Keamanan Bisnis Korporat : Strategi Pengamanan Bersama Masyarakat.

Bab 1
Keamanan dan Pertahanan

Konsep keamanan dan pertahanan selalu dipergunakan -karena kedua konsepsi ini senantiasa
memiiiki hubungan erat dengan pengupayaan keamanan pertahanan dan pengembangan kekuatan
(Buzan, 1991:12). Keamanan dapat diartikan sebagai pelaksanaan kemerdekaan atas suatu ancaman
tertentu atau kemampuan suatu negara dan masyarakatnya dalam mempertahankan identitas
kemerdekaan dan integritas fungsional mereka terhadap kekuatan-kekuatan tertentu yang mereka
anggap bermusuhan (hostile) (Buzan, 1991:61).
Penggunaan konsep keamanan terdiri dari berbagai unit anaiisis yang terbentang dan dapat ditujukan
pada individu, kelompok masyarakat, dan sistem internasional. Untuk unit analisis negara, konsep
keamanan pada prinsipnya mengacu pada adanya perasaan terbebas dari rasa takut dan ancaman
serta keinginan suatu negara untuk mencapai tujuan-tujuan nasionalnya dengan cara-cara tertentu.
Dasar utama dari keamanan adalah kemampuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup yang
mencakup berbagai kondisi dari eksistensi suatu negara.
Secara defenitif pengertian keamanan antara lain dikemukakan sebagai berikut:
"...Security itself is a relative freedom from war, coupled with a relatively high
expectation that defeat will not be a consequence of any war that should occur"
(Bellany, dalam Buzan, 1991:16).
Salah satu aspek keamanan yang sangat sensitif bagi negara adalah merupakan ancaman. Istilah ini
dipersepsikan sebagai bentuk gangguan langsung dan berbahaya terhadap kedaulatan, integritas,

dan kelangsungan hidup suatu negara. Negara berkewajiban untuk mengayomi keamanan
nasionalnya. Militer dan aparat keamanan negara lainnya merupakan alat utama penjamin keamanan
nasional. Dalam hal ini, persepsi ancaman lebih diarahkan sebagai fungsi dari kedaulatan negara dan
ditujukan untuk kelangsungan hidup negara yang seyogyanya lebih terorientasi pada tujuan
pertahanan ketimbang pada keamanan apalagi pada keamanan internal
Terdapat dua macam bentuk ancaman yang dihasilkan dari pengembangan instrumen militer. Pertama,
berasal dari senjata yang menghasilkan ancaman penghancuran yang dimiliki oleh satu aktor, dimana
hal ini lebih dikenal dengan defense dilemma (dilema pertahanan). Kedua, adalah berasal dari senjata
yang dimiliki aktor lain di sistem yang menghasilkan bentuk ancaman kekalahan, dimana hal ini
dikenal dengan security dilemma (dilema keamanan) (Buzan, 1991 : 271). Di samping itu, ancaman
juga mempunyai lima aspek keamanan, seperti dikemukakan di bawah ini:
1. Keamaran Militer, mencakup interaksi antara dua tingkat kekuatan yaitu kemampuan
defensif dan persepsi militer mengenai intensi masing-masing pihak.
2. Keamanan Politik, mencakup kesinambungan dan stabilitas organisasi suatu negara atau
sistem pemerintahan serta ideologi yang melegitimasi kedua hal di atas.
3. Keamanan Ekonomi, mencakup akses pada sumber daya finansial maupun pasar yang diperlukan
untuk mempertahankan tingkat kesejahteraan dan kekuatan negara.
4. Keamanan Sosial, mencakup kemampuan untuk mempertahankan dan
menghasilkan pola-pola tradisionai dalam bidang bahasa, kultur, agama, dan identitas nasional.
5. Keamanan Lingkungan, mencakup pemeliharaan lingkungan lokal sebagai

pendukung utama kelangsungan hidup manusianya. (Buzan, 1991).
Walaupun masing-masing aspek di atas mempunyai titik-titik voka! dalam kerangka masalah-masalah
keamansn dan merumuskan cara-cara sendiri didalam menentukan prioritas kebijakan utama suatu
negara, namun aspek-aspek itu saling terkait dalam operasinya. Masalah-masalah keamanan yang
muncul salah satunya bisa berupa tindakan peningkatan kekuatan militer suatu negara.
Dalam kenidupan manusia, konsepsi keamanan ada tiga tingkatan yaitu keamanan individu, keamanan
nasional, dan keamanan internasional. Namun inti dari keamanan adalah keamanan nasional. Hal ini

dikarenakan negara merupakan titik sentral yang mendominasi regulasi hubungan maupun kondisi
keamanan di antara kedua level lainnya. Konsepsi keamanan digambarkan sebagai suatu fenomena yang
berhubungan, oleh karenanya seseorang tidak bisa memahami keamanan nasional suatu negara tanpa
memahami pola internasional yang melekat dalam saling ketergantungan keamanan yang ada.
Tingkat analisis negara dan sistem menggambarkan hal yang penting mengenai masalah keamanan
nasional, namun ada juga seperangkat dinamika keamanan yang sama pentingnya pada tingkatan
regional.
Dalam konteks Indonesia, konsep keamanan serihg digunakan istilah yang mengandung pengertian luas,
yaitu: HANKAMTA (Pertahanan Keamanan Semesta) yang merupakan satu bentuk Pertahanan
Keamanan Nasional. Istilah HANKAMTA ini pada hakekatnya merupakan hasil upaya total yang
memadukan segenap potensi dan kekuatan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.
Dalam sistem Pertahanan Keamanan yang perlu diwujudkan adalah Keamanan Nasional yang dapat

memelihara perkembangan dan kestabilan yang dinamik segenap kehidupan bangsa. Untuk itu
haruslah dapat dijamin tercegah atau teratasinya hal-hal yang langsung atau tidak langsung
mengancam jalannya pembangunan nasional, baik berupa tantangan, ancaman gangguan dan
hambatan terhadap keamanan dalam negeri maupun terhadap kemerdekaan, kedaulatan serta integritas
wilayah nasional.
Usaha untuk mencegah perang dan terganggunya keamanan dalam negeri hams didukung oleh daya
tangkal yang merupakan sarana agar pihak lain tidak memaksakan kehendaknya. Didalam
melaksanakan pertahanan daya tangkal ini harus diwujudkan dari segenap sumber daya sehingga
Pertahanan Keamanan Semesta merupakan daya tangkal yang dahsyat. Dengan demikian Sistem
Pertahanan Keamanan Semesta ini merupakan strategi pertahanan Keamanan Nasional. Efek tangkal
yang dipancarkan oleh sistem ini adalah hasil dari pembangunan kekuatan dan pemeliharaannya
dengan sendirinya menginduk kepada sistem ini, yang harus terwujud dalam pembangunan dan
penggunaan kekuatannya. Dengan demikian ajaran sistem ini perlu dituangkan dalam suatu doktrin
yang berlaku bagi setiap penyelenggara Pertahanan dan Keamanan.

Pertahanan Keamanan: Prinsip-Prinsip Dasar
Sistem Pertahanan dan Keamanan pada dasarnya memiliki prinsip-prinsip yang merupakan dasar
ataupun azas-azas yang didasarkan pada kekuatan yang terpadu.
Tabs! 1.1: Prinsip-prinsip Dasar Pertahanan Keamanan Semesta
1. Pertahanan Keamanan Semesta


1. Ketetapan hati

1. Keikutsertaan

l.ABRI sebagai

adalah upaya pengerahan seluruh
kekuatan nasional secara total dan
integral dengan mengutamakan
kekuatan militan dalam
mempertahankan kemerdekaan
dan kedaulatan negara RI,
menjamin keutuhan bangsa serta
mengaman kan segala usaha
menca pai tujuan nasional.
2. Hankamta mencakup segenap
kegiatan, persiapan dan
penggunaan seluruh kekuatan, dan
wilayah nasional, termasuk segala

daya mampu yang berada di atas
dan di dalamnya untuk pertaha nan
keamanan negara dan bangsa
Indonesia.
3. Hankamta bersifat total dalam
subyek, obyek dan metoda dengan
ABRI sebagal kekuatan inti dan
rakyat sebagai kekuatan dasar,
untuk menghadapi hakekat

rakyat untuk
mempertahana
kan keamanan
Negara dan
Bangsa.
2. Semangat tidak
mengenal
menyerah,
3. Kemanunggalan
ABRI dan

rakyat.
4. Kepemimpinan
yang kuat, ulet
dan tahan uji.
5. Percaya kepada
diri sendiri.

seluruh rakyat
dalam upaya
Hankamrata.
2. Didasarkan
pada asas
wilayah
perlawanan,
yang mampu
melaksanakan
perlawanan
bersenjata.
3. Dilaksanakan
secara terus

menerus.

kekuatan Inti dan
rakyat sebagai
kekuatan dasar.
2. Hubungan subyek
Hankamrata
dengan
iingkungannya
dalam arti luas,
ibarat ikan dalam
air.
3. Bersifat defensif
aktif dan berlanjut.
4. Memiiiki kedalaman
tak terbatas.
5.Tidakmengena!
garis front.
6. Memiliki dinamika
mencair dan

membesar.
7. Memancarkan efek
tangkalan.
8. Mampu

tantangan dalam segala bentuk
dan perwujudannya.

mewujudkan daya
tangkal.

Sumber: Diubah dari, Yusman Yutam, Lemhanss, 1933; Mardiono. Lemhanas. I9B4.

Dengan berazaskan pada prinsip-prinsip dasar di atas, maka Pertahanan Keamanan Semesta
merupakan upaya pengerahan seluruh kekuatan nasional secara total dan integral dengan
mengutamakan kekuatan militan dalam mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara
Republik Indonesia. Artinya kegiatan ini mencakup persiapan dan penggunaan seluruh kekuatan
(rakyat/wilayah) nasional bersifat total dalam subyek, obyek dan metoda dengan ABRJ, sebagai
kekuatan inti dan rakyat sebagai kekuatan dasar guna menghadapi berbagai tantangan dari dalam
mactpun luar negeri. Didalam pola pembinaan kekuatannya berupa pokok-pokok kegiatan untuk

mewujudkan kekuatan Hankamta berdasarkan strategi perencanefan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan
Pokok-pokok kegiatan tersebut merupakan suatu proses untuk mencapai suatu sasaran dan tingkat
kekuatan Hankamta sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan doktrin yang bersangkutan.
Dalam perencanaan pembinaan kekuatan digambarkan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan
penentuan kegiatan secara matang untuk mewujudkan kekuatan Hankamta di masa mendatang dalam
rangka pencapaian tujuan strategis meliputi perumusan doktrin, postur dan ketentuan tentang kesiapan
ketentuan serta piranti lunaknya. Sedangkan dalam pengorganisasian, perlu dilihat dari fungsi dan
kemampuannya, yang disusun menjadi:
>

Perlawanan rakyat bersenjata meliputi ABRI.dan RakyatTerlatih.

>

Pendukung Perlawanan Rakyat Bersenjata meliputi: urusan sipil, urusan produksi
dan logistik, urusan perhubungan (transportasi dan komunikasi), urusan kesehatan, urusan
pendidikan dan Iain-Iain.

Pelaksanaan perwujudan kekuatan Hankam dilaksanakan oleh pemerintah meialui Departemen

Hankam yang selain melaksanakan tugas pertahanan secara umum juga bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan dibidang Hankamnas. Didalam mewujudkan kekuatan Hankam
hams berdasarkan program yang didukung oleh ABRI dan APBD. Sedangkan pengendalian dan
pengawasan dalam upaya pembinaan kekuatan Hankam ditujukan secara khusus untuk
mengendalikan dan mengawasi agar tujuan perwujudan kekuatan Hankam itu tercapai sesuai sasaran
dan tingkat kekuatan yang ditentukan. Pencapaian sasaran pembinaan sepsnuhnya menjadi wewenang
Menhankam/Pangab dan pengawasannya merupakan partisipasi tiap Departemen,. Pemda dan Badan
lain dalam rangka membina potensi yang ada untuk mendukung sistem Hankamnas.
Dengan berasaskan pola Pembangunan Kekuatan, konsepsi ini memiliki saling keterkaitan yang
sangat erat. Hasil pembinaan kekuatan Hankamta akan sangat menentukan tingkat keberhasilan
penyelenggaraan Hankamnas. Hasil pembinaan kekuatan Hankam harus dapat mewujudkan efek
tangkal yang dicerminkan dalam jumlah, mutu dan kemampuan, di lokasi serta kesiagaan kekuatan
Hankamnas. Apabila postur kekuatan Hankam dan upaya penangkal lainnya tidak berhasil mencegah
gangguan keamanan, maka akan digunakan segenap kekuatan Hankamta untuk mengatasinya.
Penggunaan kekuatan yang dinamakan pola operasi Hankamta, diwujudkan dalam dua pola :

1)

Pola Operasi pertahanan


Pola Operasi Pertahanan adalah semua operasi dalam rangka menjamin kemerdekaan dan kedaulatan
negara terhadap serangan dan atau ancaman nyata dari suatu kekuatan perang negara lain. Pola ini
menggunakan sistem persenjataan teknologi dan sistem persenjataan sosial secara serasi agar
mencapai hasil yang maksimal. Pada dasarnya operasi pertahanan bersifat gabungan ABRI dibantu

POLRI dan semua kekuatan Hankamta lainnya. Ciri-ciri pola operasi pertahanan, adalah :
> Dilaksanakan oleh ABRI dibantu POLRI, yang tergabung dalam bala pertahanan terpusat
dengan
dukungan
bala pertahanan wiiayah
beserta
kekuatan Hankamrata
lainnya.
> Dilaksanakan atas dasar satu strategj pertahanan secara
kedalam strategi kompartemen pertahanan.

nasional yang dijabarkan

> Operasi pertahanan dilaksanakan secara terpusat, sedangkan Komando dan pengendalian
operasionalnya diselenggarakan dibawah komando utama operasionai Hankam.
Penggolongan operasi pertahanan, terdiri dari:





Operasi Defensif Strategis. Dilaksanakan bila perbandingan kekuatan perang musuh dengan
kekuatan perang kita sedemikian rupa sehingga tldak memungkinkan operasi ofensif strategis.
Operasi Ofensif Strategis. Dilaksanakan dengan operasi udara, operasi laut dan operasi darat,
dengan tujuan untuk menghancurkan kekuatan perang musuh atau memaksanya untuk
menyerah. Operasi ofensif strategis dalam bentuk ofensif awal dilaksanakan apabila
musuh secara nyata bermaksud untuk menyerang wiiayah negara Repubilk Indonesia.
Mendahului akan memberikan jaminan terhadap kemerdekaan dan kedaulatan negara
daripada menunggukedatangan musuh.
Operasi ofensif strategis dalam bentuk ofensif balas digunakan apabila operasi defensif
strategis
menghasilkan
pengembangan
kekuatan
yang menguntungkan kita.

Hasii akhir operasi pertahanan ialah mundurnya atau terlemparnya musuh dari wiiayah Republik
Indonesia.
2)

Pola OperasiKeamanan Dalam Negeri (Opskamdagri)

Pola Opskamdagri adalah semua operasi dalam rangka menanggulangi subversi, infiltrasi, sabotase
dan pemberontakan-pemberontakan secara preventif dan represif. Opskomdagri ini menggunakan
sistem persenjataan sosial dan sistem teknologi secara serasi, dilaksanakan di wiiayah nasional dan
diarahkan kepada masyarakatyang menjadi unsur utama. Wilayah nasional baik daratan, lautan, udara
dan ruang angkasa harus dipertahankan agar tidak dijadikan bagian dari usaha spionase subversi,
infiltrasi, sabotase dan pemberontakan.
Pelaksanaan Opskamdagri meliputi beberapa babak, yaitu:
 Mengungkapkan iatar belakang setiap usaha yang menjadi tantangan keamanan
dalam'negeri,
 Pemisahan yang bertujuan memisahkan musuh dengan kawannya, musuh dengan rakyat, dan
musuh dengan bantuan luar negeri.
 Penggiringan dan pelokalisasi musuh pada tempat-tempatyangdirencanakan.
 Penghancuran kekuatan musuh.
 Konsolidasi.
 Rehabilitasidanstabiiisasi.

A

Bentuk-bentuk Opskamdagri ialah: Operasi Intelejen, Operasi Tempur, Oparasi Teriioriai, dan
Operasi Kamtibmas.
Sesuai dengan Konsepsi Penanqkalan, Sistem Hankamta mencakup seluruh daya mampu bangsa dan
negara yang disiapkan secara terpadu dan terpimpin didalam perlawanan bersenjata atau bentuk
lainnya dan didasarkan pada keyakinan dan kekuatan sendiri dan tidak mengenal menyerah. Seluruh
sumber daya nasional dan prasarana nasional didayagunakan secara menyeluruh, terpadu, terarah,

adil dan merata. Dengan mendayagunakan seluruh kemampuan dan kekuatan bangsa akan memaksa
musuh untuk berhadapan dengan kekuatan yang maha dahsyat dalam front yang iuas mendalam.
Kondisi semacam ini memaksa musuh untuk berpikir dengan cermat sebelum menyerbu masuk wilayah
kita, karena akan menderita kerugian yang besar dan tanpa kepastian untuk menang. Apabila musuh
berhasil masuk ke daerah perbatasan maka musuh akan terus mendapat tekanan dan perlawanan
pada front yang mendalam dan garis depart yang mencair, Akibatnya musuh akan terus mendapat
tekanan yang bertubi-tubi dan akhimya tidak dapat memanfaatkan momentumnya dan terhenti
selanjutnya dapat di ofensif balas untuk dihancurkan. Strategi ini merupakan strategi menangkal yaitu
strategi untuk mencegah dan menangkal perang serta mencegah dan menangkal atau mengatasi
gangguan dalam negeri.

Bab 2
Strategi Keamanan Nasional

Kebijakan pertahanan dan mencakup penentuan berbagai tugas nasional dan militer baik dalam masa
damai maupun di masa perang, termasuk pentahapan tugas sesuai perkembangan situasi).
The Institute for American Strategy mengemukakan pengertian strategi sebagai berikut:
a)

Once : The science and art of employing the Armed strength of a belligerent to secure the
objects of war. (Pada mulanya strategi adalah i!mu dan seni tentang pengerahan kekuatan
bersenjata dan negara yang berperang untuk menguasai berbagai sasaran perang).

b)

Now, 'Century of total war, the mobilization, integration and prudent management
of the political, economical, educational, technological, industrial, scientific, cultural, ideological
and spiritual resources of the intire nation in order to secure the objectives of peace, justice,
liberty and opportunity. (Saat ini (abad perang total) strategi adalah kegiatan mobilisasi,
integrasi dan pengelolaan yang bijaksana terhadap kekuatan/sarana politik, ideologi dan
semangat bangsa untuk mengamankan berbagai tujuan dan perdamaian, keadilan,
kemsrdekaan dan keuntungan yang teiah dicapai).

Strategi diartikan sebagai suatu rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer dan
material pada daerah-daerah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Hal ini didasarkan pada
pemahaman akan kekuatan dan penempatan posisi iawan, karakteristik medan perang, kekuatan dan
karakteristik sumber daya yang tersedia, sikap orang-crang yang menempati teritorial tertentu serta
antisipasi terhadap setiap perubahan yang mungkinterjadi.
Dari pengertian diatas, tampak bahwa berbagai prinsip dan strategi mengalami banyak variasi,
berkembang dari satu penulis kepada penulis yang lain dan dari satu periode ke periode berikutnya.
Perkembangan keadaan dan permasalahan yang akan dihadapi senantiasa meningkat seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dengan sendirinya keadaan ini menghendaki
peninjauan yang lebih luas terhadap pengertian strategi.
Pentingnya strategi bukan hanya menyangkut bagaimana menggunakan kekuatan, tetapi juga
bagaimana mencegah Iawan menggunakan kekuatannya terhadap kita, atau bagaimana mencegah
peperangan dan juga bagaimana kita hams berperang bila terlibat di dalamnya.
Bagaimanapurt-fermulasi strategi baik dalam pengertian sempit maupun luas, akan mencakup 3 unsur
yaitu adanya tujuan (ends), sarana (means), dan cara (ways).
Setiap organisasi membutuhkan strategi manakala menghadapi situasi berikut:
1.

Sumber daya yang dimiliki terbatas

2.

Ada ketidakpastian mengenai kekuatan bersaing organisasi

3.

Komitmen terhadap sumber daya tidak dapat diubah lagi

4.

Keputusan-keputusan harus dikoordinasikan antar bagian sepanjang waktu

5.

Ada ketidakpastian mengenai pengendalian inisiatif.

Dengan demikian strategi itu tidak lain upaya mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan
menggunakan cara dan sarana yang tersedia. Strategi dapat dipandang dari 2 persfektif yang
berbeda, yaitu: pertama, apa yang ingin dilakukan (intends to do); dan kedua, apa yang akhirnya
dilakukan (eventually does). Berdasarkan persfektif yang kedua, strategi terpola sebagai tanggapan
atau respon organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Setiap organisasi pasti memiliki
strategi, meskipun tidak pernah dirumuskan secara eksplisit. Di sini berlaku bagi para manajer
reaktif.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan mengenai strategi. Periama, adalah bahwa suatu seri tindakan
mungkin dilihat sebagai strategi dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan jangka pendek dan
dapat pula diartikan sebagai taktik untuk jangka panjang. Kedua, adalah dalam tujuan-tujuan tertentu,
serangkaian interaksi yang telah ada dapat dilihat sebagai game itu sendiri, dan bagi tujuan lain,

interaksi tersebut dapat pula dilihat sebagai salah satu fase dalam game yang lebih besar lagi.
Dalam perspektif strategi, keputusan tertentu dilihat daiam hubungannya dari tujuan strategi secara
keseluruhan. Adapun tindakan taktis tersebut dapat didesain untuk (Lovell, 1970:76-79):
1.

Legitimasi, dimana tindakan taktis dirancarig untuk melegitimasi tindakan lain.

2.

Memaksimalkan keuntungan taktis (exploitation of tactical advantage).

3.

Meminimalkan kerugian taktis (reduction of tactical advantage).

4.

Meningkatkan posisi tawar (improvement of bargaining position).

5.

Meningkatkan daya antisipasi
(strengthening deterrence).

dari

ancaman

yang

datang

dari

lawan

Walaupun istilah strategi diartikan sebagai rancangan operasi militer dalam perang, kata strategi dapat
pula diapiikasikan ke dalam pengertian yang lebih luas. Dapat diartikan sebagai pra desain dari
seperangkat tindakan, serangkaian keputusan, dalam situasi kompetitif yang hasil akhirnya tidak
hanya bergantung pada keberuntungan. Dalam pengertian yang luas strategi kebijakan luar negeri
adalah rencana-rencana suatu negara untuk memajukan atau mencapai kepentingan nasionalnya dan
mencegah negara-negara lain yang menghalangi pencapaian kepentingan nasional tersebut. (Lovell,
1970:68).
Ada dua hal yang perlu diingat mengenai strategi ini. Pertama, adalah suatu seri tindakan mungkin
dilihat sebagai strategi dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan jangka pendek dan dapat pula
diartikan sebagai taktik untuk jangka panjang. Kedua, adalah dalam tujuan-tujuan tertentu serangkaian
interaksi yang telah ada dapat dilihat sebagai game itu sendiri, dan bagi tujuan lain, interaksi tersebut
dapat pula dilihat sebagai salah satu fase dalam game yang lebih besar lagi.
2.2 Keamanan Nasional: Konsep dan Strategi
Keamanan Nasional merupakan konsepsi pembangunan, peraturan dan penyelenggaraan keamanan
dan kesejahteraan di segala aspek kehidupan nasional secara terpadu, selaras, seimbang dan serasi
dalam rangka menciptakan kehidupan yang semakin maju, adi! dan makmur. Kemantapan keamanan
nasional akan menjamin dapat dikembangkannya kemantapan dibidang kesejahteraan nasional,
sebaliknya kemantapan kesejahteraan nasional akan mengantar dapat dikembangkannya
kemantapan dibidang keamanan nasional. Pembahasan tentang keamanan nasional tidak terlepas
bagaimana cara menyelenggarakan pertahanan keamanan negara. Pentingnya keamanan nasionai
pada dasarnya menyangkuttiga unsur, yaitu: kedaulatan negara, integritas bangsa, keamanan serta
pengamanan pembangunan nasional.
Sistem keamanan nasional mempunyai fungsi: (1) membina kepastian hukum, (2) membina
ketenteraman dan ketertiban masyarakat, (3) penegakan hukum dan keadilan, (4) membangun
kemampuan pertahanan, (5) melindungi rakyat dari berbagai bencana (alam, kessngajaan, lalai)
termasuk perlindungan hak-hak rakyat, dan (6) memelihara keamanan negara. Karena itu, daiam
upaya menciptakan keadaan aman dan rasa aman merupakan tugas dan kewajiban seiuruh potensi
bangsa, baik dari kaiangan sipil, maupun POLRI dan TNI, masyarakat, swasta, ormas, orsospoi, LSM,
mahasiswa/pemuda dan sebagainya. Tetapi apabila terjadi gangguan pada saiah satu atau
keseluruhan fungsi utama diatas maka akan berdampakiangsung terhadap kualitas keamanan
nasiona!.
Fungsi Keamanan Nasional (national security) pada hakekatnya adalah himpunan berbagai kegiatan
untuk menjamin dan meningkatkan kondisi kualitas kehidupan sosial kemasyarakatan sebuah negara
bangsa (nation state).

Fungsi ini dijabarkan ke dalam fungsi yang iebih spesifik yaitu:





Fungsi keselamatan masyarakat (publicsafety),
Fungsi perlindungan masyarakat (communityprotection),
Fungsi ketertiban umum, penegakan hukum dan ketertiban masyarakat (law enforcement and
good order).
Fungsi pertahanan nasional (nationaldefence).

Dengan demikian, fungsi Keamanan Nasional cakupannya sangat luas dan beragam. Pengertian
Keamanan Nasiona! yang luas ini kadang sering diartikan sempitdan menjadi rancu ketika keamanan
dan ketertiban masyarakat diberi label keamanan saja. Pengertian keamanan seharusnya tidak berdiri
sendiri karena mempunyai pengertian yang berbeda dan spesifik bila mempunyai atribut tertentu.
Atribut itulah yang membedakan konteks dan bobot dari makna keamanan itu sendiri. Beberapa
contoh, misainya keamanan global (global security), keamanan regional (regional security), keamanan
manusia (human security), keamanan dalam negeri (internalsecurity), keamanan dan ketertiban
masyarakat (public security and good order). Dari bgika ini, penggunaan kata keamanan tanpa atribut,
menjadi netral, aitinya ia tidak menjadi bagian apapun dan siapapun, ia hanya menunjukkan tentang
kondisi yang tidak jelas tentang/perihal apa. Oleh sebab itu penggunaan kata keamanan sebaiknya
lengkap dengan atributnya sehingga ia menjadi jelas menerangkan tentang apa dan atau siapa.
Dari pengertian diatas Keamanan Nasional menggambarkan sebuah spektrum kondisi keamanan
sebuah masyarakat, bangsa dan negara. Kondisi ini berubah secara dinamis tergantung kepada
keberhasilan para penyelenggara pemerintahan negara daiam mengendalikan berbagai ancaman
yang mempengaruhi kondisi Keamanan Nasional itu yaitu ancaman. Ancaman itu sendiri mempunyai
hakekat majemuk (the nature of threat).
Strategi keamanan nasional merupakan seni dan ilmu mengembangkan dan menggunakan
kekuatan-kekuatan nasional (yaitu ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, dan militer) dalam masa
damai maupun masa perang untuk mendukung pencapaian tujuan-tujuan yang ditetapkan oleh politik
nasional. Maka dari itu, strategi nasional sebagai rencana dan pelaksanaan harus fleksibel, dinamis,
disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan kemampuan di samping nilai "seni".
Mengenai strategi keamanan, Barry Buzan menyatakan bahwa penerapan strategi keamanan suatu
negara selalu memperhitungkan aspek-aspek threat (ancaman) dan vulnerability (kerentanan) negara
tersebut. Ancaman dan kerentanan adalah dua konsep yang berbeda namun mempunyai keterkaitan
yang erat dalam perwujudan keamanan nasional. Suatu ancaman terhadap keamanan nasional yang
dapat dicegah akan mengurangi derajat kerentanan suatu negara pada keamanan nasionalnya. Kedua
aspek dari keamanan nasional tersebut sangatlah ditentukan oleh kapasitas yang dimiliki negara
tersebut (Buzan, 1991:112-114). Dengan demikian, maka faktor-faktor yang mempenga ruhi politik dan
strategi nasional dapat terdiri dari unsur-unsur: ideologi dan politik, ekonomi, sosial budaya, Hankam,
dan ancaman.
Sasaran strategi nasional adalah tujuan atau maksud, yaitu apa yang hendak dicapai. Dalam hal ini
dapat dibedakan adanya sasaran ke dalam dan sasaran ke luar. Sasaran ke dalam, yaitu integrasi
nasional dengan mewujudkan identitas dan integrasi nasional. Identitas nasional adalah ciri khas suatu
bangsa atau negara dilihat secara holistik, yaitu negara yang dibatasi oleh wilayah, penduduk, sejarah,
pemerintah, tujuan negara, dan peranan yang dimainkannya di dalam dunia internasional. Sedangkan
yang dimaksud dengan integrasi nasional adalah suatu kesatuan yang menyeluruh di daiam
kehidupan nasional suatu bangsa, baik sosial, alamiah, potensial maupun fungsional. Sedangkan
sasaran ke luar ada tiga macam yaitu:

1)

Mendukung kepentingan nasional di dalam negeri (pembangunan nasional).

2)

Memperjuangkan kedudukan terhormat didalam pergaulan antar bangsa dengan titik
berat pada ASEAN terkoordinasikan secara erat dan akrab serta forum Perserikatan
Sangsa-Bangsa (PBB) yang mantap berwibawa dan efektif.

3)

Mengadakan hubungan internasional lainnya baikyang bersifat bilateral maupun multilateral.

Pola strategi nasional dapat diarahkan ke dalam dan ke luar. Strategi kedalam dengan cara persuasi,
yaitii dengan mempengaruhi/mengajak dan membujuk pihak lain, sehingga pihak lain dapat yakin akan
maksud baik yang dikemukakan; sedangkan strategi keluar dengan cara tidak langsung (indirect
strategy) dengan politik luar negeri yang sekaligus dilaksanakan pada dua tingkat, yaitu secara :
1)

Defensif, dengan maksud untuk mencari waktu (to gain time).

2)

Konstruktif, dengan maksud untuk menciptakan iklim internasional yang tenang
dan tenteram serta menguntungkan bagi pembangunan nasional.

Untuk memungkinkan diselenggarakannya pola tersebut mutlak diperlukan kebebasan bertindak
[freedom of action). Politik dan strategi keamanan nasional bersumberdari:
© GeopolitikBangsa Indonesia
© Wawasan Nusantara
© Ketahanan Nasional
© Tata Bina Nasional
Politik dan strategi keamanan nasional disusun dengan tujuan untuk menjadi pedoman dalam usaha
meningkatkan ketahanan Hankamnas dalam rangka Ketahanan Nasional dengan sarana material dan
pembiayaan keuangan yang terbatas yang dapat mengamankan dan sekaligus mendorong kecepatan
peningkatan
ketahanan
di
bidang
kesejahteraan
nasional.
Untuk
itu
diperlukan
persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
a.

Adanya suatu konsep politik dan strategi Hankamnas (Polstrahankamnas) yang
merupakan bagian integral dari politik dan strategi nasional yang berjangka
panjang, sedang dan pendekyang mencakup dua aspek pokok:



Pembangunan kekuatan-kekuatan dan kemampuan-kemampuan Hankamnas;
Penggunaan kekuatan-kekuatan dan kemampuan-kemampuan tersebut.

b.

Suatu mekanisme yang tepat untuk merealisasikan konsepsi politik dan strategi
tersebut.

c.

Kepemimpinan Hankamnas yang mampu merealisasikan konsepsi politik dan
strategi nasional tersebut.

Berkenaan dengan Ancaman dapat berbentuk fisik atau non fisik, konvensional atau non
konvensional, global atau lokal, segera (immediate) atau mendatang (future), potensial atau aktual,
militer atau non militer, langsung atau tak langsung, dengan kekerasan bersenjata atau tanpa
kekerasan bersenjata, ancaman perang tak terbatas atau perang
terbatas, datang dari luar negeri atau dari dalam negeri. Atas dasar pertimbangan ini banyak negara
yang melengkapi instrumen pengaturnya dengan Undang-undang tentang Keamanan Daiam Negeri
(Internal Security Act/ISA) seperti Singapura, Malaysia, Thailand bahkan Amerika Serikat baru saja
menerbitkan ISA. ISA adalah instrumen pengatur untuk mendukung tindakan cepat otoritas Keamanan
Nasional dalam menanggulangi gangguan keamanan dalam negeri yang disebabkan oleh ancaman
non tradisional.

Sebenarnya baik Singapura, Malaysia maupun Thailand "meniru" Indonesia yang sejak lama
mempunyai Undang-undang tentang Anti Subversi guna menanggulangi ancaman non tradisional,
namun seiring dengan gencarnya reformasi nasional UU ini dianggap sangat represif dan melanggar
HAM sehingga UU ini kemudian dicabut. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara universal
banyak negara melengkapi manajemen Keamanan Nasionalnya dengan beberapa instrumen pengatur
seperti UU tentang Keamanan Nasional (NSA), UU tentang Keamanan Dalam Negeri (ISA), UU
tentang Intelijen Negara, UU tentang Keadaan Darurat/Emergency Act, UU tentang Kepolisian,
sebaliknya beium ada negara mempunyai UU tentang Pertah3nan Negara kecuaii Indonesia paska
reformasi. Pada masa lalu, UU tentang Pertahanan Keamanan Negara RI dapat disetarakan dengan
NSA.
Berkenaan dengan perubahan produk peraturan perundang-undangan tentang Pertahanan Keamanan
Negara. Dalam penyelenggaraan Pertahanan dan Keamanan Negara RI yang merupakan satu
kesatuan yang utuh dalam arti bahwa penyelenggaraan Pertahanan Keamanan Negara diarahkan
pada satu tujuan yang integral. Salah satu permasalahan di masa lalu adalah mengintegrasikan POLRI
ke dalam tubuh ABRI dalam satu komando dan satu doktrin. Hal inilah yang kemudian menimbulkan
bias bahwa POLRI adalah kombatan, mengikuti budaya militer, mempunyai tatalaku militer yang berarti
menyimpang dari hakekat keberadaannya sebagai non kombatan, atau civilian police. Secara
universal polisi tak dapat diidentikan dengan tentara karena keberadaannya sangat berbeda. Konvensi
Hukum Internasional tentang konflik bersenjata yang telah diratifikasi RI membedakan tentara dan
polisi kedalam kombatan dan non kombatan. Tentara tunduk pada hukum militer dan dalam keadaan
tertentu tundukpada hukum sipil, sedangkan polisi hanya tunduk pada hukum sipil saja.
Habitat tentara dan polisi sama sekaliberbeda, dimana polisi adalah penegak hukum dan pembasmi
kejahatan/kriminalitas, subyek dan obyek hukumnya adalah individu, instrumen utamanya adalah
hukum. Sedangkan tentara berkaitan dengan kekerasan bersenjata, penegak kedaulatan negara,
subyek dan obyek hukumnya adalah negara bangsa (nation state), instrumen utamanya adalah sistem
senjata untuk menjamin kedaulatan dan kewibawaan bangsa dan negara. Perubahan internal yang
dilakukan oleh TNI dan POLRI antara lain berupa revisi berbagai undang-undang, doktrin, petunjuk
lapangan dan petunjuk teknis serta pemuliaan profesionalisme TNI dan POLRI yang pada
kenyataannya memakan waktu cukup lama, sehingga hasilnya belum mampu mengimbangi dinamika
perubahan dan tuntutan masyarakat yang serba cepat. Akibatnya di lapangan, pemulihan citra TNI dan
POLRI mengalami hambatan yang cukup serius. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan tekad yang
sungguh-sungguh dari Lembaga Legislatif dan Eksekutif untuk segera melakukan penataan produk
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Keamanan Nasional dan menuangkannya ke
dalam undang-undang yang lebih rinci, bukan hal yang luar biasa apabila TNI dan POLRI pasif dalam
menanggapi berbagai situasi konflikyang berkembang di masyarakat.
Undang-undang No. 20/1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara RI
semula merupakan induk dari UU No. 28/1997 tentang POLRI. Dengan terbitnya Ketetapan MPR No.
VI dan VII/MPR/2000 muncul citra seolah-olah UU No. 20/1982 direvisi menjadi UU No. 2 tahun 2002
tentang POLRI dan UU No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara RI dalam kedudukan yang
setara. Hal ini lebih diperkuat oleh adanya kenyataan bahwa Kapolri dan Menhan berada langsung
dibawah Presiden. Pada konteks ini maka permasalahan berawal dari pemisahan TNI dan POLRI yang
diterjemahkan secara pragmatis dengan memisahkan istilah Pertahanan Keamanan Negara sebagai
satu kesatuan yang utuh menjadi Pertahanan dan Keamanan sebag3i dua idiom yang sama sekali
terpisah. Lebih tragis lagi ketika pertahanan hanya menjadi tugas dan fungsi TNI, sedangkan
keamanan hanya tugas dan fungsi POLRI saja.
Gambaran kronologisnya dapat ditelusuri dari rumusan yang terkandung dalam instrumen pengatur
yang tidak konsisten untuk materi yang sama yang dituangkan dalam beberapa pasal berbeda di dalam

satu produk hukum yang sama dan atau antar produk hukum yang berbeda. Pada awalnya terbit
terlebih dahulu TAP MPR yang mengatur TNI dan POLRI yaitu TAP MPR No. VI/MPR/2000 tentang
pemisahan TNI dan POLRI, TAP MPR No. VII/MPR/2000 tentang Peran TNI dan POLRI. Inkonsistensi
materi yang terkandung dalam kedua TAP tersebut dan UUD 1945 sampai perubahan keempat
antaralain:
1) TAP MPR No. VI/MPR/2000, dimuat pada pasal 2 yaitu pada ayat, TNI adalah alat negara yang
berperan dalam pertahanan negara. POLRI adalah alat negara yang berperan dalam memelihara
keamanan. Dalam hal keterkaitan kegiatan pertahanan dan kegiatan keamanan, TNI dan POLRI harus
bekerja sama dan saling membantu. Catatan analisis, penggunaan istilah keamanan disini berbeda
dengan istilah yang selama ini digunakan untuk dan oleh POLRI yaitu berperan dalam keamanan dan
ketertiban masyarakat. Penggunaan istilah ini dapat dilihat pada KUHP, KUHAP, UU tentang POLRI
sebelumnya. Pada UUD 1945 pada pasal 30 ayat (4) dinyatakan bahwa POLRI sebagai
alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat ... dst. Secara umum
selama ini di Indonesia telah lazim dikenal beberapa istilah baku yaitu pertahanan keamanan negara,
keamanan dalam negeri, keamanan dan ketertiban masyarakat. Dari sinilah awal kerancuan
penggunaan istillah pertahanan dan keamanan sebagai dua istilah berbeda yang terkandung dalam
TAP MPR ini.
2) TAP MPR No. VII/MPR /2000, antara lain menyatakan pada pasal 1 ayat (2), TNI berperan sebagai
komponen utama sistem pertahanan negara. Catatan analisis, Istilah ini sama sekali baru sehingga
dapat mengaburkan istiiah sebelurnnya dan masih tercantum
dalam pasal 30 yaitu sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata).
Pada pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa POLRI merupakan alat negara yang berperan
dalam
memelihara
keamanan
dan
ketertiban
masyarakat,
menegakkan
hukum,
memberikan pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Catatan analisis, kembali di sini
digunakan istiiah baku yaitu kamtibmas.
3) UUD 1945 amandemen/perubahan keempat antara pada Bab XII pasai 30 pada ayat (2), dan (4)
masing-masing menyatakan bahwa: usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui
sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan POLRI sebagai kekuatan utama dan
rakyat sebagai kekuatan pendukung. POLRI sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan
hukum. Catatan analisis, dapat member! kesan bahwa sishankamrata terdiri dari sishan (rata) dengan
TNI sebagai komponen utama dan siskam (rata) dengan POLRI sebagai komponen utama.
4) UU No, 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI mengandung beberapa
substansi yang inkonsisten antara lain dapat dibaca pada:


Konsideran menimbang butir b yaitu bahwa pemeliharaan keamanan dalam negeri melalui
upaya pemeliharaan kamtibmas, penegakan hukum, dan seterusnya diiakukan oleh POLRI.
Catatan analisis, diktum ini dapat mengubah operas! keamanan dalam negeri yang selama
ini diiaksanakan melalui operasi intelijen, operasi tempur, operasi teritorial dan operasi
kamtibmas.


Pasal 1 butir 5 yaitu keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis
masyarakat sebagai ,dst. Catatan analisis, kembali disini digunakan istiiah baku kamtibmas.


Pasal 2 menyatakan bahwa fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara
dibidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat. Catatan analisis, kembali disini
menggunakan istiiah baku yaitu Kamtibmas. Instrumen pengatur idealnya adalah seperangkat
patokan-patokan baku yang konsisten agar dapat menjamin kepastian penerapannya di
lapangan.

Penggunaan istiiah, pengertian, redaksi, substansi yang tidak konsisten dapat menimbulkan keraguan
para pelaksana tugas di lapangan.
2.3 Pertahanan Keamanan Negara
Hakekat Pertahanan Keamanan Negara adalah perlawanan total (semesta) untuk menghadapi setiap
bentuk ancaman terhadap keselamatan bangsa dan negara yang penyelenggaraannya disusun dalam
sistim pertahanan keamanan nasional. Upaya inididasarkan pada kesadaran akan tanggung jawab
tentang hak dan kewajiban warga negara, serta keyakinan akan kekuatan sendiri, keyakinan akan
kemampuan dan tidak kenal menyerah, baik penyerahan diri maupun penyerahan wilayah. Dengan
demikian, maka perlawanan semesta adalah kesadaran, tekad, sikap, dan pandangan seluruh rakyat
Indonesia untuk menangkal, mencegah, menggagalkan dan menumpas setiap ancaman yang
membahayakan keselamatan bangsa dan negara Indonesia. Bentuk akhir dari perlawanan semesta
adalah perang semesta, perlawanan total seluruh potensi dan kekuatan nasiona! terhadap usaha
musuh yang akan merampas kemerdekaan dan kedaulatan bangsa dan negara Indonesia. Untuk
dapat mencapai tujuan pertahanan keamanan, maka negara menyelenggarakan fungsi-fungsisebagai
berikut:
>

Memelihara dan meningkatkan Ketahanan Nasional dengan menanamkan serta memupuk
kecintaan terhadap tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia, menghayati
dan mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sehingga memasuki sikap
mental yang meyakini hak dan kewajiban serta tanggung jawab sebagai warga negara yang
reia berkorban untuk membela bangsa dan negara serta kepentingannya

>

Membangun, memelihara dan mengembangkan secara terpadu dan terarah segenap
kemampuan dan kekuatan pertahanan keamanan regara, dengan memantapkan
kemanunggalan segenap unsur kekuatan pertahanan keamanan negara dengan seluruh
Indonesia.

>

Mewujudkan seluruh kepulauan Nusantara beserta segenap wilayah yurisdiksi nasionalnya
sebagai satu kesatuan pertahanan keamanan negara dalam rangka perwujudan Wawasan
Nusantara.

Dari uraian di atas, konsepsi penyelenggaraan keamanan dan kesejahteraan di segala aspek
kehidupan secara terpadu, selaras, seimbang dan serasi perlu terus diarahkan guna menciptakan
kehidupan keamanan nasional yang semakin mantap; sehingga dapat dikembangkan strategi yang
dapat memantapkan dibidang keamanan nasional.
Tabel 2.1: Strategi Pertahanan Keamanan Semesta
Tantangan adalah segala
hal
atau usaha yang
bersifat menggungah

1. Konsepsi strategi,
menentukan
cara menghadapi hakekat

Dalam pengembangan kekuatan
Hankam menuntut adanya
kemampuan penangkalan yang

kemampuan, dan bertujuan

tantangan tersebut diatas.
dengan
menggunakan kekuatan dan

merombak, mengubah,

sarana yang ada.

1. Pengembangan kekuatan

2. Penangkalan dapat terwujud.
menghalangi dan
melemahkan
pencapaian tujuan dan citaapabila memiliki kemampuan

diarahkan kepada :
perlawanan bersenjata
2. Pengembangan kekuatan

cita negara dan bangsa

perlawanan bersenjata, yang

pendukung perlawanan

Indonesia baik berasal dan

diorganisasikan untuk

rakyat bersenjata.

luar maupun dari dalam.

melaksanakan perlawanan

Tantangan dibedakan
dengan
pengertian :

bersenjata di darat, di laut dan
di
udara.

a) Ancaman, segala upaya 3. Kemampuan pendukung

3. Penyusunan komponen
ABRI dan Rakyat terlatih
yang mempunyai kemampuan
dan kekuatan untuk

yang bertujuan untuk

perlawanan rakyat

menghancurkan musuh di

merombak atau
mengubah
tatanan dan kepentingan
negara dan bangsa

bersenjata, yaitu Lembaga

wilayahnya, di perjalanan,

Negara dan Pemerintah,
Lembaga
Masyarakat dan Swasta,

Indonesia.

sumberdaya untuk dlwujudkan

dan didarat serta pedalaman

menjadi kekuatan pendukung

serta menegakkan dan

b) Gangguan adalah segala
usaha yang bertujuan
untuk mengubah atau
menghalangi kebijakan

diambang pintu didarat teritorial,
diperairan .pedalaman, di pantai

yang memungkinkan
men lelihara keamanan
perlawanan
berlanjut, Dalam pembinaan dan keten iteraman dan ketertiban

negara Indonesia baik

penggunaan kekuatan
perlawanan
rakyat bersenjate dan

melalui kegiatsn ideologi,

pendukung rakyat bersenjata
perlawanan

politik, ekonorni, scsial

tersebut harus berpedoman

budaya dan Hankam.

kepada :

pendukung kekuatan

a) Kemampuan bertahan
secara
mendalam,

perlawanan Rakyat

hal yang dapat
menghalangi dan

b)

urusan sipii dan lembaga negara

c) Hambatan adalah segaia

melemahkan usaha
negara
dan bangsa Indonesia.
c)

mas rarakat di seluruh wilayah
tan; lafr.

i
4. Periyusunan komponen

bersenjata meliputi komponen

Kemampuan dan percaya
pada kekuatan

dan pemerintah, lembaga

sendiri

masyarakat dan swasta serta

Pengunaan sistem

,

komponen urusan logistik terdiri

persenjataan teknologl dan

dari rakyat terlatlh tak

sistem persenjataan sosial

bersenjata dan sumber daya

secara serasl dan seimbang.

beserta kekayaan alam termasuk
Industri dan Jasa. Kekuatan Inl
diarahkan kepada tingkat
kekustan yang memlliki
kemampusn-kemampuan.

Sumbsr: Yunnan Yutgm, Lemhenas, 1993; Mardiono, Lemhanas, 1994.
Dari Tabel 2.1 di atas, secara konsepsi operational, kcnsepsi strategi, penangkalan, dan
pengembangan kekutan dapatdilakukan sesuai dengan cara yang ditempuh.
Dalam Konsepsi strategi adalah:
a.

Menangkal ancaman dan gangguan dalam segala bentukdan perwujudan.
Apabila penangkaian tidak berhasil dilaksanakan penghaiauan atau penghancuran terhadap
ancaman dan gangguan tersebut diatas.

b.

Penangkalan diutamakan dalam mewujudkan keamanan dalam negeri, termasuk
keamanan ketenteraman ketertiban umum dan kemudian ikut serta dalam
mewujudkan perdamaian dunia, khususnya di kawasan Asia Tenggara.

c.

Mencegah timbulnya hambatan, mentiadakan dan memperkecil hambatan yang
ada.

Cara penangkalan dapatdilakukan dengan Kemampuan perlawanan rakyatdengan cara:
a.

Menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan, keutuhan negara dan bangsa
dan bangsa Indonesia.

b.

Menegakkan hukum dan memelihara keamanan, ketenteraman dan ketertiban masyarakat.

c.

Kemampuan pendukung perlawanan rakyat bersenjata, yaitu Lembaga Negara dan
Pemerintah, Lembaga Masyarakat dan Swasta, sumber daya untuk diwujudkan menjadi
kekuatan pendukung yang memungkinkan perlawanan berlanjut.

Dalam pembinaan dan penggunaan kekuatan dan pendukung perlawanan rakyat bersenjata tersebut
harus berpedoman kepada :
a.

Kemampuan bertahan secara mendalam,

b.

Kemampuan dan percaya pada kekuatan sendiri

c.

Pengunaan sistem persenjataan teknologi dan sistem persenjataan sosial secara serasi dan
seimbang.

Dalam pengembangan kekuatan Hankamnas menuntut adanya kemampuan penangkalan yang
diarahkan kepada pengembangan kekuatan perlawanan semesta. Penyusunan komponen ABRI dan
Rakyat terlatih yang mempunyai kemampuan dan kekuatan untuk menghancurkan musuh di
wilayahnya, di perjalanan, di ambang pintu, di darat teritorial, di perairan pedalaman, di pantai dan di
darat serta pedalaman serta menegakkan dan memelihara keamanan ketenteraman dan ketertiban
masyarakat di seluruh wilayah tanah air.
Penyusunan komponen pendukung kekuatan perlawanan meliputi komponen urusan sipil dan lembaga
negara dan pemerintah, iembaga masyarakat dan swasta serta komponen urusan logistik terdiri dari
rakyat terlatih tak bersenjata dan sumber daya beserta kekayaan alam termasuk Industri dan Jasa.
Kekuatan ini diarahkan kepada tingkat kekuatan yang memiliki kemampuan-kemampuan:
>

Memelihara keberlangsungan penyelenggaraaan pemerintahan RI. Yang memungkinkan
tercapainya
pemerataan Hankamrata, sehingga peningkatan dapat dirasakan diseluruh
wilayah tanah air.

>

Pembinaan faktor geografi menjadi kekuatan Hankamnas, diarahkan untuk mewujudkan
kompartimentasi wilayah perlawanan yang memungkinkan perlawanan bersenjata.

>

Pembinaan faktor sumber daya dan kekayaan alam menjadi kekuatan sumber daya dan
kekuatan kekayaan alam diarahkan untuk mewujudkan kekuatan industri dan Jasa yang
tersebar diseluruh wilayah tanah air.

>

Pembinaan potensi dan kondisi dinamis berupa Ipoleksosbudhankam di dalam
lingkungan
kehidupan
bangsa,
menjadi
kekuatan
dan
kondisi
Ipoleksosbudhankam yang mendukung penyelenggaraan Hankamrata dengan,upaya
memanfaatkan kesadaran bernegara dan bela negara bag! seluruh rakyat,Indonesia.

Bab 3
Konflik dan Kebijakan

Posisi yang saling berbeda. Perbedaan posisi itu pada gilirannya akan memicu timbulnya konfiik
dalam masyarakat.
Pandangan teori struktural tentang teori konfiik ini memandang struktur daiam masyarakat hanya
menimbulkan penindasan dari superordinat pada subordinat, melahirkan ketidakadilan,
ketidaksamarataan, dan konfiik. Oieh karena itu, konfiik dan kerusuhan, baik vertikal maupun
horizontal tidak dapat dihindarkan dalam masyarakat yang berstruktur. Kepedulian dari subordinat
(pihak yang tertindas) dianggap menimbulkan konfiik baik verbal maupun fisik, bahkan sampai
pertumpahan darah, Akan tetapi, bila sistem sosial dalam masyarakat yang berstruktur tersebut
berfungsi, kemungkinan besar setiap konfiik yang terjadi dapat di atasi, tidak berkembang menjadi
chaostic situation (kekacauan).
Pandangan teori struktural fungsional yang berawal dari hasil pemikiran August Comte (1798-1857)
menganggap masyarakat dapat memelihara tatanan sosial {social order) bila semua bagian dari
sistem masyarakat berfungsi, artinya ketidakseimbangan bisa terjadi bila bagian-bagian dari sistem
terganggu fungsinya. Konfiik dengan segaia akibatnya, termasuk kerusuhan sosial (chaostic
situation), dapat terjadi manakala bagian-bagian dari sistem masyarakat terganggu. Misainya, sistem
sosial dalam masyarakat, yang memiiiki subsistem-subsistem: status sosial, peran, posisi, norma,
nilai dan kontrol sosial, bisa terganggu bila salah satu subsistem terganggu keberfungsiannya.
Konfiik, kekerasan dan kerusuhan sosial dapat terjadi biia saiah satu subsistem dari sistem sosiai
tidak berfungsi, misainya status sosial (bekerja -tidak bekerja, sekolah - tidak sekolah, peran orang
tua), norma dan nilai (pengatur tingkah laku), kontroi sosial (pengawas - pemberi sanksi pada perilaku
yang menyimpang), bila subsistem-subsistem sosial tersebut berfungsi, maka sistem sosial berfungsi
dan masyarakat berada dalam kesinambungan yang harmonis.
Konfiik dapat dibedakan dari aspek penyebab konfiik tersebut, apakah bersifat fundamental atau
accidental. Bila konfiik bersifat fundamental berarti konfiik itu berasal dari perbedaan struktur yang
mendasar dan permanen sifatnya pada pihak-pihak yang bertikai. Konfiik yang demikian ini
cenderung dapat terjadi berulang-ulang. Sedangkan konfiik yang bersifat accidental berarti konfiik
tersebut berasal dari alasan-alasan atau situasi yang kebetuian saja terjadi, sehingga tidak akan
berulang di kemudian hari.
Berdasarkan intensitasnya, Holsti mengeiompokkan konfiik ke dalam empat kelas. Kelas dari konfiik
tersebut memiiiki karakteristiksebagai berikut (Holsti, 1995:343-345):
1)

Konfiik Kelas I
Pihak-pihak yang terlibat bersedia untuk mengadakan negosiasi dan menghormati pihak lain
dengan cara yang sesuai. Isu-isu yang ada umumnya mengacu pada kepentingan nyata dan
relatif mudah diidentifikasikan. Hasil yang memungkinkan dari konfliksemacam ini umumnya
adalah kompromi dan penarikan tuntutan awal.

2)

Konfiik Kelas II
Konfiik bergerak ke tingkat intensitas yang iebih tinggi, namun kompromi masih merupakan
hasil yang paling memungkinkan dari konfiik kelas II ini.

3)

Konfiik Kelas III
Pada tingkat ini hasil yang muncul adalah kebuntuan.

4)

Konfiik kelas IV
Pada tahap ini pihak-pihakyang bertikai sudah tidak mau mengikuti iegitimasi dari pihak lain,
sehingga negosiasi hampir tidak mungkin diiakukan; pihak yang bertikai memandang
kerugian pihak lain sebagai keuntungan pihak lainnya.

Tahapan konflik di atas secara ringkas menggambarkan proses terjadinya konflik antar kelompok,
dapat menimbulkan terjadinya konsekuensi disfungsiona\ atau fungsional. Konsekuensi
disfungsional ditandai adanya perubahan dalam keiompok; seperti adanya peningkatan munculnya
kepemimpinan otokratis; fokus pada kegiatan dan penekanan atas loyaiitas; serta perubahan antar
kelompok seperti adanya persepsi yang terganggu; stereotip negatif dan komunikasi yang menurun.
Sernentara konsekuensi fungsional ditandai oleh adanya unsur-unsur kewaspadaan terhadap

masalah; upaya-upaya dalam pencarian penyelesaian serta adanya perubahan dan adaptasi.
Fenomena konflik dan kekerasan sudah berkembang sedemikian rupa dan telah menembus alam
budaya masyarakat. Montagu dan Matson mengemukakan: This contemporary, vague-which has
been variously labeled "terrorist chick", is cruelty cult, and just plain "Punk" is not limited to the movie
built runs like a crimson thread throughout the realm of popular culture all the way. Dalam
pemahaman yang lain, kekerasan yang diiakukan pada masa tertentu di Indonesia dipandang
sebagai seni mereka dalam menghadapi/menyelesaikan konflik yang ada. Hal itu diiakukan sebagai
pembenaran diri atastindakan yang diiakukan oleh massa adalah dengan menilai hukum positif