MAKALAH ETIKA BISNIS FAKIH AIDAR ANSHORI

MAKALAH ETIKA BISNIS

KASUS BISNIS ONLINE VIDEO PORNO ANAK
Dosen : Hj. Surya Bintarti, SE., MM

Disusun oleh : Kelompok
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Andini Jatsiya Dewi
Muhamad Irfan
Fakih Aidar Ansori
Vivih Muflihah
Donlin Malau
Rudi Hartono

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PELITA BANGSA
BEKASI
2014

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Dimana makalah ini
penulis sajikan dalam bentuk buku yang sangat sederhana. Adapun judul dari makalah yang
penulis ambil adalah : KASUS BISNIS ONLINE VIDEO PORNO ANAK
Tujuan makalah ini di buat adalah sebagai salah satu tugas mata kuliah Etika Bisnis.
Sebagai bahan penulisan di ambil berdasarkan hasil pengamatan dan beberapa sumber
literatur yang mendukung penulisan ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu tanpa dorongan dan dari semua pihak, maka penulisan makalah ini tidak
akan lancar.

Cikarang, 12 Juni 2014

Penulis


DAFTAR ISI
JUDUL

i

KATA PENAGNTAR

ii

DAFTAR ISI

iii

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang Masalah
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Tujuan Pengamatan

1.4 Kegunaan Hasil Pengamatan

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
2.1 Bisnis Online
2.2 Kasus Bisnis Online
2.3 Pasal 29 Undang-undang Nomor 44 Tahun 2008

BAB 111

PEMBAHASAN
3.1 Bentuk-bentuk Pelanggaran
3.2 Usaha Penertiban

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran


DAFTAR PUSTAKA

4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang Masalah
Penggunaan dan pemanfaatan internet sebagai sarana informasi dan komunikasi secara
global dapat digunakan sebagai media bisnis saat ini. Mulai dari pengusaha kecil sampai
pengusaha besar sudah banyak memanfaatkan kemajuan teknologi internet sebagai sarana
memenangkan persaingan bisnis mereka. Salah satu kegunaan internet dalam dunia bisnis
yaitu sebagai advertising tool yang berfungsi untuk mempromosikan produk atau iklan
melalui internet.
Selain digunakan sebagai media promosi, internet juga digunakan sebagai proses
pembelian dan penjulan produk, jasa dan informasi secara online yang disebut dengan ecommerce. Perkembangan e-commerce membawa banyak perubahan terhadap sektor
aktivitas bisnis yang selama ini dijalankan di dunia nyata. Perubahan tersebut ditandai
dengan adanya sejumlah upaya dari sektor aktivitas bisnis yang semula berbasis di dunia
nyata (real), kemudian mengembangkan ke dunia maya (virtual).

. Namun kenyataanya pada saat ini masih ada pihak-pihak yang menyalah gunakan
fungsi internet. Terbukti dengan adanya salah satu kasus yang mana diketahui bahwa salah
satu bisnis online menjual prodak vidio porno. Oleh karna itu pada kesempatan kali ini
penulis akan membahas mengenai kasus bisnis online tersebut.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah di atas, masalah yang dapat teridentifikasi
dari pengamatan ini adalah pelanggaran yang di lakukan oleh pemilik usaha bisnis online yang
Tidak Sesuai Dengan UU No 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi, UU No 22 Tahun 2008

Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik Dan Juga UU No 8 Tahun 2010 Tentang
Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
1.3 Rumusan Masalah
Permasalahan yang timbul dalam pengamatan ini adalah : Adakah pelanggaran atas UU
No 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi, UU No 22 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan
Transaksi Elektronik, UU No 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang dan Nilai Etik ?
1.4 Tujuan Pengamatan
Tujuan yang akan di capai dalam pengamatan ini adalah : Untuk menganalisa tentang
pelanggaran atas UU No 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi, UU No 22 Tahun 2008 Tentang
Informasi Dan Transaksi Elektronik Dan Juga UU No 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
1.5 Kegunaan Hasil Pengamatan
Manfaat pengamatan dalam penulisan ini yaitu :
1. Bagi Pemilik Bisnis Online
Pengamatan ini diharapkan dapat di jadikan sebagai bahan informasi agar dalam
pelaksanaan bisnis onlinenya tidak melanggar peraturan yang ada.
2. Bagi Kementrian Komunikasi Dan Informasi
Bisa menambah informasi agar kedepanya bisa lebih menertibkan bisnis online
yang ada di indonesia.
3. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan, dan Pengetahan serta pengalaman dalam bidang
pengamatan yang merupakan wujud dari aplikasi ilmu pengetahuan yang didapat selama
perkuliahan.

BAB II
LANDASAN TEORI

Karna penulis ingin menganalisis pelanggaran UU No 22 Tahun 2008 Tentang
Informasi Dan Transaksi Elektronik Dan Juga UU No 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan
Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

2.1 Bisnis Online
Bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis
lainnya, untuk mendapatkan laba sebesar-besarnya. Secara historis, bisnis berasal dari kata
business yang berasal dari kata dasar busy yang berarti “sibuk”. Dalam artian, sibuk
mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan. Dalam ekonomi
kapatalis, kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta, bisnis dibentuk untuk
mendapatkan

profit

dan

meningkatkan

kemakmuran

para

pemiliknya.


Secara Etimologi, bisnis adalah keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang sibuk
melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Secara luas, bisnis adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh individu atau sekelompok orang ( organisasi) yang
menciptakan nilai melalui penciptaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dan keuntungan yang maksimum melalui transakasi. Ada beberapa definisi
bisnis dari Brown dan Petrello : ” Business is an institution which produces goods and
services demanded by people”, yang berarti bisnis adalah suatu lembaga yang
menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat sambil memperoleh laba.
( 1976)
Perencanaan pemasaran meliputi lima langkah yaitu target pasar, karekteristik pasar, harga,
distribusi, dan promosi. Hal yang harus dipikirkan jika ingin membuat rencana bisnis, yaitu :
A.

Jenis usaha apa yang akan dirintis.

B.

Tujuan dari bisnis yang akan dirintis.

C.


Bagaimana cara menjalankan bisnis tersebut agar dapat menghasilkan uang.

D.

Siapa yang akan menjadi pelanggan/ target pemasaran.

2.3 UU No 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi
BAB II
LARANGAN DAN PEMBATASAN

Pasal 4
(1) Setiap orang dilarang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan,
menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan,
memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi yang secara eksplisit
memuat:
a. persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang;
b. kekerasan seksual;
c. masturbasi atau onani;
d. ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan;

e. alat kelamin; atau
f. pornografi anak.
(2) Setiap orang dilarang menyediakan jasa pornografi yang:
a. menyajikan secara eksplisit ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan
ketelanjangan;
b. menyajikan secara eksplisit alat kelamin;
c. mengeksploitasi atau memamerkan aktivitas seksual; atau
d. menawarkan atau mengiklankan, baik langsung maupun tidak langsung layanan
seksual.

2.4 UU No 22 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

BAB VII
PERBUATAN YANG DILARANG

Pasal 27
(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
yang
memiliki muatan yang melanggar kesusilaan.

(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
yang
memiliki muatan perjudian.
(3) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
yang
memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.
(4) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
yang
memiliki muatan pemerasan dan/atau pengancaman.

Pasal 28
(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang
mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.

(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan
untuk
menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat
tertentu
berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Pasal 29
Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen
Elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara
pribadi.

Pasal 30
(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer
dan/atau Sistem Elektronik milik Orang lain dengan cara apa pun.
(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer
dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk memperoleh Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.
(3) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer
dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar, menerobos, melampaui,
atau
menjebol sistem pengamanan.

Pasal 31
(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi
atau
penyadapan atas Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dalam suatu Komputer

dan/atau Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain.
(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi
atas
transmisi Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang tidak bersifat publik dari,
ke, dan
di dalam suatu Komputer dan/atau Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain, baik yang
tidak
menyebabkan perubahan apa pun maupun yang menyebabkan adanya perubahan,
penghilangan,
dan/atau penghentian Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang sedang
ditransmisikan.

(3) Kecuali intersepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), intersepsi yang
dilakukan
dalam rangka penegakan hukum atas permintaan kepolisian, kejaksaan, dan/atau institusi
penegak hukum lainnya yang ditetapkan berdasarkan undang-undang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara intersepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 32
(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun
mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan,
memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
milik
Orang lain atau milik publik.
(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun

memindahkan atau mentransfer Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik kepada
Sistem
Elektronik Orang lain yang tidak berhak.
(3) Terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang mengakibatkan
terbukanya suatu
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang bersifat rahasia menjadi dapat
diakses
oleh publik dengan keutuhan data yang tidak sebagaimana mestinya.
2.3
Pasal 33
Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan tindakan apa
pun yang
berakibat terganggunya Sistem Elektronik dan/atau mengakibatkan Sistem Elektronik
menjadi tidak
bekerja sebagaimana mestinya.

Pasal 34
(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,
menjual,
mengadakan untuk digunakan, mengimpor, mendistribusikan, menyediakan, atau memiliki:
a. perangkat keras atau perangkat lunak Komputer yang dirancang atau secara khusus
dikembangkan untuk memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai
dengan Pasal 33;
b. sandi lewat Komputer, Kode Akses, atau hal yang sejenis dengan itu yang ditujukan agar
Sistem Elektronik menjadi dapat diakses dengan tujuan memfasilitasi perbuatan
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33.
(2) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan tindak pidana jika ditujukan untuk

melakukan kegiatan penelitian, pengujian Sistem Elektronik, untuk perlindungan Sistem
Elektronik
itu sendiri secara sah dan tidak melawan hukum.

Pasal 35
Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan manipulasi,
penciptaan,
perubahan, penghilangan, pengrusakan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
dengan
tujuan agar Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik tersebut dianggap seolaholah data
yang otentik.

Pasal 36
Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 34 yang mengakibatkan
kerugian bagi
Orang lain.

Pasal 37
Setiap Orang dengan sengaja melakukan perbuatan yang dilarang sebagaimana dimaksud
dalam
Pasal 27 sampai dengan Pasal 36 di luar wilayah Indonesia terhadap Sistem Elektronik yang
berada di
wilayah yurisdiksi Indonesia.

2.5 UU No 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Pencucian Uang adalah segala perbuatan yang
memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-Undang ini.
2. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang
selanjutnya disingkat PPATK adalah lembaga
independen yang dibentuk dalam rangka mencegah dan
memberantas tindak pidana Pencucian Uang.
3. Transaksi adalah seluruh kegiatan yang menimbulkan
hak dan/atau kewajiban atau menyebabkan timbulnya
hubungan hukum antara dua pihak atau lebih.
4. Transaksi Keuangan adalah Transaksi untuk melakukan
atau menerima penempatan, penyetoran, penarikan,
pemindahbukuan, pentransferan, pembayaran, hibah,
sumbangan, penitipan, dan/atau penukaran atas
sejumlah uang atau tindakan dan/atau kegiatan lain
yang berhubungan dengan uang.

5. Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah:
a. Transaksi Keuangan yang menyimpang dari profil,
karakteristik, atau kebiasaan pola Transaksi dari
Pengguna Jasa yang bersangkutan;
b. Transaksi Keuangan oleh Pengguna Jasa yang patut
diduga dilakukan dengan tujuan untuk
menghindari pelaporan Transaksi yang
bersangkutan yang wajib dilakukan oleh Pihak
Pelapor sesuai dengan ketentuan Undang-Undang
ini;
c. Transaksi Keuangan yang dilakukan atau batal
dilakukan dengan menggunakan Harta Kekayaan
yang diduga berasal dari hasil tindak pidana; atau
d. Transaksi Keuangan yang diminta oleh PPATK
untuk dilaporkan oleh Pihak Pelapor karena
melibatkan Harta Kekayaan yang diduga berasal
dari hasil tindak pidana.
2.6 Nilai Etik
Nilai etik mempunyai arti hormat, dapat di percaya ,adil semua berkaitan dengan akhlak
kita, nilai etik pada saat ini tidak di gunakan baik oleh orang bodoh ataupun orang yang katanya
berpendidikan.
semakin majunya ilmu pengetahuan apabila tidak di barengi dengan nilai etik menjadi
musuh
manusia
banyak
korban
dari
ilmu
pengetahuan
seperti
adanya
peperangan,pengembangan,ilmu yang tidak memperhatikan lingkungan

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Bentuk Pelanggaran.
Kasus bisnis video porno online yang dilakukan Deden Martakusuma (28) menjadi
sebuah peringatan bagi semuanya bahwa dalam internet masih banyak hal-hal yang bisa merusak
moral bangsa.
Untuk itu kepolisian akan berkirim surat kepada Kementrian Komunikasi dan Informatika serta
asosiasi penyedia jasa internet meminta untuk lebih meningkatkan kontrol dan pengawasan.
"Dengan adanya kasus ini kita akan mengingatkan untuk meningkatkan pengawasan. Sejauh ini
kerjasama kami dengan kominfo dan penyedia jasa internet sudah berjalan dengan baik," kata
Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri Brigjen Pol Arief Sulistyanto di
Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (28/2/2014).
Dikatakannya penting bagaimana saat ini untuk memperketat akses internet dengan setiap orang
yang menggunakan internet bisa diketahui identitasnya supaya tidak ada identitas palsu.
"Bila identitasnya jelas, orang yang sudah mikir aneh-aneh bisa cepat ketahuan," ucapnya.
Dikatakan Arief dahulu setiap orang yang menggunakan nomor telepon seluler harus mengisi
formulir untuk mendaftarnya sehingga jelas siapa pemakainya. Dengan harga yang murah seperti
saat ini justru rentan dengan terjadinya penyalahgunaan.
"Dulu tidak ada prabayar, pascabayar semua, sehingga harus mengisi formulir. Kenapa dulu bisa,
sekarang tidak bisa? Jadi jangan hanya mementingkan bisnis, tapi keamanan bagi masyarakat
pun perlu diperhitungkan," ungkapnya.
Deden Martakusumah (28) ditangkap tim Bareskrim Polri di sebuah rumah kost-kostan yang
terletak di Jalan H Akbar Nomor 46 Kelurahan Pasir Kaliki, Kecamatan Cicendo, Bandung, Jawa
Barat sekitar sekitar pukul 03.00 WIB, Senin (24/2/2014).

Penangkapan tersebut terkait dengan bisnis online pornografi anak yang sudah dilakoninya sejak
tahun 2012. Dalam menjalankan bisnis haramnya tersebut, Deden mengelola tiga buah website
porno diantaranya nu****.com, bo*******.com, dan sa*****.co***.com yang berisi kurang
lebih 14 ribu buah video porno.
Modus yang dilakukan Deden menjajakan video porno di dunia maya adalah dengan
mendapatkan video porno dari internet, kemudian diupload di website yang dikelolanya. Dalam
website yang dikelolanya pelaku mencantumkan cara mendaftar sebagai member. Setiap member
yang mendaftar ditawarkan paket seharga Rp 30 000 sedangkan Rp 800 000 dan sebagai
konfirmasi paket, pelaku memberikan kode kepada pembeli berupa angka dibelakang harga
paket.
Dalam kasus tersebut, polisi menyita 2 buah handphone, satu buah laptop, satu buah modem, tiga
buah kartu ATM (BCA, BRI, dan MANDIRI), dan 3 buah buku tabungan (BCA, BRI dan
MANDIRI).
Terhadap Deden kepolisian menjeratnya dengan pasal 29 Undang-undang Nomor 44 Tahun 2008
tentang Pornografi dengan sanksi hukuman paling lama 12 tahun dan atau denda paling banyak
Rp 6 miliar, pasal 27 ayat (1) jo pasal 52 Undang-undang ITE dengan sanksi hukuman maksimal
8 tahun dan atau denda paling banyak Rp 1 miliar. Terhadap kedua pasal tersebut pun ditambah
1/3 dari maksimum ancaman pidana, karena pelaku melibatkan anak-anak dalam kegiatan dan
atau menjadikan anak sebagai objek.
3.2.1 Sanksi Atas Pelanggaran UU No 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi
BAB VII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 29
Setiap orang yang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan,
menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan,
memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan
paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp250.000.000,00
(dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp6.000.000.000,00 (enam miliar

rupiah).
Pasal 30
Setiap orang yang menyediakan jasa pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6
(enam) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp250.000.000,00 (dua ratus lima
puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Pasal 31
Setiap orang yang meminjamkan atau mengunduh pornografi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
Pasal 32
Setiap orang yang memperdengarkan, mempertontonkan, memanfaatkan, memiliki, atau
menyimpan produk pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
Pasal 33
Setiap orang yang mendanai atau memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 15
(lima belas) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) dan paling banyak Rp7.500.000.000,00 (tujuh miliar lima ratus juta rupiah).
Pasal 34
Setiap orang yang dengan sengaja atau atas persetujuan dirinya menjadi objek atau model
yang mengandung muatan pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 35
Setiap orang yang menjadikan orang lain sebagai objek atau model yang mengandung
muatan pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau pidana denda
paling sedikit Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah).
Pasal 36
Setiap orang yang mempertontonkan diri atau orang lain dalam pertunjukan atau di muka
umum yang menggambarkan ketelanjangan, eksploitasi seksual, persenggamaan, atau
yang bermuatan pornografi lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
3.2.2 Atas Pelanggaran UU No 22 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi
Elektronik
BAB XI
KETENTUAN PIDANA

Pasal 45
(1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), ayat (2),
ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
12
(2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) atau ayat
(2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(3) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dipidana dengan

pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

Pasal 46
(1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).

Pasal 47
Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) atau ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).

Pasal 48
(1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
(2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun dan/atau denda paling banyak

Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
(3) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 49
Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, dipidana dengan
pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh
miliar rupiah).

Pasal 50
Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) dipidana
dengan
pidana penjara paling
Rp10.000.000.000,00

lama

10

(sepuluh)

tahun

dan/atau

denda

paling

banyak

(sepuluh miliar rupiah).

Pasal 51
(1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah).
(2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah).

Pasal 52
(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) menyangkut
kesusilaan
atau eksploitasi seksual terhadap anak dikenakan pemberatan sepertiga dari pidana pokok.
13
(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 sampai dengan Pasal 37
ditujukan
terhadap Komputer dan/atau Sistem Elektronik serta Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik milik Pemerintah dan/atau yang digunakan untuk layanan publik dipidana dengan
pidana pokok ditambah sepertiga.
(3) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 sampai dengan Pasal 37
ditujukan
terhadap Komputer dan/atau Sistem Elektronik serta Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik milik Pemerintah dan/atau badan strategis termasuk dan tidak terbatas pada lembaga
pertahanan, bank sentral, perbankan, keuangan, lembaga internasional, otoritas penerbangan
diancam dengan pidana maksimal ancaman pidana pokok masing-masing Pasal ditambah dua
pertiga.
(4) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 37
dilakukan oleh korporasi dipidana dengan pidana pokok ditambah dua pertiga.

3.2.3 Atas Pelanggaran UU No 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang
BAB II
TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Pasal 3
Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan,
membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan,
membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan
dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain
atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta
Kekayaan dipidana karena tindak pidana Pencucian Uang
dengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah).

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dalam makalah ini penulis dapat menyimpulkan bahwa masih masih ada pelanggaran
atas UU No 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi, UU No 22 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan
Transaksi Elektronik, UU No 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang dan Nilai Etik. Namun instansi yang terkait telah mencantumkan sanksi
pidana maupun perdata dalam undang-undang tersebut di atas, dan di bantu oleh jajaran
kepolisian RI dalam mengungkap kasus penjualan vidio porno melalui binis online.
4.2 Saran
Dalam makalah ini penulis memberikan saran sebagai berikut :
a. para pemilik bisnis online seharusnya lebih memahami, mengerti kemudian menerapkan
peraturan yang memang sudah di tetapkan.
b. kemkominfo seharusnya berusaha lebih kuat lagi dalam menertibkan bisnis online yang
memang melanggar ketaentuan yang ada.
c. orang tua hendaknya lebih memprhatikan serta mengawasi anaknya ketika sedang
menjelajahi situs internet.
d. masyarakat hendaknya segera melaporkan situs terkait apabila memang terdapat kontenkonten-konten yang tidak sesuai atau melanggar ketentuan.

DAFTAR PUSTAKA
http://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3880/
Kemkominfo+Apresiasi+Kepolisian+RI+Ungkap+Kasus+Bisnis+Online+Video+Porno+A
nak/0/berita_satker#.U5raP_mSya8
http://www.tribunnews.com/nasional/2014/03/01/polri-soal-kasus-video-porno-online-penyediajasa-internet-jangan-pentingkan-bisnis-saja
http://www.bi.go.id/id/perbankan/prinsip-mengenal
nasabah/Documents/UU_RI_Nomor_8_Tahun_2010.PDF
file:///C:/Users/bukhoripb/Downloads/Undang-Undang-tahun-2008-44-08.pdf
http://www.pojokwebsite.com/tentang-bisnis-online.html
http://www.kemenag.go.id/file/dokumen/UU1108.pdf