RELATED FACTORS WITH THE OWNERSHIP OF A HEALTHY LATRINE IN THE VILLAGE OF EMPAKAN KAYAN HULU SUBDISTRICT

JKMK JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT KHATULISTIWA

  http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/JKMK?page=index

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN

JAMBAN SEHAT DI DESA EMPAKAN KECAMATAN KAYAN HULU

  1

  2 Gandha Sunaryo Putra , Selviana 1 Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat K.Sintang: Universitas Muhammadiyah Pontianak 2 Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat: Universitas Muhammadiyah Pontianak

Jl. Jenderal Ahmad Yani No.111 : Pontianak

Email : gandhasunaryoputra90@gmail.com / 081391716314

  Abstrak Info Artikel Sejarah Artikel:

  Salah satu permasalahan di Indonesia dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah Diterima 29 Juni 2017 permasalahan pembangunan sanitasi. Permasalahan pembangunan sanitasi di Indonesia merupakan Disetujui 05 Agustus masalah tantangan sosial-budaya dimana yang menjadi permasalahannya adalah perilaku penduduk yang 2017 terbiasa Buang Air Besar (BAB) di sembarangan tempat. Desa Empakan merupakan salah satu desa di Dipublikasi 31 Agustus Kabupaten Sintang dimana penduduknya masih banyak yang buang besar sembarangan. Tujuan penelitian 2017 ini adalah untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepemilikan Jamban Sehat Di Desa Empakan Kecamatan Kayan Hulu Kabupaten Sintang. Metode penelitian dengan desain Cross

  Keywords: Sectional , Sampel sebanyak 62 responden diambil dengan teknik purposive sampling. Teknik analisis data Buang Air Besar dengan menggunakan uji statistik chi-square. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna Sembarangan, antara pendidikan (p=0,000), tingkat ekonomi (p=0,000), pengetahuan (p=0,000), sikap (p=0,000), dan Kepemilikan Jamban budaya (p=0,00) dengan kepemilikan jamban sehat. Disarankan kepada petugas kesehatan untuk Sehat memberikan edukasi dan motivasi kepada para kepala keluarga yang belum memiliki jamban sehat agar segera membangun jamban sehat serta mengikuti program arisan jamban sehat bagi kepala keluarga yang kurang mampu dalam membangun jamban sehat.

  

RELATED FACTORS WITH THE OWNERSHIP OF A HEALTHY

LATRINE IN THE VILLAGE OF EMPAKAN KAYAN HULU

SUBDISTRICT Abstract The Indonesia’s elderly population is soaring but the their health condition is still considered low. One of the problems in Indonesia in improving the degree of public health is the issue of sanitation development. The problem of sanitation development in Indonesia is a problem of socio-cultural challenges in which the problem is the behavior of people who used to defecate on the spot. Empakan Village is one of the villages in Sintang district where the population is still a lot of large exhaust carelessly. The purpose of this study was to determine Factors Associated with Healthy latrine Ownership in Empakan Village Kayan Hulu Subdistrict Sintang District. Research method with Cross Sectional design, Sample as many as 62 respondents taken by purposive sampling technique. Data analysis technique using chi-square statistic test. The results showed there was a significant relationship between education (p = 0,000), economic level (p = 0,000), knowledge (p = 0,000), attitude (p = 0,000), and culture (p = 0,000) with the ownership of a healthy latrine. It is advisable to health workers to provide education and motivation to the heads of families who do not have a latrine to immediately build a healthy latrine and join to healthy latrine program for the head of the family who are less able to build healthy latrines.

  © 2017, Universitas Muhammadiyah Pontianak 

  ISSN 2581-2858 Alamat korespondensi: Universitas Muhammadiyah Pontianak Email: gandhasunaryoputra90@gmail.com

  JKMK., Jurnal Kesehatan Masyarakat Khatulistiwa Vol.4, No.3, Agustus 2017 PENDAHULUAN

  24 Tingkat Ekonomi Rendah 32 32,0 Tinggi 30 68,0

  53 Sumber: Data Primer, 2017

  23

  47 Mendukung

  29

  44 Sikap Kurang Mendukung

  27

  56 Baik

  35

  Pengetahuan Kurang Baik

  15

  Berdasarkan data WHO pada tahun 2015 diperkirakan sebesar 946 juta orang penduduk di dunia masih buang air besar di area terbuka. Data ini juga menunjukkan bahwa sebesar 81% penduduk yang buang air besar sembarangan (BABS) terdapat di 10 negara dan Indonesia menjadi negara terbanyak kedua dengan persentase sebesar 12,9% 1 . Buang air besar sembarangan merupakan salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dimana yang menjadi tantangannya adalah masalah sosial budaya. 2 Budaya masyarakat yang lebih suka membuang air besar (BAB) di sembarangan tempat membuat mereka enggan membuat jamban di rumah masing-masing. 3 Secara nasional, proporsi rumah tangga yang buang air besar sembarangan pada tahun 2015 sebesar 12,9%. Sementara itu di Kalimantan Barat, proporsi rumah tangga yang buang air besar sembarangan pada tahun 2015 adalah sebesar 18,91% dimana target akses sanitasi layak pada tahun 2015 adalah sebesar 65,91%. 4 Kabupaten Sintang merupakan salah satu

  76 Tinggi

  47

  HASIL Tabel 1. Distribusi frekuensi responden Variabel Frekuensi Persentase (%) Pendidikan Rendah

  masing dusun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik analisis data dengan menggunakan uji statistik chi square.

  sampling sampel yang dipilih dari proporsi masing-

  Penelitian dilaksanakan di Desa Empakan Kecamatan Kayan Hulu pada bulan November sampai bulan Februari 2017. Metode penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional, populasi pada penelitian ini sebanyak 180 orang lansia, penelitian ini menggunakan teknik proportional

  METODE

  Berdasarkan latarbelakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang. Faktor- faktor yang berhubungan dengan kepemilikan jamban sehat di Desa Empakan Kecamatan Kayan Hulu Kabupaten Sintang.

  Kabupaten Sintang dimana penduduknya masih banyak yang buang besar sembarangan. Banyak faktor yang menyebabkan masih banyaknya masyarakat yang buang besar sembarangan di Desa Empakan. Hasil survey pendahuluan yang dilakukan terhadap 10 orang responden diperoleh informasi bahwa 60% masyarakat desa empakan berpendidikan rendah, 50% masyarakat berpenghasilan rendah, dan 80% masyarakat masih sering buang air besar sembarangan. Selain itu, tingginya angka pertumbuhan penduduk dan rendahnya tingkat pendapatan masyarakat menyebabkan semakin buruknya permasalahan sanitasi di Desa Empakan. Disamping itu, faktor lainnya yang menyebabkan masyarakat belum mengetahui mengenai pentingnya jamban sehat adalah karena adanya anggapan bahwa semua urusan sanitasi merupakan urusan pemerintah.

  Kabupaten di Kalimantan Barat dimana masih banyak masyarakatnya yang menggunakan jamban cemplung. Persentase penduduk yang menggunakan jamban cemplung di Kabupaten Sintang pada tahun 2015 adalah sebesar 21,03%. 5 Perilaku buang air besar (BAB) di sembarang tempat merupakan salah satu kebiasaan yang dimiliki individu akibat dari meniru perilaku orang- orang di sekitarnya. Perilaku buang air besar (BAB) di sembarang tempat ini akan semakin menjadi masalah jika dilakukan oleh kepala keluarga dalam suatu rumah tangga. Hal ini disebabkan karena kepala keluarga memiliki peran dalam sebuah keluarga dan masyarakat yang dianggap dapat mempengaruhi individu dalam sebuah keluarga. 6 Desa Empakan merupakan salah satu desa di

  Berdasarkan tabel.1 di atas didapatkan bahwa sebesar 76% responden memiliki pendidikan yang

  Gandha Sunaryo Putra & Selviana . Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepemilikan Jamban Sehat

  p Tidak value Memiliki Memiliki % % % Pendidikan

  Tingkat pendapatan yang tinggi memungkinkan seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan yang baik jika dibandingkan dengan seseoarang

  2. Hubungan Tingkat Ekonomi dengan Kepemilikkan Jamban Sehat

  Martina, dkk yang menunjukan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kepemilikan jamban keluarga (p value = 0,008). 9 Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Darsana, dkk yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kepemilikan jamban keluarga (p value = 0,029). 10 Berdasarkan uraian diatas maka peneliti menarik kesimpulan bahwa pendidikan merupakan faktor yang penting dalam memberikan informasi dan meningkatkan kemampuan yang baik pula dalam pengambilan keputusan pada seseorang. Responden yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi cenderung untuk memiliki jamban sehat daripada responden dengan tingkat pendidikan yang rendah.

  Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk memberikan kemampuan berfikir, menelaah dan memahami informasi yang diperoleh dengan pertimbangan yang lebih rasional. Pendidikan yang baik akan memberikan kemampuan yang baik pula dalam mengambil keputusan tentang kesehatan keluarga. 8 Penelitian ini sejalan dengan penelitian

  Menurut Murwati 7 pendidikan merupakan suatu pembentukan watak berupa sikap di sertai dengan kemampuan dalam keterampilan, pengetahuan dan kecerdasan. Semakin tinggi tingkat pendidikan kepala keluarga, semakin mudah menyerap informasi yang didapat guna menanggapi masalah yang di hadapi. Seseorang yang menerima pendidikan yang lebih baik atau tinggi, biasanya akan lebih mampu berpikir secara obyektif dan rasional. Dengan berpikir secara rasional, maka seseorang akan lebih mudah menerima hal-hal baru yang dianggap menguntungkan bagi dirinya.

  PEMBAHASAN

  Berdasarkan tabel.3 di atas dapat di ketahui bahwa semua variabel dalam penelitian ini berhubungan dengan kepemilikan jamban sehat dengan p value = 0,000.

  86,2 13,8 100 0,00 Mendukung 27,3 72,7 100 Budaya Kurang Baik 100 100 0,00 Baik 6,7 93,3 100 Sumber : Data Primer, 2016

  Rendah 70,2 29,8 100 0,00 Tinggi 6,7 93,3 100 Pengetahuan Kurang Baik 80,0 20,0 100 0,00 Baik 22,2 77,8 100 Sikap Kurang Mendukung

  Tabel

  rendah, 52% responden dengan tingkat ekonomi rendah, 56% responden memiliki pengetahuan kurang baik terhadap jamban sehat, 53% responden memiliki sikap yang mendukung kepemilikan jamban sehat.

  Berdasarkan tabel 2 di atas dpata diketahui, 52% responden memiliki budaya yang kurang baik, dan 55% tidak memiliki jamban sehat.

  45 Sumber : Data Primer, 2016

  28

  55 Memiliki

  34

  48 Kepemilikan Jamban Sehat Tidak Memiliki

  5

  52 Baik

  70

  Tabel 2. Distribusi frekuensi responden Variabel Frekuensi Persentase (%) Budaya Kurang Baik

3. Analisa Bivariat faktor Pendidikan dan Pengetahuan dengan kepemilikan jamban sehat Variabel Kepemilikan Jamban Sehat Jumlah

1. Hubungan Pendidikan dengan Kepemilikan Jamban Sehat

  JKMK., Jurnal Kesehatan Masyarakat Khatulistiwa Vol.4, No.3, Agustus 2017

  berpenghasilan rendah yang cenderung kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan serta pemeliharaan kesehatan untuk membeli obat ataupun untuk ongkos transportassi yang dirasa berat. 11 Menurut Simanjuntak semakin tinggi status ekonomi suatu keluarga maka semakin mudah seseorang untuk merubah perilakunya. 16 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Martina, dkk 9 yang menyebutkan bahwa ada hubungan antara tingkat ekonomi dengan kepemilikan jamban sehat (p value = 0,015). Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari 12 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat ekonomi dengan kepemilikan jamban keluarga.

  Berdasarkan penelitian ini, peneliti menarik kesimpulan bahwa tingkat ekonomi sangat mempengaruhi dalam kepemilikan jamban sehat karena responden dengan tingkat ekonomi yang baik lebih cenderung untuk memiliki jamban sehat dibandingkan dengan tingkat ekonomi rendah.

  Menurut Notoatmodjo, pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. 10 Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia. Sejalan dengan Sarwono dalam Otayya 13 , menyebutkan pengetahuan merupakan hasil tahu setelah seseorang melakukan suatu observasi tehadap suatu objek. Maka dikatakan pengetahuan merupakan aspek paling penting sebelum melakukan sebuah tindakan).

  Peningkatan pengetahuan memang tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku akan tetapi ada hubungan yang positif berkaitan dengan perubahan perilaku. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt

  behaviour ). 11 Penelitian ini sejalan dengan penelitian

  yang dilakukan Darsana 10 yang menyebutkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepemilikan jamban keluarga dengan p

  value = 0,000. Begitu pula dengan penelitian

  yang dilakukan oleh Sari 12 yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kepemilikan jamban keluarga dengan p value = 0,002.

  Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan seseorang sangat berperan penting dalam kepemilikan jamban sehat. Kepala keluarga yang tahu mengenai pentingnya jamban sehat cenderung memiliki sikap dan perilaku yang positif dalam membangun jamban sehat daripada responden dengan tingkat pengetahuan yang kurang baik.

  4. Hubungan antara Sikap dengan Kepemilikan Jamban Sehat

  Menurut Notoatmodjo, sikap merupakan respon yang masih tertutup setelah adanya rangsang atau stimulus, belum termasuk tindakan karena masih merupakan faktor

  predisposisi dari perilaku. Sikap akan memberikan respon positif atau negatif. Sikap diri seseorang nanti akan membentuk suatu tindakan yang positif yaitu menerima dan tindakan negatif yaitu menolak. Sikap berbeda dengan tindakan, sikap merupakan reaksi tertutup, belum reaksi terbuka. Karena sikap merupakan kesiapan untuk menghadapi suatu objek tertentu.

3. Hubungan Pengetahuan dengan Kepemilikan Jamban Sehat

  11 Maka dari itu sikap masih merupakan faktor predisposisi tindakan suatu perilaku.

  Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap adalah bagaimana pendapat atau penilaian seseorang terhadap kesehatan, sehat dan sakit dan faktor risiko yang terkait dengan kesehatan. Sikap juga merupakan sebuah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan

  Gandha Sunaryo Putra & Selviana . Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepemilikan Jamban Sehat faktor emosi yang bersangkutan misalnya senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik.

15 Terwujudnya sikap menjadi suatu

  tindakan, menurut Notoadmodjo diperlukan suatu kondisi yang memungkinkan seseorang dapat menerapkan apa yang sudah ia ketahui. Artinya pengetahuan atau sikap yang baik belum tentu mewujudkan suatu tindakan yang baik. Karena perubahan sikap ke arah yang lebih baik akan mempengaruhi terjadinya peran serta masyarakat yang merupakan modal utama keberhasilan program kesehatan.

  penelitian yang dilakukan oleh Darsana, dkk yang menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan kepemilikan jamban keluarga (p value = 0,000).

  pula dengan penelitian Sari, yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan kepemilikan jamban keluarga (p value = 0,000).

  menarik kesimpulan, bahwa sikap berperan penting dalam kepemilikan jamban sehat. Sikap seseorang yang positif terhadap kepemilikan jamban sehat akan sangat mendukung dan mempengaruhi kepala keluarga dalam membangun jambn sehat.

  Pemanfaatan jamban sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan kebiasaan masyarakat. Pemanfaatan jamban oleh masyarakat belum sesuai dengan harapan, karena masih ada yang buang air besar (BAB) di tempat-tempat yang tidak sesuai dengan kaidah kesehatan, Misalnya sungai, kebun, atau sawah. Hal ini karena kebiasaan (pola hidup) atau fasilitas yang kurang terpenuhi serta pengetahuan, sikap dan prilaku dari masyarakat itu sendiri maupun kurang informasi yang mendukung terhadap pemanfaatan jamban keluarga.

  10 Kebiasaan masyarakat yang tidak mau

  menggunakan jamban merupakan faktor utama meluasnya penyakit. Kebiasaan masyarakat yang lebih suka membuang air besar (BAB) di sembarangan tempat membuat mereka enggan membuat jamban di rumah masing-masing. Rendahnya pendidikan dan kesadaran masyarakat membuat kebiasaan buang air besar di sembarang tempat sulit dihilangkan, karena warga lebih suka membuat WC helicopter dari pada membuat jamban di rumah akibat ketiadaan biaya untuk membuat septic tank yang mahal. Ini sangat berkaitan dengan prilaku masyarakat sendiri yang sudah menjadi kebiasaan bertahun-tahun. Ini sangat berkaitan dengan prilaku masyarakat sendiri yang sudah menjadi kebiasaan bertahun-tahun. Upaya meningkatkan kesadaran masyarakat itu sebenarnya sudah dilakukan sejak lama dengan bantuan pembangunan jamban di beberapa tempat yang membutuhkannya. 10 Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Pulungan, yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara budaya responden dengan kepemilikan jamban keluarga dengan hasil uji exact fisher p value 0,486 (p > 0,05). 15 Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menarik kesimpulan, bahwa budaya sangat berperan penting dalam kepemilikan jamban sehat. Budaya yang kurang baik dalam buang besar sembarangan akan sangat mempengaruhi masyarakat dalam membangun jamban sehat.

11 Hasil penelitian ini sejalan hasil dengan

10 Begitu

3 Berdasarkan uraian di atas maka peneliti

5. Hubungan antara Budaya dengan Kepemilikan Jamban Sehat

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Pendidikan, tingkat ekonomi, pengetahuan, sikap dan budaya merupakan faktor yang penting dalam kepemilikan jamban sehat p value = 0,000 (p>0,05).

  JKMK., Jurnal Kesehatan Masyarakat Khatulistiwa Vol.4, No.3, Agustus 2017 Saran

  Kepada petugas kesehatan untuk memberikan edukasi dan motivasi kepada para kepala keluarga yang belum memiliki jamban sehat agar segera membangun jamban sehat serta mengikuti program arisan jamban sehat bagi kepala keluarga yang kurang mampu dalam membangun jamban sehat

DAFTAR PUSTAKA

  1. World Health Organization (WHO). 2015. 25 Years Progress on Sanitation and Drinking Water . Geneva.

  Switzerland.

  2. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2010.

  Stop Buang Air Besar Sembarangan . Jakarta. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

  3. Andreas,

  Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepemilikan Jamban Keluarga Di Desa Sipange Julu Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan . (Disitasi pada Nopember 2016). Diakses dari : http://repository.unand.ac.id/ 20165/

  15. Pulungan, A.A, Hasan, W dan Nurmaini. 2013.

  14. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarta: Rineka Cipta.

  13. Otayya, G. L. 2012. Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Masyarakat Terhadap Penggunaan Jamban Keluarga (Studi Kasus Di Desa Ilomanga Kecamatan Tabango Kabupaten Gorontalo) . Gorontalo. IAIN Sultan Amai.

  12. Sari, VM, 2011. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepemilikan Jamban Keluarga Di Pemukiman Nelayan Kenagarian Air Bangis Kecamatan Sungai Beremas Kabupataen Pasaman Barat Tahun 2011 . Skripsi. Universitas Andalas.

  11. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat; Prinsip-Prinsip Dasar . Jakarta : Rineka Cipta

  LINGKUNGAN/V4N2/I%20Nengah%20Darsana1 %20I%20Made%20Bulda%20Mahayana2,%20I%20 Made%20Patra3.pdf

H. 2014. Faktor-Faktor yang

  Semarang. Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id/42524/

  Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol 4 No 2 Oktober 2009.

  9. Martina, E, Janaid, W.D. dan Andisiri, S.Z. 2016.

  Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kepemilikan Jamban Sehat di Desa Napalakura Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna . (Disitasi Pada Januari 2017). Diakses dari: http://sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/J1A212076_sit edi_jurnal%20ETI%20MARTINA.pdf

  10. Darsana, I.N.,Mahayana, I.M,. Patra, I.M. 2012.

  Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepemilikan Jamban Keluarga Di Desa Jehem Kecamatan Tembuku Kabupaten Bangli . (Disitasi pada Nopember 2016). Diakses dari: http://poltekkes- denpasar.ac.id/files/JURNAL%20KESEHATAN%20

  Tesis.

  .

  7. Murwati, M. 2012. Faktor Host dan Lingkungan yang mempengaruhi Perilaku Buang Air Besar Sembarangan

  . Jurnal Unnes Vol 2, No 1 (2017). Diakses dari : https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/phpj/a rticle/view/10997

  6. Kurniawati, L.D. 2015. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Perilaku Kepala Keluarga dalam Pemanfaatan Jamban di Permukiman Kampung Nelayan Tambak Lorok Semarang

  5. Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang. 2015. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang. Kabupaten Sintang . Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang.

  4. Kementrian Kesehatan. 2015. Profil Kesehatan Indonesia . Jakarta. Kementrian Kesehatan.

  16. Simanjutak, D. 2009. Determinan Perilaku Buang Air Besar (BAB) Masyarakat (Studi terhadap pendekatan Community Led Total Sanitation pada masyarakat desa di wilayah kerja Puskesmas Pagelaran, Kabupaten Pandeglang tahun 2009) .Tesis.Universitas Indonesia.

  Mempengaruhi Perilaku Keluarga dalam Menggunakan Jamban di Desa Tawin Kecamatan Teluk Kota Ambon . Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.

  8. Hastono. 2009. Analisis Data Riskesdas 2007/2008.