KAJIAN POTENSI KEWIRAUSAHAAN PADA PEMUDA DI KOTA SURAKARTA.

Susantiningrum, Kajian Potensi Kewirausahaan Pada Pemuda di Kota Surakarta
________________________________________________________________________

KAJIAN POTENSI KEWIRAUSAHAAN PADA PEMUDA DI KOTA
SURAKARTA
Oleh : Susantiningrum, S.Pd., SE., M.AB

ABSTRAK
Menurut Badan Pusat statistik Indonesia tercatat sejumlah 7,4 juta orang
pemuda yang termasuk dalam kategori usia produktif yang mengganggur. Dan
jika dilihat dari latar belakang pendidikannya, maka 27,09 % berpendidikan SD
ke bawah, 22,62 % berpendidikan SLTP, 25,29 % berpendidikan SMA, 15,37 %
berpendidikan SMK. Dari tingginya angka pengangguran pemuda ini, PPKwu
merasa mendapat amanat mengembangkan misi dalam mendukung penciptaan
wirausaha baru dengan menjalin kerjasama dengan KNPI melalui
penandatanganan MoU yang telah dilakukan pada tanggal 20 Januari 2011.
Selain itu, dilakukan kajian mengenai potensi kewirausahaan pemuda di Kota
Surakarta sehingga diharapkan potensi yang ada dapat teridentifikasi dengan baik
sebagai dasar pendampingan dan pembinaan lanjutan bagi kewirausahaan pemuda
di Kota Surakarta.
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa potensi kewirausahaan pemuda kota

Surakarta sebagian besar (65,36%) hanya mempunyai potensi yang sedang
sedangkan 30.72 % pemuda mempunyai potensi yang tinggi. Opportunity
competencies, mempunyai nilai baik sebesar 32,68% dan 57.52% mempunyai
nilai sedang. Organizing competencies, mempunyai nilai sedang sebesar 70.59%
dan hanya 20.92% yang mempunyai nilai tinggi. Strategic competencies,
mempunyai nilai sedang sebesar 73.20% dan hanya 15.03% yang mempunyai
nilai tinggi. Social Competencies, mempunyai nilai sedang 43.14% sementara
hanya 39.22% yang mempunyai nilai tinggi. Commitment competencies,
mempunyai nilai sedang 62.75% sementara hanya 24.18% yang mempunyai nilai
tinggi. Conceptual competencies, mempunyai nilai sedang 66.01% dan hanya
16.34% yang mempunyai nilai tinggi.
Kata kunci : Potensi, Kewirausahaan, Pemuda, Surakarta
PENDAHULUAN
Menurut
Undang-undang
No.2009 tentang Kepemudaan, yang
dimaksud dengan pemuda adalah
warga
negara
Indonesia

yang
memasuki
periode
penting
pertumbuhan dan perkembangan yang
berusia 16 (enam belas) sampai 30
(tiga puluh) tahun. Kisaran usia ini
termasuk ke dalam usia produktif
manusia. Akan tetapi, pada saat ini

banyak para pemuda yang justru tidak
bekerja dan menjadi pengangguran
yang disebut dengan pengangguran
pemuda.
Disebut pengangguran
pemuda apabila pemuda yang
bersangkutan
tidak
melanjutkan
sekolah dan tidak mempunyai

pekerjaan. Menurut Badan Pusat
statistik Indonesia tercatat sejumlah
7,4 juta orang pemuda yang termasuk
dalam kategori usia produktif yang

JKB No. 09. Th. V. Juli 2011

1

Susantiningrum, Kajian Potensi Kewirausahaan Pada Pemuda di Kota Surakarta
________________________________________________________________________

mengganggur. Dan jika dilihat dari
latar belakang pendidikannya, maka
27,09 % berpendidikan SD ke bawah,
22,62 % berpendidikan SLTP, 25,29
% berpendidikan SMA, 15,37 %
berpendidikan SMK. Sedangkan jika
dilihat lokasi desa/kota, maka
penyebaran dari pemuda ini terlihat

sebanyak 5,24 juta orang (53%)
berada di perkotaan dan 4,2 juta orang
berada di pedesaan.
Pusat
Pengembangan
Kewirausahaan (PPKwu) sebagai
salah satu pusat di lingkungan LPPM
UNS merasa mendapat amanat
mengembangkan
misi
dalam
mendukung penciptaan wirausaha
baru. Hal yang sama juga dilakukan
oleh KNPI Surakarta yang merupakan
salah satu organisasi kepemudaan.
KNPI telah fokus pada peningkatan
kualitas pemuda melalui program
pelestarian
lingkungan
hidup,

memberikan pelatihan kewirausahaan
pemuda,
memberikan
pelatihan
hukum, dan pembentukan karakter
pemuda.
Untuk kewirausahaan
pemuda, KNPI tingkat kota Surakarta
telah menjalin kerja sama dengan
PPKwu melalui penandatanganan
MoU yang telah dilakukan pada
tanggal 20 Januari 2011. Selain itu
juga dijalin kerjasama antara KNPI
dengan
Komite
Pemberdayaan
Pengembangan Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (KP2UKM). Kerja
sama ini membuka peluang wirausaha
bagi pemuda Surakarta dan sekitarnya

melalui bantuan modal finansial
maupun berupa pendidikan dan
pelatihan oleh departemen dan dinas
terkait.
Gelombang
kewirausahaan
pemuda
yang
mulai
melanda
Indonesia, khususnya
di
Kota
Surakarta mulai terlihat dengan

2

munculnya
wirausahawanwirausahawan baru. Mereka muncul
dari masyarakat untuk mengatur,

mengelola dan memikul risiko dari
memulai bisnis baru. Namun menurut
penelitian hampir 80% dari mereka
mengalami kegagalan. Oleh karena
itulah
maka
pertumbuhan
kewirausahaan pemuda di Kota
Surakarta perlu dilakukan pengkajian
mengenai
potensinya
sehingga
didapatkan data potensi yang ada
sebagai dasar pendampingan dan
pembinaan
lanjutan
bagi
kewirausahaan pemuda di Kota
Surakarta
guna

pengembangan
kewirausahaan pemuda yang sukses
dan mandiri. Penelitian ini diharapkan
nantinya dapat bermanfaat untuk
dijadikan
cetak
biru
untuk
pengembangan
kewirausahaan
pemuda oleh PPKwu baik institusional
maupun melalui kerjasama dengan
pihak terkait, sebagai acuan atau dasar
pendampingan
dan
pembinaan
kewirausahaan lanjutan, khususnya
bagi pemuda di Kota Surakarta dan
sebagai penyusunan kebijakan dan
program

dalam
pengembangan
kepemudaan,
khususnya
pengembangan
pemuda
dalam
kewirausahaan.
METODE PENELITIAN
Metode
pengambilan
data
dilakukan melalui survei langsung ke
lapangan. Subyek kajian ini adalah
para pemuda yang tergabung dalam
anggota KNPI (Komite Nasional
Pemuda Indonesia) dan Karangtaruna
tingkat kecamatan ataupun kelurahan
yang berada di kawasan Kota
Surakarta.

Pengambilan
data
dilakukan di 5 kecamatan di Kota
Surakarta yaitu Kecamatan Laweyan
(Kelurahan
Penumping
dan

JKB No. 09. Th. V. Juli 2011

Susantiningrum, Kajian Potensi Kewirausahaan Pada Pemuda di Kota Surakarta
________________________________________________________________________

Sondakan), Kecamatan Serengan
(Kelurahan
Danukusuman
dan
Joyontakan), Kecamatan Banjarsari
(Kelurahan
Punggawan

dan
Banyuanyar),
Kecamatan
Pasar
Kliwon (Kelurahan Semanggi dan
Sangkrah) serta Kecamatan Jebres
(Kelurahan Jebres dan Pucangsawit).
Instrumen yang digunakan pada
penelitian ini adalah kuesioner yang
memuat
pertanyaan-pertanyaan
tentang potensi-potensi kewirausahaan
yang ada pada pemuda. Instrumen
dibuat dalam bentuk pertanyaan
tertutup guna memudahkan subyek
kajian untuk mengisinya dengan tidak
mengabaikan kebutuhan data yang
diperlukan
untuk
melakukan
pengukuran potensi kewirausahaan
pemuda.
Instrumen penelitian
memuat pertanyaan yang merupakan
indikator
potensi
kewirausahaan
pemuda
yang
meliputi
materi
Opportunity
Competencies,
Organizing Competencies, Strategic
Competencies, Social Competencies,
Commitment
Competencies,
dan
Conceptual Competencies.
Analisis data dilakukan dengan
teknik statistik kuantitatif-deskriptif.
Pada analisis ini, parameter dari
masing-masing kompetensi diberikan
skor (scoring). Semakin tinggi skor
yang diberikan, menandakan potensi
kewirausahaan semakin besar. Dari
hasil scoring tersebut, kemudian
dilakukan penjumlahan untuk masingmasing responden. Hasil evaluasi
potensi kewirausahaan pemuda dari
masing-masing responden tersebut
kemudian nilainya di jumlahkan dan
dihitung interval klas-nya dengan
menggunakan rumus :

Keterangan : R = Range (nilai
tertinggi – nilai terendah)
Dari
hasil
interval
klas,
kemudian diperoleh pengklasifikasian
potensi kewirausahaan dari masingmasing peneliti yaitu potensi rendah,
sedang dan tinggi. Responden yang
memiliki
potensi
kewirausahaan
rendah, sedang atau tinggi kemudian
di hitung persentasenya untuk melihat
potensi kewirausahaan pemuda secara
keseluruhan dengan menggunakan
rumus :
x 100%
Hasil dan Pembahasan
Dari hasil survei, diketahui
bahwa potensi kewirausahaan pemuda
memiliki nilai sedang mencapai
65.36% dan sebanyak 30.72%
memiliki potensi kewirausahaan yang
tinggi.
Data selengkapnya dapat
dilihat pada Gambar 1 berikut.
80,00%

65,36%

60,00%
30,72%

40,00%
20,00%

3,92%

0,00%
rendah

Sedang

tinggi

Gambar
1.
Grafik
Potensi
Kewirausahaan Pemuda di Kota
Surakarta
Dari hasil survei, potensi
kewirausahaan pemuda memiliki
potensi yang cukup baik untuk
dikembangkan. Peningkatan potensi
dan jiwa kewirausahaan dapat
dilakukan dengan berbagai cara.
Menurut Muhyi (2007), peningkatan
jiwa kewirausahaan dapat dilakukan

JKB No. 09. Th. V. Juli 2011

3

Susantiningrum, Kajian Potensi Kewirausahaan Pada Pemuda di Kota Surakarta
________________________________________________________________________

melalui pendidikan formal, melalui
seminar-seminar
kewirausahaan,
berbagai pelatihan maupun otodidak
dengan membaca biografi pengusaha
sukses, media televise, radio, majalah,
Koran dan akses informasi lainnya.
Dalam
upaya
menumbuh
kembangkan potensi kewirausahaan
pemuda, khususnya pemuda kota
surakarta maka perlu ditempuh
berbagai program dan kegiatan.
Bentuk-bentuk
kegiatan
seperti
penyuluhan, pelatihan, pendampingan,
pameran dan kegiatan-kegiatan lain
perlu diupayakan dan ditingkatkan.
Hal ini penting karena menurut data
yang ada potensi kewirausahaan pada
pemuda kota surakarta masih berada
pada
tingkatan
yang
sedang.
Tingkatan ini memberikan petunjuk
bahwa potensi ada tetapi diperlukan
motivasi yang besar kepada setiap
pemuda.
1. Opportunity Competencies
Seorang
wirausaha
harus
memiliki opportunity competencies
yang menggambarkan kemampuan
seseorang untuk mengambil peluang
atau kesempatan.
Mencari dan
mengambil
peluang
ini
dapat
diwujudkan dengan mencari hal-hal
baru dan unik untuk dikerjakan,
memperluas
kegiatan-kegiatan
tambahan,
memanfaatkan
setiap
peluang meskipun dengan resiko yang
tinggi.
Seorang
wirausaha
akan
menempatkan resiko bukan sebagai
hal yang menakutkan tetapi sebagai
tantangan yang harus ditaklukkan.
Besarnya resiko akan berpengaruh
terhadap kesuksesan yang dicapai.
Dari hasil survei, diketahui bahwa
opportunity competencies pemuda di
Kota Surakarta memiliki nilai sedang,

4

yaitu sebesar 57.52% dan jumlah
pemuda yang memiliki opportunity
competencies yang tinggi yaitu
sebanyak 32.68%. Data lengkapnya
dapat dilihat pada Gambar 2.
100,00%
57,52%
50,00%

32,68%
9,80%

0,00%
rendah

Sedang

tinggi

Gambar 2. Grafik Opportunity
Competencies
Pemuda
Kota
Surakarta
Nilai opportunity competencies pada
umumnya masih pada tingkatan yang
sedang sebesar 57,52%. Artinya
kemampuan
sesorang
dalam
mengambil peluang atau kesempatan
masih kurang berani, demikian juga
dalam mengambil resiko masih kurang
berani. Kondisi inilah yang pasti harus
dirubah.
2. Organizing Competencies
Organizing
competencies
merupakan
kemampuan
atau
kompetensi
seseorang
dalam
menjalankan fungsi organisasi, seperti
fungsi
perencanaan,
pengaturan,
penggerakan dan pengawasan. Dalam
instrument
survei,
organizing
competencies
difokuskan
pada
kegiatan-kegiatan
perencanaan,
pengaturan
dan
penggerakan
khususnya SDM. Di samping fungsifungsi
tersebut,
organizing
competencies
juga
mencakup
kemampuan
menganalisis
dan
mengembangkan pasar, mengelola
sumber daya manusia, material, uang,
fasilitas dan seluruh sumber daya
lainnya.

JKB No. 09. Th. V. Juli 2011

Susantiningrum, Kajian Potensi Kewirausahaan Pada Pemuda di Kota Surakarta
________________________________________________________________________

Dari hasil survei diketahui
bahwa, jumlah pemuda di Kota
Surakarta yang memiliki organizing
competencies tinggi hanya 20.92%
dan sebanyak 70.59% responden
pemuda
memiliki
organizing
competencies yang sedang.
Data
selengkapnya dapat dilihat pada
Gambar 3.
70,59%

80,00%
60,00%
40,00%
20,00%

20,92%
8,50%

dicarikan
berbagai
alternatif
pemecahannya
yang
terumuskan
dalam strategic competencies.
Pada instrument penelitian,
strategic
competencies
dihitung
dengan
menggunakan
parameter
penyelesaian masalah yang rumit,
kefesienan waktu, tingkat kepuasan
pribadi, dan usaha yang dilakukan
untuk mencapai tujuan. Dari hasil
penelitian, diketahui bahwa strategic
competencies pemuda di Kota
Surakarta tidak terlalu baik dan tidak
terlalu buruk. Data hasil survei dapat
dilihat pada Gambar 4.

0,00%
rendah

Gambar 3.
Competencies
Surakarta

Sedang

tinggi

Grafik Organizing
Pemuda
Kota

60,00%
40,00%
20,00%

Mencermati data tersebut di atas
menunjukkan bahwa kebanyakan
pemuda kurang mampu mengelola
SDM dan keuangan. SDM dan
keuangan merupakan sisi penting
dalam berwirausaha. Untuk itu
pengembangan SDM kearah pribadi
yang unggul sangat diperlukan. Ciriciri pribadi unggul antara lain sehat
mental dan fisik; jujur, disiplin dan
loyal; tanggung jawab; tenggang rasa;
berfikir masa depan; tidak mudah
menyerah serta inisiatif dan kreatif.
3. Strategic Competencies
Strategic
competencies
diperlukan oleh seorang wirausaha
karena dalam menjalankan usaha
seringkali dihadapkan pada kondisi
ketidakpastian dan acapkali pada saat
yang sama berbagai permasalahan ikut
bermunculan. Dalam menghadapi hal
ini, seorang wirausaha dituntut untuk
mampu menganalisis situasi dan
merumuskan berbagai masalah untuk

73,20%

80,00%

15,03%

11,76%

0,00%
rendah

Gambar IV.4.
Competencies
Surakarta

Sedang

tinggi

Grafik Strategic
Pemuda
Kota

Strategic competencies pemuda
di Kota Surakarta ini harus
ditingkatkan agar jiwa dan potensi
kewirausahaan pemuda dapat terus
berkembang. Strategic competencies
ini dapat dipelajari dan dibangun
dengan berbagai cara.
Selain
pendidikan
formal,
pendidikan
informal melalui pelatihan simulasi
dan berbagi pengalaman (sharing
information) dapat dilakukan untuk
meningkatkan strategic competencies
pemuda.
4. Social Competencies
Kemampuan bergaul, supel,
kepercayaan diri, simpati dan empati
kepada orang lain merupakan modal
ketrampilan yang juga mendukung

JKB No. 09. Th. V. Juli 2011

5

Susantiningrum, Kajian Potensi Kewirausahaan Pada Pemuda di Kota Surakarta
________________________________________________________________________

keberhasilan
usaha.
Dengan
kemampuan sosial yang baik, seorang
wirausaha
dapat
merintis
dan
mengembangkan jaringan bisnisnya
dengan cepat. Hal ini berkaitan
dengan
jaringan/koneksi
yang
dimiliki. Semakin luas jaringan atau
koneksi yang dimiliki, kemungkinan
bisnis untuk berkembang juga akan
semakin besar.
Social competencies diukur
dengan
menggunakan
parameter
kepercayaan diri dan kemampuan
bekerja secara berkelompok. Dari
hasil survei, diketahui bahwa social
competencies pemuda di Kota
Surakarta cukup baik. Data hasil
survei dapat dilihat pada Gambar 5
berikut.

keputusan individu untuk melanjutkan
atau menghentikan suatu hal atau
kegiatan.
Komitmen ini juga
berkaitan dengan tanggung jawab
individu terhadap suatu pekerjaan.
Dalam kajian potensi kewirausahaan
pemuda Kota Surakarta, commitment
competencies diukur dengan memakai
parameter tanggung jawab dan
kedisplinan
individu,
tingkat
konsistensi
individu
dalam
melaksanakan suatu kegiatan dan
tingkat keuletan individu. Dari hasil
kajian
dapat
diketahui
bahwa
commitment competencies pemuda di
Kota Surakarta tidak terlalu rendah.
Data selengkapnya dapat dilihat pada
Gambar 6.
80,00%

60,00%

43,14%

39,22%

40,00%
20,00%

40,00%
20,00%

17,65%

24,18%
13,07%

0,00%
rendah

0,00%
rendah

Gambar
5.
Competencies
Surakarta

Sedang

Grafik
Pemuda

tinggi

Social
Kota

Social
competencies
yang
dimiliki pemuda di Kota Surakarta
sudah cukup baik.
Akan tetapi
kemampuan
ini
perlu
terus
ditingkatkan dengan melatih diri
dalam berbagai organisasi, bergabung
dengan klub-klub hobi serta melatih
kepribadian diri untuk bertingkah laku
dengan baik.
5. Commitment Competencies
Commitment
competencies
melibatkan
individu
terhadap
pekerjaan yang dilakukan. Komitmen
ini memiliki implikasi terhadap

6

62,75%

60,00%

Sedang

tinggi

Gambar 6. Grafik Commitment
Competencies
Pemuda
Kota
Surakarta
6. Conceptual Competencies
Salah satu parameter untuk
menunjukkan potensi kewirausahaan
adalan conceptual competencies.
Conceptual competencies berkaitan
dengan kemampuan individu untuk
merumuskan tujuan maupun kebijakan
yang terkait dengan usaha yang
dijalani. Conceptual competencies ini
merupakan landasan utama untuk
menjadi wirausahawan yang sukses.
Pada
kajian
potensi
kewirausahaan pemuda di Surakarta,
conceptual
competencies
terkait
dengan
kemampuan
analisa,
kemampuan pengambilan keputusan,

JKB No. 09. Th. V. Juli 2011

Susantiningrum, Kajian Potensi Kewirausahaan Pada Pemuda di Kota Surakarta
________________________________________________________________________

kemampuan teoritis dan praktek
serta intuisi individu.
Dari data,
diketahui bahwa sebanyak 66.01%
pemuda
memiliki
conceptual
competencies yang sedang.
Data
selengkapnya dapat dilihat pada
Gambar 7 berikut.
80,00%

66,01%

60,00%
40,00%
20,00%

17,65%

16,34%

0,00%
rendah

Gambar 7.
Competencies
Surakarta

Sedang

tinggi

Grafik Conceptual
Pemuda
Kota

Memang tidak mudah memiliki
conceptual
competencies
kewirausahaan.
Diperlukan daya
analisa yang tinggi, kemampuan
teoritis dan praktek yang memadai,
serta ketajaman dalam pengambilan
keputusan yang sesuai dengan
permasalahan yang ada. Kemampuan
ini dapat terus dikembangkan melalui
pembelajaran dari berbagai sumber,
khususnya dari pengalaman sendiri

dan pengalaman orang lain. Dengan
kata lain tidak berarti tidak bisa
ditingkatkan
dan
dikembangkan
tentang conceptual competencies ini.
Selama seseorang mau dan berusaha
semuanya dapat dicapai.

SARAN
1. Kebijakan
dan
program
kewirausahaan pada pemuda perlu
dimasukkan
dalam
prioritas
pembangunan,
khususnya
pembangunan daerah di kota
Surakarta.
2. Diperlukan suatu upaya untuk
merubah dan mengembangkan pola
pikir pemuda agar mempunyai jiwa
kewirausahaan, melalui pendidikan
baik formal maupun informal. Jiwa
kewirausahaan yang dikembangkan
meliputi enam kompetensi dasar
yaitu: Opportunity, Organizing,
Strategic, Social, Commitment dan
Conceptual competencies
3. Perlu dorongan dan pendampingan
bisnis nyata (real business) kepada
pemuda agar mau dan mampu
menjadi
wirausaha
baru.

DAFTAR PUSTAKA
Buchari Alma. 2007. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.
http://kppo.bappenas.go.id/preview/233

Muhyi, Herwan Abdul, 2007. Menumbuhkan Jiwa dan Potensi Kewirausahaan.
Universitas Padjadjaran, Bandung.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 Tentang
Kepemudaan
Yusuf, Munawir. 1999. Standarisasi Tes Kewirausahaan versi Indonesia Sebagai
Penunjang Pendidikan Kewirausahaan di Perguruan Tinggi. Laporan
Pelaksanaan Penelitian. Pusbangnis UNS. Solo.

JKB No. 09. Th. V. Juli 2011

7