Hubungan Kadar Hormon Estradiol dan Reseptor Estradiol 17β dengan Tebal Endometrium Tikus Albino: Aktifitas Rodentisida Ekstrak Kulit Biji Mete (Anacardium occidentale L).

(B. Kesehatan)
Hubungan Kadar Hormon Estradiol dan Reseptor Estradiol 17β dengan Tebal Endometrium
Tikus Albino: Aktifitas Rodentisida Ekstrak Kulit Biji Mete (Anacardium occidentale L )
Harlita; Probosari, Riezky Maya; Fatmawati, Umi
Fakultas KIP UNS, Penelitian, BOPTN UNS, Hibah Bersing, 2012
Tanaman mete (Anacardium occidentale L.) merupakan salah satu tanaman tropis yang berasal dari
Brazilia, Amerika Selatan. Pada awal abad ke 16 tanaman ini disebarkan oleh pedagang Portugis ke
daerah lain, misalnya India, Afrika dan Asia tenggara, termasuk Indonesia (Lilia, et al., 1991).
Pengembangan pembudidayaan tanaman mete yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi akan
mengeluarkan limbah kulit biji mete yang makin banyak. Kulit biji mete yang dianggap sebagai limbah tak
berguna ternyata mengandung 30% CNSL (Cashew Nut Shell Liquid) atau minyak laka (Lilia et al.,1991).
Dari hasil ekstraksi, CNSL terutama terdiri dari 80% asam anakardat, 15% kardol dan sejumlah kecil
derivat kardol yakni methyl kardol dan kardanol (Sulivan et al., 1982; Simpen, 2008). Jika cairan CNSL
tersebut mengenai mulut dapat menimbulkan peradangan. Asam anakardat berkhasiat bakterisidal,
fungisidal mematikan cacing dan protozoa (Kubo et al, 1993). Asam anakardat mempunyai aktifitas
antifertilitas dan anti implantasi. Dari Penelitian Prasad et al. (2007) pada tikus menunjukkan bahwa
pemberian AAMEO (anacardic acid methyl ester in presence of oil) mempunyai aktifitas antiimplantsi
81,3% sedang AAMEE (anacardic acid methyl ester in presence of ethanol) mempunyai aktifitas
antiimplantasi 37% dan antifertilitas 20%.
Uji toksisitas akut adalah salah satu uji praklinik penting. Uji ini dirancang untuk menentukan efek toksik
suatu senyawa yang akan terjadi dalam waktu yang singkat setelah pemajanan atau pemberiannya

dalam takaran tertentu. Data kuantitatif yang diperoleh dari uji toksisitas akut ini adalah LD50 (lethal
dose 50) (Donatus, 2001). Dari data tentang LD50, suatu senyawa dapat digolongkan sebagai bahan yang
sangat toksik (extremely toxic) hingga bahan yang tidak toksik (practically non toxic). Sedang data
kualitatif yang diperoleh meliputi penampakan klinis, morfologis dan mekanisme efek toksik (Hodgson,
2000).
Secara spesifik hasil penelitian Harlita (2004) pada telur keong mas betina (Pomacea canaliculata),
menunjukkan bahwa nilai LD50 = 50 ppm danpada keong mas betina LD50 = 62,50 ppm. Belum ada
penelitian tentang nilai LD50 ekstrak kulit biji mete terhadap tikus albino, sebagai dasar untuk
penggunaan dosis aman dalam penelitian pengaruh ekstrak terhadap tikus albino.
Estrogen merupakan hormon seks steroid yang berperan penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan seksual sekunder betina, seperti kelenjar mammae, mengatur siklus menstruasi dan
organ reproduksi yang lain. Fluktuasi hormon estradiol 17β selama satu siklus estrus sejalan dengan
perkembangan folikel dalam ovarium. Saat perkembangan folikel (fase folikular) hormon ini mengalami
kenaikan secara bertahap, seiring perkembangan folikel primer menjadi folikel tersier. Puncak sekresi
hormon estradiol terjadi sebelum terjadi ovulasi. Setelah terjadi ovulasi dan terbentuk korpus luteum
pada ovarium (fase luteal), hormon ini mengalami penurunan secara bertahap sampai akhir fase luteal
(Chateu and Boehm, 1995; Johnson and Everitt, 2000).
Siklus estrus merupakan salah satu aspek reproduksi yang menggambarkan perubahan kandungan
hormon reproduksi yang disebabkan oleh aktivitas ovarium dibawah pengaruh hormon gonadotrophin.
Perubahan kandungan hormon reproduksi selanjutnya menyebabkan perubahan struktur pada jaringan


penyusun saluran reproduksi. Siklus estrus pada mencit terdiri dari 4 fase utama, yaitu proestrus, estrus,
metestrus dan diestrus (Taylor, 1994). Siklus ini dapat dengan mudah diamati dengan melihat perubahan
sel-sel penyusun lapisan epitel vagina yang dapat dideteksi dengan metode apus vagina pewarnaan
Giemsa (Brancroft and Steven,1996). Hasil apus vagina menunjukkan hasil yang bervariasi sepanjang
siklus estrus, terdiri dari sel epitel berinti, sel epitel yang mengalami kornifikasi, leukosit serta adanya
lendir (Taylor, 1994; Johnson and Everitt, 2000).
Uterus merupakan salah satu organ reproduksi betina yang berfungsi sebagai penerima dan tempat
perkembangan ovum yang telah dibuahi. Uterus pada tikus berupa tabung ganda, disebut tipe dupleks
(Partodihardjo, 1988). Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu lapisan endometrium,
miometrium dan perimetrium (Burkitt et al., 1993). Endometrium memperlihatkan perubahan siklik baik
struktural maupun fungsional sebagai respons atas hormon estrogen dan progesteron ovarium.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara perubahan hormon estradiol dan reseptor
estradiol 17β dengan tebal endometrium uterus tikus albino setelah pemberian ekstrak kulit biji mete.
Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah mengetahui aktifitas rodentisida ekstrak kulit biji mete pada
tikus albino terhadap: Uji toksisitas (nilai LD50) dan Hubungan Kadar Hormon Estradiol 17β dan Tebal
Endometrium Uterus Tikus Albino.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3
perlakuan yaitu kontrol (P1), placebo (larutan CMCNa 0,5%) (P2) dan pemberian ekstrak kulit biji mete
konsentrasi LD50 (P3). Pemberian ekstrak dilakukan secara oral (dicekok) selama 25 hari (5 kali siklus

estrus). Sampel darah untuk mengukur kadar hormon estradiol 17β diambil dari vena orbitalis dan
sampel uterus untuk mengukur ketebalan endometrium, serta sampel ovarium unutk mengukur
reseptor estradiol 17β diambil pada saat fase estrus untuk setiap 1 siklus estrus. Variabel yang diamati
adalah kadar hormon estradiol dengan metode ELISA, tebal endometrium ditentukan pada sayatan
melintang sediaan histologis uterus dengan metode parafin dan pewarnaan HE. Data dianalisis dengan
Anova dan Manova menggunakan SPSS 16.0.
Untuk menentukan nilai LD50 ekstrak kulit biji mete dilakukan analisis probil menurut Weil (Harmita dan
Radji, 2006) dan didapat nilai LD50 sebesar 2018 mg/ kg BB Dosis ini kalau dilihat dalam kategori
toksisitas merupakan sedikit beracun. Menurut Anonym (2005) dosis 500-5000 mg/kg adalah termasuk
dalam kategori sedikit beracun (slightly). Perolehan LD50 menunjukkan dosis tunggal yang dapat
menyebabkan kematian 50 % hewan uji. Oleh karena itu, dapat diperoleh kisaran dosis yang aman untuk
perlakuan selanjutnya. Hasil uji Anava kandungan hormon estradiol antara ke tiga perlakuan pada fase
estrus dan diestrus juga tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hasil uji Anava tebal endometrium
pada fase estrus dan diestrus antara ke tiga perlakuan terlihat terdapat perbedaan yang signifikan.
Terlihat ada hubungan yang signifikans antara kandungan hormon estradiol dengan tebal endometrium
pada setiap perlakuan. Ini berarti bahwa makin tinggi kandungan hormon estradiol maka tebal
endometrium semakin meningkat, demikian sebaliknya atau dengan kata lain kenaikan hormon estradiol
mengakibatkan kenaikan tebal endometrium. pemberian ekstrak kulit biji mete, dimana ekstrak kulit biji
mete menyebabkan perubahan pada struktur sel penyusun endometrium. Perubahan struktur
endometrium akan mempengaruhi kemampuan endometrium untuk implantasi embrio.