PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF TINGGI SISWA MATERI SUHU DAN KALOR DI KELAS X SEMESTER II DI SMA MUHAMMADIYAH 8 KISARAN T.P 2014/2015.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF TINGGI
SISWA MATERI SUHU DAN KALOR KELAS X
SEMESTERII DISMAMUHAMMADIYAH8
KISARAN T.P 2014/2015

Oleh :
Ayang Nita Sari
NIM 4112121004
Program Studi Pendidikan Fisika

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENEGTAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015


i

iii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF TINGGI SISWA
MATERI SUHU DAN KALOR KELAS X SEMESTER II
DI SMA MUHAMMADIYAH 8 KISARAN
T.P 2014/2015
AYANG NITA SARI (NIM: 4112121004)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar kognitif tinggi siswa
dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada
pembelajaran konvensional pada materi Suhu dan Kalor di kelas X Semester II di SMA
Muhammadiyah 8 Kisaran.
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas X Semester genap l SMA Muhammadiyah 8 Kisaran yang terdiri dari
tujuh kelas. Sampel penelitian ini diambil dua kelas yaitu kelas X-1 (sebagai kelas
eksperimen) dan kelas X-2 (sebagai kelas kontrol) yang masing-masing berjumlah 32 dan 31
siswa yang ditentukan dengan teknik Cluster Random Sampling. Kemudian diberikan
perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen dengan model pembelajaran berbasis masalah dan

kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Data yang digunakan dalam penelitian ini
digunakan tes uraian,jumlah soal 15 item yang telah divalidkan oleh validator.
Hasil pengujian pretes sebelum diberikan perlakuan diperoleh bahwa data kedua kelas
berdistribusi normal dan homogen. Hasil pretes diperoleh kemampuan awal siswa pada kedua
kelas sama. Setelah perlakuan dalam pembelajaran selesai diberikan, diperoleh postes kelas
eksperimen memiliki hasil yang lebih tinggi dibanding kelas kontrol dan diperoleh bahwa
data kedua kelas berdistribusi normal dan homogen. Dari hasil pengolahan data postes
diperoleh yakni hasil belajar kognitif tinggi siswa di kelas yang menerapkan pembelajaran
berbasis masalah lebih tinggi dari kelas dengan menerapkan model pembelajaran
konvensional pada materi suhu dan kalor di kelas X Semester II SMA Muhammadiyah 8
Kisaran tahun pelajaran 2014/2015.
Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Pembelajaran Konvensional, Hasil Belajar
Kognitif Tinggi.

vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak

Kata Pengantar
Daftar isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran

i
ii
iii
iv
vi
viii
ix
x

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Batasan Masalah
1.4. Rumusan Masalah

1.5. Tujuan Penelitian
1.6. Manfaat Penelitian

1
1
3
3
4
4
5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
2.1.1 Model Pembelajaran
2.1.2.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah
2.1.2.2 Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah
2.1.2.3 Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah
2.1.2.4 Manfaat Pembelajaran Berbasis Masalah
2.1.2.5 Sintaks Pemebelajaran Berbasis Masalah
2.1.2.6 Model Pembelajaran Konvensional

2.1.2. Pengertian Belajar
2.1.3. Hasil Belajar
2.1.3.1 Aspek Kognitif
2.1.3.2 Kategori-kateori dalam dimensi Proses Kognitif
2.1.3.3 Kognitif Tingkat Tinggi
2.1.5. Peneliti terdahulu
2.2 Materi pembelajaran Suhu dan Kalor
2.3 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis

6
6
6
7
9
11
11
13
15
16

17
18
19
25
26
28
40
41

BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 . Populasi Penelitian
3.2.2. Sampel Penelitian
3.3. Variabel Penelitian
3.4. Jenis dan Desain Penelitian
3.4.1. Jenis Penelitian
3.4.2. Desain Penelitian
3.4.3. Instrumen Penelitian


42
42
42
42
42
42
42
42
43
43

vii
3.4.3.1 Wawancara Guru
3.4.3.2 Angket Siswa
3.4.3.3 Tes Ranah Kognitif Tinggi Siswa
3.5. Validitas Tes
3.6. Prosedur Penelitian
3.7.Teknik Pengumpulan Data
3.8.Teknik analisis data
3.8.1.Wawancara Guru

3.8.2. Angket Siswa
3.8.3. Analisis Tes Hasil Kognitif Siswa
3.8.4. Uji Normalitas
3.8.5 Uji Homogenitas
3.8.6 Uji Hipotesis

43
44
44
45
48
50
50
50
50
51
51
52
53


BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil penelitian
4.1.1.Data Hasil Penelitian
4.1.2.Uji Persyaratan Analisa Data
4.1.3.Pengujian Hipotesis
4.2.Pembahasan

57
57
57
59
61
62

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
5.2.Saran

68
68

68

DAFTAR PUSTAKA

69

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peristiwa Konduksi
Gambar 2.2. Peristiwa Konveksi
Gambar 2.3. Dua Arah Aliran Air pada Peristiwa Konveksi
Gambar 2.4. Satu Arah Aliran Air pada Peristiwa Konveksi
Gambar 2.5. Angin Darat
Gambar 2.6. Angin Laut
Gambar.4.1. Diagram batang data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol
Gambar.4.2. Diagram batang data postes kelas eksperimen dan kelas kontrol

Halaman
34

36
38
38
38
39
58
59

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tabel 2.2. Kategori-kategori dalam Dimensi Ranah Kognitif
Tabel 2.3 Tabel Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 2.3. Konduktivitas Termal
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian
Tabel 3.2. Instrumen Tes Kisi Soal
Tabel 3.3 Validitas Intrumen oleh Validator I
Tabel 3.4 Validitas Intrumen oleh Validator II
Tabel 3.3 Validitas Intrumen oleh Validator I
Tabel 4.1. Hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol
Tabel 4.2. Hasil postes kelas eksperimen dan kelas kontrol
Tabel 4.3. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Tabel 4.4. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas
Tabel 4.5. Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis Kemampuan Awal /
Pretes Siswa
Tabel 4.6. Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis Postes Siswa

Halaman
14
19
26
36
43
45
46
47
48
57
58
60
60
61
62

x
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV
Lampiran 5. Lembar Kerja Siswa I
Lampiran 6. Lembar Kerja Sisiwa II
Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa III
Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa IV
Lampiran 9. Tabel Tes Hasil Belajar
Lampiran 10. Instrumen Hasil Belajar
Lampiran 11. Rekapitulasi Hasil Jawaban Pretes Kelas Eksprimen
Lampiran 12. Rekapitulasi Hasil Jawaban Pretes Kelas Kontrol
Lampiran 13. Rekapitulasi Hasil Jawaban Postest Kelas Eksprimen
Lampiran 14. Rekapitulasi Hasil Jawaban Postest Kelas Kontrol
Lampiran 15. Perhitungan Rata-Rata, Varians dan Standar Deviasi
Lampiran 16. Uji Normalitas
Lampiran 17. Uji Homogenitas
Lampiran 18. Uji Hipotesis
Lampiran 19. Data Pretest dan Postest Kelas Eksperimen
Lampiran 20. Data Pretest dan Postest Kelas Kontrol
Lampiran 21. Dokumentasi Penelitian
Lampiran 22. Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Lilliefors
Lampiran 23. Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z
Lampiran 24. Daftar Nilal Persentil Untuk Distribusi F

71
85
100
114
129
131
134
137
139
147
150
152
154
156
158
161
164
167
172
173
174
177
178
179

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
yang dinamis dan sarat perkembangan. Pendidikan yang mampu mendukung
pembangunan

di

masa

mendatang

adalah

pendidikan

yang

mampu

mengembangkan potensi peserta didik sehingga yang bersangkutan mampu
menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional pemerintah telah menyelenggarakan
perbaikan-perbaikan peningkatan mutu pendidikan pada berbagai jenis dan
jenjang. Namun fakta di lapangan belum menunjukan hasil yang memuaskan.
Kualitas pendidikan Indonesiahanya menempati posisi ke 64 dari 65 negara
anggota Programme for International Assassment (PISA). Hasil ini merupakan
hasil studi yang dilakukan lembaga PISA yang digelar setiap tiga tahun sekali.
Dengan kata lain, kualitas pendidikan Indonesia terburuk kedua di dunia. Hasil ini
diperoleh dari studi tentang pendidikan untuk kategori pendidikan sains (OECD,
2014).
Berkaca dari hasil PISA tersebut pemerintah melalui kementrian
pendidikan berupaya mengembangkan kurikulum guna peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia dengan menerapkan kurikulum 2013, namun setelah
dipertimbangkan lebih lanjut akhirnya kurikulum yang digunakan sekarang adalah
kurikulum KTSP guna menyesuaikan kondisi sekolah di tiap-tiap daerah. Bila
dibandingkan dengan sejumlah negara di kawasan ASEAN, kualitas pendidikan di
Indonesia bahkan jauh tertinggal terlebih dalam bidang sains, khususnya bidang
Fisika. Masalah utama dalam pembelajaran fisika pada pendidikan formal
(sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini
tampak dari hasil yang didapat berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
peneliti di SMA Muhammadiyah 8 Kisaran, dengan peneliti memberikan angket
kepada 45 orang siswa, dan dari ke-45 siswa tersebut didapati 15,5 % siswa tidak
menyukai pelajaran fisika, dan 48,8 % siswa mengatakan fisika itu sulit karena

2

banyak menggunakan rumus, dan untuk nilai rerata hasil belajar siswa yang
senantiasa masih sangat memperihatinkan dengan nilai ujian fisika yang dicapai
siswa rata- rata 60, masih jauh dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)
yakni 75. Selain angket, peneliti juga melakukan wawancara dengan pihak guru,
menyangkut pertanyaan seputar proses belajar mengajar di kelas, kendala-kendala
ketika mengajar, dan hasil belajar siswa sejauh ini. Dimana guru fisika yang
mengajar di kelas hanya sesekali mengajar dengan model yang berbeda ketika
mengajar, dan hanya sesekali juga menggunakan media pembelajaran lain selain
papan tulis dan spidol. Hal ini dikarenakan masih minimnya sarana-prasaran
pendukung penggunaan media pembelajaran di sekolah. Sekolah tersebut memang
menyediakan laboratorium untuk IPA, tetapi ruangan tersebut baru di buka 3
tahun terakhir ini, dan bahan atau media guna pelaksanaan suatu eksperimen juga
belum memadai. Namun, ketika ada suatu eksperimen sederhana, maka
eksperimen tersebut cenderung dilakukan di dalam kelas dengan inisiatif guru
fisika itu sendiri, tetapi itu pun hanya sesekali, sehingga pada akhirnya
pembelajaran yang selalu dilakukan di kelas adalah model pembelajaran yang
masih cenderung

berpusat pada guru (teacher-centered), sehingga membuat

siswa menjadi cenderung pasif karena selama proses pemebelajaran kegiatan
siswa hanyalah mendengarkan penjelasan dan setelah itu mengerjakan soal-soal.
Kurangnya variasi dalam model pembelajaran yang digunakan dalam proses
belajar mengajar juga diakui guru fisika tersebut sebagai suatu hal yang membuat
siswa menjadi selalu terlihat bosan dan kurang tertarik dengan pembahasan materi
fisika (Sari, 2015).
Dalam hal ini diperlukan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan
tersebut di atas dimana proses pembelajaran ini berpusat kepada siswa, sehingga
bisa melibatkan siswa secara aktif, dan memperhatikan kemampuan siswa yaitu
dengan model pembelajaran berbasis masalah. Pada pembelajaran berbasis
masalah siswa dituntut untuk melakukan pemecahan masalah-masalah yang
disajikan dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya, kemudian
menganalisis dan mencari solusi dari permasalahan yang ada. Pembelajaran
berbasis masalah mengorientasikan siswa kepada masalah, multidisiplin,

3

menuntut kerjasama dalam penelitian, dan menghasilkan karya. Pembelajaran
berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru menyampaikan informasi
dengan jumlah besar kepada siswa.
Akan tetapi pembelajaran berbasis masalah dirancang untuk membantu
siswa mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan
masalah, dan keterampilan intelektualnya, mempelajari peran-peran orang dewasa
dengan mengalaminya secara riil atau situasi yang disimulasikan, dan menjadi
pelajar yang menjadi mandiri dan otonom (Arends, 2013).
Berdasarkan uraian di atas penulis berkeinginan untuk melakukan
penelitian dengan judul: “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Terhadap Hasil Belajar Kognitif Tinggi Siswa Materi Suhu dan Kalor di
Kelas X Semester II SMA Muhammadiyah 8 Kisaran T.P. 2014/2015”.

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dapat
diidentifikasi beberapa masalah yaitu:
1. Proses pembelajaran fisika yang masih bersifat teacher-oriented.
2. Proses pembelajaran fisika hampir tidak pernah melakukan kegiatan
eksperimen sehingga siswa menganggap belajar fisika membosankan
sehingga siswa pun cenderung pasif.
3. Penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi
4. Siswa menganggap pelajaran fisika sulit karena banyak menggunakan
rumus.
5. Masih rendahnya hasil belajar siswa.

1.3. Batasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda dalam penelitian ini dan
mengingat keterbatasan kemampuan, materi dan waktu yang tersedia, maka yang
menjadi batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:

4

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran berbasis
masalah untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran Konvensional
untuk kelas kontrol.
2. Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah materi kelas X semester
II yaitu materi pokok Suhu dan Kalor.
3. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X semester II SMA
Muhammadiyah 8 Kisaran T.A. 2014/2015.

1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah hasil belajar kognitif tinggi siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran berbasis masalah pada materi pokok Suhu & Kalor Kelas X
Semester II SMA Muhammadiyah 8 Kisaran T.A. 2014/2015?
2. Bagaimanakah hasil belajar kognitif tinggi siswa yang diajarkan dengan
model

pembelajaran konvensional pada materi pokok Suhu & Kalor

Kelas X Semester II SMA Muhammadiyah 8 Kisaran T.A. 2014/2015?
3. Apakah hasil belajar kognitif tinggi siswa yang diajar dengan model
pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang diajar
dengan pembelajaran Konvensional?

1.5. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan yang diperoleh dari penelitian
ini adalah:
1. Untuk menganalisis hasil belajar kognitif tinggi siswa yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada materi pokok
Suhu & Kalor kelas X Semester II SMA Muhammadiyah 8 Kisaran T.A.
2014/2015.
2. Untuk menganalisis hasil belajar kognitif tinggi siswa yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional pada materi pokok Suhu

5

& Kalor kelas X Semester II SMA Muhammadiyah 8 Kisaran T.A.
2014/2015.
3. Untuk menganalisis apakah hasil belajar kognitif tinggi siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada
pembelajaran konvensional.

1.6 Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini selesai dilaksanakan maka manfaat yang diharapkan
dari penelitian ini adalah :
Untuk Guru
1. Menambah kepustakaan guru,
2. Sebagai

bahan

pertimbangan

bagi

guru

bidang

studi

untuk

mempertimbangkan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah
dalam proses belajar mengajar, dan
3. Sebagai pembanding untuk melakukan penelitian tindakan kelas.
Untuk Mahasiswa
1. Sebagai bahan informasi dan wawasan mengenai pengaruh model
pembelajaran berbasis masalah terhadap kognitif tinggi siswa, dan
2. Sebagai bahan perbandingan dan referensi bagi peneliti selanjutnya yang
akan mengkaji dan membahas penelitian yang sama.
Untuk Siswa
1. Meningkatkan hasil belajar kognitif tinggi siswa, dan
2. Menciptakan suasana belajar siswa yang menyenangkan.

68

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan uji statistik serta pembahasan maka
disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil belajar kognitif tinggi siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran
berdasarkan masalah pada materi suhu dan kalor di kelas X memiliki rata-rata
postes yang kurang baik.
2. Hasil belajar kognitif tinggi siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran
konvensional pada materi suhu dan kalor di kelas X memiliki rata-rata postes
yang kurang baik.
3. Hasil belajar kognitif tinggi siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran
berdasarkan masalah pada materi suhu dan kalor di kelas X lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil belajar kognitif tinggi siswa yang diajarkan dengan
model pembelajaran konvensional.

5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka sebagai tindak
lanjut dari penelitian ini disarankan beberapa hal sebagai berikut :
1. Agar kegiatan eksperimen dapat terlaksana secara optimal, hendaknya
pembagian tugas tiap anggota kelompok merata, sehingga tiap anggota merasa
sebagai pelaksana kegiatan eksperimen bukan sebagai penonton eksperimen.
2. Hendaknya melakukan simulasi sebelum mencobakan model ini terhadap
siswa agar siswa lebih memahami dan terlatih dengan cara kerja model
pembelajaran ini ketika melakukan penelitian, sehingga model pembelajaran
berbasis masalah ini bisa diselesaikan tepat waktu.
3. Bagi para peneliti yang ingin menerapkan model pembelajaran berdasarkan
masalah sebaiknya penelitian dilakukan lebih dari 4 kali pertemuan sehingga
perbedaan dari hasil dari pembelajaran berbasis masalah dapat lebih
maksimal.

69

Daftar Pustaka

Anderson, L.W, Krathwohl, D.R, (2001), Pembelajaran, Pengajaran dan
Asesmen, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Arends, Richard I, (2012). Learning to Teach, New York, McGraw Hill.
Arends, Richard I, (2013). Belajar untuk Mengajar, Jakarta, Penerbit Salemba
Humanika
Arikunto, Suharsimi, (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta, Bumi
Aksara
Dahar,Ratna W, (2011), Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Erlangga.
Djamarah, S.B, Zain, A, (2006), Belajar Mengajar, Jakarta, PT. Rineka Cipta.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam universitas Negeri Medan,
(2012), Buku Pedoman Penulisan Skripsi Mahasiswa dan Standar
Operasional (SOP) Kepembimbingan Skripsi Program Studi Pendidikan,
FMIPA Unimed, Medan.
Jihad. A, Haris. A, (2012), Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta, Multi Presindo.
Kamajaya, (2006), Fisika SMA, Jakarta, Grafindo
Kharida,L.A, (2009), Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Elastisitas Bahan.
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5:83-89.
Kunandar, (2007), Guru Profesional; Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, Jakarta,
PT. Raja Grafindo Persada.
Ormrod, J.E, (2008), Psikologi Pendidikan (membantu siswa tumbuh dan
berkembang jilid 1), Jakarta, Erlangga.
Purwanto, (2011), Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
OECD, (2014), PISA Result in Focus, Organisation for Economic Co-operation
and Development.
Setyorini, U, (2011), Penerapan Model Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Jurnal Pendidikan
Fisika Indonesia 7-52:56.

70

Siswati, H.A, Sunarno, Suparmi, (2012), Pembelajaran Fisika dengan Model
Problem Based Learning menggunakan Multimedia dan Modul ditinjau
dari Kemampuan Berpikir Abstrak dan Kemampuan Verbal Siswa, Jurnal
Pasca UNS 2:132-141.
Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Bandung, Tarsito

Suyadi,(2013), Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung, PT.
Remaja Rosda Karya.
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep,
Landasan

dan

implementasinya

pada

Kurikulum

Tingkat

Satuan

Pendidikan, Jakarta, Penerbit Kencana
Wardhani, Kusuma, Sunarno, W, Suparmi (2012), Pembelajaran Fisika dengan
Model Problem Based Learning menggunakan Multimedia dan Modul
ditinjau dari Kemampuan Berpikir Abstrak dan Kemampuan Verbal
Siswa, Jurnal Pasca UNS 1:163-169.
Yuliati, Lia, (2012). Authentic Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Fisika Siswa SMA. Jurnal Prosiding Seminar Nasional
MIPA dan Pembelajaran Universitas Negeri Malang.