Gelagat "Ngitung Kancing".

Pikiran Rakyat
o Selasa o Rabu
4

5

6

20

21

o Mar

OApr

8
23

7
22


o
. Sabtu

o Kamis 0 Jumat
9

OJun

OMei

10

12

11

13

@


0 Jul 0 Ags OSep

OOkt

ONov

26

Oleh B.A. DJADJA SAEFULLAH
DALAM mengerjakan soal ujian secara
objektif yang dikenal dengan istilah multiple
choice atau pilihan ganda, siswa sering dihadapkan pada sikap ragu-ragu untuk men- !.
contreng pilihan jawaban yang dianggap benar. Oi antara mereka yang ragu-ragu dikenal
istilah 'ngitung kancing" dalam bahasa Sunda atau "menghitung kancing" dalam bahasa Indonesia:
Ngitung kancing merupakan tindakan
spekulatif karena ketidaksiapan dan kebingungan dalam melakukan pekerjaan yang diDOK.
'PR' hadapi. Tidak berlebihan kalau sikap 'peserta ujian itu dianalogikan dengan fenomena mengl1adapi pemilu yang tinggal hitungan hari lagi. Tidak sedikit orang, terutama di perdesaan, yang
bingung menjatuhkan pilihannya. Ke~ingungan bisa terjadi karena ketidakyakinan kemampuan dan kualitas calon-calon yang diajukan. Sikap
seperti ini bisa terjadi di kalangan anggota masyarakat yang berpendidikan cukup. Mereka berpikir secara kritis dan rasional sehingga akan

memilih satu di antara dua, yaitu tidak menggunakan hak pilihnya atau
memilih seenaknya dengan cara ngitung kancing.
Sikap ngitung kancing lebih baik derajatnya dibandingkan dengan
golputyangtidak menggunakan hak pilihnya. Kalau orang memilih sikap
golput, suaranya tidak termanfaatkan atau hilang. Sementara kalau
memilih dengan cara ngitung kancingsuara itu termanfaatkan dan meng- .
untungkan bagi calon yang dicontreng foto atau nomornya.
Oalam pemilu ini sedikitnya ada tiga kelompok pemilih. Pertama,
memilih dengan cmsar mengenal baik calon yang dipilihnya. Mereka
memilih dengan keyakinan dan kepercayaan akan kapasitas calon yang
dipilihnya denggn rasa tanggungjawab. Kelompok.kedua, yang memilih
secara spekulatif atau ngitung kancing karena tidak tahu siapa yang
harus dipilihnya. Oiantaramerekabisaterdiridarikaumyangsebenarnya
bernalar tinggi dan menurut penilaiannya tidak ada calon yang
meyakinkan dirinya, tetapi masih mempunyai tanggung jawab untuk
memilih. Kelompok ketiga, yangsama sekali tidak memilih, dalam istilah
umum disebut golongan putih (golput). Sebagian mereka bisa terdiri dari
kelompok kedua, tetapi tidak mau memilih dengan alasan tidak mau ikut
bertanggungjawab. Oi antara mereka ada yang tidak datang ke tempat
pemungutan suara walaupun ada s/Jrat panggilan. Ada pula yang datang,

tetapi dalam bilik pemilih tidak melakukan pilihan.
Sekadar catatan kaki, apakah mereka yang tidak datang memilih karena masalah teknis seperti telatnya panggilan, termasuk golput atau
tidak?***
IImu Sosial

dan IImu Politik

Universitas

Padjadjaran.

Kllplng

Humos

15

27

25


"Ngitung Kancing"

Guru Besar Fakuftas

14
29

24

Gelagat

Penulls,

Minggu

Un pod

2009


16.
30
ODes

31