(B. Kesehatan) Pengembangan Kluster Biofarmaka untuk Mendukung Percepatan Pengembangan Industri Jamu dan Minuman di Indonesia.

(B. Kesehatan)
Pengembangan Kluster Biofarmaka untuk Mendukung Percepatan Pengembangan Industri
Jamu dan Minuman di Indonesia
Kata kunci: kluster biofarmaka jamu, jahe, kunyit, temulawak, kencur, kuni r putih
Samanhudi; Yunus, Ahmad; Pujiasmanto, Bambang; Rahayu, Muji
LPPM UNS, Penelitian, DP2M Dikti, Penelitian Prioritas Nasional Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia, 2012

Permintaan bahan baku obat alami semakin meningkat sejalan dengan peningkatan kesadaran
masyarakat dan semakin berkembangnya industri yang menggunakan tanaman obat sebagai
bahan bakunya. Salah satu industri yang berkembang serta menggunakan bahan baku tanaman
obat adalah industri jamu dan minuman tradisional. Permasalahan yang dihadapi dalam
pengembangan industri jamu dan minuman tradisional adalah sebagian besar bahan baku
(80%) berasal dari hutan atau habitat alami dan sisanya Q0%) dari hasil budidaya tradisional.
Penyediaan bahan baku yang masih mengandalkan pada alam tersebut telah mengakibatkan
terjadinya erosi genetik pada beberapa tumbuhan obat penting. Oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian ini dengan tujuan untuk mengembangkan kluster biofarmaka untuk mendukung
percepatan pengembangan industri jamu dan minuman di lndonesia.
Pada tahun pertama, penelitian ini diawali dengan penentuan bentuk pengembangan tanaman
biofarmaka yang akan diterapkan di Kabupaten Karanganyar dengan tujuan untuk
mengidentifikasi kondisi budidaya biofarmaka yang ada sekarang dan menganalisa aspek

produksi dan lingkungan tanaman biofarmaka berkaitan dengan kelestarian alam. Penelitian
dilakukan di empat wilayah kecamatan di Kabupaten Karanganyar yaitu Kecamatan Jumantono,
Jumapolo, Jatipuro, dan Kerjo dengan melibatkan responden yang terdiri atas petani tanaman
biofarmaka.
Hasil penelitian tahun pertama menunjukkan bahwa keempat wilayah kecamatan di Kabupaten
Karanganyar yaitu Kecamatan Jumantono, Jumapolo, Jatipuro, dan Kerjo tersebut berpotensi
sebagai daerah pengembangan biofarmaka khususnya jahe, kunyit, temulawak, kencur, dan
kunir putih. Dalam budidaya biofarmaka petani sudah menerapkan sistem monokultur,
tumpangsari dan campuran (mix cropping) di pekarangan atau di tegalan. Dengan pemanfaatan
lahan secara optimal untuk ditanami tanaman biofarmaka tersebut diharapkan dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat di Kabupaten Karanganyar.