TUGAS KELOMPOK BTA MEMBUAT MAKALAH PEMBE

TUGAS KELOMPOK BTA
MEMBUAT MAKALAH PEMBELAJARAN VIII
TENTANG “KEWAJIBAN MENUTUP AURAT”

KELOMPOK : 4
ANGGOTA : 1. ANDREA JEANE ELQUITA
2. ERNITA MALIGAYA
3. FADHIL HILMI
4. FARSYA HERIAWATI SABIRA
5. FAUZATUL HELMIYAH
6. NESSA DWI KAUSARI
7. NORMALYA SARI
8. PAMA PUTERY PERSADA
9. SHALSABILA PUTRI

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
SMA NEGERI 5 BANJARMASIN TAHUN
PELAJARAN 2017/2018

A. PENGERTIAN AURAT

Aurat diambil dari bahasa Arab, Aurah artinya “an naqsu” atau keaiban. Menurut istilah fiqih,
aurat adalah bagian tubuh seseorang yang wajib ditutupi dari pandangan. Dalam islam,
terdapat beberapa keadaan dimana masyarakat islam dibenarkan membuka aurat tetapi hanya
pada orang-orang tertentu (mahram) dan dalam keadaan tertentu (darurat).

B. KEWAJIBAN MENUTUP AURAT

Aurat adalah suatu angggota badan yang tidak boleh di tampakkan dan di perlihatkan oleh
lelaki atau perempuan kepada orang lain.
Menutup aurat hukumnya wajib sebagaimana kesepakatan para ulama berdasarkan firman
Allâh swt:

‫إين ل إزي َن َتهُنل َ إإ لل‬
‫ُوج ْهُنل َو َل َ َُي ْبد‬
‫اره َإنل ٰ َو َيحْ َف ْظ َن فُر‬
‫ص‬
‫ضُضْ َن إم ُنْ أَ ْب‬
‫ت َي ْْغ‬
‫َمواقُ ْل َظل ْإلهمر ُْؤم إ ْمن َنهاا ۖ إ‬
َ

َ
َ
‫إ‬
َ
ْ‫ض‬
‫ُوب إهنل ۖ َ َول ُي َبد‬
‫ي‬
‫ج‬
ُ
‫ى‬
‫ل‬
‫ع‬
‫ه‬
‫ُر‬
‫م‬
‫خ‬
‫ب‬
‫ْن‬
‫ب‬
‫ر‬

‫ي‬
‫ل‬
‫و‬
‫إين ْ إزينتهُنل َ ْ إإل لإ ُبعُولت إإهنل‬
‫إنل‬
َ
َ
َ
َ
َ
‫َأَ ْ ْو آ َبا َئ إ َإهنل إ َ ْأَ َ ْو آ َبا إء َ ُب َعُو إ َلت إإهنل إ َأَ ْ ْو أَ إ ْب َنائ إإهنل َأَ ْ ْو أَ ْب َنا إءإ َ َ ُبع ُْول َت ْ إإهنل ُ أ ْو إإ َخ َوانل إإهنل أو َب َنإي‬
ُ
‫ت ٰأي َمانهُنل أو التابعإين غيْر أولإي‬
‫إإ ْخ َوان إإهنل أو َبنإي أخ َ َوات إإهنل ّ ْ أو ن ل َإسائ إإه َنل أ ْو َما َملك‬
َ
‫ت إ َال ّن َسا ْإ إء ۖ ْ َ َ ُو َل َي إ َضْ ل إ ُرب َْن‬
‫ى َع ْو َرا‬
‫ل‬
‫ع‬
‫إين لم َيظ َهرُوا‬

‫إ‬
َ
َ ‫اليأ ُْخإوف الطفل الذ‬
َ ّ‫الرْرْ َبُجلإةإه م َإن الر‬
‫جما إ‬
‫ون ل َعلك ْم‬
َ ‫ا َجمإيعًا أ ّي َه المُؤ إمن‬
‫إين إم إنْ إزي َنت إإهنل ْ ۚ َو ُتوبُوا إإ َلى ل إ‬
َ
َ ‫ُوننل لإيُعْ َل َم‬
‫ُإبت ْأ َف إلإح َإ‬

Artinya : Katakanlah kepada orang laki–laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan
pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, sesungguhnya Allâh maha mengatahui apa yang mereka perbuat.” Katakanlah
kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)
nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan
janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau
ayah suami mereka, atau putera–putera mereka, atau putera–putera suami mereka, atau

saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau puteraputera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka
miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita)
atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah
kamu sekalian kepada Allâh, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”. [anNûr/24:31]

Kandungan Q.S. an-Nur/24:31
Dalam ayat ini, Allah Swt. berfirman kepada seluruh hamba-Nya yang mukminah agar
menjaga kehormatan diri mereka dengan cara menjaga pandangan, menjaga kemaluan, dan
menjaga aurat. Dengan menjaga ketiga hal tersebut, dipastikan kehormatan mukminah akan
terjaga. Ayat ini merupakan kelanjutan dari perintah Allah Swt. kepada hamba-Nya yang
mukmin untuk menjaga pandangan dan menjaga kemaluan. Ayat ini Allah Swt. khususkan
untuk hamba-Nya yang beriman, berikut penjelasannya.

Pertama, menjaga pandangan. Pandangan diibaratkan “panah setan” yang siap ditembakkan
kepada siapa saja. “Panah setan” ini adalah panah yang jahat yang merusakan dua pihak
sekaligus, si pemanah dan yang terkena panah. Rasulullah saw. juga bersabda pada hadis
yang lain, “Pandangan mata itu merupakan anak panah yang beracun yang terlepas dari busur
iblis, barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada Allah Swt., maka Allah Swt. akan
memberinya ganti dengan manisnya iman di dalam hatinya.” (Lafal hadis yang disebutkan

tercantum dalam kitab Ad-Da’wa Dawa’ karya Ibnul Qayyim).
Panah yang dimaksud adalah pandangan liar yang tidak menghargai kehormatan diri sendiri
dan orang lain. Zina mata adalah pandangan haram. Al-Qurān memerintahkan agar menjaga
pandangan ini agar tidak merusak keimanan karena mata adalah jendela hati. Jika matanya
banyak melihat maksiat yang dilarang, hasilnya akan langsung masuk ke hati dan merusak
hati. Dalam hal ketidaksengajaan memandang sesuatu yang haram, Rasulullah saw. bersabda
kepada Ali ra., “Wahai Ali, janganlah engkau mengikuti pandangan (pertama yang tidak
sengaja) dengan pandangan (berikutnya), karena bagi engkau pandangan yang pertama dan
tidak boleh bagimu pandangan yang terakhir (pandangan yang kedua)” (H.R. Abu Dawud
dan At-Tirmidzi, di-hasan-kan oleh Syaikh al-Albani).
Kedua, menjaga kemaluan. Orang yang tidak bisa menjaga kemaluannya pasti tidak bisa
menjaga pandangannya. Hal ini karena menjaga kemaluan tidak akan bisa dilakukan jika
seseorang tidak bisa menjaga pandangannya. Menjaga kemaluan dari zina adalah hal yang
sangat penting dalam menjaga kehormatan. Karena dengan terjerumusnya ke dalam zina,
bukan hanya harga dirinya yang rusak, orang terdekat di sekitarnya seperti orang tua, istri/
suami, dan anak akan ikut tercemar. “Dan, orang-orang yang memelihara kemaluannya.
Kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki. Maka
sesungguhnya, mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang sebaliknya,
mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.” (Q.S. al-Ma’ārij/70:29-31)
Allah Swt. sangat melaknat orang yang berbuat zina, dan menyamaratakannya dengan orang

yang berbuat syirik dan membunuh. Sungguh, tiga perbuatan dosa besar yang amat sangat
dibenci oleh Allah Swt. Firman-Nya: “Dan, janganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya,
zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Q.S. alIsrā’/17:32).
Ketiga, menjaga batasan aurat yang telah dijelaskan dengan rinci dalam hadis-hadis Nabi.
Allah Swt. memerintahkan kepada setiap mukminah untuk menutup auratnya kepada mereka
yang bukan mahram, kecuali yang biasa tampak dengan memberikan penjelasan siapa saja
boleh melihat. Di antaranya adalah suami, mertua, saudara laki-laki, anaknya, saudara
perempuan, anaknya yang laki-laki, hamba sahaya, dan pelayan tua yang tidak ada hasrat
terhadap wanita.
Di samping ketiga hal di atas, Allah Swt. menegaskan bahwa walaupun auratnya sudah
ditutup namun jika berusaha untuk ditampakkan dengan berbagai cara termasuk dengan
menghentakkan kaki supaya gemerincing perhiasannya terdengar, hal itu sama saja dengan
membuka aurat. Oleh karena itu, ayat ini ditutup dengan perintah untuk bertaubat karena
hanya dengan taubat dari kesalahan yang dilakukan dan berjanji untuk mengubah sikap, kita
akan beruntung.

Selain, Q.S. an-Nur/24:31, Allâh Swt. juga berfirman :

ّ‫َيا ْ َبنُسْإي آدَ َم ُخ ُذوا إزي َن َت ُك ْم عإ ْندَ ُك ّل َمسْ إج ٍد َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َو َل ُتسْ إرفُوا ۚ إإ لن ُه َل ُيحإب‬
‫إين‬

َ ‫الم إرف‬

Artinya : “Wahai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid,
makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allâh tidak menyukai
orang-orang yang berlebihan”. [al-A’râf/7:31]
Sebab turunnya ayat ini sebagaimana yang di sebutkan dalam Shahîh Muslim dari Ibnu
Abbâs Radhiyallahu anhuma, beliau berkata:

ُ ‫ت ْال َمرْ أَةُ َت‬
ْ ‫إي عُرْ َيا َن ٌة … َف َن َز َل‬
ْ ‫َكا َن‬
‫ت َه إذ إه ْال َي ُة ُخ ُذوا إزي َن َت ُك ْم عإ ْن َد‬
‫طوفُ إب ْال َب ْي إ‬
َ ‫ت َوه‬
‫ُك ّل َمسْ إج ٍد‬

Dahulu para wanita tawaf di Ka’bah tanpa mengenakan busana … kemudian Allâh
menurunkan ayat :

‫َيا َبنإي آدَ َم ُخ ُذوا إزي َن َت ُك ْم عإ ْندَ ُك ّل َمسْ إج ٍد‬


Artinya : “Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
masjid…”[HR. Muslim, no. 3028]
Bahkan Allâh SWT memerintahkan kepada istri-istri nabi dan wanita beriman untuk menutup
aurat mereka sebagaimana firman-Nya :

‫ك‬
‫إك َ لو‬
‫َي َا ْ أََ ّي ٰ َها َنْال لن إبُعْيّ ْقُ ْل‬
َ ‫إين َع َلي إْهنل إمنْ َج َل إب إيب إهنل ۚ ٰ َذلإ‬
َ ‫إينًا ي ُْدن‬
َ‫ان َإس َغافُ إءورً ْالام ُْؤر إمنحإيم‬
َ‫ك ۗ َو َبو َناَكتان‬
َ‫ن إ َفلَ َ ْلزيَ ْوُؤا َذ إجيْن‬
َ
َ ‫أدنى أ ي َرف‬
ُ َ َ َ
Artinya : “Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan
isteri-isteri orang Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka !” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka

tidak di ganggu. dan Allâh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
[al-Ahzâb/33:59]

Kandungan Q.S. al-Ahzāb/33:59
Dalam ayat ini, Rasulullah saw. diperintahkan untuk menyampaikan kepada para istrinya dan
juga sekalian wanita mukminah termasuk anak-anak perempuan beliau untuk memanjangkan
jilbab mereka dengan maksud agar dikenali dan membedakan dengan perempuan non
mukminah. Hikmah lain adalah agar mereka tidak diganggu. Karena dengan mengenakan
jilbab, orang lain mengetahui bahwa dia adalah seorang mukminah yang baik.
Pesan al-Qur’ān ini datang menanggapi adanya gangguan kafir Quraisy terhadap
para mukminah terutama para istri Nabi Muhammad saw. yang menyamakan mereka dengan
budak. Karena pada masa itu, budak tidak mengenakan jilbab. Oleh karena itulah, dalam
rangka melindungi kehormatan dan kenyamanan para wanita, ayat ini diturunkan.

Islam begitu melindungi kepentingan perempuan dan memperhatikan kenyamanan mereka
dalam bersosialisasi. Banyak kasus terjadi karena seorang individu itu sendiri yang tidak
menyambut ajakan al-Qur’ān untuk berjilbab. Kita pun masih melihat di sekeliling kita,
mereka yang mengaku dirinya muslimah, masih tanpa malu mengumbar auratnya. Padahal

Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya rasa malu dan keimanan selalu bergandengan

kedua-duanya. Jika salah satunya diangkat, maka akan terangkat kedua-duanya.” (Hadis
Sahih berdasarkan syarah Syeikh Albani dalam kitab Adabul Mufrad)

C. ADAB BERPAKAIAN DALAM ISLAM
- ADAB BERPAKAIAN LAKI-LAKI DALAM ISLAM
1. Wajib Menutup Aurat
Menutup aurat merupakan adab mulia yang diperintahkan dalam agama islam. Bahkan,
seseorang dilarang melihat aurat orang lain, karena hal tersebut dapat menimbulkan
kerusakan,
dimana
syariat
menutup
semua
celah
terjadinya
kerusakan.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seorang laki-laki melihat
aurat laki-laki lainnya. ….” (HR. Muslim, 338) Jumhur ulama mengatakan bahwa aurat lakilaki ialah dari lutut hingga pusar.
2. Mengenakan Pakaian Sederhana
Hendaknya seorang muslim meninggalkan pakaian mewah dan mahal. Hal ini dapat
menjauhkannya dari sifat sombong, dan menjadikannya dekat dengan orang-orang sederhana
dan miskin. Selain itu, Allah akan menjauhkannya dari sifat suka berfoya-foya, serta perasaan
iri dan dengki dari sesama muslim. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa meninggalkan suatu pakaian dengan niat tawadhu’ karena Allah, sementara ia
sanggup mengenakannya, maka Allah akan memanggilnya pada hari kiamat di hadapan
seluruh makhluk, lantas ia diperintahkan untuk memilih perhiasan iman mana saja yang ingin
ia pakai.” (HR. Ahmad, dan Tirmidzi, lihat Silsilatul Ahaadist ash-Shahiihah : 718)
3. Memulai Dari Sebelah Kanan
Ummul mukminin, ‘Aisyah ra berkata, “Rasulullah Saw suka mendahulukan bagian kanan
daripada bagian yang kiri ketika mengenakan sandal, bersisir, bersuci, dan dalam semua
urusannya (yang mulia).” (Muttafaqun ‘alaih)
Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Kaidah dalam syariat bahwasanya
disunnahkan memulai dengan kanan dalam semua urusan yang berkaitan dengan kemuliaan
dan keindahan. ” (Syarh Muslim : 1/3/160)
4. Memakai Pakaian Putih
Pakaian berwarna putih lebih baik dari pakaian berwarna lain, walaupun itu tidak
terlarang. Rasulullah SAW bersabda, “Pakailah pakaian berwarna putih, karena pakaian
berwana putih lebih suci dan lebih baik. Kafankanlah jenazah kalian dengan kain putih” (HR.
Ahmad, an-Nasaa’i, dan selain keduanya, lihat Shahiihul Jaami’ : 1235)

5. Tidak Mengenakan Pakaian Syuhrah (Sensasional)

Dikatakan pakaian syuhrah karena pakaian tersebut membuat pemakainya menjadi pusat
perhatian, baik karena jenis pakaian tersebut sangat mewah, atau sangat berbeda dengan
kebanyakan orang, atau pakaian tersebut sudah sangat lusuh dan compang-camping, atau
pakaian tertentu yang dipakai agar menjadi terkenal.
Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa memakai pakaian syuhrah, maka Allah akan
memakaikan pakaian yang serupa pada hari kiamat nanti. Kemudian, dalam pakaian tersebut
akan dinyalakan api Neraka.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah, lihat Shahiihul Jaami’ :
6526)
6. Tidak Memanjangkan Pakaian Hingga Melewati Mata Kaki (Isbal)
Hadis-hadis yang melarang isbal (bagi laki-laki) sangat banyak, bahkan mencapai batas
hadis mutawatir maknawi. Rasulullah SAW Bersabda : “Tiga macam orang yang pada hari
kiamat nanti Allah tidak akan mengajak bicara, tidak melihat mereka, tidak menyucikan
mereka, dan bagi mereka adzab yang pedih.” Kemudian beliau melanjutkan, “(Yaitu) musbil
(orang yang isbal), mannaan (orang yang mengungkit-ungkit pemberian), dan orang yang
melariskan barang dagangannya dengan sumpah palsu.” (HR. Abu Dawud, dan dishahihkan
oleh al-Albaaniy)
7. Tidak Memakai Emas dan Pakaian sutra
Emas dan pakaian sutra haram dipakai oleh kaum laki-laki, tetapi boleh bagi kaum wanita.
Rasulullah Saw bersabda, “Emas dan sutra dihalalkan bagi kaum wanita dari umatku, dan
diharamkan bagi kaum laki-laki.” (HR. Ahmad dan Nasaa’i, lihat Shahiihul Jaami’ : 209)
8. Tidak Menyerupai Pakaian Orang Kafir
Diantara sikap yang seharusnya dimiliki seorang muslim ialah berusaha menyelisihi setiap
urusan orang-orang Yahudi, Nashrani, dan orang-orang Musyrik (hindu, budha, dan
selainnya). Penyelisihan ini mencakup juga penyelisihan dalam hal berpakaian.
Rasulullah SAW, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan
mereka.” (HR. Abu Dawud, Syakh al-Albani mengatakan, “hasan shahiih”)
9. Tidak Menyerupai Wanita
Disadari atau tidak, perkara ini telah tersebar di zaman sekarang ini. Kita banyak
mendapatkan sebagian pemuda yang menyerupai kaum wanita dalam berpakaian, berhias,
dan memilih warna. Padahal, perkara itu merupakan perkara yang dilaknat oleh Allah
Ta’ala. Rasulullah SAW bersabda, “Allah melaknat wanita yang menyerupai laki-laki, dan
laki-laki yang menyerupai wanita.” (HR. Bukhari 5885)
10. Bersyukur dan Mengamalkan Doa-Doa Yang Berkaitan Dengannya
Segala kenikmatan yang diperoleh oleh seseorang merupakan karunia dari
Allah Ta’ala semata. Demikian juga dengan pakaian, dimana hal tersebut merupakan
kenikmatan yang sangat agung, juga merupakan karunia dari Allah Ta’ala.
Dia Ta’ala berfirman yang artinya, “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan
kepada kalian pakaian untuk menutupi aurat kalian dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan
pakaian takwa itulah yang lebih baik. … ” (QS. al-A’raf : 26)

- ADAB BERPAKAIAN WANITA DALAM ISLAM
1. Wajib Menutup Aurat
Seluruh tubuh wanita adalah aurat terkecuali wajah dan telapak tangan serta ujung jari-jari
tangannya saja. Pakaian yang panjang dan kerudung yang menjuntai sampai menutupi dada
adalah salah satu pakaian yang dianjurkan dalam Islam. Bahkan tidak jarang para wanita
memakai cadar untuk menutupi wajahnya dan hanya menyisakan bagian matanya saja yang
terbuka karena bagian wajah wanita pun dapat memicu timbulnya syahwat negatif pada lakilaki yang intens memandangnya secara langsung dalam waktu yang lama.
2. Menggunakan Pakaian Yang Longgar
Menggunakan pakaian yang longgar adalah salah satu upaya untuk menutup aurat juga,
karena menutup aurat tidak hanya soal menutupi bagian tubuhnya saja akan tetapi juga
menyamarkan lekuk tubuh sehingga lekuk tubuh kita tidak tercetak pada pakaian ketat yang
kita pakai. Untuk itu Islam mengharuskan wanita memakai pakaian yang longgar. Selain itu
dalam dunia kesehatan juga menganjurkan pakaian yang longgar agar kulit tubuh kita
memiliki ruang gerak yang leluasa serta ruang napas bagi kulit kita.
3. Menghindari Pakaian Syuhroh
Pakaian yang syuhroh adalah pakaian yang terlalu menarik perhatian banyak orang, baik itu
terlalu mewah atau terlalu tidak layak pakai ataupun pakaian yang tidak menyesuaikan
dengan waktu dan tempat.
Dari Abdullah bin ‘Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa mengenakan pakaian syuhroh di dunia, niscaya Allah akan mengenakan
pakaian kehinaan padanya pada hari kiamat, kemudian membakarnya dengan api
neraka.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)
4. Menggunakan Pakaian Yang Sederhana
Dalam hal kesederhanaan pakaian dan penampilan, baik laki-laki maupun perempuan samasama dianjurkan untuk menerapkannya. Karena pakaian yang terlalu mencolok akan lebih
menarik perhatian pandangan laki-laki serta menimbulkan ‘fitnh’ lain seperti rasa minder, iri,
dengki, sombong bahkan takabur baik pada pemakainya atau orang yang melihatnya.
5. Menggunakan Pakaian Berbahan Tebal (Tidak Tansparan)
Menutup aurat bukan hanya soal menutupi bagian tubuhnya saja tapi juga menyamarkan
lekuk tubuh agar tidak tercetak pada pakaian yang transparan atau ketat. Walaupun
pakaiannya longgar namun jika bahannya tipis dan transparan maka lekuk tubuh akan tetap
terlihat secara samar. Oleh karena itu seorang wanita harus pandai dan bijak dalam memilih
pakaian yang akan dikenakannya dengan memilih bahan yang tepat dan tidak transparan.

Dalam sebuah hadits shohih, Rasulullah SAW bersabda:

“Dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat, yaitu : Suatu kaum yang
memiliki cambuk, seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan para wanita berpakaian tapi
telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring, wanita seperti
itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium
selama perjalanan ini dan ini.” (HR.Muslim).
6. Menghindari Pakaian Yang Menyerupai Laki-Laki
Islam sangat tegas dalam hal ini bahwa perempuan tidak diperkenankan mengenakan pakaian
atau berpenampilan seperti laki-laki, begitupun sebaliknya. Hal ini telah dijelaskan dalam
hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra “Rasulullah SAW akan melaknat pria yang
memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian pria.”
Kamudian Ibnu Abbas ra juga berkata:
“Rasulullah melaknat kaum pria yang menyerupai kaum wanita dan kaum wanita yang
menyerupai kaum pria.” (HR. Bukhari)
7.Menghindari Pakaian Yang Menyerupai Seorang Kafir
Pakaian wanita muslim jelas akan sangat berbeda dengan pakaian mereka yang kafir maupun
beragama lain, pengaturan Islam dalam hal pakaian tidak hanya mengedepankan soal fashion
atau fungsi dari pakaian yang dikenakan oleh seseorang tapi lebih dari pada itu, yakni aurat
dan segala ‘fitnah’ yang mungkin bisa ditimbulkan dari tubuh seorang manusia.
8. Tidak Menggunakan Wangi-Wangian
Islam tidak memperkenankan wanita muslim untuk menggunakan wangi-wangian pada saat
keluar rumah. Tanpa menggunakan wewangian pun wanita sudah bisa menimbulkan banyak
‘fitnah’ apalagi jika ia menggunakan wewangian, wangi harum yang tercium oleh laki-laki
dapat menarik perhatian lebih bahkan bisa membangkitkan gairah atau hawa nafsu untuk
sekedar iseng menggoda atau bahkan melakukan hal negatif yang lebih berbahaya dan
merendahkan wanita tersebut.
Sebuah hadis Dari Abu Musa Al Asy’ary menjelaskan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
“Perempuan mana saja yang memakai wewangian, lalu melewati kaum pria agar mereka
mendapatkan baunya, maka ia adalah wanita pezina.” (HR. An Nasa’i, Abu Daud, Tirmidzi
dan Ahmad).
9. Menghindari Pakaian Yang Berhias
Pakaian yang dihiasi dengan berbagai warna dan gambar tidak dianjurkan bagi wanita
muslimah telebih jika gambar tersebut adalah gambar makhluk hidup yang memiliki ruh
secara mutlak seperti binatang dan manusia. Selain itu gambar-gambar atau tulisan yang
dapat menimbulkan perpecahan dan perperangan juga tidak di perkenankan dalam Islam
seperti lambang parta politik atau tulisan yang mengandung unsur sara atau lainnya.

10. Menghindari Bertabarruj
Tabarruj adalah perilaku buruk wanita yang justru menunjukkan apa yang harus ditutupi
dengan memanfatkan jilbab yang digunakannya dengan memperlihatkan mahkota, perhiasan
dan kecantikannya serta segala sesuatu yang ada dalam tubuhnya yang mestinya ditutup di
balik jilbabnya karena hal itu dapat menggoda kaum lelaki.

D. BATASAN BATASAN AURAT
1. Aurat Sesama Lelaki
Terjadi perbedaan pendapat di kalangan para Ulama tentang batasan aurat sesama lelaki, baik
dengan kerabat atau orang lain. Pendapat yang paling kuat dalam hal ini adalah pendapat
jumhur Ulama yang mengatakan bahwa aurat sesama lelaki adalah antara pusar sampai lutut.
Artinya pusar dan lutut sendiri bukanlah aurat sedangkan paha dan yang lainnya adalah aurat.
2. Aurat Lelaki Dengan Wanita
Jumhur Ulama sepakat bahwasanya batasan aurat lelaki dengan wanita mahramnya ataupun
yang bukan mahramnya sama dengan batasan aurat sesama lelaki. Tetapi mereka berselisih
tentang masalah hukum wanita memandang lelaki. Pendapat yang paling kuat dalam masalah
ini ada dua pendapat.
Pendapat pertama, Ulama Syafiiyah berpendapat bahwasanya tidak boleh seorang wanita
melihat aurat lelaki dan bagian lainnya tanpa ada sebab. Dalil mereka adalah keumuman
firman Allâh SWT:

‫ار ِه ّن‬
َ ‫ت يَ ْغضُضْ َن ِم ْن أَب‬
ِ ‫َوقُلْ لِ ْل ُم ْؤ ِمنَا‬
ِ ‫ْص‬
Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya. [anNûr/24:31]
Dan mereka juga berdalil dengan qiyas: yaitu sebagaimana di haramkan para lelaki melihat
wanita seperti itu pula di haramkan para wanita melihat lelaki.
Pendapat yang kedua, adalah pendapat Ulama di kalangan mazhab Hambali, boleh bagi
wanita melihat pria lain selain auratnya. Mereka berdalil dengan sebuah hadits yang di
riwayatkan oleh Aisyah RA, dia berkata :

ُ ‫رأَي‬
‫ُون‬
َ ‫ َوأَنَا أَ ْنظُ ُر إِلَى ْال َحبَ َش ِة يَ ْل َعب‬، ‫صلّى اُ َعلَ ْي ِه َو َسلّ َم يَ ْستُ ُرنِى بِ ِر َدائِ ِه‬
َ ‫ى‬
ّ ِ‫ْت النّب‬
ّ‫اريَ ِة ْال َح ِديثَ ِة ال ّسن‬
َ ‫ َحتّى أَ ُك‬، ‫ْج ِد‬
ِ ‫فِى ْال َمس‬
ِ ‫ فَا ْق ُدرُوا قَ ْد َر ْال َج‬، ‫ون أَنَا الّ ِذى أَسْأ َ ُم‬
‫يص ِة َعلَى اللّه ِْو‬
َ ‫ْال َح ِر‬
Aku melihat Nabi Saw menutupiku dengan pakaiannya, sementara aku melihat ke arah
orang-orang Habasyah yang sedang bermain di dalam Masjid sampai aku sendirilah yang
merasa puas. Karenanya, sebisa mungkin kalian bisa seperti gadis belia yang suka bercanda
[HR. Al-Bukhâri, no.5236; Muslim, no.892 dan yang lainnya]

3. Aurat Lelaki Dihadapan Istri

Suami adalah mahram wanita yang terjadi akibat pernikahan, dan tidak ada perbedaan
pendapat di kalangan para Ulama bahwasanya seorang suami atau istri boleh melihat seluruh
anggota tubuh pasangannya.
Adapun
hal ini
َ
َ
َ berdasarkan keumuman
ُ firman Allâh Swt

ُ‫إين ُ ُه ْم لإف‬
ْ ‫﴾ إإ لل َع َل ٰى أ ْز َوا إج إه ْم أ ْو َما َم َل َك‬٢٩﴿ ‫ون‬
‫ت أ ْي َما ُن ُه ْم َفإإ لن ُه ْم‬
َ ‫إينرُو إج إه ْم َحافإظ‬
َ ‫َ َوغ ْايلل ُذر‬
‫م‬
‫و‬
‫ل‬
‫م‬
َ
َ

Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau
budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tidak tercela. [alMa’ârij/70:29-30]
4. Aurat Wanita Dihadapan Para Lelaki Yang Bukan Mahramnya
Diantara sebab mulianya seorang wanita adalah dengan menjaga auratnya dari pandangan
lelaki yang bukan mahramnya. Oleh kerena itu agama Islam memberikan rambu-rambu
batasan aurat wanita yang harus di tutup dan tidak boleh ditampakkan. Para Ulama sepakat
bahwa seluruh anggota tubuh wanita adalah aurat yang harus di tutup, kecuali wajah dan
telapak tangan yang masih diperselisihkanoleh para Ulama tentang kewajiban menutupnya.
Dalil tentang wajibnya seorang wanita menutup auratnya di hadapan para lelaki yang bukan
mahramnya
adalah firman Allâh Swt:
ٰ
َ
َ

‫ك‬
‫إك َ لونإساء ْالم ُْؤمن‬
َ ‫إين َع َلي إْهنل إمنْ َج َل إب إيب إهنل ۚ َذلإ‬
َ ‫إينًا ي ُْدن‬
َ ‫ك ۗ َو َبو َناَكت‬
َ ‫َيا أ ّي َها ال لنبيّ قُ ْل ل ْز َواج‬
‫اُ َ َغفُ إورً ا َر إحإي َم‬
‫ان‬
َ َ ‫أَ ْد َن ٰى أَنْ ي إُعْ َر ْف َن إ َف َلي ُْؤ َذ إي َْن‬
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang
Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu.
dan Allâh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [al-Ahzâb/33:59]
5. Aurat Wanita Di depan Mahramnya
Mahram adalah seseorang yang haram di nikahi kerena adanya hubungan nasab, kekerabatan
dan persusuan. Pendapat yang paling kuat tentang aurat wanita di depan mahramnya yaitu
seorang mahram di perbolehkan melihat anggota tubuh wanita yang biasa nampak ketika dia
berada di rumahnya seperti kepala, muka, leher, lengan, kaki, betis atau dengan kata lain
boleh melihat anggota tubuh yang terkena air wudhu. Hal ini berdasarkan keumuman ayat
dalam surah an-Nûr, ayat ke-31, insyaAllâh akan datang penjelasannya pada batasan aurat
wanita dengan wanita lainnya. Dan hadist Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, beliau
Radhiyallahu anhuma berkata :

‫صللى اُ َع َل ْي إه َو َسلل َم َج إم ْيعًا‬
‫ان الرّ َجا ُل وال ّن َسا ُء َي َت َو ل‬
َ ‫ا‬
‫ان َرس ُْو إل إ‬
َ ‫َك‬
‫ض ُئ ْو َن إفيْ َز َم إ‬

Dahulu kaum lelaki dan wanita pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan
wudhu’ secara bersamaan [HR. Al-Bukhâri, no.193 dan yang lainnya]
6. Aurat Wanita Di Depan Wanita Lainnya
Terjadi perbedaan pendapat di kalangan para Ulama tentang aurat wanita yang wajib di tutup
ketika berada di depan wanita lain. Ada dua pendapat yang masyhûr dalam masalah ini :
• Sebagian ahli ilmu berpendapat bahwa aurat wanita di depan wanita lainnya seperti aurat
lelaki dengan lelaki yaitu dari bawah pusar sampai lutut, dengan syarat aman dari fitnah dan
tidak menimbulkan syahwat bagi orang yang memandangnya.
• Batasan aurat wanita dengan wanita lain, adalah sama dengan batasan sama mahramnya,
yaitu boleh memperlihatkan bagian tubuh yang menjadi tempat perhiasan, seperti rambut,

leher, dada bagian atas, lengan tangan, kaki dan betis. Dalilnya adalah keumuman ayat dalam
surah an-Nûr, ayat ke-31.

E. GOLONGAN MAHRAM BAGI LAKI-LAKI DAN WANITA
1. Golongan Mahram Bagi Wanita
- Suami
- Ayah kandung
- Ayah mertua
- Anak laki-laki
- Anak laki-laki dari suami (anak tiri)
- Saudara laki-laki
- Anak laki-laki dari saudara laki-laki
- Anak laki-laki dari saudara perempuan
- Wanita Islam yang berakhlak baik
- Hamba sahaya laki-laki yang dimiliki
- Khadam (pembantu laki-laki) yang sudah tidak syahwat kepada wanita
- Anak laki-laki yang bukan mahram, tetapi belum mumayyiz
- Anak laki-laki susuan
- Saudara sesusu
- Menantu laki-laki
2. Golongan Mahram Bagi Laki-Laki
- Istri
- Ibu kandung
- Ibu mertua
- Anak perempuan
- Anak perempuan dari istri (anak tiri)
- Saudara perempuan
- Anak perempuan dari saudara laki-laki
- Anak perempuan dari saudara perempuan
- Laki-laki Islam yang berakhlak tinggi
- Hamba perempuan yang dimiliki
- Khadimah (pembantu perempuan)
- Anak-anak perempuan yang bukan mahram, tetapi belum mumayyiz
- Saudara sesusu
- Ibu susuan
- Menantu perempuan

F. MANFAAT MENUTUP AURAT
Ada banyak manfaat yang didapat dari menutup aurat. Menutup aurat yang baik adalah
dengan menggunakan pakaian yang tidak memperlihatkan kulit bagian aurat, bentuk tubuh
yang menarik bagi lawan jenis, tidak tembus pandang, tidak menarik perhatian, dan yang
pasti nyaman dipakai. Untuk laki-laki menutup aurat dari pusat sampai ke lutut. Sedangkan
perempuan hanya boleh memperlihatkan wajah dan telapak tangan.
1. Manfaat Menutup Aurat Dari Segi Agama
- Menghindarkan diri dari dosa akibat mengumbar aurat
- Menghindari fitnah, tuduhan, atau pandangan negatif

- Mencegah timbulnya hawa nafsu dari lawan jenis maupun sesama jenis
- Mencegah rasa cemburu
- Menutupi aib yang ada pada diri kita
- Meninggikan derajat
- Sebagai identitas seorang muslim
- Memperkuat kontrol sosial
2. Manfaat Menutup Aurat Dari Segi Kesehatan
Menutup aurat menghindarkan kita dari penyakit berbahaya, seperti kanker kulit, kulit
terbakar, kulit menjadi hitam, noda flek di kulit, dan sebagainya. Penyakit kulit, terutama
kanker kulit bisa timbul akibat sinar UV yang dipancarkan matahari. Sinar matahari yang
langsung menyebabkan kulit menjadi kering, kusam, rusak, gelap, dan timbul noda-noda
hitam. Oleh karena itu, dengan menutup aurat sinar matahari tidak langsung mengenai kulit,
melainkan diserap lebih dahulu oleh pakaian. Sehingga penyakit-penyakit bias dicegah.