08.Sengon ISBN

SEN GON
da n
PEN YAK I T K ARAT T U M OR

CORRYANTI
dan
D. NOVITASARI

PUSLITBANG PERUM PERHUTANI - CEPU
2015

SEN GON
da n
PEN YAK I T K ARAT T U M OR

CORRYANTI
dan
D. NOVITASARI

PUSLITBANG PERUM PERHUTANI - CEPU
2015


Sengon dan Penyakit Karat Tumor

Penulis :
Corryanti dan D.Novitasari

ISBN : 978-602-0853-06-2

Desain Sampul dan Tata letak :
Corryanti dan Edi Purwanto
Cetakan Pertama

: April 2015

Penerbit :
Puslitbang Perum Perhutani Cepu
Jl. Wonosari Batokan Tromol Pos 6
Cepu 58302 Jawa Tengah
Telp : 0296 - 421233
Fax

: 0296 - 422439
Web : www.puslitbangperhutani.com
Email : puslitbang_dokinfo@yahoo.co.id
puslitbang.dokinfo@ gmail.com
Dilarang menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini, tanpa seijin Puslitbang Perhutani.

Keterangan gambar sampul:
Indikasi penyakit karat tumor pada tanaman sengon umur 2 tahun.

Pengantar Kapuslitbang Perum Perhutani

Sengon adalah tanaman hutan yang cepat tumbuh dan sangat disenangi masyarakat, karena
tanaman ini segera dapat menghasilkan dalam waktu relatif singkat. Manfaatnya yang beragam dan
harga jualnya yang menjanjikan, membuat menanam kayu menjadi harapan di tengah masyarakat.
Namun, dalam dekade belakangan ini sengon di banyak tempat terancam penyakit yang dikenal
dengan karat tumor. Upaya untuk memberantasnya masih terus diupayakan.
Buku ini mencoba membagikan informasi mengenai sengon serta mengatasi masalah penyakit yang
sedang dialami tanaman favorit ini hingga upaya-upaya ke depan melalui pemuliaan tanaman sengon.
Semoga bermanfaat.


Cepu, April 2015
Kapuslitbang

Suwarno

i

Pengantar Penyusun
Tak kenal maka tak sayang, ungkapan ini memotivasi penyusun untuk menulis tentang sengon,
mengenalkan kepada pembaca tentang tanaman sengon dan karakter tumbuh serta situasi yang
dialaminya dewasa ini, yaitu ancaman penyakit karat tumor.
Buku 'Sengon dan Karat Tumor' sengaja penyusun persembahkan untuk memahami bahaya karat
tumor bagi sengon, dan mencoba membagi teknik-teknik secara sederhana dan antisipatif untuk
mencegah menyebar penularan karat tumor.
Dimulai dari pengenalan sengon dan tempat tumbuh, tentang karat tumor sebagai ancaman
penyakit sengon, upaya yang sudah dilakukan oleh peneliti, hingga menyambut pertanaman
sengon di masa yang akan datang melalui kegiatan pemuliaan, berharap pembaca dapat
membuka wawasan tentang sengon dan karat tumor serta upaya strategisnya.

Selamat membaca.


Salam

Corryanti

ii

DAFTAR ISI

Halaman
PENGANTAR KAPUSLITBANG ................................................................................................ i
PENGANTAR PENYUSUN ...................................................................................................... II
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. III
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................. IV
DAFTAR TABEL ......................................................................................................................... V
01. MENGENAL SENGON ......................................................................................................... 1
A.Persyaratan tumbuh tanaman sengon ............................................................................. 2
B.Manfaat sengon bagi kehidupan ...................................................................................... 3
02. PENYAKIT KARAT TUMOR ................................................................................................ 5
A.Tentang karat tumor ......................................................................................................... 5

B.Bagaimana karat tumor menyerang ?............................................................................... 7
03. PENGAMATAN KARAT TUMOR ......................................................................................... 8
A.Mendeteksi serangan karat tumor .................................................................................... 8
B.Upaya mengatasi karat tumor .......................................................................................... 11
04.PEMULIAAN SENGON ....................................................................................................... 16
05.TANAMAN SENGON UNTUK SEBUAH HARAPAN ............................................................ 17
DAFTAR ACUAN

iii

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 01. Pohon sengon umur 5 tahun dengan keliling batang 107 cm................................... 1
Gambar 02. Tegakan sengon tumbuh sehat.Lokasi: tanaman sengon umur 5 tahun di wilayah
KPH Jember............................................................................................................. 2
Gambar 03a. Kayu sengon disukai masyarakat karena cepat menghasilkan............................. 3
03b. Kayu lapis dan mebeler indoor terbuat dari materi kayu sengon........................... 3
Gambar 04. Daun sengon bermanfaat sebagai pakan ternak (kiri); nodul-nodul pada perakaran
sengon, berfungsi menangkap dan menyimpan unsur N, sebagai sumber hara

tanaman dan tanah (kanan).................................................................................... 4
Gambar 05. Sebaran penyakit karat tumor di Indonesia dan Negara di Asia Tenggara
lainnya ................................................................................................................... 6
Gambar 06. Siklus jamur karat puru, Uromycladium tepperianum............................................. 7
Gambar 07a. Karat tumor menyerang biji sengon...................................................................... 9
07b.Gejala serangan karat tumor pada bibit tanaman sengon ............................... .. 9
07c.Tanaman muda sengon terserang karat puru ..................................................... . 9
07d. Ragam bentuk teliospora pada tanaman muda yang terserang karat tumor....... 10
07e. Ragam bentuk gejala karat tumor pada batang sengon .................................... 10
Gambar 08. Serangan karat tumor dini, dengan warna gall hijau sangat aktif menulari pohon
yang lain. .............................................................................................................. 14
Gambar 09.Tegakan pertanaman uji sengon bakal kebun benih sengon, berlokasi di Ambulu,
Jember (kiri); individu asal famili Subang mencapai keliling batang 106 cm pada
usia 56 bulan ......................................................................................................... 16

iv

1

Mengenal Sengon


01. MENGENAL SENGON
Dalam bahasa latin, tanaman sengon dikenal dengan nama Falcataria moluccana, masuk
dalam famili Fabaceae. Nama sengon sempat berganti-ganti dalam kurun waktu sekitar dua
puluh tahun, mengikuti kajian para taksonom, yaitu Albizia falcataria, berganti menjadi
Paraserianthes falcataria, dan terakhir Falcataria moluccana.
Nama latin Falcataria
molluccana dipakai dalam penulisan di buku ini.
Di tengah-tengah masyarakat Indonesia, sengon dinamai beragam mengikuti dialek
budayanya, yaitu albisia, jeunjing (Jawa barat), sengon laut, mbesiah (Jawa Tengah), sengon
sebrang (Jawa Timur), jing laut (Madura), tedehu pute (Sulawesi), sikat (Banda), seia (Ambon),
atau rawe (Maluku).
Klasifikasi taksonomi sengon sebagai berikut:
Divisi
Sub. Divisi
Kelas
Sub Kelas
Ordo
Famili
Genus

Spesies

: Spermatophyta
: Angiospermae
: Dycotyledoneae
: Astridae
: Fabales
: Fabaceae
: Falcataria
: F. moluccana

Gambar 01.
Pohon sengon umur 5 tahun dengan keliling batang 107 cm

Sengon disenangi masyarakat pada umumnya, karena tumbuhnya cepat, sehingga segera
dapat menghasilkan dan kayunya dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga atau
menjadi pendapatan keluarga. Sengon sudah dapat dipanen pada umur 6 tahun, dan dapat
menghasilkan kayu bulat hingga 372 m3/ha. Bila pertumbuhannya dibiarkan hingga 25
tahun, tanaman ini dapat mencapai tinggi 45 m dengan diameter batang mencapai 100 cm.


Mengenal Sengon

A. Persyaratan tumbuh sengon
Sengon dapat tumbuh di atas ragam jenis tanah, mulai di tanah kering, lembab bahkan tanah
yang mengandung garam dan asam, asalkan drainasinya baik. Pada pengamatan lain
menginformasikan, tanaman sengon dapat tumbuh dan berkembang baik di tanah-tanah
regosol, aluvial atau latosol dengan tekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan
kemasaman tanah (pH) pada kisaran 6-7. Sengon termasuk tanaman tropis dengan suhu
yang cocok untuk pertumbuhannya pada kisaran 18 – 27 0C dengan kelembaban sekitar 50 –
75 per sen.

Gambar 02.
Tegakan sengon tumbuh sehat.
Lokasi: tanaman sengon umur 5 tahun di wilayah KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) Jember

Ketinggian tempat yang optimal untuk tanaman sengon adalah di antara 0-800 m dari muka
laut. Walaupun demikian, tanaman sengon dapat tumbuh sampai ketinggian 1.500 m di atas
permukaan laut. Di habitat alamnya, sengon tumbuh pada ketinggian hingga 1.600 m
sampai 3.300 m dari permukaan laut.
Hasil uji coba penanaman yang dilakukan oleh Akademi Politeknik Pertanian Kupang (Nusa

Tenggara Timur) menunjukkan bahwa sengon dapat bertahan hidup pada ketinggian lokasi
yang rendah dan pada tanah berbatu dan berkarang, meskipun pertumbuhannya agak
lambat. Di Papua, sengon dapat tumbuh di daerah yang rendah, yaitu di Manokwari, pada
ketinggian 55 m di atas permukaan laut.
Tanaman sengon dapat tumbuh pada beragam curah hujan antara 1.500 – 4.500 mm/ tahun.
Namun, curah hujan terbaik untuk tanaman sengon adalah antara 2.000 – 2.700 mm/tahun.
Curah hujan ini terjadi di wilayah yang memiliki masa hujan merata sepanjang tahun, dengan
bulan kering maksimal empat bulan.
2

Mengenal Sengon

Sengon merupakan spesies asli dari kepulauan Maluku dan dari Irian Jaya. Baru pada tahun
1870-an pohon ini menyebar ke seluruh kawasan Asia Tenggara. Di tahun 1871 tanaman ini
mulai ditanam di pulau Jawa, yaitu di Kebun Raya Bogor. Dari Kebun Raya inilah konon sengon
mulai disebarkan ke berbagai daerah lain di pulau Jawa.
Dalam perkembangannya, sengon kemudian dibudidayakan di daerah tropis di luar Maluku dan
Papua, bahkan di luar Indonesia, seperti Brunei, Kamboja, Kamerun, Kepulauan Cook, Fiji,
Polinesia, Kiribati, Laos, Malaysia, kepulauan Marshall, Myanmar, Kaledonia Baru, kepulauan
Norfolk, Philipina, Samoa, Thailand, Tonga, Vanuatu dan Vietnam.


B. Manfaat tanaman sengon bagi kehidupan
Pohon sengon merupakan pohon yang serba guna. Mulai dari daun hingga akar tanaman
sengon dapat dimanfaatkan untuk beragam kebutuhan hidup kita.

Kayunya yang ringan dapat dimanfaatkan
sebagai materi batang korek api dan pensil.
Pada kepentingan lain, kayunya juga dapat
menjadi bahan bangunan atau mebeler. Serat
kayunya yang lurus dan mudah digergaji,
dimanfaatkan untuk kayu lapis (plywood),
papan partikel (participle board), atau papan
serat (fiber board). Kayu sengon juga dapat
digunakan sebagai kayu bakar untuk keperluan
rumah tangga. Bubur kayu sengon digunakan
sebagai bahan baku pulp atau kertas.

Gambar 03a.
Kayu sengon disukai masyarakat
karena cepat menghasilkan

Gambar 03b
Kayu lapis dan mebeler indoor, terbuat dari materi kayu sengon.

3

Mengenal Sengon

Daun sengon dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, karena mengandung protein tinggi.
Daunnya yang dibiarkan gugur ke tanah akan menambah mulsa dan dapat menyuburkan tanah.
Peranan sengon dalam menyuburkan tanah sekitar tempat tumbuhnya sangat potensial, karena
daun-daun sengon dapat berperan sebagai pupuk hijau. Dengan demikian tanah-tanah yang
ditanami sengon akan lebih tahan terhadap erosi dan mempunyai kemampuan menyerap air aliran
permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan tanah-tanah yang gundul.
Tanah-tanah yang tertutup oleh tanaman mempunyai rongga atau jalur-jalur yang lebar sehingga
air mudah masuk dan udara mudah keluar. Rongga-rongga itu terbentuk karena adanya jasadjasad hidup di dalam tanah, terjadi proses pembusukan atau proses ekologis lainnya. Lubang
cacing dengan lingkaran selebar 2,5 mm dapat mengalirkan air atau udara yang setara besarnya
dengan air yang diserap oleh jutaan pori tanah. Dengan demikian penanaman sengon dapat pula
berfungsi untuk memperbaiki tata air di dalam tanah.
Perakaran sengon berstruktur terbentang melebar. Akar tunggangnya cukup kuat menembus ke
dalam tanah. Semakin besar pohonnya semakin dalam akar tunggang menembus ke dalam tanah.
Sementara itu, akar rambutnya tidak terlalu besar dan tidak menonjol ke permukaan tanah.
Sistem perakaran sengon banyak mengandung nodul-nodul akar, merupakan struktur simbiosis
mutualisme antara akar tanaman dengan bakteri rhizobium yang dapat membantu meningkatkan
porositas tanah, sebagai penyedia sumber hara nitrogen bagi tanaman dan tanah di sekitarnya.
Bintil akar atau nodul akar ini dapat mengikat nitrogen bebas dari udara dan mengubahnya menjadi
ammonia (NH3) yang dapat dimanfaatkan oleh pohon inang untuk pertumbuhan. Dengan sistem
perakaran ini maka pohon sengon cocok digunakan untuk merehabilitasi lahan kritis.

Gambar 04
Daun sengon bermanfaat sebagai pakan ternak (kiri);
nodul-nodul pada perakaran sengon, berfungsi menangkap dan menyimpan unsur N,
sebagai sumber hara tanaman dan tanah (kanan).

4

Penyakit Karat Tumor

5

02. PENYAKIT KARAT TUMOR
A. Tentang karat tumor
Dalam kurun waktu sekitar 15 tahun belakangan, karat tumor atau disebut juga karat puru
pada sengon, mulai menjadi perhatian petani sengon, karena akibat dari penyakit ini
dapat menyebabkan kerusakan bahkan kematian tanaman hingga 90 per sen.
Dalam beberapa pengamatan terdapat dua pandangan tentang ancaman karat tumor
terhadap sengon. Peneliti, Endang dan Farikhah, menyebutkan sengon peka terhadap
serangan karat tumor, baik ditanam secara monokultur maupun pertanaman campur,
sementara Peneliti, Rahayu mengingatkan bahaya ancaman karat tumor pada tanaman
murni sengon memiliki risiko lebih tinggi daripada ditanam dalam pertanaman campuran.
Karat tumor adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur bernama Uromycladium
tepperianum, masuk dalam Famili Pucciniaceae, Ordo Uredinales, Kelas
Basidiomycetes. Jamur ini masuk kelompok parasit obligat, yaitu dapat hidup dan
berkembang pada organisme yang sedang hidup.
Penyakit karat tumor pada sengon di Indonesia pertama kali dilaporkan di tahun 1996 di
Pulau Seram, Maluku, tetapi saat itu agaknya untuk mengendalikannya belum mendapat
perhatian.
Di Timor Timur, pada tahun 1998 sampai dengan 2001, epidemik karat tumor terjadi pada
hampir 90 per sen tanaman sengon yang berfungsi sebagai penaung di perkebunan
kopi. Sedangkan di Sorowako, Sulawesi Selatan, pada awal tahun 2005 ditemukan
penyakit karat tumor pada pertanaman sengon di lokasi rehabilitasi bekas
pertambangan timah. Meskipun epidemik baru terjadi pada tahun 2005, namun diyakini
bahwa penyakit telah ada sejak empat-lima tahun sebelumnya.
Pada awal tahun 2008 dilaporkan bahwa penyakit karat tumor terdapat di daerah Batu
Putih, Kalimantan Timur. Penyakit karat tumor juga telah menyebar di wilayah Bali Timur
pada tahun 2007, terutama di daerah Bangli Barat dan Kintamani. Penyakit dengan
nama lain gall rust ini telah menyebar luas hampir di seluruh wilayah Bangli Barat dan
Kintamani. Penyebaran telah mencapai sekitar 80 per sen, terutama di daerah yang
memiliki ketinggian di atas 50 m dari muka laut. Penyakit ini diperkirakan telah ada sejak
tahun 2002, mengingat epidemik di wilayah Banyuwangi yang berdekatan dengan Pulau
Bali telah terjadi pada tahun 2005.
Penyakit ini juga diperkirakan dapat menyebar di dataran tinggi sekitar Gunung Agung,
yaitu di Baturiti, Bedugul, Kintamani, Besakih, juga Bangled dan Batu Raja. Taman
Nasional Bali Barat diperkirakan telah mendapat serangan karat tumor lebih awal
daripada di Bangli Barat. Hal ini berkait dengan arah pergerakan angin dan jarak yang
dekat dengan Banyuwangi. Tanaman sengon di wilayah Bedugul, Ubud, Sepang,
Tirtagangga dan Karangasem juga memiliki potensi yang tinggi terancam serangan
karat tumor.

Penyakit Karat Tumor

Di Provinsi Jawa Timur, penyakit karat tumor telah menimbulkan epidemik di tahun 2006. Saat
itu, penyakit telah menyebar luas di seluruh wilayah Jawa Timur, meliputi Banyuwangi, Jember,
Probolinggo, Pasuruan, Bondowoso, Situbondo, Lumajang, Kediri, Malang, Pacitan.
Kabupaten Kediri, yang merupakan salah satu sentra pertanaman sengon di Pulau Jawa, juga
telah mengalami serangan karat tumor, meskipun statusnya masih sporadik di tahun 2008,
namun kemudian berkembang epidemik di tahun 2009.
Pada awal tahun 2006, Provinsi Jawa Tengah, meliputi Kabupaten Purworejo, Banjarnegara,
Magelang, Temanggung, Wonosobo dan Boyolali, sentra pertanaman sengon masyarakat,
dinyatakan belum mengalami serangan karat tumor. Namun di Temanggung, penyakit telah
menyebar di Desa Kandangan dan Pringsurat. Bahkan, di lokasi persemaian di daerah
Kutoarjo dengan ketinggian tempat 8 m dari muka laut, penyakit ini juga telah berkembang,
meskipun belum menunjukkan gejala yang tegas. Dengan demikian, diperkirakan daerahdaerah di sekitarnya seperti Purworejo, Purwokerto, Banjarnegara, Magelang dan Wonosobo
pun sedikit banyak telah mulai diserang penyakit karat tumor ini. Hal tersebut kemudian terbukti
di tahun 2008, penyakit karat tumor ditemukan di daerah Purwokerto, Banyumas dan
Banjarnegara, di Jawa Tengah.
Selanjutnya, pada akhir tahun 2008, penyakit karat tumor juga telah dilaporkan berkembang di
daerah Ciamis. Akhir Januari 2009, penyakit karat tumor telah berkembang cukup luas di
daerah Ciamis, Majalengka, Sumedang dan Cirebon. Diperkirakan penyakit menyebar ke arah
Indramayu, Subang, Purwakarta, Karawang dan Bekasi. Serangan ini saat itu diperkirakan
akan merambah dengan cepat ke lokasi-lokasi di sekitarnya.

Gambar 05
Sebaran penyakit karat tumor di Indonesia dan Negara di Asia Tenggara lainnya
Sumber : Rahayu, S. dan Indresputra, F. 2012

6

Penyakit Karat Tumor

B. Bagaimana karat tumor menyerang tanaman?
Karat tumor ditularkan melalui penyebaran teliospora, yaitu spora aktif yang dapat dengan
mudah diterbangkan oleh angina, terbawa serangga, atau bahkan melalui aktivitas manusia.
Teliospora tidak dapat langsung menginfeksi menetrasi ke dalam inang, tetapi ia harus
berkecambah dahulu membentuk basidiospora. Basidiospora dapat menginfeksi inang,
secara langsung menembus epidermis, atau melalui lubang-lubang stomata, retakan
epidermis maupun lentisel. Setelah siklus hidupnya lengkap, maka akan terbentuk badan
buah yang disebut piknia (pycnia, yang akan membentuk picniospora dengan telia berisi
teliospora. Piknia umumnya berupa bercak kecil, dapat terlihat di permukaan jaringan yang
terinfeksi ataupun pada permukaan tumor.
U. Tepperianum
PIKNIA
M embentuk pikriospora

BASIDIOSPORA
M enginfeksi tanaman

TELIA
M enghasilkan teliospora
M embentuk basidiospora

Gambar 06. .
Siklus jamur karat puru, Uromycladium tepperianum
Sumber : www.nzffa.org.nz/farm-forestry-model, dimodifikasi

7

Pengamatan Karat Tumor

8

03.PENGAMATAN KARAT TUMOR
A. Mendeteksi serangan karat tumor
Infeksi jamur penyebab karat tumor ke tanaman dapat terjadi pada tahap biji, semai,
tanaman muda maupun tanaman dewasa di lapangan. Semua bagian tanaman meliputi
pucuk, cabang, ranting, daun, batang, bunga dan biji dapat terinfeksi oleh jamur
Uromycladium tepperianum. Pada semai sengon, batang merupakan bagian tanaman
yang paling rentan terhadap serangan jamur karat tumor.
Karena sifatnya yang obligat, sekali pun di musim kemarau, sepanjang tanaman inang
masih hidup, maka jamur karat pun masih bertahan hidup pula. Di musim hujan adalah
masa yang paling menyenangkan bagi jamur puru dan serangan akan cepat
menyebar.Penyakit cenderung lebih cepat berkembang pada tanaman sengon yang
ternaung dibandingkan dengan pertanaman yang terbuka. Demikian pula, adanya radiasi
sinar ultraviolet selama 5 jam berturut-turut, dapat menghambat perkecambahan teliospora
jamur karat.
Bila tidak mengenali dengan baik penyakit karat tumor ini, maka gejala yang muncul sulit
terlihat. Serangannya pada semai umur muda menyebabkan daun mengeriting,
melengkung dan tidak dapat berkembang normal. Pada serangan semai umur dua-tiga
minggu daunnya mudah rontok. Serangan pada umur yang lebih tua, menunjukkan gejala
pucuk melengkung dan kaku, dan perkembangannya semakin besar ketika umur semai
masuk tiga bulan.
Serangan karat tumor di lapangan dapat terlihat dengan munculnya pembengkakan
(gall) pada ranting, cabang, pucuk, tangkai daun, bahkan helaian daun. Setiap gall karat
tumor dapat melepaskan ratusan sampai ribuan spora yang dapat menularkan ke pohonpohon di sekitarnya dengan cepat melalui bantuan angin atau lainnya. Ukuran, bentuk dan
warna gall bervariasi tergantung bagian tanaman yang terserang dan umur gall. Warna gall
pada awalnya hijau kemudian berangsur-angsur berubah menjadi coklat. Warna coklat
mengindikasikan spora-spora yang melimpah dan siap dilepaskan.

Pengamatan Karat Tumor

Gambar 07a.
Karat tumor menyerang biji sengon

Gambar 07b.
Gejala serangan karat tumor pada bibit tanaman sengon

Gambar 07c.
Tanaman muda sengon terserang karat tumor

9

Pengamatan Karat Tumor

Gambar 07d.
Ragam bentuk gall pada tanaman sengon muda yang terserang karat tumor.

Gambar 07e.
Ragam bentuk gejala karat tumor pada batang sengon

10

Pengamatan Karat Tumor

sekali selama 1 bulan. Hasil pengamatan kemudian, menunjukkan ter efektif menekan gejala karat
tumor.
Ketika dicoba dibiarkan selama 6 bulan tanpa aplikasi ter, maka karat tumor muncul dengan tingkat
serangan 32,13%. Dibanding kontrolnya, dengan tingkat serangan 43,20%, maka pembiaran tanpa
perlakuan hanya menekan tingkat serangan sebesar 25,63%.
Sebuah penelitian lain dilakukan di daerah Temanggung, yaitu di pertanaman sengon rakyat yang
ditanam secara monokultur tanaman pohon dikombinasikan dengan tanaman kopi. Pemilihan objek
kajian menimbang jauh dekatnya pertanaman dari jalan raya. Hasil analisis menunjukkan luas
serangan dan intensitas penyakit karat tumor di hutan murni cenderung menurun pada pertanaman
jauh dari tepi jalan, dan di hutan campuran semakin meningkat pada lokasi yang jauh dari tepi jalan.
Akan tetapi, penurunan dan peningkatan intensitas maupun luas serangannya tidak menunjukkan
hubungan yang nyata (R² untuk luas serangan = 40-48% dan untuk intensitas penyakit = 17-22%).
Pola distribusi sebaran intensitas penyakit karat tumor terlihat acak, baik pada hutan murni maupun
hutan campuran. Akan tetapi, penyebaran intensitas penyakit pada hutan murni cenderung lebih
intensif dibandingkan hutan campuran.
Pada serangan karat tumor yang terjadi di persemaian, sebaiknya semai yang bergejala karat tumor
harus segera dipisahkan dan dimusnahkan (dibakar). Perluasan karat tumor dari satu tempat ke
tempat lain dapat dicegah dengan pengawasan yang ketat pada benih dan bibit, bahkan kayu-kayu
yang dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain, terutama transportasi asal dari daerah endemik
karat tumor. Memelihara tanaman agar tetap sehat juga perlu dilakukan, sehingga tanaman yang
sehat akan kuat dan mampu bertahan hidup terhadap serangan hama dan penyakit.
Upaya mengendalikan serangan karat tumor pada tanaman sengon dapat dilakukan dengan
memberantas gall atau bagian tanaman yang terserang sedini dan sesegera mungkin, sebelum gall
membengkak besar dan berwarna coklat, yang menandakan siap menularkan sporanya. Langkah
selanjutnya adalah mematikan sel-sel penyakit karat tumor di bagian yang terserang.
Untuk mematikan sel-sel penyakit di bekas gall dapat digunakan spiritus, kapur garam dan belerang.
Bagian tanaman yang terserang dibersihkan dengan cara mengelupas gall tersebut dari batang/
cabang/ pucuk. Kemudian bagian tersebut disemprot atau dioles dengan spiritus. Kapur dan garam
(5 kg kapur + 0,5 kg garam) dicampur dalam 5-10 liter air. Bagian tanaman yang terserang
dibersihkan dari gall, kemudian disemprot atau dioles dengan campuran kapur dan garam. Belerang
1 kg + kapur 1 kg + air 10-20 liter diaduk hingga rata. Bagian tanaman yang terserang dibersihkan dari
gall, kemudian bagian tersebut disemprot atau dioleskan dengan larutan belerang kapur.

12

Pengamatan Karat Tumor

Upaya lain adalah dengan mencari pengganti tanaman sengon, terutama pada dataran tinggi
yang berkabut. Untuk pengendalian jangka menengah dan jangka panjang dilakukan denga
cara rotasi tanaman dan mengadakan seleksi tanaman sengon (pemuliaan). Penggantian
sengon sebagai tanaman pokok dapat dilakukan pada jenis-jenis lain yang sama cepat
tumbuhnya (fast growing species) yang tidak menjadi inang bagi jamur Uromycladium spp.,
misalnya jenis-jenis dari keluarga Fabaceae, atau Leguminosae, seperti Acacia spp,
Paraserianthes/Albizzia spp dan Racosperma spp.
Banyak pengamatan dari uji coba yang dilakukan menunjukkan ketika perlakuan diberikan
terlihat efektif menurunkan serangan, bervariasi tergantung macam perlakuan, namun belum
sampai memberantasnya hingga 100 per sen. Dengan bergulirnya waktu dan kondisi
lingkungan yang memungkinkan jamur tumbuh, maka serangan ringan akan kembali menjadi
serangan besar pada tanaman sengon.
Lingkungan yang lembab, suhu relatif rendah serta angin yang kencang, menjadi pemicu
tanaman sengon mudah terserang penyakit karat tumor, misalnya lokasi pertanaman sengon
di kaki gunung Kelud, di Kediri, dengan ketinggian tempat 700 meter dari muka laut.
Umur gall atau masa aktif tumbuh karat tumor, ditandai dengan warna gall, juga menjadi
alasan mengapa upaya pemberantasan kurang efektif. Gall berwarna hijau dan merah
merupakan masa perkembangan aktif karat tumor, sehingga pengendalian tanaman yang
diserang gall hijau atau merah tidak akan efektif, dan cara yang paling praktis adalah
memberantasnya secara total dan mengganti tanaman.

Gambar 08.
Serangan karat tumor dini, dengan warna gall hijau sangat aktif menulari
pohon yang lain.

13

Pengamatan Karat Tumor

Upaya untuk mencegah serangan karat tumor pernah dicoba dengan mengaplikasikan
pendekatan lokasi pembibitan (asal Kediri) dilakukan di luar daerah endemik karat tumor.
Hasilnya, serangan karat tumor pada bibit yang disemai di luar maupun di Kediri, ternyata tidak
memberi dampak yang signifikan antar keduanya, dan serangan bibit mencapai sekitar 33 per
sen. Bila menggunakan sengon asal pulau Wetar, maka serangan bibitnya hanya mencapai 8 per
sen, jauh dibanding menggunakan sengon lokal.
Ketika pengamatan dilanjutkan pada bibit hingga tanaman umur 2 tahun, serangan karat puru
tampak sama antar asal benih, baik yang dari lokal maupun pulau Wetar, serangannya mencapai
sekitar 40 – 46 per sen.
Dari pengamatan tingkat keparahan serangan karat tumor pada usia 2 tahun, menunjukkan antar
asal benih tidak berbeda signifikan, artinya masing-masing tanaman dari kedua asal benih
menunjukkan tingkat keparahan serangan yang relatif sama.
Di lapangan umumnya serangan karat tumor menyerang pada bagian tanaman seperti ranting,
atau pada batang utama. Pengamatan uji coba di Kediri ini, tepatnya di Jatirejo dan Pandantoyo,
menunjukkan tingkat serangan dan keparahan penyakit serta pertumbuhan tanaman sengon
terserang relatif sama antar asal benih sengon. Bila dilihat secara umum, pertumbuhan tanaman
yang terserang dengan yang sehat tidak tampak nyata, tetapi karena serangan karat tumor maka
tanaman akan berbeda secara kualitas batang atau kayunya kemudian.

14

Pemuliaan Sengon

04. PEMULIAAN SENGON
Menyeleksi individu untuk tujuan mengamankan pertanaman merupakan bagian dari tahap
kegiatan pemuliaan tanaman. Pemuliaan pohon dalam keilmuan dapat didefinisikan sebagai
penerapan ilmu genetika dan praktik silvikultur dalam upaya meningkatkan produk yang lebih
tinggi kualitasnya.
Ketika kita menanam pohon yang dilakukan tanpa didului dengan seleksi, seringkali kita tidak
mampu memprediksi apa yang terjadi dengan tanaman kita kemudian. Dengan menyeleksi
melalui tahapan uji di lapangan ataupun di laboratorium, paling tidak asumsi, prediksi ke depan
tentang perkembangan dan kualitas tanaman dapat dipertanggungjawabkan. Di sinilah
kegiatan pemuliaan tanaman menyumbang keberhasilan tanaman.
Kegiatan pemuliaan pohon di perusahaan ini (Perhutani) sudah dirintis sejak tahun 2009.
Pembangunan tanaman uji di Ambulu, Mandiku, Jember diarahkan kelak menjadi tegakan
sumber benih sengon, setelah melalui tahapan seleksi dan pengujian. Tanaman hasil
kerjasama dengan Fakultas Kehutanan UGM ini berasal dari indukan asal lokasi materi dari
Bandung, Subang, Purworejo, Wonosobo, Semarang, Boyolali, Lawu, Kediri, Flores, Maluku,
Waimena, dan Timor Timur.
Dari pengamatan umur 56 bulan (sekitar 5 tahun) terdapat peringkat pohon terbesar berasal
berturut-turut asal famili Subang dengan keliling batang mencapai 116 cm (volume 1,451 m3 /
pohon), Lawu dengan keliling 113 cm (volume 1,352 m3 / pohon), Flores Timur dengan keliling
111 cm (volume 1,289 m3 / pohon). Pada pertanaman uji lokasi ini, asal Waimena paling
tertekan tumbuhnya, dan volume pohonnya hanya mencapai 0,049 m3 per pohon.
Untuk kepentingan pemeliharaan, diilakukan penjarangan 2 kali pada tanaman uji ini, dengan
jarak tanam awal 3 meter x 3meter, sehingga menyisakan 1.107 pohon tinggal. Rata-rata tinggi
bagi keseluruhan pohon adalah 18 meter dengan keliling 71 cm, dengan kondisi tanaman
sehat. Dari penjarangan pertama mendapatkan volume 123 meter kubik, penjarangan kedua
250,07 meter kubik dari 921 pohon, yaitu berasal dari seleksi pohon-pohon yang tertekan.
Tanaman uji bakal kebun benih sengon ditanam di atas ketinggian tempat 10 meter dari muka
laut, dengan jenis tanah inseptisol (USDA) atau regosol.

Gambar 10.
Tegakan pertanaman uji sengon bakal kebun benih sengon,
berlokasi di Ambulu, Jember (kiri); individu asal famili
Purworejo mencapai keliling batang 106 cm pada usia 56
bulan.

15

Tanaman Sengon Untuk Sebuah Harapan

05.TANAMAN SENGON UNTUK SEBUAH HARAPAN
Saat ini sengon banyak diusahakan di kawasan hutan tanaman, perkebunan maupun di
kebun-kebun milik rakyat (hutan rakyat) di Pulau Jawa dan di luar Pulau Jawa. Dari hasil
Sensus Pertanian 2003, menunjukkan bahwa di Indonesia tercatat sekitar 2,32 juta rumah
tangga yang menguasai tanaman sengon dengan populasi pohon yang dikuasai mencapai
sekitar 59 juta pohon atau rata-rata penguasaan per rumah tangganya sebesar 25 pohon. Dari
total sebanyak 59 juta pohon sengon, sekitar 24 juta pohon atau 41 persen diantaranya adalah
merupakan tanaman sengon yang siap ditebang (masak daur).
Tanaman sengon di Jawa yaitu mencapai 50 juta pohon atau sekitar 83,69% dari total
populasi pohon di Indonesia, sedangkan sisanya sekitar 9,76 juta pohon (16,31%) berada di
luar Jawa. Tanaman sengon di Jawa terkonsentrasi di tiga propinsi berturut-turut di Jawa
Tengah (34,84%), Jawa Barat (30,62%) dan Jawa Timur (10,88%), sementara di luar Jawa
terdapat dua propinsi yang cukup luas yaitu di Lampung (3,86%) dan Kalimantan Timur
(2,20%). Di pulau Jawa, tanaman sengon menjadi favorit bagi kebanyakan masyarakat,
karena nilai jual dan waktu panennya cukup menjanjikan. Data luasan tanaman sengon
secara umum, tersebar di Banten 325,336 ha (11.62%), Jawa Barat 973,860 ha (34.79%),
Jawa Tengah 747,257 ha (26.70%), DI Yogyakarta 111,576 ha (3.99%) dan Jawa Timur
641,152 ha (22.90%).
Kayu sengon di pulau Jawa, umumnya berasal dari tanaman rakyat. Menurut data yang diolah
dari berbagai sumber, dari total suplai kayu domestik sebesar 42,3 juta m3 hutan tanaman (HTI
luar Jawa dan hutan rakyat) menghasilkan 26,3 juta m3, dan 10 juta m3 diantaranya berasal
dari hutan rakyat, sedangkan hutan alam hanya menghasilkan 5,7 juta m3.
Pertanaman sengon yang cukup luas itu tidak semua bertampilan sehat. Data Perhutani tahun
2012, luas tanaman sengon 1.295,4 ha terserang karat tumor, dari status ringan sampai berat.
Kejadian ini hendaknya menjadi pelajaran yang berharga bagi semua pengusaha dan petani
sengon. Menanam bibit sengon yang baik merupakan kunci keberhasilan pertanaman sengon
dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Adalah Perhutani, melalui lembaga litbangnya
berupaya menemukan individu-individu unggul sengon yang siap release, dilepaskan bagi
kepentingan perusahaan dan juga masyarakat.

16

Tanaman Sengon Untuk Sebuah Harapan

Bila kebun benih sengon sudah dapat menghasilkan benih-benih yang berkualitas, maka
paling tidak dalam setahun dapat dihasilkan 2 kg, dengan asumsi untuk 1 kg benih sengon
dapat menjadi bibit siap tanam 24.000 Bibit (plances). Calon kebun benih sengon Perhutani di
Ambulu, Jember, kini memasuki usia 6 tahun. Dalam pengamatan di tahun ke 5 beberapa
individu mulai belajar berbunga dan berbuah, sehingga diharapkan melalui pengamatan dan
evaluasi terhadap individu-individu di kebun benih sengon, tahun ke 6 kebun benih bisa
menyumbangkan benih sengon berkualitas.
Dalam perkembangannya, teknik perbanyakan sengon dapat dilakukan melalui cara vegetatif,
cara ini diyakini akan mampu memberi nilai lebih, karena hasil perbanyakan dari indukan
unggul akan diikuti oleh hasil perbanyakan.
Sambil menunggu sumber bibit yang berkualitas, antisipasi pertanaman sengon terhadap
serangan karat tumor harus dilakukan secara intensif, lebih dini, segera dan efektif, tanpa
menunggu serangan semakin besar dan berat.

17

BAHAN BACAAN
Anggraeni, 2007. Laporan Penelitian Plot Pengamatan Penyakit Karat Puru di Banyuwangi.
Puslitbang Hutan Tanaman. Bogor.
Anggraeni, I dan N. E Lelana, 2011. Penyakit Karat tumor pada Sengon. Kementrian Kehutanan,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta.
Anonim, 2012. Pemeriksaan dan Penanganan Hama & Penyakit di Wilayah Perum Perhutani.
Laporan Tahunan. Puslitbang Perum Perhutani. Cepu. Tidak diterbitkan.
Anonim, 2013. Kajian Kesehatan pada Tanaman Sengon Muda. Laporan Tahunan. Puslitbang
Perum Perhutani. Cepu. Tidak diterbitkan.
Atmosuseno, S. 1994. Budidaya, Kegunaan dan Prospek Sengon. Penebar Swadaya. Jakarta.
Budi, S.H. 1992. Budidaya Sengon. Kanisius. Yogyakarta.
Cabi, 2014. Falcataria moluccana (batai wood). www.cabi.org/isc/datasheet/38847.
Dick, M. 1985. Uromycladium rust of accacia www.nzffa.org.nz/farm-forestry-model.
Duladi. 2012. Cara Cerdas Mengendalikan Hama dan Penyakit pada Sengon. PT. Penerbit IPB
Press. Kampus IPB Taman Kencana Bogor.
Endang, A.H., H.N. Farikhah. 2010. Infestation of Xystrocera festiva in Paraserianthes falcataria
plantation in East Java, Indonesia. J. Trop. For. Sci.22:397-402. Dalam peran serangga
vektor penyakit karat puru.
Fatoni, T. 2009 Ratusan ribu hektar tanaman sengon terserang penyakit karat puru. Dalam
http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/09/04/15/43933-ratusan-ribuhektar-tanaman-sengon-terserang-penyakit. 30 Desember 2013.
Hardiyanto, E. B. 2000. Genetik dan Strategi Pemuliaan Acacia Mangium. Prosiding Seminar
Nasional Status Silvikultur 1999. Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Jogjakarta.
Iskandar, A. 2007. Manual Produksi Bibit Berkualitas. Sengon (Paraserianthes falcataria). Cetakan
Juni 2013. Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura. Sumedang-Jawa Barat.
Krisnawati, H., Varis, E., Kallio, M., Kanninen, M., 2011. Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen
Ekologi, Silvikultur dan Produktivitas. CIFOR. Bogor. Indonesia.
Perum Perhutani, 2008. Teknik Pengendalian Hama-Penyakit Tanaman Hutan (Jati, Pinus, Kayu
Putih, Sengon). Puslitbang Perum Perhutani. Cepu.
Purnomo, A. 472,6 hektar hutan albasia diserang karat puru. Dalam
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2009/06/26/31519/472.6.Hektar.Hutan
.Albasia.Diserang.Karat.Puru. 8 Januari 2014.
Rahayu, S., Lee, S.S., Noor Aini, A.S. 2005. Karat Tumor disease in Falcataria moluccana (miq)
Barneby & Grimes at Brumas, Tawau-Sabah. In : Sahibin, A.R., Ramlan, O., Kee, A.A.A.
and Ng. Y.F. Second regional symposium on environment and natural resourches, 22-23
March 2005, UKM and Ministry of Natural Resources and Environmental, Malaysia. Kuala
Lumpur, Malaysia. Dalam: Makalah Workshop Penanggulangan Serangan Karat Puru
pada Tanaman Sengon 19 November 2008. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan
Pemuliaan Tanaman Hutan.
18

Rahayu, S., L.S. See, N.A. Shukor. 2010. Uromycladium tepperianum, the gall rust fungus from
Falcataria moluccana in Malaysia and Indonesia. Mycoscience 51:149-153.
Rahayu, S. 2010. Modul Pelatihan Penyakit Karat Tumor Pada Sengon dan Pengelolaannya.
Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Rahayu, S., 2011. Pengendalian Penyakit Karat Tumor pada Tanaman sengon. Workshop Industri
Kehutanan Berbasis Hutan Rakyat Tahun 2011 Tema” Peningkatan Ekonomi dan
Kesejahteraan Rakyat melalui Pembangunan Industri Kehutanan Berbasis Hutan Rakyat
“27-29 November 2011, Hotel Twin Plaza : Jakarta.
Rahayu, S dan Indrespura, F. 2012. Characteristic anda Pathogenecity changing of Uromycladium
tepperianum on Falcataria moluccana. Dalam Affected by pyroclastic cloud from merapi
volcano, in Yogyakarta, Indonesia. The impacts of climate change to forest pest and
diseases in the tropics. October 8th – 10th, 2012. Yogyakarta.
Rimbawanto, A.2008. Makalah Workshop Penanggulangan Serangan Karat Puru pada Tanaman
Sengon. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta.
Santoso, HB. 1992. Budidaya sengon. Yogyakarta. Kanisius.
Sari, Dian Purnama. 2013. Uji efektivitas ter dalam mengendalikan penyakit karat tumor pada
batang trubusan sengon umur 4 tahun di hutan rakyat. Skripsi UGM
etd.ugm.ac.id/index.php. 2 Juli 2014.
Soeprapto, E. 2010. Hutan Rakyat : Aspek Produksi, Ekologi dan Kelembagaan. Lembaga AruPa
Yogyakarta dalam http://www.AruPa.co.id/Aspek Produksi, Ekologi dan Kelembagaan. 10
Maret 2015.
Soerianegara, I. dan Lemmens, R.H.M.J. 1993. Plants resources of South-East Asia 5(1): Timber
trees major commercial timbers. Pudoc Scientific Publishers, Wageningen, Belanda.
Supriyatna, E. 2010. Waspadai tanaman sengon terserang penyakit karat puru. Dalam
http://petaniberdasicom.blogspot.com/2009/10/waspadai-tanaman-sengonterserang.html.scribd.com/Pengendalian-Karat-Puru-Pada-Sengon. 2 Juli 2014.
Utami, Amalia Minati, 2013. Pola penyebaran dan intensitas penyakit karat tumor pada
pertanaman sengon murni dan campuran (Studi kasus di Desa Lungge dan desa
Madureso, Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung). Skripsi UGM.
etd.ugm.ac.id/index.php.2 Juli 2014.
Warisno dan Dahana, K. 2009. Investasi sengon. Langkah praktis membudidayakan pohon uang.
Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

19

MENGENAL PENYUSUN
BUKU MENGENAL SENGON DAN KARAT TUMOR

CORRYANTI
'Harus ada yang ditinggalkan, sebagai bukti kita pernah ada, bukan
harus ada yang diambil sebagai tanda kita pernah di sini'.
Pernyataan itulah, yang memicu Corry – panggilan akrabnya untuk
menyusun salah satunya, buku ini, bersama mitra kerjanya, penelitipeneliti di Perhutani.
Tiada kata lelah untuk sebuah pencapaian yang baik adalah esensi
semangat yang ia patrikan dalam setiap langkah hari-harinya di
lembaga litbang ini. Itu pula yang ingin ia contohkan, kelak muncul
kader-kadernya di kemudian hari.
Lahir dan besar di Sumatra Utara, dan sering melakukan perjalanan
bersama sang ayah membuatnya ia menyukai mempelajari apa pun
yang ditemukan dalam setiap perjalanan, dan ini dibuktikan dalam
beberapa karyanya selama belasan tahun di Puslitbang Perhutani.
Mengisi hidup dengan belajar adalah obsesinya yang lain, sehingga ia
mengenyam pendidikan di banyak perguruan tinggi di Indonesia, yaitu
berturut-turut S1 di Fakultas Kehutanan IPB (1984), S2 di jurusan Ilmu
Lingkungan, UI (1994), dan terakhir S3, di Fakultas
Pertanian/Mikrobiologi Tanah. UGM (2008).
Di masa-masa akhir pengabdiannya di Perhutani, ia tetap menjaga
dirinya untuk tetap semangat sampai selesai tugasnya di lembaga yang
ia banggakan ini.

DIAN NOVITASARI
Perempuan ayu ini lahir di Madiun 26 Nopember 1979. Tumbuh dan
besar di kota pecel ini, Vita, demikian ia dipanggil sehari-hari
meneruskan pendidikannnya di jurusan Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Brawijaya, Malang, dan lulus tahun 2005.
Nasib membawanya merintis kerja di Puslitbang Perhutani, dimulai dari
ikut mengerjakan pekerjaan pengembangan penelitian pada 20062011, kemudian bergabung dengan kelompok peneliti mulai tahun 2011
hingga sekarang. Dalam kelompok ini dia menggeluti bidang silvikultur,
hama dan penyakit tanaman hutan.
Dengan gigih, perempuan kalem ini mencoba belajar dan memahami
pekerjaannya. Ke lapangan bersama teman-temannya bukan sesuatu
yang asing, karena niatnya selalu ingin memberi yang terbaik, semampu
yang ia bisa. Kerja bukan sekedar kerja, tetapi harus ada arti yang bisa
diberikan.

ISBN 978-602-0853-06-2

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PERUM PERHUTANI
Jl. Wonosari Batokan Tromol Pos 6 Cepu 58302 Jawa Tengah
Tlp : 0296-421233/ Fax : 0296-422439
Web : www.puslitbangperhutani.com
Email : puslitbang_dokinfo@yahoo.co.id
puslitbang.dokinfo@gmail.com

Dokumen yang terkait

Susi Moeimam en Hein Steinhauer. Met medewerking van Nurhayu W. Santoso en met bijdragen van Ewald F. Ebing, Nederlands-Indonesisch Woordenboek. Leiden: KITLV Uitgeverij, 2004, xxviii + 1125 pp. ISBN 90-6718-227-3. Price: EUR 49.90 (hard cover). Susi Moei

0 0 5

Fabrice Thumerel, La critique littéraire. Cetakan kedua. Paris: Armand Colin, 2002, 184 hlm. (Cetakan pertama tahun 2000). ISBN 2-200-26355-4. Soft cover.

0 0 5

B. Herry Priyono, Anthony Giddens: suatu pengantar. Cetakan kedua. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2003, 98 hlm. (Cetakan pertama 2002). ISBN 979-9023-85-8. Harga: Rp15.000,00 (soft cover).

0 1 5

Xu Ziliang dan Wu Renfu. 实用对外汉语教学法 (Metode praktis bagi pengajaran bahasa cina sebagai bahasa asing). Beijing: Peking University Press, 2005, 228 hlm. ISBN 7-301-08092-1. Harga: RMB 22

0 0 5

Rob van Albada dan Th. Pigeaud, Javaans-Nederlands woordenboek. Leiden: KITLV Uitgeverij, 2007, xxxii + 1.086 hlm. ISBN 978-90-6718-308-9. Harga: EUR 49,50 (hard cover).

0 0 7

McGlynn, John H. et al. (red.), Indonesia in the Soeharto years; Issues, incidents and images. Jakarta: Lontar Foundation, 2007, xxiii + 483 hlm. ISBN 979-808357-1. Price: EUR 49,90 (hard cover).

0 0 5

Jan van der Putten and Mary Kilcline Cody (eds), Lost times and untold tales from the Malay World. Singapore: NUS Press, 2011, xxiii + 396 pp. [First edition 2009]. ISBN 978-9971-69-454-8. Price: USD 34.00 (soft cover).

0 0 5

Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM ISBN 978-602-99680-0-2

0 0 6

Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM ISBN 978-602-99680-0-2

0 3 6

Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM ISBN XXX-XXXXX-X-X

0 0 7