Kajian Kontaminan Nitrogen dan Fosfor di Areal Perkebunan Kelapa Sawit PTP. Nusantara Iv Kebun Pabatu Pada Musim Hujan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air sebagai salah satu sumber daya alam merupakan faktor yang sangat
penting dan mutlak bagi kehidupan. Air bergerak mengikuti daur hidrologi dan
terbagi secara tidak merata menurut geografi maupun musim, sehingga air yang
tersedia pada suatu tempat di atas bumi dari waktu ke waktu besarnya tidak tetap.
Secara Geografis dan batas batas lingkungan yang terkecil daur hidrologi terjadi
dalam suatu wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) (Doorenbos dan Pruit, 1984).
Daerah aliran sungai (DAS) didefenisikan sebagai “suatu wilayah daratan
yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang
berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah
hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan”, dari batasan tersebut memberikan gambaran bahwa
DAS bukan sekedar sebuah aliran (badan air) sungai beserta bantaran sungai saja,
namun merupakan kawasan tangkapan air hujan yang mengalirkan air hujan
tersebut ke sungai-sungai menuju ke danau atau laut (Sanchez, 1992).
Dalam satu wilayah ekosistem DAS dapat di tempati atas berbagai
komponen dan kegiatan, seperti manusia, tanah, hewan, tanaman, perumahan,
hutan, pertanian dan perkebunan dan lain-lain. Salah satu komponen kegiatan
perkebunan yang menonjol adalah perkebunan kelapa sawit yang merupakan salah
satu komoditi ekspor andalan dan saat ini hampir semua wilayah daerah Tingkat II
mengusahakan komoditi ini terutama di Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Di
Sumatera Utara perkebunan kelapa sawit dibudidayakan oleh pemerintah
1
Universitas Sumatera Utara
2
(BUMN), swasta nasional, swasta asing, maupun oleh rakyat. Perusahaan
Perkebunan Kelapa Sawit (BUMN) salah satu diantaranya adalah PTPN IV
Kebun Pabatu. Untuk meningkatkan produksinya pada umumnya perusahaan
melakukan pemupukan yang mengandung unsur nitrogen (urea), fosfor (TSP atau
SP-3), dan kalium (KCL).
Pemupukan yang berlebihan ataupun karena terjadinya erosi pada lahan
perkebunan terutama pada musim hujan dengan intensitas curah hujan
yang
tinggi dapat menyebabkan terjadinya pencemaran. Pencemaran non-point source
(PNS) terhadap sumber daya air akan menjadi persoalan yang serius, hal ini akibat
interaksi manusia dengan lingkungan. Sumber utama PNS merupakan hasil
pemupukan, residu pertanian, residu peternakan, dan pemukiman penduduk.
Persoalan tersebut menjadi lebih besar pengaruhnya terhadap proses hidrologis
terutama untuk wilayah tropis yang lembab yang cenderung mempunyai curah
hujan yang tinggi, untuk itu perlu strategi yang tepat dalam pengelolaan sumber
daya air (Mishra, 2010).
Nitrogen pada agroekosistem terdapat dalam beragam bentuk senyawa
karena nitrogen terdiri dari beberapa tingkat valensi yang tergantung pada kondisi
lingkungan mikro dalam tanah, lebih dari 90% nitrogen dalam tanah tersusun
dalam bentuk organik yang belum tersedia bagi tanaman. Nitrogen dalam tanah
dapat berasal dari sisa tanaman dan hewan, fiksasi oleh tanaman lugem, dan dari
senyawa terbawa hujan seperti nitrat (Barchia, 2009).
Nitrat (NO3) merupakan ion anorganik alami, nitrat termasuk dalam siklus
nitrogen. Nitrat sering ditemukan di dalam air tanah maupun air permukaan
karena nitrat merupakan hasil oksidasi dari nitrit. Senyawa yang mengandung
Universitas Sumatera Utara
3
nitrat didalam tanah biasanya larut dalam air dan dapat bermigrasi dengan air
bawah tanah. Batas normal kadar nitrat pada air bersih menurut Peraturan Menteri
Kesehatan No.416/1990 adalah 50 mg/liter dan pada air minum adalah 10
mg/liter. Nitrat dalam air minum dapat berbahaya bagi bayi dan anak kecil, dan
dapat mengakibatkan penyakit Methemoglobinemia jika melebihi 10 mg/liter.
Selain nitrat, fosfor juga dapat menyebabkan degradasi lingkungan apabila terjadi
pencucian ke dalam air tanah dan perairan sehingga menimbulkan pencemaran
sumber daya air (Gustafon, 1993).
Fosfor banyak tersedia di perairan dalam bentuk anorganik dan organik
sebagai larutan, debu, dan tubuh organisme. Sumber utama fosfat anorganik dari
penggunaan detergen dan pupuk pertanian. Fosfat organik berasal dari makanan
dan buangan rumah tangga. Jumlah kandungan semua fosfat dalam tanah tidak
secara langsung penting dalam praktek, tetapi sering digunakan dalam petunjuk
sebagai pelapukan. Jumlah seluruh fosfor dalam tanah atas menurun dengan
intensitas pelapukan yang meningkat. Fosfor organik biasanya merupakan
penyebab terdapatnya 20 sampai 50 persen seluruh fosfor tanah atas. Pada oksisol,
ultisol,dan alfisol yang lebih lapuk, fosfor organik sering memberikan 60 sampai
80 % dari seluruh fosfor tanah (Sanchez, 1992).
Sampai seberapa besar unsur nitrogen dan fosfor dari areal perkebunan
kelapa sawit di PTP Nusantara IV kebun Pabatu yang tercuci dan masuk ke dalam
badan sungai yang mengalir pada Sub DAS Sei Kalemba pada saat dilakukan
pengkajian untuk itu.
Universitas Sumatera Utara
4
Tujuan Penilitian
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung besarnya kontaminan nitrogen
dan fosfor yang mengalir ke sungai dan hubungan debit air sungai dengan total
nitrogen dan total fosfor pada areal perkebunan kelapa sawit PTP Nusantara IV
Kebun Pabatu yang merupakan bagian hulu DAS Padang Sub-Das Sei Kalemba.
Manfaat Penelitian
1.
Bagi penulis sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat
untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2.
Bagi mahasiswa sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian
lebih lanjut.
Universitas Sumatera Utara
Latar Belakang
Air sebagai salah satu sumber daya alam merupakan faktor yang sangat
penting dan mutlak bagi kehidupan. Air bergerak mengikuti daur hidrologi dan
terbagi secara tidak merata menurut geografi maupun musim, sehingga air yang
tersedia pada suatu tempat di atas bumi dari waktu ke waktu besarnya tidak tetap.
Secara Geografis dan batas batas lingkungan yang terkecil daur hidrologi terjadi
dalam suatu wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) (Doorenbos dan Pruit, 1984).
Daerah aliran sungai (DAS) didefenisikan sebagai “suatu wilayah daratan
yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang
berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah
hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan”, dari batasan tersebut memberikan gambaran bahwa
DAS bukan sekedar sebuah aliran (badan air) sungai beserta bantaran sungai saja,
namun merupakan kawasan tangkapan air hujan yang mengalirkan air hujan
tersebut ke sungai-sungai menuju ke danau atau laut (Sanchez, 1992).
Dalam satu wilayah ekosistem DAS dapat di tempati atas berbagai
komponen dan kegiatan, seperti manusia, tanah, hewan, tanaman, perumahan,
hutan, pertanian dan perkebunan dan lain-lain. Salah satu komponen kegiatan
perkebunan yang menonjol adalah perkebunan kelapa sawit yang merupakan salah
satu komoditi ekspor andalan dan saat ini hampir semua wilayah daerah Tingkat II
mengusahakan komoditi ini terutama di Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Di
Sumatera Utara perkebunan kelapa sawit dibudidayakan oleh pemerintah
1
Universitas Sumatera Utara
2
(BUMN), swasta nasional, swasta asing, maupun oleh rakyat. Perusahaan
Perkebunan Kelapa Sawit (BUMN) salah satu diantaranya adalah PTPN IV
Kebun Pabatu. Untuk meningkatkan produksinya pada umumnya perusahaan
melakukan pemupukan yang mengandung unsur nitrogen (urea), fosfor (TSP atau
SP-3), dan kalium (KCL).
Pemupukan yang berlebihan ataupun karena terjadinya erosi pada lahan
perkebunan terutama pada musim hujan dengan intensitas curah hujan
yang
tinggi dapat menyebabkan terjadinya pencemaran. Pencemaran non-point source
(PNS) terhadap sumber daya air akan menjadi persoalan yang serius, hal ini akibat
interaksi manusia dengan lingkungan. Sumber utama PNS merupakan hasil
pemupukan, residu pertanian, residu peternakan, dan pemukiman penduduk.
Persoalan tersebut menjadi lebih besar pengaruhnya terhadap proses hidrologis
terutama untuk wilayah tropis yang lembab yang cenderung mempunyai curah
hujan yang tinggi, untuk itu perlu strategi yang tepat dalam pengelolaan sumber
daya air (Mishra, 2010).
Nitrogen pada agroekosistem terdapat dalam beragam bentuk senyawa
karena nitrogen terdiri dari beberapa tingkat valensi yang tergantung pada kondisi
lingkungan mikro dalam tanah, lebih dari 90% nitrogen dalam tanah tersusun
dalam bentuk organik yang belum tersedia bagi tanaman. Nitrogen dalam tanah
dapat berasal dari sisa tanaman dan hewan, fiksasi oleh tanaman lugem, dan dari
senyawa terbawa hujan seperti nitrat (Barchia, 2009).
Nitrat (NO3) merupakan ion anorganik alami, nitrat termasuk dalam siklus
nitrogen. Nitrat sering ditemukan di dalam air tanah maupun air permukaan
karena nitrat merupakan hasil oksidasi dari nitrit. Senyawa yang mengandung
Universitas Sumatera Utara
3
nitrat didalam tanah biasanya larut dalam air dan dapat bermigrasi dengan air
bawah tanah. Batas normal kadar nitrat pada air bersih menurut Peraturan Menteri
Kesehatan No.416/1990 adalah 50 mg/liter dan pada air minum adalah 10
mg/liter. Nitrat dalam air minum dapat berbahaya bagi bayi dan anak kecil, dan
dapat mengakibatkan penyakit Methemoglobinemia jika melebihi 10 mg/liter.
Selain nitrat, fosfor juga dapat menyebabkan degradasi lingkungan apabila terjadi
pencucian ke dalam air tanah dan perairan sehingga menimbulkan pencemaran
sumber daya air (Gustafon, 1993).
Fosfor banyak tersedia di perairan dalam bentuk anorganik dan organik
sebagai larutan, debu, dan tubuh organisme. Sumber utama fosfat anorganik dari
penggunaan detergen dan pupuk pertanian. Fosfat organik berasal dari makanan
dan buangan rumah tangga. Jumlah kandungan semua fosfat dalam tanah tidak
secara langsung penting dalam praktek, tetapi sering digunakan dalam petunjuk
sebagai pelapukan. Jumlah seluruh fosfor dalam tanah atas menurun dengan
intensitas pelapukan yang meningkat. Fosfor organik biasanya merupakan
penyebab terdapatnya 20 sampai 50 persen seluruh fosfor tanah atas. Pada oksisol,
ultisol,dan alfisol yang lebih lapuk, fosfor organik sering memberikan 60 sampai
80 % dari seluruh fosfor tanah (Sanchez, 1992).
Sampai seberapa besar unsur nitrogen dan fosfor dari areal perkebunan
kelapa sawit di PTP Nusantara IV kebun Pabatu yang tercuci dan masuk ke dalam
badan sungai yang mengalir pada Sub DAS Sei Kalemba pada saat dilakukan
pengkajian untuk itu.
Universitas Sumatera Utara
4
Tujuan Penilitian
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung besarnya kontaminan nitrogen
dan fosfor yang mengalir ke sungai dan hubungan debit air sungai dengan total
nitrogen dan total fosfor pada areal perkebunan kelapa sawit PTP Nusantara IV
Kebun Pabatu yang merupakan bagian hulu DAS Padang Sub-Das Sei Kalemba.
Manfaat Penelitian
1.
Bagi penulis sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat
untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2.
Bagi mahasiswa sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian
lebih lanjut.
Universitas Sumatera Utara