PENERAPAN TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

  

PENERAPAN TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Husnul Muamanah, Tahmid Sabri, Kaswari

  

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP UNTAN Pontianak

Email :husnulmuamanah94@yahoo.com

  Abstract This study aimed to obtain information that is clearly about the application of jigsaw type to increase student activity on civic education learning in Class V Sekolah Dasar Negeri

  34 Pontianak Kota West Borneo province. The research method that used is descriptive method. Form of research is the Classroom Action Research (Classroom Action Research) collaborative. Setting research in class V the number of students as many as 35 people. This research was conducted as many as three cycles with the results obtained namely, the ability of teachers plan learning in the third cycle obtained average value of 3,94 with the excellent category. While the ability of teachers to implement teaching in the third cycle obtained an average value of 3.95 with the excellent category. For the percentage of students in the third cycle of activity. For the percentage of student activity in the third cycle of 84.27% with the very high category. Thus research of application of jigsaw type on civic education learning can enchance the activity the of five grade students.

  Keywords: Student Activities, Jigsaw Type.

  Negara berkembang selalu berusaha untuk mengejar ketinggalannya, dengan melakukan pembangunan di segala bidang kehidupan. Dalam bidang pendidikan pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan berbagai cara seperti mengganti kurikulum: Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi KTSP dan di ubah lagi menjadi kurikulum 2013, meningkatkan kualitas guru melalui penataran-penataran atau melanjutkan sekolah ketingkat yang lebih tinggi, memberi dana bantuan operasional sekolah (BOS) dan sebagainya.

  Tugas seorang guru sangatlah berat, sebab kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh keberhasilan pendidikan dari bangsa itu sendiri. Jika seorang guru atau pendidik tidak berhasil mengembangkan potensinya sebagai pendidik maka negara itu tidak akan maju, sebaliknya jika guru atau pendidik berhasil mengembangkan potensi siswa, maka terciptalah manusia yang cerdas, terampil, dan berkualitas sesuai dengan peranannya sebagai seorang guru yaitu sebagai sumber belajar, fasilitator, motivator, pengelola, dan pembimbing. Sebagai motivator guru harus mampu membangkitkan motivasi siswanya agar aktivitas siswa dalam proses pembelajaran berhasil dengan baik. Seperti yang kita ketahui aktivitas siswa merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Untuk memunculkan aktivitas dalam setiap pembelajaran guru harus mampu mengelolanya sehingga tercipta suasana pembelajaran yang aktif.

  Salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran adalah dengan mengganti cara atau model pembelajaran yang selama ini tidak diminati lagi oleh siswa, seperti pembelajaran yang dilakukan dengan ceramah dan tanya jawab model pembelajaran ini sudah lama dilakukan sehingga membuat siswa jenuh dan tidak kreatif. Suasana belajar mengajar yang diharapkan adalah menjadikan siswa sebagai subjek yang berupaya menggali sendiri, memecahkan masalah-masalah dari suatu konsep yang dipelajari, sedangkan guru lebih banyak bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Situasi belajar yang diharapkan di sini adalah siswa yang lebih banyak berperan aktif atau kreatif. Sesuai yang diharapkan yaitu untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas.

  Berdasarkan hasil observasi yang di paparkan diatas dapat dikatakan aktivitas siswa pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas V Sekolah Dasar Negeri 34 Pontianak Kota masih rendah. Ini menunjukkan terjadinya kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang terjadi

  Model pembelajaran yang akan digunakan peneliti adalah pembelajaran tipe jigsaw. Tipe jigsaw merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif. Ketertarikan peneliti mengambil pembelajaran tipe jigsaw, karena peneliti melihat dalam pembelajaran tipe jigsaw semua anggota kelompok mendapat tugas dan tanggung jawab, baik individu maupun kelompok. Jadi, keunggulan pada pembelajaran tipe jigsaw dibandingkan dengan pembelajaran diskusi biasa yaitu seluruh anggota dalam kelompok harus bekerja sesuai tugas yang diberikan, karena tugas tersebut ada yang merupakan tugas individu dan tanggung jawab kelompok.

  Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pembelajaran pendidikan kewarganegaraan menggunakan pembelajaran tipe jigsaw dengan judul penelitian “Penerapan Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 34 Pontianak Kota”.

  Dengan penerapkan pembelajaran tipe

  jigsaw pada mata pelajaran pendidikan

  kewarganegaraan kelas V Sekolah Dasar Negeri 34 Pontianak Kota diharapkan aktivitas siswa dapat meningkat.

  Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka masalah umum dari penelitian ini adalah

  “Bagaimanakah peningkatan aktivitas siswa dengan penerapan tipe jigsaw pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan kelas V Sekolah Dasar Negeri 34 Pontianak Kota?”.

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data secara langsung sehingga memperoleh informasi yang jelas tentang “Penerapan Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 34 Pontianak Kota”.

  Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) Kemampuan guru dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar dengan penerapan tipe jigsaw pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan kelas V Sekolah Dasar Negeri 34 Pontianak Kota. (2) Kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan penerapan tipe jigsaw pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan kelas V Sekolah Dasar Negeri 34 Pontianak Kota. (3) Peningkatan aktivitas siswa dengan penerapan tipe jigsaw pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan kelas

  V Sekolah Dasar Negeri 34 Pontianak Kota. Berdasarkan tujuan penelitian yang diuraikan di atas, maka peneliti mengharapkan penelitian ini bermanfaat secara teoritis maupun praktis. Sebagai referensi bagi penelitian sejenis tentang peningkatan aktivitas siswa pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di sekolah dasar serta dapat dijadikan bahan masukan dalam menerapan tipe jigsaw khususnya pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.

  Zamroni (dalam Tukiran Taniredja, 2014: 3) menyatakan bahwa,

  “Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktifitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak- hak warga masyarakat”.

  Menurut kurikulum tingkat satuan pendidikan (2006: 271 ), “Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hal-hal dan kewajibannya untuk menjadi warga Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945”.

  Jadi dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah suatu mata pelajaran yang memfokuskan usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar untuk mempersiapkan warga masyarakat yang berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru yang memiliki nilai luhur dalam menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

  Somantri (dalam Jakni, 2014: 4) menyatakan bahwa, “Tujuan umum pelajaran pendidikan kewarganegaraan ialah mendidik warga negara agar menjadi warga negara yang baik, yang dapat dilukiskan dengan warga negara yang patriotik, toleran, setia terhadap bangsa dan negara, beragama, demokratis, dan pancasila sejati

  ”. Tujuan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan tercantum dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (2006: 271) adalah agar siswa dapat: (1) Berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. (2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta anti korupsi. (3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya. (4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

  Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah mendidik warga negara agar menjadi warga negara yang baik serta memfokuskan siswa pada pembentukan warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai dengan yang telah diamanatkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

  Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (2006: 271) Ruang lingkup mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut. (1) Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa indonesia, sumpah pemuda, keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan; (2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional; (3) Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM; (4) Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, percaya diri, persamaan kedudukan warga negara; (5) Konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi; (6) Kekuatan dan politik meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintah daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokratis menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi; (7) Pancasila meliputi kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar negara, pengalaman nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka; (8) Globalisasi meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional dan mengevaluasi globalisasi.

  Menurut Sobry Sutikno (2014: 87), “Jigsaw adalah suatu model pembelajaran yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok, yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi pelajaran dan mampu membelajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya”.

  Sejalan dengan itu Rusman (dalam Istarani, 2014: 85) menyatakan bahwa,

  “Model pembelajaran jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Namun, permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, kita sebut sebagai team ahli yang bertugas membahas permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya hasil pembahasan itu dibawa ke kelompok asal dan disampaikan kepada anggota kelompoknya”.

  Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tipe jigsaw adalah suatu model pembelajaran yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bekerja sama atas penguasaan materi pelajaran dan bertanggung jawab untuk membelajarkan materi tersebut ke kelompok asal. Disini perlu penanaman nilai tanggung jawab dan nilai lainnya serta keintegrasian dengan keaktivitasan belajar siswa dan pengetahuan yang telah di pelajari siswa, sehingga konsep yang diperoleh dapat tercapai secara optimal (Sabri,T, 2017).

  Langkah-langkah tipe jigsaw menurut Istarani (2014: 88), adapun langkah-langkah yang digunakan dalam model pembelajaran

  jigsaw ini adalah: (1) Peserta didik

  dikelompokkan kedalam kurang lebih 4 anggota tim. (2) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda. (3) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan. (4) Anggota dari tim yang berbeda yang telah memelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka. (5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli setiap anggota kembali kekelompok asal dan bergantian menjelaskan kepada teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh- sungguh. (6) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. (7) Guru memberi evaluasi. (8) Penutup.

  Menurut Martinis Yamin (dalam Istarani, 2014: 91), beberapa keuntungan penggunaan model jigsaw dalam proses belajar mengajar, yaitu. (1) Mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru dan lebih percaya lagi pada kemampuan sendiri untuk berfikir, mencari informasi dari sumber lainnya, dan belajar dari siswa lain. (2) Mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya. Ini secara khusus bermakna ketika dalam proses pemecahan masalah. (3) Membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah dan menerima perbedaan ini. (4) Suatu strategi efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik dan

  social termasuk meningkatkan prestasi,

  percaya diri, interpersolan positif antara satu siswa dengan yang lain, meningkatkan keterampilan manajemen waktu dan sikap positif terhadap sekolah. (5) Banyak menyediakan kesempatan pada siswa untuk membandingkan jawabannya dan menilai ketepatan jawaban itu. (6) Suatu strategi yang dapat digunakan secara bersama dengan orang lain seperti pemecahan masalah. (7) Mendorong siswa lemah untuk berbuat, dan membantu siswa pintar mengidentifitasikan jelas-jelas dalam pemahamannya. (8) Interaksi yang terjadi selama belajar kelompok membantu memotivasi siswa dan mendorong pemikirannya. (9) Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan diskusi. (10) Memudahkan siswa melakukan interaksi sosial. (11) Menghargai ide orang yang dirasa lebih baik. (12) Meningkatkan kemampuan berfikir kreatif.

  Namun disamping kelebihan atau keuntungan penggunaan tipe jigsaw dalam proses belajar mengajar ada juga kelemahannya. Istarani (2014: 92) menyatakan bahwa, kelemahan tipe jigsaw adalah sebagai berikut. (1) Beberapa siswa mungkin pada awalnya segan mengeluarkan ide, takut dinilai temannya dalam group. (2) Tidak semua siswa secara otomatis memahami dan menerima pilosopi jigsaw.

  Guru banyak tersita waktu untuk mensosialisasikan siswa belajar dengan cara ini. (3) Penggunaan model jigsaw harus sangat rinci melaporkan setiap penampilan siswa dan tiap tugas siswa, dan banyak menghabiskan waktu menghitung hasil prestasi group. (4) Meskipun kerjasama sangat penting untuk ketuntasan belajar siswa, banyak aktivitas kehidupan didasar pada usaha individual. Namun siswa harus belajar menjadi percaya diri. Itu susah untuk dicapai karena memiliki latar belakang berbeda. (5) Sulit membentuk kelompok yang dapat bekerjasama secara harmonis. Penilaian terhadap murid sebagai individu menjadi sulit karena tersembunyi dibalik kerja kelompok.

  Menurut Sardiman (2014: 100), “Aktivitas dalam arti luas, baik bersifat fisik/jasmani maupun mental/rohani. Kaitan antara keduanya akan membuahkan aktivitas belajar yang optimal”. Menurut Oemar Hamalik (2013: 175), “Aktivitas belajar dapat didefinisikan sebagai berbagai aktivitas yang diberikan pada pembelajaran dalam situasi belajar mengajar”. Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud aktivitas belajar siswa adalah semua usaha atau perbuatan yang dilakukan oleh siswa baik secara fisik maupun mental untuk memperoleh pengetahuan, sebagai hasil pengalamannya sendiri selama peroses pembelajaran di dalam kelas.

  METODE

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Menurut Mahmud (2011: 100),

  “Metode deskriptif adalah suatu penelitian yang diupayakan untuk mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta dan sifat objek tertentu”. Sedangkan menurut Hadari Nawawi (2012: 67), “Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak, atau sebagaimana adanya”.

  Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas juga dikenal dengan CAR (classroom

  action research

  ). Penelitian ini bersifat kolaboratif karena melibatkan pihak lain (kolaborator) dalam penelitian. Menurut Mahmud (2011: 209), “Dalam PTK bentuk kolaboratif, peneliti melibatkan beberapa pihak, baik guru, kepala sekolah maupun dosen secara serentak, dengan tujuan meningkatkan praktik pembelajaran, menyambung perkembangan teori, dan peningkatan karier guru”.

  Subjek penelitian ini adalah (1) Guru sebagai peneliti, mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan kelas V Sekolah Dasar Negeri 34 Pontianak Kota. (2) Siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 34 Pontianak Kota yang berjumlah 35 orang siswa dengan siswa laki-laki yang berjumlah 22 orang, dan siswa perempuan berjumlah 13 orang.

  Prosedur dalam penelitian ini dimulai dengan siklus pertama yang terdiri dari empat kegiatan, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi. Berdasarkan siklus pertama tadi apabila terdapat hambatan atau kekurangan maka dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya.

  Tahap Perencanaan Tindakan

  Rencana tindakan kelas pada kelas V SDN 34 Pontianak Kota ini dilaksanakan beberapa siklus, apabila terdapat hambatan atau kekurangan maka dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya dan disesuaikan dengan perubahan yang ingin dicapai.

  Tahap Pelaksanaan Tindakan

  Pelaksanaan tindakan pada setiap siklus sesuai dengan perencanaan yang direncanakan, yaitu: skenario tindakan yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

  Tahap Pengamatan (Observasi)

  Pengamatan dilakukan secara terus menerus mulai dari siklus pertama dilanjutkan siklus kedua dan seterusnya apabila terdapat hambatan atau kekurangan dengan perubahan yang ingin dicapai.

  Tahap Refleksi

  Refleksi dilakukan setiap satu tindakan siklus berakhir. Dalam tindakan ini peneliti melakukan refleksi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan pada tiap pembelajaran serta pencapaian keberhasilan mengajar guru dan pencapaian aktivitas siswa.

  Untuk memudahkan dalam memahami keempat langkah tersebut, dapat dilihat pada gambar model PTK berikut.

  

Bagan 1. Siklus Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Kemmis & Taggart

(dalam Suharsimi Arikunto, 2013: 137)

  Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi langsung untuk mengamati kemamuan guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan aktivitas siswa dengan tujuan dapat melihat perubahan aktivitas belajar siswa saat mengikuti pembelajaran.

  Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran, lembar observasi kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, dan lembar observasi aktivitas siswa.

  Teknik analisis data dilakukan dengan perhitungan rata-rata dan persentase. Untuk jenis data pada sub masalah penelitian 1 dan 2 yaitu mengenai kemampuan guru merencanakan dan melaksanakan pembelajaran akan dianalisis dengan rumus perhitungan rata-rata (mean) sebagai berikut.

  X =

  ∑

  ........................................ (1) Keterangan: X = Rata-rata (mean) ∑ x

  = Jumlah seluruh skor N = Banyaknya subyek (Nana Sudjana, 2009: 109) Sedangkan untuk menghitung submasalah 3 mengenai aktivitas siswa dianalisis menggunakan rumus persentase sebagai berikut.

  =

  f N

  x 100% ........................... (2)

  Keterangan: f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya.

  Pengamatan Perencanaan Pelaksanaan Pengamatan (Observating) Pelaksanaan ( Acting) Refleksi Refleksi ( Reflecting) SIKLUS II SIKLUS I ? N = Number of case (jumlah frekuensi/ banyaknya individu). p = angka persentase (Anas Sudijono, 2012: 43).

  HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

  Aspek yang diamati Skor

  285,68% 608,48% 674,16% Rata-Rata

  Siklus I Siklus II Siklus III Total

  Indikator Skor

  Skor Rata-Rata 3,04 3,46 3,95

  Skor Total 12,18 13,86 15,83

  Skor Siklus I Siklus II Siklus III

  3,10 3,47 3,94 Aspek yang diamati

  15,52 17,39 19,71 Skor Rata-Rata

  Siklus I Siklus II Siklus III Skor Total

  

Tabel 3. Aktivitas Siswa pada Siklus I, Siklus II, dan Siklus III

  Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 34 Pontianak Kota yang beralamat di Jalan Prof. M. Yamin. Jumlah siswa 35 orang yang terdiri 22 siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan.

  rata 3,04 dengan kategori baik, terjadi peningkatan sebesar 0,42 pada siklus II skor rata-rata meningkat menjadi 3,46 dengan kategori baik dan pada siklus III terjadi peningkatan sebesar 0,49 skor rata-rata meningkat menjadi 3,95 dengan kategori baik sekali.

  jigsaw di kelas V pada siklus I nilai skor rata-

  Berdasarkan tabel kemampuan melaksanakan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dengan penerapan tipe

  Tabel 2. Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran pada Siklus I, Siklus II dan Siklus III

  rata 3,10 dengan kategori baik, terjadi peningkatan sebesar 0,37 pada siklus II skor rata-rata meningkat menjadi 3,47 dengan kategori baik dan pada siklus III terjadi peningkatan sebesar 0,47 skor rata-rata meningkat menjadi 3,94 dengan kategori baik sekali.

  jigsaw di kelas V pada siklus I nilai skor rata-

  Berdasarkan tabel hasil kemampuan merencanakan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dengan penerapan tipe

  

Tabel 1. Kemampuan Merencanakan Pembelajaran pada Siklus I, Siklus II dan Siklus III

  Dari hasil penelitian ini diperoleh tiga kelompok data, yaitu data kemampuan guru merencanakan pembelajaran, data kemampuan guru melaksanakan pembelajaran dan data aktivitas siswa. Hasil kemampuan guru merencanakan pembelajaran dengan penerapan tipe jigsaw pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan kelas V dapat dilihat pada table 1 berikut.

  62,49% 76,06% 84,27%

  Pembahasan Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal kebebasan berorganisasi. Peningkatan

  26 April 2017 sampai dengan 10 Mei 2017 kemampuan guru merencanakan pada kelas V SD Negeri 34 Pontianak Kota. pembelajaran pendidikan kewarganegaraan Kelas V ini diberikan tindakan berupa dengan penerapan tipe jigsaw dapat dilihat penerapan tipe jigsaw pada pembelajaran pada grafik

  1 berikut. pendidikan kewarganegaraan pada materi

  4.5 an

  4

  3.94 ar

  3.5 aj

  3.47 ru

  3.10 el

  3 b Gu em

  2.5 an p u

  2 p an

  1.5 am ak

  1 em can K

  0.5 en er m

  Siklus I Siklus II Siklus III Siklus Grafik 1. Grafik Peningkatan Kinerja Guru dalam Merencanakan Pembelajaran

  

Pendidikan Kewarganegaraan dengan Penerapan Tipe Jigsaw

  Berdasarkan grafik peningkatan dengan kategori baik dan pada siklus III kemampuan merencanakan pembelajaran terjadi peningkatan sebesar 0,47 skor rata- pendidikan kewarganegaraan dengan rata meningkat menjadi 3,94 dengan kategori penerapan tipe jigsaw di kelas V pada siklus I baik sekali. Peningkatan kemampuan guru nilai skor rata-rata 3,10 dengan kategori baik, melaksanakan pembelajaran dapat dilihat terjadi peningkatan sebesar 0,37 pada siklus pada grafik

  2 berikut.

  II skor rata-rata meningkat menjadi 3,47

  5

  3.95 n ra

  3.46

  4 ja

  3.04 la ru e b

  3 gu m n e a u p

  2 p n a m k a a n

  1 sa Kem k la e m

  Siklus I Siklus II Siklus III Siklus

  

Grafik 2. Grafik Peningkatan Kinerja Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan dengan Penerapan Tipe Jigsaw

  Berdasarkan grafik peningkatan kemampuan melaksanakan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dengan penerapan tipe jigsaw di kelas V pada siklus I nilai skor rata-rata 3,04 dengan kategori baik, terjadi peningkatan sebesar 0,42 pada siklus

  II skor rata-rata meningkat menjadi 3,46 dengan kategori baik dan pada siklus III terjadi peningkatan sebesar 0,49 skor rata- rata meningkat menjadi 3,95 dengan kategori baik sekali. Peningkatan aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada grafik 3 berikut.

  84.27

90 Siklus I Siklus II Siklus III

  jigsaw pada pembelajaran pendidikan

  10

  80

  70

  60

  50

  40

  30

  20

  Grafik 3. Grafik Peningkatan Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan Penerapan Tipe Jigsaw

  kewarganegaraan di kelas V pada I rata-rata nilai aktivitas siswa meningkat menjadi 62,49% dengan kategori cukup, pada siklus II rata-rata nilai aktivitas siswa meningkat menjadi 76,06% dengan kategori baik dan pada siklus III rata-rata nilai aktivitas siswa meningkat menjadi 84,27% dengan kategori sangat tinggi.

  76.06

  Hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan penerapan tipe

  Hasil penelitian tindakan yang telah dilakukan pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas V dengan penerapan tipe jigsaw terjadi peningkatan. Oleh karena itu, tipe jigsaw merupakan salah satu alternatif untuk membantu proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Penerapan model kooperatif tipe jigsaw sangat di perlukan sehingga proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dapat melibatkan siswa secara aktif.

  Saran

  62,49% dengan kategori cukup, pada siklus II rata-rata nilai aktivitas siswa meningkat menjadi 76,06% dengan kategori baik dan pada siklus III rata-rata nilai aktivitas siswa pada siklus III rata-rata nilai aktivitas siswa meningkat menjadi 84,27% dengan kategori sangat tinggi.

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkam bahwa aktivitas siswa dapat ditingkatkan dengan penerapantipe jigsaw pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan kelas V. Data aktivitas siswa setelah penerapan tipe jigsaw pada siklus I rata-rata nilai aktivitas siswa

  SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

  62.49

DAFTAR RUJUKAN

  Oemar Hamalik. (2013). Dasar-dasar

  Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Bandung: Alfabeta.

  Sardiman. (2014). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. Sobry Sutikno. (2014). Metode dan Model- model Pembelajaran. Lombok: Holistika. Suharsimi Arikunto, dkk. (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Tukiran Taniredja. (2014). Pendidikan

  JETL (Journal Of Education, Teaching and Learning), 2(1), 138-142.

  Practical Ways Internalization Tematik by Students in Learning Through Peer Teaching in PGSD FKIP at Tanjungpura University.

  Sabri, T. (2017).

  Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

  Anas Sudijono. (2012). Pengantar Statistik

  Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

  Nana Sudjana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.

  Bandung: Alfabeta. Mahmud. (2011). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

  Jakni. (2014). Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi.

  Pekanbaru: Alfabeta. Istarani. (2014). 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.

  Isjoni. (2014). Cooperative Learning.

  Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

  BSNP. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI. Jakarta: Depdiknas. Hadari Nawawi. (2012). Metode Penelitian

  Remaja Rosdakarya.