T1 802012037 Full text

HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN KECENDERUNGAN
NARSISISTIK PADA PENGGUNA JEJARING
SOSIAL MEDIA INSTAGRAM

OLEH
KEMBAREN DIANELIA R.S
802012037

TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program StudiPsikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016

2


PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama

: Kembaren Dianelia R.S

NIM

: 802012037

Program studi : Psikologi
Fakultas

: Psikologi, Universitas Kristen SatyaWacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:
HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN KECENDERUNGAN
NARSISISTIK PADA PENGGUNA JEJARING
SOSIAL MEDIA INSTAGRAM
Yang dibimbing oleh:

Krismi D. Ambarwati, M.Psi.
Adalah benar-benar hasil karyas aya.
Didalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau
gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk
rangkaian kalimat atau gambar sertas imbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya
sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 28 November 2016
Yang member pernyataan,

Kembaren Dianelia R.S

LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN KECENDERUNGAN
NARSISISTIK PADA PENGGUNA JEJARING
SOSIAL MEDIA INSTAGRAM
Oleh
Kembaren Dianelia R. S.
802012037


TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal 6 Desember 2016
Oleh:
Pembimbing

Krismi D. Ambarwati, M.Psi

Diketahui oleh,

Disahkan oleh,

Kaprogdi

Dekan

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.


Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016

HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN KECENDERUNGAN
NARSISISTIK PADA PENGGUNA JEJARING
SOSIAL MEDIA INSTAGRAM

Kembaren Dianelia R. S.
Krismi Diah Ambarwati

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016


Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kesepian dengan kecenderungan
narsisistik pada pengguna jejaring sosial instagram. Populasi dalam penelitian ini adalah
pengguna jejaring sosial instagram minimal selama 6 bulan yaitu individu berusia 18-24
tahun, memiliki jumlah foto dalam akun instagram pribadi minimal 90 foto, aktif dalam
mengakses akun instagram dengan rata-rata akses 1-2 hari sekali. Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah snowball sampling dengan partisipan sebanyak
65 partisipan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada UCLA
Loneliness Scale Version 3 (Russell, 1996) dan Narcissistic Personality Inventory 40
Item (Raskin & Terry 1988). Untuk menghitung korelasi antara kesepian dan
kecenderungan narsisistik, digunakan Pearson’s Product Moment. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kesepian dengan kecenderungan
narsisistik pada pengguna jejaring sosial media instagram (r=-0,080; p>0,05).
Kata Kunci: Kesepian, Kecenderungan Narsisistik, Jejaring Sosial, Instagram.

i

Abstract


This study aims to investigate the relationship of loneliness with narcissistic tendencies
on social networking users instagram. The population in this study is the social network
Instagram for at least 6 months, ie individuals aged 18-24 years, has a number of
photos on instagram account at least 90 photos, enhance access instagram account
access with an average of 1-2 days. Snowball sampling is used in this study, with the
participation of 65 participants. Measuring instrument used in this study refers to the
UCLA Loneliness Scale Version 3 (Russell, 1996), and the Narcissistic Personality
Inventory Item 40 (Raskin & Terry 1988) Pearson's Product Moment is used to
calculate the correlation between loneliness and narcissistic tendencies. The results
from of this study indicate that there is: that there was no relationship between
loneliness with narcissistic tendencies on instagram users of social networking media (r
= -0.080 p> 0.05)
Keywords: Loneliness, Narcissistic Tendency, Social Network, Instagram.

ii

PENDAHULUAN
Dewasa ini, teknologi digital telah berkembang begitu pesat, bukan hanya
penemuan-penemuan alat hardware baru namun juga perkembangan software yang
dibuat untuk membantu dari aktivitas kerja sampai untuk hiburan bagi manusia.

Aplikasi yang menggunakan jaringan internet sebagai basis utamanya ini dimanfaatkan
oleh berbagai pihak dengan rentang usia yang beragam tidak menjadi halangan untuk
mempermudah komunikasi dan kelancaran informasi. Kemudahan dalam menggunakan
internet berupa mencari informasi seperti tempat wisata, instansi, idola, mempermudah
untuk berbelanja dan berjualan banyak individu menggunakan shopping secara online,
mencari hiburan melalui game online atau website yang menyediakan artikel-artikel,
komik, video, bahkan film secara online, dan mempermudah dalam menjalin
komunikasi dengan menggunakan jejaring sosial media.
Dalam penelitian terbaru, Pew Research Center menemukan bahwa sebanyak
91% dari pemilik smartphone usia 18-29 tahun menggunakan jejaring sosial di
smartphone mereka setidaknya sekali selama rentang waktu studi (dalam jurnal)
berjalan, dibandingkan dengan 55% dari mereka yang berumur 50 dan lebih tua (Smith,
2015). Menurut survey yang dilakukan Marketeers (2013) hampir 70% pengguna
internet remaja menghabiskan lebih dari 3 jam sehari menggunakan internet. Tiga hal
utama yang dilakukan netizen (masyarakat pengguna internet) adalah mengakses media
sosial (94%), mencari info (64%), dan membuka email (60,2%) dan menurut survei
yang dilakukan oleh Pew Internet & American Life Project menyatakan, 54% pengguna
internet punya kebiasaan mengunggah potret dirinya ke jejaring sosial yang dimiliki
(dalam Kompas 24 agustus, 2013). Aplikasi yang dimaksud atau disebut dengan jejaring


1

2

sosial media adalah blogger, tumblr, my space, facebook, twitter, path, snapchat,
friendster, instagram, dan lain sebagainya.
Salah satu layanan jejaring sosial media yang lebih memfokuskan penggunanya
untuk mengambil dan meng-upload foto adalah instagram. Namun tidak hanya untuk
meng-upload foto, instagram juga memungkinkan penggunanya untuk menggunakan
filter digital agar foto terlihat lebih menarik, menggunakan fitur share location guna
memberikan informasi kepada followers (pengikutnya) mengenai lokasi foto tersebut
diambil dan memungkinkan penggunanya meng-upload video berdurasi 60 detik yang
bisa dilihat langsung oleh para followers (pengikutnya). Jika foto atau video menarik
menurut pengguna yang menjadi follower, pengguna instagram lainnya dapat
memberikan komentar dan memberi tanda suka (like) kepada foto atau video tersebut
dan akan muncul pada search pengguna lain sehingga foto atau video tersebut tersebar
semakin luas dan followers menjadi bertambah. Instagram sendiri memiliki 400 juta
pengguna aktif bulanan, rata-rata pengguna instagram menghasilkan 150 juta foto per
bulan dan 800 juta foto serta video dipublikasikan setiap hari (CNN, 2016).
Perusahaan instagram mengungkapkan sejumlah fakta menarik mengenai

aktivitas pengguna instagram di Indonesia, sebanyak 59% pengguna instagram berusia
18-24 tahun, 30% berusia 25-34 tahun, dan 11% berusia 34-55 tahun (CNN, 2016).
Usia merupakan salah satu penentu yang kuat dari frekuensi dan kualitas penggunaan
jejaring sosial media. Grant (dalam Mazman & Uzluel, 2011) mengatakan bahwa
jejaring sosial media sebagian besar digunakan oleh remaja dan dewasa awal sebagai
penghubung kepribadian mereka untuk ditunjukkan kepada teman-teman mereka dan
dunia mengenai siapa diri mereka, apa yang mereka pedulikan dan dengan siapa mereka
memiliki pemikiran yang sama. Hal ini membuktikan bahwa jejaring sosial instagram

3

dapat menarik minat pengguna jejaring sosial media.

Para pengguna jejaring sosial media melihat bahwa dengan adanya fungsi
instagram yang dapat menjadi media untuk berbagi foto dan video membuat instagram
semakin lekat dengan kehidupan para penggunanya. Hal ini membuat pengguna
instagram merasa harus membagi setiap aspek yang berkaitan dengan kehidupan
individu tersebut termasuk pemikiran, perasaan yang sedang dirasakan, setiap
pengalaman yang baik atau buruk, benda-benda yang dimiliki, tempat yang sedang
dikunjungi, makanan atau minuman yang dikonsumsi bahkan pakaian yang sedang

dikenakan ke dalam jejaring sosial instagramnya. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Hu, Manikondha dan Kambhampati (2014) terdapat 8 kategori foto favorit di
instagram yaitu kategori foto selfie, teman, makanan, gadget, captioned photo (gambar
dengan kata-kata), hewan, aktivitas, dan fashion. Beberapa individu sering
menggunakan jejaring sosial media untuk memperlihatkan versi ideal dari diri atau
kehidupan mereka, cenderung lebih menekankan pada hal-hal yang positif dan
meminimalisir yang negatif. Ini bukan hanya membuat mereka “menipu” orang lain,
tetapi juga “menipu” diri mereka sendiri (Austin, 2013). Hal ini juga didukung oleh
Puspitasari (2016) yang menyatakan hal-hal yang ditampilkan pada lingkungan adalah
sisi baik individu.

Pada dasarnya, kecenderungan individu untuk memperlihatkan versi ideal
kehidupan melalui fotografi maupun video berhubungan dengan adanya kecenderungan
narsisistik pada diri individu tersebut. Narsisistik adalah sifat kepribadian yang
merefleksikan waham kebesaran (grandiose) dan konsep diri yang melambung. Secara
khusus, perilaku narsisistik berhubungan dengan pandangan diri yang positif dan

4

meninggi pada sifat-sifat tertentu seperti inteligensi, kekuatan, dan daya tarik diri

(Buffardi & Campbel, 2008). Raskin & Terry (dalam Winardi & Permana, 2015)
menjelaskan narsisistik berkembang dalam lingkungan yang memberikan penghargaan
karena adanya perhatian positif dari individu lain kepada individu yang narsisistik. Adi
dan Yudiati (2009) menambahkan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan individu
dikatakan cenderung narsisistik ketika seseorang tersebut cenderung pamer akan
kelebihan-kelebihannya dengan memposting hal-hal mengenai diri nya sendiri pada
akunnya dan enggan berbagi tips-tips bahkan ketika orang lain meminta bantuan.
Perempuan yang narsisistik cenderung lebih mengarah kepada masalah body image agar
merasa unggul dan mendapat kekaguman dari orang lain. Mereka memamerkan
keindahan fisik dan seksualitas untuk mendapatkan kekaguman dari

laki-laki.

Sedangkan, laki-laki yang narsisistik biasanya lebih berfokus pada inteligensi, kekuatan
(power), agresi, uang dan status sosial untuk memenuhi rasa keunggulan dari citra diri
mereka yang salah (Goodman & Leff, 2012).

Seorang remaja bernama Lavish Param memamerkan foto-foto kekayaan yang
dimilikinya seperti tidur-tiduran dengan tumpukan uang ribuan dollar, membuang uang
sebanyak $ 4000, memamerkan tas-tas branded dengan status “orang bekerja sampai
siang, namun hanya mendapatkan separuh dari harga tas ini” (Vemale, 2013).Bahkan
demi mendapatkan foto-foto yang dapat dipamerkan dalam akun sosial media individu
tidak ragu untuk melakukan hal ekstrim hingga merenggut nyawa. Seperti berita yang
dimuat dalam Liputan 6 (2015) seorang mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta
terjatuh pada saat melakukan selfie di atas Puncak Garuda Gunung Merapi. Erry
Yunanto berumur 21 tahun diketahui terpeleset ke dalam kawah sedalam 100-200 meter
dan ditemukan meninggal dunia. Selain itu remaja perempuan asal Italia bernama

5

Isabella Fracchlolla kehilangan nyawanya saat ingin berfoto selfie dari tebing di pinggir
pantai laut Tarato. Isabella diketahui tengah mencari lokasi yang bagus agar ia
mendapatkan hasil yang bagus saat berfoto selfie, namun terjatuh dari ketinggian 18
meter dan meninggal dunia.
Hidayati (2010) mengatakan bahwa motivasi individu menggunakan sosial
media adalah untuk menjalin komunikasi dengan orang lain dan akan merasakan
kepuasan ketika melakukannya secara terus menerus. Rinjani dan Firmanto (2013)
menambahkan individu yang meng-upload foto dan video dapat memenuhi kebutuhan
untuk menjalin hubungan dengan individu lain, karena dengan instagram individu dapat
berkoneksi dengan jejaring sosial yang luas dan dapat membuat individu tersebut
semakin dikenal oleh individu lain. Hal itu didukung dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Aryaguna (dalam Puspitasari, 2016) bahwa adanya like dan komentar
yang diberikan oleh pengguna instagram yang lain dapat menimbulkan rasa
mendapatkan dukungan emosional dan psikologis sehingga individu terdorong untuk
semakin meng-upload foto dan video dalam akun instagramnya. Bergman (2011)
mengatakan bahwa individu percaya bahwa individu lain yang berada di sosial media
tertarik dengan kehidupan mereka sehingga hal tersebut menjadi suatu dorongan untuk
meng-upload foto-foto mereka sendiri yang mengarah pada kecenderungan narsisistik
di sosial media.
Terdapat penelitian yang menemukan bahwa komunikasi secara online memiliki
potensi untuk meningkatkan dukungan sosial dan harga diri sekaligus mengurangi
kesepian dan depresi (Shaw & Gant, 2002). Hal ini sependapat dengan Sundar ( dalam
Pittman & Reich, 2016) bahwa instagram memberikan penurunan yang signifikan
terhadap kesepian yang dialami oleh penggunanya sendiri. Dalam instagram individu

6

dapat meng-upload foto atau video sesuai dengan yang diinginkan dengan harapan agar
orang lain memberikan tanda suka (like) atau komentar yang ada di bawah foto atau
video, ini menunjukkan bahwa keberadaan individu tersebut diterima dalam lingkungan
sosial (Puspitasari, 2016), sehingga membuat indvidu meng-upload terus menerus foto
atau video ke instagram.
Hasil riset yang dilakukan oleh Sadikides, et al (2004) menyatakan bahwa faktor
yang mempengaruhi narsisistik adalah kesepian. Penelitian yang dilakukan oleh Adi dan
Yudianti (2009) juga menemukan bahwa kesepian menjadi salah satu faktor dari
kecenderungan narsisistik. Kim, LaRose dan Peng (2009) mengatakan individu
kesepian memiliki tingkat kecenderungan yang tinggi untuk melakukan interaksi sosial
melalui media sosial. Hal ini juga didukung oleh Bian dan Leung (2015) yang
mengungkap bahwa semakin tinggi tingkat kesepian maka semakin tinggi
kecenderungan seseorang akan ketagihan pada penggunaan smartphone, termasuk pada
penggunaan aplikasi media sosial. Kim, LaRose & Peng (2009) menjelaskan lebih
lanjut individu yang kesepian merasa mereka dapat berinteraksi dan mengekspresikan
diri lebih baik pada sosial media daripada di dunia nyata, hal ini yang membuat
kesepian dapat meningkatkan interaksi sosial individu di media sosial. Ryan dan Xenos
(2001) menambahkan bahwa individu yang kesepian cenderung menghabiskan lebih
banyak waktu di sosial media (facebook).
Kesepian adalah perasaan emosi yang dirasakan ketika individu beranggapan
bahwa kehidupan sosialnya lebih kecil daripada apa yang mereka inginkan, atau ketika
individu merasa tidak puas dengan kehidupan sosialnya menurut Peplau dan Perlman
(dalam Oguz & Cakir, 2014). Hal ini serupa dengan Russell (1996) yang mengatakan
individu kesepian karena individu tidak mendapatkan kehidupan sosial yang diinginkan

7

pada kehidupan di lingkungannya. Kesepian juga dapat menyerang individu setiap saat,
tanpa memilih tempat atau keadaan.Individu dalam sebuah keramaian dapat mengalami
kesepian karena merasa terasing, individu tersebut merasa tidak terpenuhi kebutuhan
sosialnya meskipun dikelilingi orang banyak (Graham, 1995). Russell (1996)
menyatakan karakteristik individu yang kesepian adalah akan cepat marah, lebih suka
menyendiri, dan tidak bisa bergaul dengan orang lain dilingkungan sekitarnya atau
kaku. Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh Mental Health Foundation 48%
remaja di Inggris percaya bahwa orang Inggris merasa kesepian seiring dengan
berjalannya waktu, 45% melaporkan merasa kesepian setidaknya beberapa kali dalam
satu waktu dan 42% merasa tertekan karena sendirian (Griffin, 2010).
Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh Erlina (2015) menemukan bahwa
adanya hubungan negatif antara kesepian dengan narsisme, sehingga semakin kesepian
pengguna path maka semakin tidak narsisme. Kemudian penelitian yang dilakukan
Ryan dan Xenos (2011) mengenai hubungan antara big five, rasa malu, narsisistik,
kesepian dan penggunaan facebook menemukan bahwa individu yang menggunakan
facebook cenderung lebih membuka diri dan narsisistik namun kurang berhati-hati dan
mengalami kesepian dalam hubungan sosial dibanding dengan bukan pengguna
facebook.
Berdasarkan penjelasan fenomena di atas dan pro kontra yang terjadi pada
penelitian sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk mengetahui “Apakah ada hubungan
kesepian dengan kecenderungan narsisistik pada pengguna jejaring sosial media
instagram?.

8

Hipotesis
Ada hubungan positif yang signifikan antara kesepian dengan kecenderungan
narsisistik pada pengguna jejaring sosial media instagram.

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode
korelasional dan ingin mengukur korelasi antara kesepian dengan kecenderungan
narsisistik pada mahasiswa UKSW.
Variabel Penelitian
Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas (X) : Kesepian
2. Variabel terikat (Y) : Kecenderungan Narsisistik
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah dewasa awal, sampel dalam penelitian ini
diambil dari seluruh populasi yang sesuai dengan kriteria dalam penelitian yaitu
individu berusia 18-24 tahun, memiliki akun instagram pribadi dan telah bergabung
selama 6 bulan atau lebih, memiliki jumlah foto dalam akun instagram pribadi 90 foto
atau lebih, aktif dalam mengakses akun instagram (meng-upload foto atau video,
memberikan tanda suka, memberikan komentar, memeriksa pemberitahuan, mengakses
halaman depan atau explore) dengan rata-rata akses 1-2 hari sekali (Rahmanita, 2015).
Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah snowball sampling yaitu, teknik

9

penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar (Sugiyono,
2012). Selanjutnya diperoleh sampel sebanyak 65 orang.
Alat Ukur Penelitian
a. NPI-40 Item (Narcissistic Personality Inventory 40 Item)
NPI-40 Item adalah skala pengukuran narsisistik yang dikembangkan oleh
Raskin dan Terry (1988). Kemudian, dalam skala ini terdiri dari 40 item yang masingmasing item memiliki 2 pernyataan yaitu pernyataan respon narsisistik dan respon tidak
narsisistik. Setiap pernyataan yang sesuai dengan kunci jawaban dalam alat ukur akan
diberikan skor 1 sedangkan yang tidak akan diberikan skor 0.
Berdasarkan pada perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas skala NPI-40
sebanyak tiga kali putaran, yaitu terdiri dari 40 item, diperoleh item yang gugur
sebanyak 25 item dengan koefisien korelasi item totalnya bergerak antara 0,237-0,404.
Menurut Thorndike et al (1991), koefisien korelasi yang mencapai ≥ 0.20

daya

pembedanya dianggap memuaskan.
Teknik pengukuran untuk menguji reliabilitas menggunakan teknik koefisien
Alpha Cronbach. Hasil koefisien Alpha pada skala NPI-40 item sebesar 0,713. Hal ini
berarti skala NPI-40 item reliabel.
Tabel 1. Reliabilitas Skala NPI-40 item
Cronbach's
Alpha
,713

N of Items
15

b. UCLA Loneliness Scale Version 3
UCLA Loneliness Scale Version 3 adalah skala pengukuran kesepian yang
dikembangkan oleh Russell (1996). Skala ini terdiri dari 20 item yang terdiri dari 9 item

10

favourable dan 11 item unfavorable. UCLA Loneliness Scale dibuat dalam bentuk skala
likert dengan 4 pilihan alternatif respon yaitu pernyataan SS diberi skor 4, jawaban S
diberi skor 3, TS diberi skor 2 dan STS diberi skor 1.
Berdasarkan pada perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas skala UCLA
Loneliness sebanyak dua kali putaran, yaitu terdiri dari 20 item, diperoleh item yang
gugur sebanyak 2 item dengan koefisien korelasi item totalnya bergerak antara 0,2020,602. Menurut Thorndike et al (1991), koefisien korelasi yang mencapai ≥ 0.20 daya
pembedanya dianggap memuaskan.
Teknik pengukuran untuk menguji reliabilitas menggunakan teknik koefisien
Alpha Cronbach. Hasil koefisien Alpha pada skala UCLA Loneliness item sebesar
0,807. Hal ini berarti skala UCLA Loneliness item reliabel.
Tabel 2. . Reliabilitas Skala UCLA Loneliness
Cronbach's
Alpha
,807

N of Items
18

HASIL PENELITIAN
Uji Asumsi
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara kesepian dengan kecenderungan
narsisistik. Namun, sebelum dilakukan uji korelasi, peneliti melakukan uji asumsi
terlebih dahulu untuk menentukan jenis statistik parametrik atau non-parametrik yang
digunakan untuk uji korelasi.

11

1. Uji Normalitas
Uji normalitas yaitu untuk mengetahui apakah data suatu penelitian berdistribusi
normal atau tidak. Dalam pengujian ini menggunakan One-Sample KolmogorovSmirnov Test dengan menggunakan SPSS.v 21.0, dengan hasil seperti tabel
berikut:
Tabel 1.1 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kesepian
N

Narsisistik

65

65

,00

,00

1,000

1,000

Absolute

,115

,092

Positive

,115

,060

Negative

-,081

-,092

Kolmogorov-Smirnov Z

,929

,744

Asymp. Sig. (2-tailed)

,353

,637

Normal Parameters

a,b

Mean
Std. Deviation

Most Extreme Differences

a. Test distribution is Normal.

Dalam hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa variabel kesepian memiliki
koefisien Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,929 dengan probabilitas (p) atau
siginifikansi sebesar 0,353, sedangkan variabel narsisistik memiliki koefisien
Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,744 dengan probabilitas (p) atau siginifikansi sebesar
0,637. Dengan demikian, variabel kesepian dengan kecenderungan narsisistik memiliki
data yang berdistribusi normal (p>0,05).
2. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas berhubungan
dengan variabel terikat atau tidak. Perhitungan uji linearitas dilakukan dengan
menggunakan uji ANOVA yang dapat dilihat pada tabel berikut:

12

Tabel 2.1 Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of
Squares
(Combined)

Df

Mean Square

F

Sig.

12,253

20

,613

,521

,942

,408

1

,408

,347

,559

11,846

19

,623

,530

,932

Within Groups

51,747

44

1,176

Total

64,000

64

Linearity

Between
Groups

Deviation
from
Linearity

Narsisistik *
Kesepian

Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa hasil uji linearitas menunjukkan
adanya hubungan yang linear antara kesepian dengan kecenderungan narsisistik
pada mahasiswa yang menggunakan instagram dengan linearity sebesar Fhitung
= 0,347 dengan nilai signifikansi sebesar 0,559 (p>0.05).
Analisis Deskriptif
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-rata, minimal, maksimal dan standar
deviasi sebagai hasil pengukuran skala kesepian dan skala kecenderungan narsisistik:

Tabel 3.1 Deskriptif Statistika
N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

Kesepian

65

19

45

28,71

5,379

Narsisistik

65

0

20

10,12

3,740

Valid N (listwise)

65

13

Berdasarkan tabel 3.1, tampak skor empirik yang diperoleh pada skala kesepian
paling rendah adalah 19 dan paling tinggi adalah 45, rata-ratanya adalah 28,71 dengan
standar deviasi 5,379. Begitu juga skala kecenderungan narsisistik paling rendah adalah 0 dan skor paling tinggi adalah 20, rata-ratanya adalah

10,12

dengan standar deviasi

3,740.

Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel kesepian
digunakan empat (4) kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah.
Jumlah pilihan pada masing-masing item adalah empat. Maka skor maksimum yang
diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 4 x 18 item
= 72. Kemudian skor minimum diperoleh dengan cara mengalikan skor terendah dengan
jumlah soal yaitu 1 x 18 item = 18.
Tabel 4.1 Tabel Kategorisasi Kesepian Pada Pengguna Jejaring Sosial Media
Instagram
No

Interval
Kategorisasi
58,5 ≤ X ≤
Sangat
1
72
Tinggi
45 ≤ X <
2
Tinggi
58,5
31,5 ≤ X <
3
Rendah
45
18 ≤ X <
Sangat
4
31,5
Rendah
Jumlah
X= Skor Kecenderungan Narsisistik

Mean

32,02

F

%

1

1,54%

1

1,54%

31

47,69%

32

49,23%

65

100%

Hasil analisis deskriptif pada tabel diatas menunjukkan kesepian pada pengguna jejaring
sosial media instagram cenderung berada pada kategori rendah dengan nilai rata-rata
32,02.
Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel kesepian
digunakan empat (4) kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah.

14

Jumlah pilihan pada masing-masing item adalah dua. Maka skor maksimum yang
diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 1 x 15 item
= 15. Kemudian skor minimum diperoleh dengan cara mengalikan skor terendah dengan
jumlah soal yaitu 0 x 15 item = 0.
Tabel 5.1 Tabel Kategorisasi Kecenderungan Narsisistik Pada Pengguna Jejaring
Sosial Media Instagram
No
1
2
3

Interval
11,25 ≤ X ≤
15
7,5 ≤ X <
11,25
3,75 ≤ X < 7,5

Kategorisasi

F

%

Sangat Tinggi

5

7,69%

Tinggi

25

38,46%

29

44,62%

6
65

9,23%
100%

Rendah

0 ≤ X < 3,75
Sangat Rendah
Jumlah
X= Skor Kecenderungan Narsisistik
4

Mean

7,14

Hasil analisis deskriptif pada tabel diatas menunjukkan kecenderungan narsisistik pada
pengguna jejaring sosial media instagram cenderung berada pada kategori rendah
dengan nilai rata-rata 7,14.
Uji Korelasi
Berdasarkan hasil uji asumsi yang telah dilakukan, diketahui bahwa data yang
diperoleh berdistribusi normal dan variabel-variabel penelitiannya yang linear.
Kemudian untuk uji korelasi menggunakan Pearson Product Moment, yang mana untuk
mengetahui arah korelasi kedua variabel dan juga arah korelasi antara kesepian dengan
kecenderungan narsisistik.

15

Tabel 4.1 Hasil Uji Korelasi antara Kesepian dengan Kecenderungan Narsisistik.
Kesepian
Pearson Correlation
Kesepian

1

Sig. (1-tailed)

-,080
,264

N
Pearson Correlation
Narsisistik

Narsisistik

Sig. (1-tailed)

65

65

-,080

1

,264

N

65

65

Berdasarkan hasil koefisien korelasi antara persepsi mengenai kesepian dengan
kecenderungan narsisistik, sebesar -0,080 dengan signifikansi = 0,264 (p>0,05). Hal ini
menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara kesepian dengan kecenderungan
narsisistik pada pengguna jejaring sosial media instagram.

PEMBAHASAN
Berdasarkan

penelitian

mengenai

hubungan

kesepian

dengan

kecenderungan narsisistik pada pengguna jejaring sosial media instagram, didapatkan
hasil uji perhitungan korelasi bahwa kedua variabel memiliki (r) sebesar -0,080 dengan
signifikansi sebesar 0,264 (p>0,05) yang berarti kedua variabel yaitu kesepian dengan
kecenderungan narsisistik tidak memiliki hubungan. Hal ini berarti H1 ditolak, H0
diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya kesepian pengguna jejaring
sosial media instagram tidak berhubungan dengan tinggi atau rendahnya kecenderungan
narsisistik. Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Sundar ( dalam
Pittman & Reich, 2016) yang menyatakan instagram memberikan penurunan yang
signifikan terhadap kesepian yang dialami oleh penggunanya sendiri.

16

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa subjek penelitian mengalami kesepian
yang rendah yaitu sebanyak 31 subjek (47,69%). Namun, tidak berhubungan dengan
kecenderungan narsisistik walaupun dalam analisis deskriptif kecenderungan narsisistik
memiliki kategorisasi rendah yaitu sebanyak 29 subjek (44,62%) dan juga tinggi
sebanyak 25 subjek (38,46%). Hal ini dapat disebabkan oleh adanya faktor lain yang
mempengaruhi kecenderungan narsisistik. Raskin & Terry (dalam Winardi & Permana,
2015) mengatakan narsisistik berkembang dalam lingkungan yang memberikan
penghargaan karena adanya perhatian positif dari individu lain kepada individu yang
narsisistik. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Yudiati (2009) menambahkan
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan individu dikatakan cenderung narsisistik
ketika seseorang tersebut cenderung pamer akan kelebihan-kelebihannya dengan
memposting hal-hal mengenai diri nya sendiri pada akunnya. Hasil penelitian Campbell
(2000) mengatakan bahwa kecenderungan narsisistik justru sebagai alat untuk menutupi
kelemahan dan kekurangannya, yakni harga diri yang rendah.
Adapun faktor-faktor lain yang memengaruhi kecenderungan narsisistik di sosial
media berdasarkan hasil penelitian dari Sedikirdes, et al (2004) yang menyatakan seperti
Self-esteem (Harga Diri), seseorang yang mengalami ketidakstabilan dalam faktor selfesteem dan sangat bergantung pada interaksi sosial. Depression (Depresi) berfikiran
negatif akan diri sendiri, lingkungan dan masa depan juga mengalami rasa bersalah dan
menarik diri dalam manjalani kehidupannya dan Subjective Well-being (Kebahagiaan
subjektif) seseorang merasakan kebahagiaan hanya sebatas pada suatu hal.

17

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Mengacu pada hasil penelitian yang didapatkan, maka kesimpulan dari
penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan antara kesepian dengan kecenderungan
narsisistik pada pengguna jejaring sosial media instagram (r= -0,080 ; p>0,05).
Saran
Adapun saran yang diberikan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian sebagai
berikut:
1. Bagi Pengguna Jejaring Sosial Media Instagram
a. Diharapkan

pengguna

jejaring

sosial

media

instagram

dapat

mempertahankan interaksi sosial dengan individu lain di dunia nyata
sehingga tetap merasa puas dengan kondisi sosialnya untuk mengantisipasi
meningkatnya kesepian.
b. Diharapkan pengguna jejaring sosial media instagram lebih memfokuskan
postingan pada akun pribadi bukan untuk menunjukkan kelebihan diri (foto
selfie, benda-benda mahal dll), mengharapkan pujian dari individu lain,
namun dapat memposting foto atau video yang dapat bermanfaat bagi
individu lain.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melihat faktor lain sebagai prediktor yang
dapat memengaruhi kecenderungan narsisistik seperti harga diri, depresi dan
Subjective Well-being (Sedikides, et al 2004).

18

DAFTAR PUSTAKA :
Adi, P.S. & Yudiati, M.E.A. (2009). Harga Diri dan Kecenderungan Narsisme Pada
Pengguna Friendster. Skripsi. Semarang: Universitas Katolis Soegijapranata.
Austin, M. W. (2013). Self-Deception and Social Media. Retrieved (2013 Mei, 6)
from:http://www.psychologytoday.com/blog/ethics-everyone/201305/selfdeception-and-social-media.
Bergman, S. M., Fearrington, Matthew, E., Devenport, Shaun W., & Bergman, J. Z.
(2011). Millennials, narcissim, and social networking: What narcissists do on
social networking sites and why. Personality and Individual Differences, 50, 706711.
Bian, M, & Leung, L. (2015). Linking loneliness, shyness, smartphone addiction
symptoms, and patterns of smartphone use to social capital. Social science
computer review 2015, 33,61-79.
Buffardi. L. E. & Campbell, W.K. (2008). Narcissism and Social Networking Web
Sites. Personality and Social Psychology Bulletin, 34,1303-130.
Campbell, W.K. (2000). Narcissism and comparative self-enhancement strategies.
Journal of Research in Personality, 34, 235-243.
CNN

Indonesia. (2016, Januari 18). Retrieved August 24,2016, from:
http://www.cnnindonesia.com
/teknologi/20160118150454-188-105071/faktamenarik-pengguna-instagram-di-indonesia/

Erlina.(2015). Hubungan Antara Kesepian dengan Narsisme Pada Pengguna Path.
Skripsi. Tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Psikologi, Universitas
Muhammdiyah Malang.
Graham, B. (1995). Kesepian: Bagaimana cara menyembuhkannya? Sukses dan
Prestasi: Rahasia Pembaharuan Diri. 4,11-17.
Griffin, J. (2010). The lonely society? London: Mental Health Foundation.
Hu, Y., Manikonda, L., & Kambhampati, S. (2014). What we instagram: A first analysis
of instagram photo content and user types. In Proceedings of the 8th International
Conference on Weblogs and Social Media, ICWSM 2014, 595-598.
Kim, J., LaRose, R., & Peng, Wei. (2009). The Relationship between Internet Use and
Psychological Well-Being. Rapid Communication, 12, 451-452.
Kompas. (2013, December 12). Retrieved August 24, 2016, from:
http://health.kompas.com
/read/2013/12/18/1151301/Apa.Kata.Psikolog.soal.Foto.Narsis.di.Jejaring.Sosial.
Leung, L. (2011). Loneliness, social support, and preference for online
socialinteraction: the mediating effects of identity experimentation online
amongchildren and adolescents. Chinese Journal of Communication, 4, 381–399.

19

Liputan
6.
(2015,
Mei
18).Retrieved
August
24,2016,
from:http://citizen6.liputan6.com/read/2234137/tragis-6-kisah-selfie-berujungmaut.
Marketeers. (2013, October 30). MarkPlus Insight: Pengguna Internet Indonesia 74 Juta di
Tahun 2013. Jakarta, Jakarta, Indonesia.

Mazman, S. G. & Usluel, Y.K. (2011). Gender Differences in Using Social
Networks.TOJET: The Turkish Online Journal of Educational Technology, 10,
133-137.
Oguz, E. & Cakir, O. (2014). Relationship between The Levels of Loneliness and
Internet Addiction. Anthropologist, 18,183-189.
Pittman, & Reich. (2016). Social media and loneliness: Why an Instagram picture may
be worth more than a thousand Twitter words. Journal Elsevier, 62, 155-167.
Puspitasari.(2016). Kebutuhan yang Mendorong Remaja untuk Mem-posting Foto atau
Video Pribadi dalam Instagram. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya,
5,1. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.
Rahmaniati. (2015). Perbedaan Kecenderungan Narsistik Antara Laki-Laki Dan
Perempuan Pengguna Jejaring Sosial Instagram. Skripsi. Malang: Universitas
Brawijaya.
Rinjani, Hefrina & Ari, Firmanto.(2013). Kebutuhan Afiliasi dengan Intensitas
Mengakses Facebook Pada Remaja. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. 1, 75-84.
Russell, D. W. (1996). UCLA Loneliness Scale (Version 3): Reliability, Validity, and
Factor Structure. Lawrence Erlbaum Associates, 66, 20-40.
Ryan, T. & Xenos, S. (2011).Who uses Facebook? An investigation into the relationship
between the Big Five, shyness, narcissism, loneliness, and Facebook usage.
Journal Elsevier, 27, 1658-1664.
Sadikides, C., Gregg, A.P., Rudich, E.A., Kumashiro, M., & Rusbult, C. (2004). Are
Normal Narcissists Psychologically Healthy.Self-Esteem Matters. Journal of
Personality and Social Psychology, 87, 400 – 416.
Shaw, L. H., & Gant, L. M. (2002). In defense of the Internet: The Relationship
Between Internet Communication and Depression, Loneliness, Self-Esteem,
andperceived social support. CyberPsychology & Behavior, 5, 157-171.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Thorndike, R.M., Cunningham, G.K., Thorndike, R.L., & Hagen, E.P. (1991).
Meassurement and evaluation in psychology and education. New York, NY:
Macmillan Publishing Company.

20

Vemale.
(2013,
Mei
7)
Retrieved
August
24,
2016.
from:
http://www.vemale.com/ragam/21924-lagi-lagi-remaja-pamer-kekayaan-diinstagram-dan-bikin-heboh-dunia-maya.html.
Winardi, R.D. & Permana, Y. (2015). Pengaruh Skeptisme Profesional dan Narsisme
Klien Terhadap Penilaian Auditor Eksternal Atas Resiko Kecurangan. Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.