TUGAS MAKALAH KEPENDUDUKAN PEMBERDAYAAN doc

TUGAS MAKALAH
KEPENDUDUKAN
“PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MEMBENTUK SUATU DAERAH
YANG MEMILIKI PRODUKTIVITAS”

Di susun oleh :
HENDRO
D1D009010

UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
2011

Kata Pengantar
Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat limpahan
Rahmat nya. saya dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh bapak Drs. Kahar Hakim
M,Si selaku Dosen pembimbing mata kuliah Kependudukan
Tugas yang diberikan dosen tersebut berupa tugas makalah Kependudukan. makalah
ini di buat sebagai tugas akhir dalam pembelajaran Tersebut. dalam proses penyusunan
makalah ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Kahar Hakim M,si

yang telah memberikan arahan dan bimbingannya selama penyusunan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah tentang Kependudukan ini bermanfaat bagi semua,
apabila ada saran dan kritik yang sifat nya membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan di masa mendatang. Amin.

Bengkulu,15 Desember 2011

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................
1.1 Latar Belakang....................................................................................................
1.2 Perumusan Masalah.............................................................................................
1.3 Tujuan..................................................................................................................
1.4 Manfaat................................................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................
2.1 Pemberdayaan Masyarakat..................................................................................

2.1.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat.............................................................
2.1.2 Proses Pemberdayaan Masyarakat ...................................................................
2.1.3 Tujuan dan Tahapan Pemberdayaan Masyarakat..............................................
2.2 Produktivitas........................................................................................................
2..2.1 Pengertian Produktivitas..................................................................................
2.2.2 Pengertian Daerah Produktif............................................................................
BAB 3 PEMBAHASAN.......................................................................................................
3.1 Strategi dalam membangun daerah yang produktif ............................................
3.2 strategi dalam melakukan pemberdayaan masyarakat.........................................
BAB 4 PENUTUP................................................................................................................
4.1.kesimpulan..........................................................................................................
4.2.saran....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Seiring dengan penerapan UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

dan Daerah atau yang lebih dikenal dengan otonomi daerah, maka peran daerah menjadi
sangat penting artinya bagi upaya meningkatkan peran serta dan kesejahteraan masyarakat
pada umumnya. Semangat seperti itulah yang saat ini terus bergulir ditengah-tengah
masyarakat, meskipun dalam prakteknya belum sebagaimana yang diharapkan banyak pihak.
Barangkali itulah proses yang harus dilalui secara bertahap dan berkesinambungan untuk bisa
menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
Kalau merujuk pada UU No 32 Tahun 2004, yang dimaksud otonomi daerah adalah
kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan kata
lain bahwa otonomi daerah memberikan keleluasaan daerah untuk mengatur urusan rumah
tangganya sendiri, termasuk bagaimana suatu daerah melakukan perencanaan pembangunan
di daerahnya masing-masing.
Dari hal tersebut dapat kita lihat banyak sekali ketimpangan yang terjadi, bagi daerah
yang dapat mengelola potensi nya dengan baik maka akan semakin maju sedangkan yang
tidak mampu mengelola daerahnya sendiri akan semakin terpuruk. Oleh karena itu masalah
pokok yang terjadi dari hal tersebut adalah kurangnya pemberdayaan atas masyarakatnya itu
sendiri. dalam hal ini berarti sumber daya manusia nya belum memiliki kualitas yang
memadai.
Dengan adanya pemberdayaan tersebut diharapkan adanya peningkatan kualitas
masyarakatnya sehinggga dapat membentuk suatu daerah produktif, yang nanti nya dapat

membuat daerahnya sendiri tersebut semakin maju

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Strategi dalam membangun daerah yang memiliki produktivitas
tersebut ?
2. Bagaimana langkah – langkah dalam melakukan pemberdayaan masyarakat ?
1.3 Tujuan
Adapun Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas
akhir mata kuliah Kependudukan dan memberikan strategi atau cara dalam
pemberdayaan masyarakat untuk membentuk suatu daerah yang produktif di
Indonesia.
2.4 Manfaat
Adapun Manfaat yang dapat di ambil :
1. Sebagai pengetahuan bagi penulis dalam membentuk suatu daerah yang
produktif.
2. Memberikan kiat – kiat atau langkah – langkah bagi pemerintah dalam
membentuk suatu daerah yang produktif.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemberdayaan Masyarakat
2.1.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Robinson (1994) menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses pribadi dan
sosial; suatu pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreatifitas dan kebebasan
bertindak. Sedangkan Ife (1995) mengemukakan bahwa pemberdayaan mengacu pada kata
“empowerment,” yang berarti memberi daya, memberi ”power” (kuasa), kekuatan, kepada
pihak yang kurang berdaya.
Payne (1997) menjelaskan bahwa pemberdayaan pada hakekatnya bertujuan untuk
membantu klien mendapatkan daya, kekuatan dan kemampuan untuk mengambil keputusan
dan tindakan yang akan dilakukan dan berhubungan dengan diri klien tersebut, termasuk
mengurangi kendala pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan.. Orang-orang yang telah
mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan
“keharusan” untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi
pengetahuan, ketrampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan tanpa
tergantung pada pertolongan dari hubungan eksternal.
secara sederhana, Subejo dan Supriyanto (2004) memaknai pemberdayaan masyarakat

sebagai upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan,
memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective action dan
networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara
ekonomi, ekologi, dan sosial”.
Dalam pengertian yang lebih luas, pemberdayaan masyarakat merupakan proses untuk
memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar mampu menempatkan diri secara proporsional
dan menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya untuk mencapai
suatu keberlanjutan dalam jangka panjang.
Pemberdayaan masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan sustainable development
dimana pemberdayaan masyarakat merupakan suatu prasyarat utama serta dapat diibaratkan
sebagai gerbong yang akan membawa masyarakat menuju suatu keberlanjutan secara
ekonomi, sosial dan ekologi yang dinamis. Lingkungan strategis yang dimiliki oleh

masyarakat lokal antara lain mencakup lingkungan produksi, ekonomi, sosial dan ekologi.
Melalui upaya pemberdayaan, warga masyarakat didorong agar memiliki kemampuan untuk
memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal serta terlibat secara penuh dalam
mekanisme produksi, ekonomi, sosial dan ekologi-nya. Secara ringkas keterkaitan antara
pemberdayaan masyarakat dengan sustainable development.
Pemberdayaan masyarakat terkait erat dengan faktor internal dan eksternal. Tanpa
mengecilkan arti dan peranan salah satu faktor, sebenarnya kedua faktor tersebut saling

berkontribusi dan mempengaruhi secara sinergis dan dinamis. Meskipun dari beberapa contoh
kasus yang disebutkan sebelumnya faktor internal sangat penting sebagai salah satu wujud
self-organizing dari masyarakat namun kita juga perlu memberikan perhatian pada faktor
eksternalnya.

2.1.2 Proses Pemberdayaan Masyarakat
Pranarka & Vidhyandika (1996) menjelaskan bahwa ”proses pemberdayaan
mengandung dua kecenderungan. Pertama, proses pemberdayaan yang mene-kankan pada
proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada
masyarakat agar individu lebih berdaya.
Kecenderungan pertama tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan primer dari
makna pemberdayaan. Sedangkan kecenderungan kedua atau kecenderungansekunder
menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar
mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apayang menjadi pilihan
hidupnya melalui proses dialog”.
Sumardjo (1999) menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya yaitu:
1. Mampu memahami diri dan potensinya,mampu merencanakan (mengantisipasi
kondisi perubahan ke depan)
2. Mampu mengarahkan dirinya sendiri
3. Memiliki kekuatan untuk berunding

4. Emiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama yang saling
menguntungkan, dan
5. Bertanggungjawab atas tindakannya.

Slamet (2003) menjelaskan lebih rinci bahwa yang dimaksud dengan masyarakat
berdaya adalah masyarakat yang tahu, mengerti, faham termotivasi,berkesempatan,
memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerjasama, tahu berbagai alternative, mampu
mengambil keputusan, berani mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap informasi
dan mampu bertindak sesuai dengansituasi. Proses pemberdayaan yang melahirkan
masyarakat yang memiliki sifat seperti yang diharapkan harus dilakukan secara
berkesinambungan dengan mengoptimalkan partisipasi masyarakat secara bertanggungjawab.
2.1.3 Tujuan dan Tahapan Pemberdayaan Masyarakat
Jamasy (2004) mengemukakan bahwa konsekuensi dan tanggungjawab utama dalam
program pembangunan melalui pendekatan pe mberdayaan adalah masyarakat berdaya atau
memiliki daya, kekuatan atau kemampuan. Kekuatan yang dimaksud dapat dilihat dari aspek
fisik dan material, ekonomi, kelembagaan, kerjasama, kekuatan intelektual dan komitmen
bersama dalam menerapkan prinsip-prinsip pemberdayaan.
Terkait dengan tujuan pemberdayaan, Sulistiyani (2004) menjelaskan bahwa tujuan
yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk membentuk individu dan
masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak

dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu
kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan,
memutuskan sertamelakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan
masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya/kemampuan yang dimiliki.
Daya kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik
dan afektif serta sumber daya lainnya yang bersifat fisik/material. Kondisi kognitif pada
hakikatnya merupakan kemampuan berpikir yang dilandasi oleh pengetahuan dan wawasan
seseorang dalam rangka mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Kondisi konatif
merupakan suatu sikap perilaku masyarakat yang terbentuk dan diarahkan pada perilaku yang
sensitif terhadap nilai-nilai pemberdayaan masyarakat. Kondisi afektif adalah merupakan
perasaan yang dimiliki oleh individu yang diharapkan dapat diintervensi untuk mencapai
keberdayaan dalam sikap dan perilaku. Kemampuan psikomotorik merupakan kecakapan
keterampilan yang dimiliki masyarakat sebagai upaya mendukung masyarakat dalam rangka
melaku-kan aktivitas pembangunan.

2.2 Produktivitas
2.2.1 Pengertian Produktivitas
Produktivitas mempunyai pengertian filosofis dan teknik operasional. Secara filosofis
produktivitas merupakan sikap mental yang mempunyai pandangan bahwa "Mutu kehidupan
hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini"

{Ravianto 1985).
Sikap seperti di atas tentu sangat diperlukan untuk menjawab berbagai tantangan
dalam melakukan berbagai aktivitas dan diharapkan pula menciptakan suasana kehidupan
kerja dan prosedur kerja yang lebih baik serta dapat menciptakan metode-metode dan sistem
kerja yang produktif dan dapat menghindari pemborosan-pemborosan yang pada akhimya
mendatangkan kerugian bagi pihak badan usaha. Secara teknik operasional, produktivitas
diartikan sebagai efisiensi dari penggunaan sumber daya untuk menghasilkan pengeluaran
yang efisien.
Menurut Werther (1986) yang mengatakan bahwa definisi atau pengertian
produktivitas adalah keluaran fisik per unit dari usaha produktif, produktivitas adalah tingkat
keefektifan dari penggunaan tenaga kerja dan peralatan.
Suprihanto (1992) mengatakan bahwa definisi atau pengertian produktivitas adalah
perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseiuruhan sumber daya yang dipergunakan.
Winardi (1981) mengatakan bahwa definisi atau pengertian produktivitas adalah rasio
output fisik dibandingkan dengan input fisik.
Payaman Simanjuntak (1983) mengungkapkan tiga definisi atau pengertian produktivitas
sebagai berikut :
1. Secara filosofis produktivitas mengandung pengertian pandangan hidup dan sikap
mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan, keadaan hari ini
harus lebih baik dari hari kemarin dan mutu kehidupan harus lebih baik dari hari ini.

2. Secara defmisi kerja produktivitas mengandung pengertian perbandingan an tara hasil
yang dicapai dengan sumber daya yang digunakan persatuan waktu.
3. Secara teknis operasional produktivitas mengandung makna peningkatan produksi
yang dapat terwujud dengan empat bentuk yaitu: (a) Jumlah produksi yang sama
dapat diperoleh dengan menggunakan sumber daya manusia yang lebih sedikit, (b)

Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya
yang lebih sedikit. ( c) Jumlah produksi yang lebih besar dapat diperoleh dengan
pertambahan biaya yang relatif sedikit atau kecil. Dari beberapa batasan yang
dikemukakan di atas mengenai produktivitas, maka dapat dikatakan produktivitas
merupakan perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan yang digunakan
(input) pada suatu periode. Adapun unsur masukan dapat digunakan berupa modal,
tenaga kerja, mesin dan peralatan, bahan-bahan, dan sebagainya. Sementara
keluarannya dapat berupa fisik unit atau nilai uang dan dapat berupa non fisik dalam
hal ini berbentuk jasa.
Definisi atau pengertian di atas menunjukkan produktivitas total, karena dikaitkan
dengan masukan secara keseluruhan dan keluaran secara keseluruhan pula.
2.2.2 Daerah Produktif
Dalam dunia yang sangat kompetitif sekarang ini setiap negara perlu mengupayakan
terbentuknya wilayah-wilayah yang produktif untuk memungkinkan tersedianya lapangan
kerja yang stabil bagi penduduknya. Sesuai dengan perkembangan globalisasi dan
pertumbuhan cepat perekonomian negara-negara berkembang, seperti Vietnam, kompetisi
antarnegara semakin tajam, dan perusahaan skala dunia menjadi sangat selektif dalam
memilih wilayah-wilayah dimana mereka akan menempatkan perusahaannya.
Tata ruang wilayah negara perlu dikondisikan untuk mendukung terwujudnya
wilayah-wilayah yang produktif tersebut, yang ditempati oleh industri-industri bernilai
tambah tinggi, yang akan memberikan pendapatan tinggi bagi para pekerjanya. Industri itu
juga perlu menggunakan sumber daya wilayah yang bersangkutan, sehingga tidak mudah
pindah ke negara lain, karena tersedianya insentif baru yang ditawarkan oleh negara itu.
Untuk itu adalah penting untuk mempromosikan deregulasi dan mewujudkan lingkungan
bisnis yang bersifat non-restrictive, dengan mengubah sistem yang berbiaya tinggi, dan
dengan meningkatkan kelancaran pergerakan orang, barang (termasuk uang), dan informasi.
Negara kita perlu menyediakan lingkungan industri yang menarik bagi perusahaan
dunia untuk berlokasi di berbagai wilayah di Indonesia, dan dalam jangka panjang setiap
wilayah perlu berupaya untuk mampu menjadi kompetitif secara internasional. Dengan
menjadi kompetitif, maka perusahaan asing akan satu demi satu datang, membuka lapangan
kerja, mencari barang dan jasa pendukung, serta pada akhirnya memberikan penghasilan

yang tinggi bagi mereka yang terlibat. Perusahaan asing ini membawa teknologi, kebiasaan
kerja, pengetahuan manajerial, dan informasi pasar yang semuanya penting untuk diketahui
oleh perusahaan dan individu lokal. Ini tidak berarti perusahaan lokal diabaikan, mereka
bahkan merupakan ujung tombak pembangunan, sehingga perlu mendapat dukungan yang
khusus.
Agar semakin banyak wilayah menjadi produktif, maka setiap daerah perlu
memanfaatkan karakteristik wilayah masing-masing dalam berinteraksi dengan dunia. Setiap
wilayah perlu memiliki identitas yang khas, yang dihargai oleh dunia. Sasarannya adalah
berkembangnya pertukaran yang lebih aktif dalam banyak bidang termasuk ekonomi, ilmu
pengetahuan, budaya, olahraga, dan pariwisata dengan negara lain. Setiap wilayah perlu
menawarkan apa yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat global, dan terutama oleh
masyarakat Asia, yang kemakmurannya tidak kalah dengan masyarakat dari negara industri
maju, dan dengan harga tiket murah sekarang ini, menjadi tetangga yang sangat dekat.
Semakin meningkatnya aktivitas luar negeri dari perusahaan dan individu luar negeri
di berbagai wilayah Indonesia, akan semakin menarik lebih banyak perusahaan dan individu
asing yang akan mengunjungi berbagai wilayah di Indonesia untuk melakukan berbagai
aktivitas baru, dan perekonomian nasional pun akan semakin berkembang.

BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Strategi dalam membangun daerah yang memiliki produktivitas tersebut
Strategi untuk mencapai tujuan menjadi wilayah produktif adalah membangun
prasarana, mempromosikan kerja sama regional dan meningkatkan partisipasi publik.
Prasarana wilayah, yang terdiri dari jalan, pelabuhan, listrik, dan sambungan internet
adalah satu paket kebutuhan yang mutlak untuk membangun wilayah produktif.
Membangun dan meningkatkan infrastruktur transportasi, energi, komunikasi dan
informasi ini adalah untuk memudahkan kerja sama dan pertukaran barang dan jasa
antarwilayah, dan untuk memberikan akses yang merata terhadap fungsi-fungsi pelayanan
dari pusat-pusat wilayah.
Upaya berikutnya adalah mengembangkan lingkungan kota yang tertib, alami dan
mempunyai tradisi unik yang menarik. Ketertiban merupakan pencerminan dari adanya
kepastian, yang sangat diperhatikan oleh para pengusaha. Untuk menciptakan kepastian,
maka rencana tata ruang kota menjadi suatu kebutuhan. Kota yang alami akan membuat
penghuni kota merasa betah, yang merupakan kebutuhan untuk menghilangkan keletihan
bekerja. Tradisi yang unik akan membuat pendatang mendapatkan pengalaman lain yang
dapat diceritakan kepada orang-orang lain. Setiap daerah perlu menggali tradisi lokal
yang khas dan kemudian mengubahnya menjadi suatu event yang menarik, dengan tetap
memelihara nilai-nilai luhur yang dikembangkan masyarakat lokal sejak dahulu.
Mendorong kerja sama dan interaksi antara wilayah di Indonesia dengan wilayahwilayah negara lain merupakan upaya yang secara khusus perlu disiapkan, karena
keterbatasan pengalaman dari sebagian besar pemda. Dan partisipasi publik adalah upaya
agar kemajuan wilayah dapat dirasakan oleh banyak orang, dengan memberi kesempatan
bagi setiap orang untuk melakukan upaya secara profesional dan memberikan kontribusi
pada kegiatan yang produktif di wilayah itu, tanpa memandang latar belakang budaya
orang per orang.
Strategi dalam membentuk suatu daerah yang memiliki produktivitas tersebut dapat di
capai dengan mengupayakan hal – hal sebagai berikut :
1. Membangun infrastruktur wilayah yang produktif
2. Membenahi kawasan metropolitan

3. Membentuk koridor kerja sama wilayah
4. Membuka hubungan internasional yang merata

3.2 Strategi dalam melakukan pemberdayaan kepada masyarakat
Strategi Utama Pemberdayaan Masyarakat
 Pemberdayaan Masyarakat ( Community Empowerment ) .
 Perluasan Kesempatan ( Promoting Opportunity ) .
 Pengembangan Perlindungan Sosial ( Enhancing Social Security ) .
1. Pemberdayaan masyarakat ( community empowerment ), meliputi:
o Pembentukan iklim demokrasi dan partisipasi secara umum di tingkat nasional
sampai desa, sampai menjadi nilai yang inheren pada setiap tindakan dalam
program pemberdayaan masyarakat; demokrasi memungkinkan pelebaran
makna permasalahan dari lapisan bawah kepada elite masyarakat;
o Desentralisasi dan kemandirian dalam pengambilan keputusan agar masalah
dan penyelesaiannya memiliki akar empiris yang kuat; hal ini meningkatkan
efektivitas dan efisiensi dalam upaya pemecahan masalah pembangunan;
o Peningkatan kemampuan pemerintah pusat dan daerah dalam melayani
kebutuhan penduduk miskin dan marjinal;
o Keberlanjutan program atau proyek dengan memfasilitasi gerakan masyarakat
dalam memelihara maupun meningkatkan hasil program dan proyek tersebut;
o Penyediaan fasilitator untuk menggerakkan kehidupan kelompok dan
masyarakat lokal, serta memberi pengetahuan manajerial; fasilitator juga
berfungsi sebagai mediator untuk memungkinkan komunikasi yang setara dari
penduduk miskin dan marjinal kepda pihak lainnya sehingga akses kepada
penduduk miskin terbuka lebar;
2. Perluasan kesempatan ( promoting opportunity ), meliputi:

o Penyusunan kebijakan publik dalam bidang ekonomi, politik, sosial, dan
budaya dialokasikan kepada lapisan miskin dan marjinal;
o Pembangunan prasarana dan sarana fisik di bidang transportasi, komunikasi,
perumahan, kesehatan, terutama untuk daerah-daerah tertinggal; pembangunan
fisik diarahkan untuk meningkatkan dan mempercepat perolehan impak
kepada perkembangan ekonomi wilayah;
o Pemberian akses kepada lembaga pendidikan, lembaga ekonomi, lembaga
sosial, lembaga politik, lembaga budaya, terutama kepada keluarga miskin dan
golongan perempuan; dengan demikian lapisan bawah dan kelompok marjinal
memiliki modal untuk bersaing dalam kehidupan modern;
3. Pengembangan perlindungan sosial ( enhancing social security ), meliputi:
o Pemberian legalitas kepada properti penduduk miskin agar bisa digunakan
sebagai modal kerja dan perolehan kredit mikro/kecil;
o Pembentukan atau penguatan kelompok atau organisasi secara modern agar
penduduk miskin dapat memanfaatkan akses ekonomi, politik, sosial dan
budaya bagi peningkatan ketahanan sosial dan kesejahteraan masyarakat;
o Pembangunan jaringan kerjasama antara individu, lembaga/ kelompok
swadaya masyarakat, lembaga pemerintahan, dan lembaga ekonomi; jaringan
berguna untuk memperluas batas kemampuan individu atau kelompok, serta
sebagai pertahanan dari krisis yang mungkin menghadang secara mendadak;

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan di atas dapat di ambil kesimpulan Bahwa
pemberdayaan masyarakat dalam membentuk suatu daerah yang memiliki produktivitas dapat
dilakukan, jika mengikuti langkah – langkah sebagai berikut :
1.

Membangun infrastruktur wilayah yang produktif

2.

Membenahi kawasan metropolitan

3.

Membentuk koridor kerja sama wilayah

4. Membuka hubungan internasional yang merata
Kemudian untuk Strategi Utama dalam Pemberdayaan Masyarakatnya adalah sebagai
berikut :
1. Pemberdayaan Masyarakat ( Community Empowerment ) .
2. Perluasan Kesempatan ( Promoting Opportunity ) .
3. Pengembangan Perlindungan Sosial ( Enhancing Social Security ) .
Sehingga dengan adanya strategi – strategi di atas diharapakan masyarakat dan
daerahnya menjadi produktif
4.2 Saran
Setelah Memahami pembahasan tersebut agar dapat memberi pengaruh yang
signifikan terhadap suatu daerah agar lebih menjadi produktif di sini di perlukan adanya
komitmen dari semua kalangan baik itu masyarakat, swasta maupun pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Herry Darwanto pada jurnal membangun wilayah yang produktif di akses pada 17 desember
2011
http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/09/pemberdayaan-masyarakat-pengertian.html diakses
pada 17 desember 2011
file:///D:/tugas%20kependudukan/Definisi%20atau%20Pengertian%20Produktivitas.htm
akses pada 17 desember 2011
Strategi Pemberdayaan Drs. H. Dadang Solihin, MA Jakarta, 7 Mei 2007 pada seminar
Masyarakat dalam Pembangunan Ekonomi Lokal di akses pada 17 desember 2011

di