Perilaku Berbiak Burung Bubulcus ibis di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara

4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bioekologi Burung
2.1.1 Taksonomi
Kingdom

: Animalia

Phyllum

: Chordata

Sub phyllum : Vertebrata
Class

: Aves

Ordo


: Ciconiiformes

Famili

: Ardeidae

Genus

: Bubulcus

Species

: Bubulcus ibis

Kuntul kerbau (Bubulcus ibis) merupakan burung terkecil dari bangsa
kuntul-kuntulan (sekitar 50 cm).Burung ini suka mencari makanan di daerah area
persawahan yang baru dibajak atau ditanami.Bentuk tubuhnya lebih ramping
daripada Blekok sawah (Ardeola speciosa ), meskipun tidak seramping kuntulkuntul yang lebih besar. Seluruh bulunya berwarna putih, tetapi selama musim
kawin, bulu-bulu pada kepala, leher, punggung dan dada berwarna kuning kerbau

(biodiversitas Indonesia, 2012).
Sebagian besar burung pada order Ciconiiformes terlihat sangat berbeda
dibandingkan burung lain yang hidup di air atau dekat air karena kakinya yang
panjang. Ciconiiformes tidak dapat menggunakan kakinya untuk berlari dengan
cepat, gaya berjalannya cenderung lambat tetapi teratur. Selain memiliki kaki dan
leher yang panjang, untuk kelangsungan hidupnya bergantung dari memakan
hewan lain (animal food) (Grzimek, 1972).

5

2.1.2 Morfologi
Kuntul Kerbau (Bubulcus ibis) adalah spesies burung dalam famili Ardeidae atau
Kuntul-kuntulan.Burung

ini

merupakan burung terkecil

dari


bangsa Kuntul

kuntulanyaitu sekitar 48-53 cm. Burung ini suka mencari makanan di
dekat kerbau atau sapi yang merumput.Bentuk tubuhnya lebih ramping dari
pada Blekok Sawah (Ardeola speciosa ), meskipun tidak seramping kuntul-kuntul
yang lebih besar. Burung ini tersebar dari India, Sulawesi, sampai Nusa Tenggara
(Coates et al. 2000).
Burung Kuntul Kerbau berukuran ± 50 cm dan berwarna putih (beberapa
terdapat sapuan jingga pada dahi). Saat berbiak, putih, dengan kepala, leher dan
dada menjadi jingga pupus sedangkan pada kaki menjadi merah terang. Pada saat
tidak berbiak burung ini mirip Kuntul Kecil. Iris kuning, paruh kuning, kaki
hitam.Pendiam, terdengar kuakan di koloni sarang. Habitat banyak di mangrove,
rawa, padang rumput dan persawahan. Kebiasaannya berkumpul mencari makan
di padang rumput, persawahan serta bersarang secara koloni. Penyebarannya di
Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Bali (Ayat, 2011).
Bubulcus ibis memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil bila dibandingkan

dengan jenis kuntul lain. Panjang tubuh berkisar ± 50 cm, leher lebih pendek,
kepala berbentuk bulat dan kelihatan lebih tebal, paruh lebih pendek dari pada
jenis kuntul lainnya, sekitar 8,5-10 cm. Paruh dan tungkai kaki berwarna kuning.

Pada musim berbiak bulu pada kepala, leher, punggung dan dada berwarna jingga
atau merah karat sedang di luar musim tersebut seluruh bulu berwarna putih.Jenis
hewan yang menjadi mangsanya sebagian besar adalah serangga dan hewanhewan yang berukuran kecil seperti moluska, crustasea , amfibia dan reptilia.
Hasil penelitian Hamidi menunjukkan bahwa makanan utama Bubulcus ibis terdiri
atas serangga, katak, tikus, orong-orong dan udang (Elfidasari, 2008).
Bubulcus ibis, biasa disebut Kuntul kerbau karena bangau berukuran

sedang, ditandai dengan bulu putih, bagian dada kuning, kaki orange kusam
pendek, leher tebal dan postur membungkuk. Panjang burung sekitar 46-56 cm,
lebar sayap 88-96 cm dan berat rata-rata orang dewasa adalah 270-512 g (Ivory,

6

2000). Selama musim kawin, burung Kuntul Kerbau dewasa ini mengubah mata
mereka, bagian dada dan kaki menjadi warna merah dan punggung, leher dan
kepala menjadi kekuning-kuningan.Burung kuntul kerbau muda juga putih tapi
bagian dada dan kaki mereka masih berwarna hitam kemudian berubah menjadi
kuning karena usia (Nature works, 2012).

2.2 Habitat Burung Air

Lingkungan yang dianggap sesuai sebagai habitat bagi burung yaitu habitat yang
dapat menyediakan makanan, tempat berlindung maupun tempat berbiak yang
sesuai bagi burung (McKilligan, 2005).
Burung air dalam kehidupannya banyak tergantung kepada keberadaan
pantai atau lahan basah secara umum.Mereka menjadikan areal pantai atau lahan
basah serta tegakan tumbuhan yang ada di atasnya baik sebagai tempat untuk
mencari makan maupun beristirahat. Lahan basah yang merupakan habitat penting
bagi burung pantai, baik untuk mencari makan maupun untuk beristirahat.
Meskipun banyak diantara mereka yang berbiak jauh di daerah daratan yang
bukan merupakan daerah pantai atau lahan basah, akan tetapi mereka sangat
bergantung kepada kawasan pantai (Howes et al., 2003).
Lahan basah sebagai ekosistem yang kompleks memiliki berbagai fungsi
ekologis yang sangat penting seperti fungsi pengatur hidrologis, penghasil
sumberdaya alam hayati dan habitat dari berbagai jenis satwa liar dan tumbuhan.
Kekhasan kawasan tersebut menyebabkan adanya pemanfaatan oleh burungburung air yang hanya dapat tinggal pada kawasan tertentu atau cocok dengan
kebutuhannya. Keberadaan lahan basah sebagai habitat burung air telah
dirumuskan dalam konvensi Internasional Ramsar sebagai suatu kepentingan
internasional (Sibuea, 1997).
2.4 Perkembangbiakan
Breeding (berbiak) biasanya dimulai ketika Kuntul kerbau berumur sekitar 2-3


tahun. B. ibis adalah spesies monogami. Monogami merupakan satu individu yang
memiliki 2 alat kelamin. Sebelum kawin dimulai, jantan pertama mengklaim

7

wilayah mereka. B. ibis kemudian melakukan berbagai tarian seperti gerakan
bergoyang dari sisi kanan ke sisi kiri dengan bulu terangkat dan leher diregangkan
kemudian sambil mengepak-ngepakan sayap untuk menarik perhatian betina.
Ketika seekor betina telah memilih pasangan yang cocok, jantan akan
menekannya dengan menindih punggung betina. Setelah pasangan terikat, betina
mengikuti jantan ke lokasi lain di mana kopulasi terjadi dan di mana sarang akan
dibangun. Sarang biasanya dibangun di pohon, semak ataupun di pohon
Mangrove. B. ibis biasanya lebih suka daerah yang overhang atau dikelilingi oleh
air. Sarang dibangun oleh betina dari bahan-bahan seperti ilalang, ranting segar
dan kadang-kadang ranting dicuri dari sarang Kuntul lainnya, yang dikumpulkan
oleh jantan (Butchart, 2012).

2.5 Breeding Season (Musim Berbiak)
Musim berbiak (breeding season) dari suatu spesies merupakan masa dimana

burung dapat menghasilkan telur atau memiliki anak dalam sarang. Burung akan
meletakkan telur setiap tahunnya dan membesarkan anaknya pada saat makanan
berlimpah (Lack, 1954).
Menurut Rukmi (2002), untuk menjamin kelangsungan hidupnya burung
memiliki perilaku berbiak, yang meliputi penetapan teritori, courtship
(percumbuan), pemilihan dan penentuan pasangan, kopulasi, pembuatan sarang,
peletakan dan pengeraman (inkubasi) telur, pemberian makan dan perlindungan
anak. Sebagai berikut:
a) Penetapan Teritori
Burung-burung jantan yang siap untuk berbiak akan menentukan teritori
terlebih dahulu, yang kemudian digunakan sebagai tempat atraksi (display). Jantan
berdiri tegak, menegakkan dan membentuk kipas dengan plumae scapularnya,
kemudian mengayun-ayunkan tubuh. Dilanjutkan dengan membuka salah satu
sayap, menyentuh, menelisik atau menarik-narik bulu sayap primer. Setelah itu
biasanya diikuti dengan stretch display (leher dan kepala ditegakkan) dengan
gerakan menusuk vertikal, merendahkan tubuh dengan menekuk kaki tetapi leher

8

dan kepala tetap vertikal, tubuh sedikit diayun untuk kemudian kembali ke posisi

semula.

b) Percumbuan (Courtship)
Penentuan pasangan biasanya dilengkapi dengan perilaku rtual yang dikenal
sebagai courtship display. Courtship display memilii fungsi yaitu (1) Untuk
mengancam pengganggu dan competitor agar menjauhi teritorinya, merupakan
ajang untuk menentukan jantan yang berpotensi untuk berkembangbiak
(penentuan kualitas keturunan), (2) Untuk menstimulasi ovulasi, (3) Untuk
mensinkronkan tingkat kesiapan seksual, (4) Sebagai tanda pengenalan spesies.
Courtship display anatara anggota kelompok tersebut terkadang berlanjut dengan

ovulasi, kopulasi, dan fertilisasi.

c) Pemilihan dan Penentuan Pasangan
Menurut Korlandt (1995) dalam Jumilawaty (2002), Pembentukan pasangan
dimulai dengan mempertunjukkan gerakan–gerakan mengundang pasangannya
oleh jantan berupa gerakan sayap yang teratur (wing-waving). Selanjutnya betina
akan memilih untuk menerima atau menolak jantan berdasarkan tarian yang
dipertunjukannya, karena setiap gerakan yang ditunjukkan oleh jantan memiliki
arti khusus yang dimengerti dan dikenal oleh betina. Bubulcus jantan yang sudah

menemukan pasangan akan membawa pasangannya ke sarang setengah jadi yang
dibuat oleh dirinya sebelum mengundang pasangan untuk meneruskan pembuatan
sarang sampai jadi. Sarang yang dibangun oleh pasangan Bubulcus ibis dibuat
senyaman mungkin untuk menampung telur dan calon anakan. Sarang berguna
untuk tempat berlindung pasangan Bubulcus ibis dan anaknya kelak.

d) Pembuatan Sarang
Burung jantan akan mencari tempat yang sesuai untuk membangun sarang
yang akan digunakan selama musim berbiak dan akan melakukan display untuk
mengundang pasangannya (wing-waving). Sarang Bubulcus ibis terbuat dari
ranting-ranting pohon Rizophora yang masih baru ataupun bekas dari sarang
Bubulcus yang sudah tidak terpakai (Hoyo et al., 1992 dalam Jumilawaty (2002).

9

Menurut Burger (1978), Karakteristik dari suatu pohon adalah satu hal yang
penting dalam pemilihan lokasi tempat untuk bersarang. Tinggi pohon, jarak
sarang dari pusat pohon dan diameter sarang berpengaruh dalam penentuan lokasi
sarang (Beaver et al, 1990).
e) Peletakan dan Pengeraman Telur (Inkubasi)

Jarak antara penyelesaian pembuatan sarang dan peletakan telur bervariasi.
Beberapa burung meletakkan telur pertamanya setelah penyelesaian sarang, ada
yang setelah 2-3 hari kemudian, tetapi ada juga yang 1-2 minggu kemudian.
Beberapa burung meletakkan satu telur perhari sampai jumlahnya terpenuhi, tetapi
ada juga yang memiliki interval waktu 48 jam bahkan lebih dari itu ( Van Tyne &
Berger, (1976) dalam Rukmi (2002)).
Menurut ICBP (1992) dalam Rukmi (2002), Periode inkubasi merupakan
waktu perkembangan embrio dari sebuah telur yang baru diletakkan yang
mendapat perhatian terus menerus dari induknya. Burung banyak memulai
inkubasi setelah telur pertama diletakkan. Masa inkubasi berkisar 25-27 hari.
Inkubasi yang lebih awal pada kelompok telur merupakan perlindungan yang
sangat baik untuk telur dari badai dan predator atau musuh.

f) Pemberian Makan dan Perlindungan anak
Burung biasanya mengatasi masalah makanan melalui persediaan makanan
ataupun jantan menyediakan makanan untuk betina. Anakan burung biasanya
memakan “muntahan” makanan dari induknya dengan cara memasukkan kepala
ke dalam mulut induknya, sedangkan anak yang baru menetas makan dengan cara
menjulurkan kepalanya dan mengeluarkan suara dengan mata masih tertutup.
Induk akan melindungi anaknya secara hati-hati dari pengaruh cuaca yang buruk.

Saat suhu dingin atau hujan, induk akan menghangatkan dan menutupi anakannya
dengan cara duduk di sarang, sedangkan saat cuaca panas induk akan berdiri
diatas anakan dan menutupinya dari sinar matahari (Mendall, 1993 dalam
Jumilawaty, 2002).

Dokumen yang terkait

Perilaku Berbiak Burung Bubulcus ibis di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara

4 41 51

Perilaku Berbiak Burung Bubulcus ibis di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara

1 5 51

Perilaku Berbiak Burung Bubulcus ibis di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara

0 0 12

Perilaku Berbiak Burung Bubulcus ibis di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara

0 0 2

Perilaku Berbiak Burung Bubulcus ibis di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara

0 0 3

Perilaku Berbiak Burung Bubulcus ibis di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara

0 0 3

Perilaku Berbiak Burung Bubulcus ibis di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara

0 0 5

Perilaku Harian Anakan Kuntul Kerbau (Bubulcus ibis L.) di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Sumatera Utara

0 0 4

Perilaku Harian Anakan Kuntul Kerbau (Bubulcus ibis L.) di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Sumatera Utara

1 1 3

Perilaku Harian Anakan Kuntul Kerbau (Bubulcus ibis L.) di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Sumatera Utara

0 0 7