Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Pada Berbagai Komposisi Media Tanam Dan Pemberian Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) Di Main Nursery

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan tumbuhan tropis yang berasal dari Afrika Barat.
Tanaman ini dapat tumbuh di luar daerah asalnya, termasuk Indonesia. Tanaman
kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional. Selain mampu
menyediakan lapangan kerja, hasil dari tanaman ini juga merupakan sumber
devisa negara. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia berkembang dengan pesat
bahkan data terakhir menyebutkan jumlah perkebunan kelapa sawit di Indonesia
sudah mencapai 7,3 juta ha lebih dari jumlah itu, mampu menghasilkan sedikitnya
21,5 juta ton crude palm oil (CPO) per tahunnya. Perkembangan perkebunan
kepala sawit terjadi sejak dua tahun terakhir kita perkirakan ke depannya akan
jauh lebih pesat lagi (BPS,2012)
Pembibitan kelapa sawit merupakan titik awal yang paling menentukan
masa depan pertumbuhan kelapa sawit dilapangan. Pembibitan dalam kultur
teknis kelapa sawit sampai saat ini terdiri atas dua tahap. Tahap pertama adalah
pembibitan awal (Pre Nursery) dan tahap kedua adalah pembibitan utama (Main
Nursery). Pre nursery adalah bertujuan untuk memperoleh bibit yang merata
pertumbuhan sebelum dipindahkan ke Main Nursery. Main Nursery bertujuan
vintuk mempersiapkan bibit cukup sehat dan kuat sebelum ditanam ke lapangan.

Bibit kelapa sawit yang baik adalah memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh
yang optimal serta mampu menghadapi kondisi cekaman lingkungan saat
pelaksanaan pemindahan bibit (Lubis,1992)
Sumatera Utara merupakan daerah perkebunan terutama perkebunan
kelapa sawit. Limbah industri kelapa sawit memiliki potensial untuk
1

Universitas Sumatera Utara

2

dikembangkan sebagai bahan pembenah tanah. Beberapa penelitian
menunjukkan keunggulan kompetitif limbah ini. Salah satunya limbah tersebut
dapat digunakan

sebagai

sumber

bahan


organik

setelah mengalami

dekomposisi.
Limbah cair yang dihasilkan dari pabrik kelapa sawit (LCPKS) yang
menurut Sutarta, et al (2001) mengandung hara yang setara dengan 1,56 kg urea,
0.25 kg TSP, 2.50 kg MOP, dan 1,00 kg kieserite di dalam setiap 1 ton limbah
cair dengan tingkat BOD 25.000 mg/l, namun dengan tingkat BOD seperti itu
akan menjadi pencemar bagi lingkungan dan sangat membahayakan kehidupan
individu sekitar. Oleh sebab itu diperlukan pengolahan kembali khusus limbah
cair tersebut untuk menurunkan tingkat BOD sampai batas yang dikehendaki oleh
Pemerintah agar limbah cair dapat dibuang ke sungai (BOD 100 mg/l) ataupun
digunakan sebagai pupuk alternatif dengan BOD 3500 – 5000 mg/l (land
application). Hasil penelitian Hidayat, dkk (2007) juga menyatakan bahwa
penambahan limbah cair pabrik kelapa sawit dalam bentuk dry ataupun wet
sludge (lumpur) pada media tanam sub soil dengan perbandingan 8 : 2 (sub soil :
LCPKS) sudah dapat menggantikan peran top soil yang subur. Penelitian Nuraima
(2008) juga menyatakan bahwa aplikasi konsentrat (endapan) LCPKS sampai

dosis 25 ton/ha dapat meningkatkan N-total, K-dapat tukar, P-tersedia tanah dan
memberikan respon pertumbuhan yang baik terhadap tanaman jagung. Pupuk
organik yang bisa digunakan untuk medium tumbuh antara lain adalah pupuk
kandang, pupuk cair organik, dan pupuk sludge.

Universitas Sumatera Utara

3

Campuran media masing-masing komponen media tanam menghasilkan
sifat fisik tanah yang sama sehingga mampu mendukung pertumbuhan karena
dapat memegang air dan juga aerasi cukup yang baik bagi pertumbuhan akar bibit

Universitas Sumatera Utara

4

kelapa sawit. Berdasarkan penelitian Nazri (2016), yang menyatakan
perlakuan M1 (Topsoil + TKKS 1:1 ) memberikan rataan tertinggi terhadap tinggi
bibit dan diameter batang, perlakuan M2 (Topsoil + Sludge 1:1) memberikan

rataan

tertinggi pada jumlah daun, volume akar dan Bobot

kering tajuk

sedangkan perlakuan M3 (Topsoil + Serat kelapa sawit 1:1) memberikan rataan
tertinggi pada total luas daun, bobot segar tajuk, bobot segar akar, dan bobot
kering akar.
(LCPKS) yang dinyatakan oleh Darmosarkoro dan Winarna (2001)
merupakan limbah yang paling banyak dihasilkan setiap ton tandan buah segar
(TBS). Bahan organik yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit, yang selama ini
masih sering dianggap sebagai limbah sebenarnya merupakan sumber hara yang
potensial bagi tanaman, selain itu dapat pula berfungsi sebagai bahan pembenah
tanah. Salah satu bahan organik yang dapat digunakan adalah limbah cair pabrik
kelapa sawit (LCPKS) (Kartika et al, 2008).
Salah satu pemanfaatan dari pengelolahan

limbah kelapa sawit yaitu


digunakan sebagai pupuk organik. Pemupukan di perkebunan kelapa sawit selama
ini masih menggunakan pupuk anorganik. Penggunaan pupuk anorganik yang
terus menerus akan berdampak negatif terhadap lingkungan sekitar. Salah satu
manfaat yang cukup besar untuk pertanaman kelapa sawit yaitu limbah kelapa
sawit dapat dijadikan pupuk organik. Pemanfaatan limbah kelapa sawit tersebut
sebagai alternatif pupuk organik juga akan memberikan manfaat lain dari sisi
ekonomi. Bagi perkebunan kelapa sawit, dapat menghemat penggunaan pupuk
sintetis sampai dengan 50% (Prayitno, 2008).

Universitas Sumatera Utara

5

Keunggulan pupuk cair organik menurut Sembiring, (2001) antara lain
mengandung unsur yang lengkap baik hara makro maupun mikro dan mudah
diabsorbsi oleh daun. Keunggulan pupuk sludge antara lain dapat memperbaiki
sifat kimia tanah seperti pH, C-organik, N-total, ketersediaan P,Ca dapat
dipertukarkan, Mg dan peningkatan K yang dapat dipertukarkan.
Limbah dari pabrik kelapa sawit dapat digunakan sebagai sumber bahan
organik


setelah mengalami dekomposisi. Limbah padat pabrik kelapa sawit

dikelompokan menjadi dua yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dan
yang berasal dari basis pengolahan limbah cair. Limbah padat yang berasal dari
proses pengolahan berupa Tandan Kompos Kelapa Sawit, Cangkang atau
tempurung, serabut atau serat, sludge atau lumpur dan bungkil. Kompos Tandan
Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan limbah dari pabrik kelapa sawit.
Kompos TKKS dari hasil penelitian mempunyai beberapa keuntungan antara lain:
kualitas tidak bervariasi, bobot lebih ringan, tidak mengandung inokulum
penyakit dan lebih bersih (Wahyono et al. 2003).
Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) merupakan salah satu bahan
organik yang mengandung unsur hara cukup tinggi seperti N, P, K, Mg dan Ca.
Limbah cair pabrik kelapa sawit berpeluang besar untuk digunakan sebagai
sumber hara bagi tanaman kelapa sawit disamping memberikan kelembaban
tanah. Pemberian LCPKS dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah
serta dapat meningkatkan status hara tanah. Sementara ditinjau dari kandungan
haranya, setiap satu ton limbah cair pabrik kelapa sawit mengandung hara setara
dengan 1.56 kg Urea,


0.25 kg TSP, 2.50 kg MOP dan 1 kg Kiserit

(Putri, 2011). Sesuai hasil

penelitian Nazri, (2016)

menyatakan bahwa

Universitas Sumatera Utara

6

pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit memberikan pengaruh yang nyata
terhadap parameter tinggi bibit, diameter batang dan total luas daun.
Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang respons pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
terhadap komposisi media tanam berbasis limbah dan beberapa dosis limbah cair
pabrik kelapa sawit (LCPKS) di main nursery.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari


respons pertumbuhan

bibit kelapa sawit pada berbagai komposisi media tanam berbasis limbah dan
pemberian beberapa dosis LCPKS dan di main nursery
Hipotesis Penelitian
Ada

perbedaan

respons

pertumbuhan

bibit

kelapa

sawit


pada berbagai komposisi media tanam berbasis limbah dan beberapa dosis
LCPKS di main nursery serta interaksi kedua faktor tersebut.
Kegunaan Penelitian
Penelitian berguna untuk melengkapi data penyusunan skripsi dan salah
satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan serta sebagai bahan
informasi bagi yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Eleais guinensis Jacq.) Terhadap Komposisi Media Tanam dan Beberapa Dosis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit dan di Pre Nursery

0 4 77

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Eleais guinensis Jacq.) Terhadap Komposisi Media Tanam dan Beberapa Dosis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit dan di Pre Nursery

0 0 11

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Eleais guinensis Jacq.) Terhadap Komposisi Media Tanam dan Beberapa Dosis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit dan di Pre Nursery

0 0 2

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Eleais guinensis Jacq.) Terhadap Komposisi Media Tanam dan Beberapa Dosis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit dan di Pre Nursery

0 0 3

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Pada Berbagai Komposisi Media Tanam Dan Pemberian Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) Di Main Nursery

0 0 9

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Pada Berbagai Komposisi Media Tanam Dan Pemberian Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) Di Main Nursery

0 3 2

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Pada Berbagai Komposisi Media Tanam Dan Pemberian Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) Di Main Nursery

0 0 6

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Pada Berbagai Komposisi Media Tanam Dan Pemberian Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) Di Main Nursery Chapter III VI

0 0 29

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Pada Berbagai Komposisi Media Tanam Dan Pemberian Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) Di Main Nursery

2 4 2

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Pada Berbagai Komposisi Media Tanam Dan Pemberian Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) Di Main Nursery

0 0 29