran yang berasal dari kata latin utilis yang
berarti berguna. Aliran utilitarianisme ini terbagi antara lain aliran act utilitarianism serta rule
utilirianism

yang

sering

diterjemahkan

sebagai

‘Utilitarianisme

tindakan”

dan

‘Utilitarianisme peraturan’

Prinsip- prinsip aliran utilitarianisme, menurut Jeremy Bentham (1748-1832) didasarkan
kepada dua prinsip, yaitu :
-

asosiasi (association principle) serta

-

kebahagiaan terbesar (greatest happiness principle).

Bagi Bentham, prinsip kebahagiaan terbesar secara singkat terjadi jika :
“An action is right from an ethnical point of view if and only if the sum total of
utilities produced by the act is greater than tha sum of total utilities produced by nay other act
the agent could have performed in its place”.
Apa-apa “yang baik” merupakan kesenangan buruk” adalah rasa sakit. Tindakan
“yang baik” secara etika mengacu pada kebijakan dan kebahagiaan, sedangkan “yang
menghasilkan kebahagiaan terbesar
Macam-Macam Teori Utilitarianisme. Biasanya dibedakan dua macam teori etika normatif
Utilitarianisme, yaitu:
a) Utilitarianisme Tindakan

Utilitarianisme sebagaimana lazimnya dipahami adalah Utilitarianisme
Tindakan. Kaidah dasarnya dapat dirumuskan sebagai berikut: "Bertindaklah
sedemikian rupa sehingga setiap tindakanmu itu menghasilkan akibat-akibat baik
yang lebih besar di dunia daripada akibat buruknya". Bagi penganut aliran ini,
pertanyaan pokok yang perlu diajukan dalam mempertimbangkan suatu tindakan
tertentu adalah: "Apakah tindakanku yang tertentu ini, pada situasi seperti ini, kalau
memperhatikan semua pihak yang tersangkut, akan membawa akibat baik yang lebih
besar daripada akibat buruknya?" Bagi Utilitarianisme Tindakan tidak ada peraturan
umum yang dengan sendirinya berlaku; setiap tindakan mesti dipertimbangkan
akibatnya.
b) Utilitarianisme Peraturan
Untuk mengatasi kelemahan pokok di atas, maka kemudian dikembangkanlah
macam etika Utilitarian yang kedua, yakni Utilitarianisme Peraturan. Dalam teori ini
yang diperhitungkan bukan lagi akibat baik dan buruk dari masing-masing tindakan
sendiri, melainkan dari peraturan umum yang mendasari tindakan itu.Jadi yang
dipersoalkan sekarang adalah akibat-akibat baik dan buruk dari suatu peraturan kalau
berlaku umum. Kaidah dasarnya sekarang berbunyi: "Bertindaklah selalu sesuai
dengan kaidah-kaidah yang penerapannya menghasilkan akibat baik yang lebih besar
di dunia ini daripada akibat buruknya."
Kriteria dan Prinsip Etika Utilitarianisme Secara ringkas dapat dikatakan bahwa terdapat tiga

kriteria prinsip etika utilitarianisme ( Keraf, 1998:94):

1) Manfaat, yaitu bahwa kebijakan atau tindakan mendatangkan manfaat atau kegunaan
tertentu.
2) Manfaat Terbesar, yaitu bahwa kebijakan atau tindakan itu mendatangkan manfaat
besar dibandingkan dengan alternatif lainnya. Dapat dikatakan bahwa tindakan yang
baik adalah tindakan yang menimbulkan kerugian terkecil.
3) Manfaat Terbesar Bagi Orang Sebanyak Mungkin, yaitu bahwa suatu kebijakan atau
tindakan dinilai baik secara moral jika tidak hanya mendatangkan manfaat terbesar,
melainkan apabila mendatangkan manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang.
Bertindaklah sedemikian rupa sehingga tindakanmu itu mendatangkan keuntungan
sebesar mungkin bagi sebanyak mungkin orang.
2.3 NILAI POSTIF ETIKA UTILITARIANISME
Menurut Keraf (1998:96) terdapat tiga nilai positif etika utilitarianisme, yaitu:
1. Rasionalitas
Prinsip moral yang diajukan etika utilitarianisme tidak didasarkan pada aturanaturan kaku yang tidak dipahami atau tidak diketahui keabsahannya. Etika
utilitarianisme memberikan kriteria yang objektif dan rasional.
2. Otonom
Etika utilitarianisme sangat menghargai kebebasan setiap pelaku moral untuk
berpikir dan bertindak dengan hanya memperhatikan tiga kriteria objektif dan rasional

seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Tidak ada paksaan bahwa orang harus
bertindak dengan cara tertentu yang tidak diketahui alasannya.
3. Universal
Etika utilitarianisme mengutamakan manfaat atau akibat dari suatu tindakan
bagi banyak orang. Suatu tindakan dinilai bermoral apabila tindakan tersebut memberi
manfaat terbesar bagi banyak orang.
Nilai positif Utilitarianisme terletak pada sisi rasionalnya dan universalnya.
Rasionalnya adalah kepentingan orang banyak lebih berharga daripada kepentingan
individual. Secara universal semua pebisnis dunia saat ini berlomba-lomba
mensejahterakan masyarakat dunia, selain membuat diri mereka menjadi sejahtera.
berbisnis untuk kepentingan individu dan di saat yang bersamaan mensejahterakan
masyarakat luas adalah pekerjaan profesional sangat mulia. Dalam teori sumber daya
alam dikenal istilah Backwash Effect, yaitu di mana pemanfaatan sumber daya alam
yang terus menerus akan semakin merusakan kualitas sumber daya alam itu sendiri,
sehingga diperlukan adanya upaya pelastarian alam supaya sumber daya alam yang
terkuras tidak habis ditelan jaman.

2.4 KELEMAHAN ETIKA UTILITARIANISME
a) Manfaat merupakan konsep yang begitu luas sehingga dalam kenyataan praktis akan
menimbulkan kesulitan yang tidak sedikit

b) Etika utilitarianisme tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan pada dirinya
sendiri dan hanya memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh berkaitan dengan
akibatnya.
c) Etika utilitarianisme tidak pernah menganggap serius kemauan baik seseorang
d) Variabel yang dinilai tidak semuanya dapat dikuantifikasi
e) Seandainya ketiga kriteria dari etika utilitarianisme saling bertentangan, maka akan
ada kesulitan dalam menentukan proiritas di antara ketiganya
f) Etika Utilitarianisme membenarkan hak kelompok minoritas tertentu dikorbankan
demi kepentingan mayoritas.
Kesulitan dalam penerapan Utilitarianisme yang mengutamakan kepentingan
masyarakat luas merupakan sebuah konsep bernilai tinggi, sehingga dalam praktek bisnis
sesungguhnya dapat menimbulkan kesulitan bagi pelaku bisnis. misalnya dalam segi
finansial perusahaan dalam menerapkan konsep Utilitarianisme tidak terlalu banyak
mendapat segi manfaat dalam segi keuangan, manfaat paling besar adalah di dalam
kelancaran menjalankan bisnis, karena sudah mendapat ‘izin’ dari masyrakat sekitar, dan
mendapat citra positif di masyarakat umum, namun dari segi finansial, Utilitarianisme
membantu (bukan menambah) peningkatan pendapat perusahaan.
2.5 DEONTOLOGI
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban. Dalam
pemahaman teori Deontologi memang terkesan berbeda dengan Utilitarisme. Jika dalam

Utilitarisme menggantungkan moralitas perbuatan pada konsekuensi, maka dalam Deontologi
benar-benar melepaskan sama sekali moralitas dari konsekuensi perbuatan. Dalam suatu
perbuatan pasti ada konsekuensinya, dalam hal ini konsekuensi perbuatan tidak boleh
menjadi pertimbangan. Perbuatan menjadi baik bukan dilihat dari hasilnya melainkan karena
perbuatan tersebut wajib dilakukan.
Deontologi menekankan perbuatan tidak dihalalkan karena tujuannya. Tujuan yang
baik tidak menjadi perbuatan itu juga baik. Di sini kita tidak boleh melakukan suatu
perbuatan jahat agar sesuatu yang dihasilkan itu baik.

Contoh : Misalkan kita tidak boleh mencuri, berdusta untuk membantu orang lain,
mencelakai orang lain melalui perbuatan ataupun ucapan, karena dalam Teori Deontologi
kewajiban itu tidak bisa ditawar lagi karena ini merupakan suatu keharusan.
2.6 TEORI HAK
Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang
paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku.
Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Maka, teori
hak pun cocok diterapkan dengan suasana demokratis.
Dalam arti, semua manusia dari berbagai lapisan kehidupan harus mendapat
perlakuan yang sama. Seperti yang diungkapkan Immanuel Kant, bahwa manusia
meruapakan suatu tujuan pada dirirnya (an end in itself). Karena itu manusia harus selalu

dihormati sebagai suatu tujuan sendiri dan tidak pernah boleh diperlakukan semata-mata
sebagai sarana demi tercapainya suatu tujuan lain (Bertens, 2000).
Contoh : Kaum kapitalis memandang kebebasan adl suatu kebutuhan bagi individu utk
menciptakan keserasian antara dirinya dan masyarakat. Sebab kebebasan itu adl suatu
kekuatan pendorong bagi produksi krn ia benar-benar menjadi hak manusia yg
menggambarkan kehormatan kemanusiaan.
3.7 TEORI KEUTAMAAN (VIRTUE)
Memandang sikap atau akhlak seseorang. Tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu
adil, atau jujur, atau murah hati dan sebagainya.
Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang telah diperoleh
seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral. Contoh
keutamaan :
1. Kebijaksanaan
2. Keadilan
3. Suka bekerja keras

4. Hidup yang baik
Dalam teori – teori yang dibahas sebelumnya, baik buruknya perilaku manusia dipastikan
berdasarkan suatu prinsip atau norma. Dalam konteks utilitarisme, suatu perbuatan adalah
baik, jika membawa kesenangan sebesar-besarnya bagi jumlah orang terbanyak. Dalam

rangka deontologi, suatu perbuatan adalah baik, jika sesuai dengan prinsip “jangan mencuri”,
umpamanya. Menurut teori hak, perbuatan adalah baik, jika sesuai dengan hak manusia. Teori
– teori ini semua didasarkan atas prinsip (rule – based).
Disamping teori – teori ini, mungkin lagi suatu pendekatan lain yang tidak menyoroti
perbuatan, tetapi memfokuskan pada seluruh manusia sebagai pelaku moral. Teori tipe
terakhir ini adalah teori keutamaan (virtue) yang memandang sikap atau akhlak seseorang.
Dalam etika dewasa ini terdapat minat khusus untuk teori keutamaan sebagai reaksi atas teori
– teori etika sebelumnya yang terlalu berat sebelah dalam mengukur perbuatan dengan
prinsip atau norma. Namun demikian, dalam sejarah etika teori keutamaan tidak merupakan
sesuatu yang baru. Sebaliknya, teori ini mempunyai suatu tradisi lama yang sudah dimulai
pada waktu filsafat Yunani kuno.
Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang telah diperoleh
seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral. Kebijaksanaan,
misalnya, merupakan suatu keutamaan yang membuat seseorang mengambil keputusan tepat
dalam setiap situasi. Keadilan adalah keutamaan lain yang membuat seseorang selalu
memberikan kepada sesama apa yang menjaDi haknya. Kerendahan hati adalah keutamaan
yang membuat seseorang tidak menonjolkan diri, sekalipun situasi mengizinkan. Suka
bekerja keras adalah keutamaan yang membuat seseorang mengatasi kecenderungan spontan
untuk bermalas – malasan. Ada banyak keutamaan semacam ini. Seseorang adalah orang
yang baik jika memiliki keutamaan. Hidup yang baik adalah hidup menurut
keutamaan (virtuous life).
Menurut pemikir Yunani (Aristoteles), hidup etis hanya mungkin dalam polis. Manusia
adalah “makhluk politik”, dalam arti tidak bisa dilepaskan dari polis atau komunitasnya.
Dalam etika bisnis, teori keutamaan belum banyak dimanfaatkan. Solomon membedakan
keutamaan untuk pelaku bisnis individual dan keutamaan pada taraf perusahaan. Di samping
itu ia berbicara lagi tentang keadilan sebagai keutamaan paling mendasar di bidang bisnis.
Diantara

keutamaan

yang

harus

menandai

pebisnis

perorangan

bisa

disebut

:

kejujuran, fairness, kepercayaan dan keuletan. Keempat keutamaan ini berkaitan erat satu
sama lain dan kadang – kadang malah ada tumpang tindih di antaranya. Kejujuran secara

umum diakui sebagai keutamaan pertama dan paling penting yang harus dimiliki pelaku
bisnis. Kejujuran menuntut adanya keterbukaan dan kebenaran. Jika mitra bisnis ingin
bertanya, pebisnis yang jujur selalu bersedia memberi keterangan. Tetapi suasana
keterbukaan itu tidak berarti si pebisnis harus membuka segala kartunya. Sambil berbisnis,
sering kita terlibat dalam negosiasi – kadang-kadang malah negosiasi yang cukup keras – dan
posisi sesungguhnya atau titik tolak kita tidak perlu ditelanjangi bagi mitra bisnis. Garis
perbatasan antara kejujuran dan ketidakjujuran tidak selalu bisa ditarik dengan tajam.
Ketiga keutamaan lain bisa dibicarakan dengan lebih singkat. Keutamaan kedua
adalah fairness. Fairness adalah kesediaan untuk memberikan apa yang wajar kepada semua
orang dan dengan “wajar” dimaksudkan apa yang bisa disetujui oleh semua pihak yang
terlibat dalam suatu transaksi. Insider trading adalah contoh mengenai cara berbisnis yang
tidak fair. Dengan insider trading dimaksudkan menjual atau membeli saham berdasarkan
informasi “dari dalam” yang tidak tersedia bagi umum. Bursa efek sebagai institusi justru
mengandaikan semua orang yang bergiat disini mempunyai pengetahuan yang sama tentang
keadaan perusahaan yang mereka jual- belikan sahamnya. Orang yang bergeraka atas dasar
informasi dari sumber tidak umum (jadi rahasia) tidak berlaku fair.
Kepercayaan (trust) juga merupakan keutamaan yang penting dalan konteks bisnis.
Kepercayaan harus ditempatkan dalam relasi timbal balik. Ada beberapa cara untuk
mengamankan kepercayaan. Salah satu cara adalah memberi garansi atau jaminan. Cara –
cara itu bisa menunjang kepercayaan antara pebisnis, tetapi hal itu hanya ada gunanya bila
akhirnya kepercayaan melekat pada si pebisnis itu sendiri.
2.8 KASUS ETIKA UTILARIANISME DALAM BISNIS
Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alamnya, namun hal itu
belum mampu untuk mensejahterakan masyarakatnya sendiri, terlihat dari masih banyaknya
kemiskinan, pengangguran dan Gap antara orang kaya dan miskin yang terlampau amat jauh.
Hal ini di sebabkan salah satunya karena ketidak mampuan SDM di Negara kita untuk
mengolah SDA agar menjadi barang siap jual. Pada akhirnya benyak eksploitasi alam di
Negara kita di lakukan oleh bangsa asing, sehingga yang seharusnya SDA yang
keuntungannya kita dapat manfaatkan untuk kepentingan Negara dan masyarakat sendiri
harus berbagi dengan orang asing karena belum bisa mengolahnya sendiri. Seperti salah satu
contohnya adalah tambang Emas yang ada di pegunungan Grasberg dan Ertsberg Papua,

tambang ini di kuasai oleh salah satu perusahaan tambang besar yang berasal dari Amerika.
Kontrak dari perusahaan tersebut sudah di tanda tangani kurang lebih 49 tahun yang lalu, dan
masih berlangsung hingga sekarang. Di perkirakan kontrak tersebut selesai pada tahun 2021.
Dari sekian lamanya waktu operasi yang di lakukan tambang Emas Freeport tersebut
harusnya sudah dapat mensejahterakan masyarakat banyak khususnya di daerah Papua namun
hal tersebut belum terjadi. Padahal jika kita ketahui eksploitansi alam dilakukan tambang
freeport begitu nyata, dengan meninggalkan berbagai lubang galian yang besar yang
mengganggu keseimbangan alam di sekitaran tambang.
Selain itu, Freport juga mempunyai masalah dengan pemerintah yaitu masalah tentang
ketetapan mengubah izin Kontrak Karya dengan izin IUPK yang dalam hal ini seharusnya
Freeport sebagai perusahaan tambang yang beroperasi di Negara kedaulatan Indonesia
mengikuti apa aturan yang telah berlaku di Negara Indonesia. Yang sesuai dengan apa yang
masyarakat Indonesia inginkan. Namun hal itu malah di tolak oleh Freeport dan mengancam
akan membawa masalah ini ke pengadilan arbritasi Internasional. Tentu harusnya tambang
Freeport sebagai perusahaan yang beroperasi di Indonesia harus mengikuti Hukum yang
berlaku di Negara Indonesia agar tidak menjadi masalah yang merugikan bagi kedua belah
pihak.

Analisis Masalah
Freeport Indonesia mulai beroperasi di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua dari tahun 1967
sampai dengan sekarang dengan berdasarkan pada dua Kontrak Karya. KK I pada tahun 1967
dengan masa berlaku kontrak selama 30 tahun. Dan kemudian pada tahun 1991, dibuat KK II
dengan masa berlaku kontrak selama 50 tahun terhitung dari Kontrak Karya yang ke I.
Berdasarkan Kontrak Karya II ini, luas penambangan Freeport bertambah seluas 6,5 juta

acres (atau seluas 2,6 juta ha) (disebut Blok B). Dari Blok B, telah dilakukan eksplorasi
seluas 500 ribu acres (sekitar 203 ribu ha)
Mayoritas saham yang terdapat pada PT. Freeport Indonesia dimiliki oleh Freeport
McMoRan Copper & Gold Inc, dengan presentase sebanyak 90,64 %, sementara itu sisanya
sebesar 9,36 % dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Sejauh ini, Freeport McMoran telah
melakukan eksplorasi pada dua tempat di Tembaga Pura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua.
Kedua tempat tersebut diantaranya: tambang Erstberg (operasional dimulai dari tahun 19671988) dan tambang Grasberg (operasional dimulai dari tahun 1988- sekarang)
Belakangan ini PT.Freeport Indonesia berulah kepada pemerintah yaitu tidak mau mengubah
Kontrak Karya menjadi IUPK (izin usaha pertambangan khusus). Hal ini terjadi karena sesuai
dengan UU No.4 tahun 2009 tentang mineral dan batu bara dimana pasal 170 UU minerba
menyatakan bahwa perusahaan tambang pemegang Kontrak Karya di wajibkan melakukan
pemurnian dan pengolahan tambangnya di dalam negeri sebelum dilakukan exspor dalam
kurun waktu 5 tahun sejak UU tersebut di sahkan. Artinya PT Freeport diberikan jangka
waktu 5 tahun untuk membuat pabrik pemurnian (smelter). Jadi, pada tahun 2014 lalu
seharusnya PT Freeport Indonesia sudah melakukan pemurnian hasil tambangnya di
Indonesia agar tetap bisa melakukan kegiatan expornya. Namun demikian Freeport tidak
menggubris yang dalam hal ini PT. Freeport Indonesia tidak membuat pabrik pemurnian
(smelter) yang sebagai mana UU tersebut mengatur. disini PT Freeport Indonesia sudah jelas
melanggar etika hukum yang berlaku di negara Indonesia yang sesuai amanat bahwa setiap
perusahaan yang beroperasi di Indonesia harus mengikuti UU yang berlaku di negara
indonesia tersebut.
Sesuai dengan peraturan pemerintah No.1 tahun 2017 tentang pelaksanaan kegiatan usaha
pertambangan pemerintah sudah berbaik hati memberikan IUPK kepada PT Freeport
Indonesia agar PT. Freeport dapat beroperasi kembali, namun harus sesuai dengan peraturan
IUPK yang berlaku, tetapi dalam hal ini Freeport menolaknya dan masih menginginkan KK
yang berlaku. Dan malah mengancam pemerintah dengan cara akan membawa masalah
tersebut ke pengadilan Arbritase internasional.
Selain itu, Jika kita melihat sumbangan yang di berikan PT Freeport kepada Negara Indonesia
juga tidak seberapa terlihat dari masyarakat di sekitaran tambang yang masih banyak hidup

miskin. Hal tersebut menunjukan PT. Freeport Indonesia tidak menguntungkan untuk
Indonesia tetapi lebih menguntungkan untuk Amerika serikat. Dan biaya CSR yang di
berikan kepada rakyat Papua juga sedikit yaitu tidak mencapai 1 persen keuntungan bersih PT
Freeport Indonesia. justru rakyat Papua membayar lebih mahal karena harus menanggung
akibat berupa kerusakan alam serta punahnya habitat dan vegetasi.
Kesimpulan
Setelah sekian lama PT. Freeport Indonesia melakukan eksploitasi tambang di kawasan
pegunungan grasberg papua PT. Freeport Indonesia tidak mau mengikuti peraturan perundang
– undangan Negara Indonesia, malah cenderung mengabaikannya. Yang di langgar oleh PT
Freeport Indonesia antara lain adalah UU No.4 Tahun 2009 yang berisi tentang pertambangan
mineral dan batubara yang salah satunya menyatakan bahwa ‘’mineral dan batubara yang
terkandung dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia merupakan kekayaan alam tak
terbarukan sebagai karunia tuhan yang maha esa yang mempunyai peranan penting dalam
memenuhi hajat hidup orang banyak, karena itu pengelolaannya harus di kuasai oleh nagara
untuk memberi nilai tambah secara nyata bagi perekonomian nasional dalam usaha mencapai
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkeadilan’’. Artinya PT Freeport harus
membuat pabrik pemurnian mineral (smelter) di Indonesia terlebih dahulu jika masih ingin
melakukan exspor ke luar bukan malah membawa semua mentahannya ke luar. Karena itu
adalah kehendak rakyat banyak. Namun hal tersebut tidak di perhatikan oleh PT Freeport
sehinga yang masa pembangunan smelter seharusnya bisa dilaksanakan selama kurun waktu
5 tahun setelah UU tersebut berlaku belum di buat – buat sampai sekarang.
Hal tersebut tentunya melanggar etika hukum peraturan yang berlaku, sebagai perusahaan
yang beroperasi di wilayah Negara Kedaulatan Republik Indonesia seharusnya Freeport
mengikuti apa peraturan yang pemerintah keluarkan, apalagi sudah melanggar dan
pemerintah sudah bertindak baik masih memberikan izin usaha.sebagai perusahaan yang
mempunyai Etika dalam hal ini PT. Freeport harus mengikuti perubahan Kontrak Karya ke
dalam IUPK sesuai dengan peraturan pemerintah No. 1 tahun 2017 jika masih ingin operasi
bisnisnya berjalan.
Berdasarkan teori utilitarianisme, PT.Freeport Indonesia dalam hal ini sangat bertentangan
karena keuntungan yang di dapat tidak digunakan untuk mensejahterakan masyarakat sekitar,
melainkan untuk Negara Amerika.

Saran Etika Bisnis
Sebagai perusahaan yang sudah beroprasi cukup lama seharusnya PT Freeport Indonesia
mengikuti peraturan perundang – undangan yang berlaku dinegara Indonesia agar kegiatan
expornya bisa berjalan lancar. Dan tidak ada kerugian yang di dapatkan baik dari pihak
pemerintah maupun pihak PT Freeport.

Dan untuk pemerintah indonesia di harapkan bisa lebih tegas dalam menegakkan hukum
untuk kesejahteraan masyarakat

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan dapat kami simpulkan bahwa :
1. Utilitarianisme adalah paham dalam filsafat moral yang menekankan manfaat atau
kegunaan dalam menilai suatu tindakan sebagai prinsip moral yang paling dasar,
untuk menentukan bahwa suatu perilaku baik jika bisa memberikan manfaat kepada
sebagian besar konsumen atau masyarakat.
2. Nilai Positif Etika Utilitarianisme, ada Rasional, Otonon dan Universal.
3. Kelemahan Etika Utilitarianisme
a. Manfaat merupakan konsep yang begitu luas sehingga dalam kenyataan praktis
akan menimbulkan kesulitan yang tidak sedikit
b. Etika utilitarianisme tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan pada
dirinya sendiri dan hanya memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh berkaitan
dengan akibatnya
c. Etika utilitarianisme tidak pernah menganggap serius kemauan baik seseorang
d. Variabel yang dinilai tidak semuanya dapat dikuantifikasi
e. Seandainya ketiga kriteria dari etika utilitarianisme saling bertentangan, maka
akan ada kesulitan dalam menentukan proiritas di antara ketiganya
f. Etika Utilitarianisme membenarkan hak kelompok minoritas tertentu dikorbankan
demi kepentingan mayoritas.
4. Istilah deontologi berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban. Dalam
pemahaman teori Deontologi memang terkesan berbeda dengan Utilitarisme. Jika
dalam Utilitarisme menggantungkan moralitas perbuatan pada konsekuensi, maka
dalam Deontologi benar-benar melepaskan sama sekali moralitas dari konsekuensi
perbuatan.
5. Teori hak adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik
buruknya suatu perbuatan atau perilaku.
6. Teori Keutamaan bisa didefinisikan sebagai disposisi watak yang telah diperoleh
seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sutrisna, Dewi. 2011. Etika Bisnis : Konsep Dasar, Implementasi dan Kasus.
Denpasar : Udayana University Press.
2. Velasquez, Immanuel G. 2005. Etika Bisnis, Konsep dan Kasus-Edisi 5. Yogyakarta :
ANDI Yogyakarta.
3. Apriyono, Ricky

Dwi.

2012.

Etika

Utilitarianisme

Dalam

Bisnis.

http://yuumenulis.wordpress.com/2012/11/07/etika-utilitarianisme-dalam-bisnis.
(diakses pada tanggal 9 Juli 2013).
4. Keraf, A., Sonni, (198), Etika Bisnis:Tuntutan dan relevansinya, penerbit kanisius.
5. Sinaga,
Afriwan.
2012.
Etika
Utilitarianisme
Dalam
Bisnis.
http://afriwansinaga.blogspot.com/2012/11/etika-utilitarianisme-dalam-bisnis.html.
(diakses pada tanggal 9 Juli 2013).
6. http://griscaayu-fib12.web.unair.ac.id/artikel_detail-103870-Umum-

Utilitarianisme.html
7. https://feelinbali.blogspot.co.id/2013/09/etika-bisnis-etika-utilitarianisme.html?m=1
8. http://annisafitria26.blogspot.co.id/2014/12/teori-etika-utilitarianisme-dalambisnis.html
9. https://www.aprillins.com/2010/1554/2-teori-etika-utilitarisme-deontologi/
10.