Studi Konsistensi Perencanaan dan Penganggaran Daerah Bidang Pariwisata di Kabupaten Gunungkidul
SUNU WASANA*, ABDUL HALIM
Universitas Gajah Mada *Email korespondensi: sunu_wasana@yahoo.com
TOPIK ARTIKEL: Akuntansi Sektor Publik
ABSTRAK: Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tingkat konsistensi dokumen pe- rencanaan dan penganggaran, yaitu pada RPJMD, RKPD, Renstra, Renja, PPAS dan DPA SKPD. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempenga- ruhi konsistensi perencanaan dan penganggar- an serta untuk mengetahui upaya yang telah di- lakukan untuk meningkatkan konsistensi pe-
rencanaan dan penganggaran. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan pen- dekatan studi kasus di bidang Pariwisata pada Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Kabu- paten Gunungkidul. Partisipan dalam peneliti- an ini adalah pejabat atau pegawai yang terlibat dalam proses perencanaan dan penganggaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsistensi RKPD dan DPA bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataantahun 2015 sebesar 53,24% (cukup) dan tahun 2016 sebesar 63,54% (cukup). Faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi perencanaan dan penganggaran yaitu kurangnya pemahaman tentang perencanaan dan penganggaran, SKPD belum memperhatikan pagu indikatif dan indikator kinerja, intervensi politik anggota DPRD, kebijakan Pemerintah Pusat/Provinsi, komitmen pemangku kepentingan, pengambil kebijakan dan pelaksana kegiatan, dan proses manual dalam perencanaan.Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan konsistensi pe- rencanaan dan penganggaranantara lain: Inova- si PIWK, Desk Renja oleh Bappeda, Desk RKA oleh Tim Anggaran, Evaluasi Internal oleh Bappeda, Pengawasan oleh Inspektorat Daerah dan konsultasi dan evaluasi Gubernur.
Kata Kunci: Konsistensi, Perencanaan, Penganggaran, Pagu Indikatif
ABSTRACT: This study was conducted to determine the level of consistency between planning and budgeting documents, namely RPJMD, RKPD, strategic planning, Renja, PPAS and DPA SKPD. This study also aims to identify the factors that affect the consistency between planning and budgeting as well as to know the efforts that have been made to improve the consis- tency between planning and budgeting. This study used a quali- tative method with a case study approach on tourism sector in the Culture and Tourism Office of Gunungkidul Regency. Parti- cipants in this study are officers or employees involved in the planning and budgeting process. The results showed that the level of consistency of RKPD and DPA the culture and Tourism Office in 2015 amounted to 53,24% (satisfactory) and in 2016 amounted to 63,54% (good). Factors that affect the consistency, between the planning and budgeting are the lack of understand- ing of planning and budgeting: SKPDs’ dis-regard of the indi- cative ceiling and performance indicators, political intervention by legislators, policy of Central/Provincial Government, commit- ment of stake-holders, policy makers and executors, and the ma- nual processes in planning. Efforts that have been made to im- prove the consistency of between planning and budgeting are, among others: PIWK innovation, work plan desk by BAPPEDA desk, RKA desk by the budget team, internal evaluation by Bappeda, supervision by the Regional Inspectorate office and consulting and evaluation by the Governor.
Keywords: Consistency, Planning, Budgeting, Indicative
Ceiling
SITASI ARTIKEL:
Wasana, S. & Halim, A. (2018). Studi Konsistensi Perencanaan dan Penganggaran Daerah Bidang Pariwisata di Kabupaten Gunungkidul, Jati: Jurnal Akuntansi Terapan Indonesia, 1(2), 70-81.
Jati: Jurnal Akuntansi Terapan Indonesia Vol 1 No 2 Oktober 2018
PENDAHULUAN
Perencanaan mempunyai peran yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan pemba- ngunan baik di tingkat nasional maupun di daerah. Keberhasilan pembangunan di suatu wilayah peme- rintahan dipengaruhi oleh kualitas perencanaan tersebut disusun. Perencanaan pembangunan akan memberikan arah yang jelas terhadap pembangu- nan disuatu wilayah apabila disusun dengan target yang jelas dan terukur sehingga memudahkan pe- merintah dalam mencapai tujuan yang telah di- tetapkan. Dalam perencanaan pembangunan di daerah, pemerintah daerah memiliki kewenangan yang lebih besar dengan adanya otonomi daerah. Kewenangan dan tanggungjawab yang besar ini diharapkan mendorong daerah untuk dalam me- ningkatkan kemampuan keuangan daerah dengan menggali dan meningkatkan potensi yang dimiliki dan juga melakukan inovasi kebijakan untuk men- dukung pembangunan daerah.
Perencanaan daerah tahunan akan dituang- kan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Dae- rah (APBD) ialah Rencana Kerja Pemerintah Daerah atau disingkat RKPD. Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dijelaskan bahwa dalam proses penyusunan APBD sampai di-tetapkannya, berpedoman pada rencana kerja pemerintah dae- rah. Proses penyusunan perencanaan daerah dilaku- kan melalui musyawarah peren-cananaan pemba- ngunan daerah. MenurutUndang-Undang Nomor
25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencaanaan Pembangunan Nasional, musyawarah perenca- nanaan pembangunan adalah forum antarpelaku dalam rangkamenyusun rencana pem-bangunan nasional dan rencana pembangunan daerah. Mus- renbang dilaksanakan untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
Dalam pasal 129 ayat 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 disebutkan bahwa RKPD digunakansebagai landasan penyusunan KUA dan PPAS dalam rangka penyusunan RAPBD. Konsis- tensi antara perencanaan dan penganggaran pen- ting untuk diperhatikan karena merupakan indi- kator dalam menilai kinerja pemerintah. Hal ini telah dijelaskan pasal 4 ayat (2) dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 bahwa sistem perencanaan pembangunan nasional bertujuan untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan. Dokumen perencanaan juga harus memiliki keterkaitan antara yang satu dengan yang lain
untuk menjamin keberlanjutan pembangunan serta mempertahankan dan meningkatkan prestasi pem- bangunan yang telah dicapai didaerah.
Proses perencanaan pembangunan di Kabu- paten Gunungkidul telah dilakukan melalui me- kanisme musrenbang sebagaimana kabupaten lain di Indonesia. Melalui musrenbang masyarakat dapat berpartisipasi dan menyampaikan usulan secara berjenjang. Beberapa permasalahan dalam proses perencanaan dan penganggaran partisipasi antara lain menurut Suhirman (Buletin Lesung edisi III/ 2005) dalam Bastian, 2006: (1) masih terjadinya dualisme yaitu perencanaan (melibatkan masya- rakat) dengan proses penganggaran (kewenangan pemerintah) sehingga menyebabkan usulan yang disepakati dalam perencanaan tereduksi dalam proses penganggaran; (2) tidak ada informasi yang memadai tentang prioritas dan perkiraan alokasi anggaran (pagu indikatif) sehingga menyebabkan meningkatnya usulan dalam perencanaan par- tisipasi; (3) masih terjadinya asimetri antara peren- canaan dan anggaran pembangunan dengan per- masalahan yang dihadapi masyarakat. Perum- pamaan dalam hal ini adalah “yang direncanakan lain dengan yang dianggarkan dari daerah”.
Pembangunan di bidang pariwisata menjadi salah satu fokus utama di Kabupaten Gunungkidul. Hal ini terlihat padadari visi Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016-2021 yaitu “Mewujudkan Gunungkidul Sebagai Daerah Tujuan Wisata Terkemuka dan Berbudaya Menuju Masyarakat Yang Berdaya Saing Maju, Mandiri dan Sejahtera 2021”. Disamping hal itu di Kabupaten Gunungkidul bidang pariwisata juga mengalami peningkatankunjungan wisatawan selama 4 tahun terakhir. Pada empat tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah wisatawan yang ber- kunjung ke obyek wisata di Kabupaten Gunung- kidul. Jumlah kunjungan wisata tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
Pemerintah
Kabupaten
Gunungkidul melalui Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) telah melakukan inovasi dalam perencanaan pembangunan daerah. Inovasi ter- sebut yaitu dengan diterapkannya pagu indikatif. Kabupaten Gunungkidul menerapakan pagu indi- katif pada tahun 2012 dengan diterbitkannya Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Pembang- unan Daerah. Kemudian untuk penentuan pagu indikatif diatur dengan Peraturan Bupati Nomor 40 Tahun 2012 tentang Tata Cara Perhitungan Pagu Indikatif Wilayah Kecamatan dan Penyusunan Program Pembangunan Prioritas. Pemerintah Ka- bupaten Gunungkidul merupakan salah satu kabu-
Wasana dan Halim Konsistensi Perencanaan dan Penganggaran Daerah
Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012-2015
Sumber: Disbudpar Gunungkidul 2015
Tabel 2. Evaluasi Kesesuaian Program dalam Renja SKPD terhadap RKPD, dan Renstra SKPD terhadap RPJMD Th.2016
No.
Nama SKPD
Persentase 2016
1 Sekretariat DPRD
2 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 100
3 Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, dan KB
4 Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan 76,15 Sumber: Bappeda Gunungkidul 2016
paten yang mendapatkan penghargaan nasional 2015 di Kabupaten Gunungkidul. Hasil penelitian yaitu Pangripta Nusantara tahun 2014 sebagai
menunjukkan bahwa tingkat konsistensi selama tiga kabupaten dengan perencanaan daerah terbaik
tahun dari tahun 2013, 2014, 2015 pada bidang fisik pertama untuk kategori B. Sebagai daerah yang
dan prasarana ada peningkatan. Hasil penelitian telah
menunjukkan bahwa tingkat konsistensi selama tiga Gunungkidul sering mendapat kunjungan studi
mendapat penghargaan
Kabu-paten
tahun dari tahun 2013, 2014, 2015 pada bidang fisik banding
dan prasarana ada peningkatan. Pada SKPD DPU kabupaten lain. Namun berdasarkan data moni-
tentang perencanaan
daerah
dan
tahun 2013 sebesar 77%, dan tahun 2015 sebesar toring dan evaluasi (e-monev) masih terdapat
96%. Pada SKPD Dishubkominfo tahun 2013 sebesar beberapa SKPD yang ditengarai masih belum kon-
93%, dan tahun 2015 sebesar 94%. Kemudian untuk sisten dalam hal keterkaitan dokumen perencanaan
SKPD Kapedal tahun 2013 sebesar 88%, tahun tahun dan penganggaran. Hal ini dapat dilihat pada tabel
2015 sebesar 100%. Faktor-faktor yang memengaruhi
2. konsistensi perencanaan dengan penganggaran Berdasarkan uraian tersebut, maka pene-
daerah yaitu pemahaman antara SKPD, Bappeda, litian ini akan meneliti pada bidang Pariwisata di
DPPKAD, TAPD serta DPRD dalam menjabarkan Dinas Kepariwisataan dan Kebudayaan karena SKPD
program dan kegiatan pada SKPD; adanya kebijakan tersebut tingkat konsistensi program pada doku-
pusat; adanya hasil evaluasi oleh Gubernur; men Renja SKPD terhadap RKPD, dan Renstra SKPD
terwadahinya pokok-pokok pikiran DPRD ke dalam terhadap RPJMD tahun 2016 masih sebesar 76,15
program kegiatan SKPD.
persen. Hal ini menunjukkan konsistensi dokumen Kumalasari (2016) melakukan penelitian perencanaan dan penganggaran ditengarai belum
yang lebih luas tentang analisis konsistensi antara optimal.
dokumen RKPD, PPAS serta APBD pada pemerintah Beberapa studi yang membahas masalah
Kota Magelang. Hasil analisis data ditemukan bah- konsistensi perencanaan dan penganggaran antara
wa proses perencanaan dan penganggaran pada lain Fitry (2012), yang meneliti konsistensi peren-
pemerintah Kota Magelang masih terdapat in- canaan dan penganggaran daerah bidang keseha-
konsistensi pada tahun 2014 dan tahun 2015. Faktor- tan kota Lubuk Linggau tahun 2010. Hasil penelitian
faktor yang menyebabkan terjadi inkonsistensi menunjukkan bahwa tingkat konsistensi perencana-
adalah rendahnya pemahaman tentang perenca- an dan penganggaran bidang kesehatan di Kota
naan dan penganggaran baik dari eksekutif, Lubuklinggau masih kurang baik yakni sebe-sar
legislatif maupun masyarakat, intervensi DPRD, 58,82% untuk analisis konsistensi DPA tahun 2010
kurangnya komitmen bersama dari pemangku terhadap RPJMD 2008-2013. Sugiarto dan Mutiarin
kepentingan dan pengambil kebijakan, penggunaan (2016) melakukan penelitian tentang konsistensi pe-
aplikasi yang berbeda, belum adanya sanksi yang rencanaan pembangunan daerah dengan anggaran
jelas apabila terjadi inkonsistensi, kurangnya daerah pada bidang fisik dan prasarana tahun 2013-
perhatian terhadap konsistensi indikator kinerja,
Jati: Jurnal Akuntansi Terapan Indonesia Vol 1 No 2 Oktober 2018
serta kebijakan dari pemerintah pusat yang sering- Dalam pengumpulan data untuk penelitian ini kali terlambat.
menggunakan penelitan dokumen, wawancara dan Berbeda dengan penelitian sebelumnya
penelitian kepustakaan. Sesuai dengan permasalah- penelitian ini menganalisis tingkat konsistensi pada
an, jenis penelitian kualitatif dan sumber data yang dokumen jangka pendek tapi juga dokumen jangka
digunakan maka peneliti menggunakan triangulasi menengah pada bidang pariwisata Kabupaten
dalam pengumpulan data yaitu menggabungkan Gunungkidul tahun 2015-2016. Penelitian bertujuan
dari berbagai teknik pengumpulan data. Pengum- untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mem-
pulan data dilakukan dengan triangulasi sumber pengaruhi konsistensi perenanaan dan pengang-
data yaitu memperoleh data dari berbagai sumber garan. Peneltian ini juga mengeksplorasi tentang
yang berbeda dengan teknik yang sama. Dengan upaya apa saja yang telah dilakukan untuk me-
teknik triangulasi diharapkan akan didapat data ningkatkan konsistensi perencanaan dan pengang-
yang lebih valid (Creswell, 2014). garan di kabupaten Gunungkidul. Adapun pemilihan
Peneliti melakukan pengecekan dan pemilihan obyek dilakukan di Kabupaten Gunungkidul karena
terhadap dokumen-dokumen yang diperoleh terkait pernah mendapatkan penghargaan Pangripta Nu-
dengan perencanaan dan penganggaran pada Dinas santara sebagai Kabupaten dengan perencanaan
Kebudayaan dan Kepariwisataan di Kabupaten terbaik nasional untuk kategori B di tahun 2014,
Gunungkidul tahun 2015-2016. Dokumen tersebut namun berdasarkan data monev tahun 2016 ada
antara lain: RPJMD, Renstra SKPD, Renja SKPD, beberapa SKPD yang belum optimal konsistensinya
RKPD, PPAS, APBD dan dokumen terkait lainnya. yaitu di Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan
Dokumen tersebut kemudian dianalisis menggu- program pada dokumen Renja SKPD terhadap
nakan matrik konsolidasi dan dilakukan penilaian. RKPD, dan Renstra SKPD terhadap RPJMD Th.2016
Wawancara ini dilakukan dengan partisipan yakni sebesar 76,15 persen.
kunci yang telah dipilih dan dilakukan secara Penelitian ini diharapkan memberikan man-
terbuka namun tetap mendalam sesuai alur wawan- faat secara praktis diharapkan dapat: (1) membe-
cara. Partisipan yang rencanaya akan di wawancarai rikan masukan atau pertimbangan dalam penyem-
adalah orang-orang kunci yang mengetahui dari purnaan kebijakan dalampenyusunan rencana pem-
proses musrenbang, perencanaan di tingkat SKPD, bangunan daerah sehingga dapat mengurangi per-
penyusunan RKPD, penyusunan RAPBD/APBD dan masalahan yang harus dihadapi; (2) mengetahui
proses review oleh Inspektorat Daerah. keberhasilan usulan program kegiatan yang masuk
Penelitian kepustakaan dilakukan dengan dalam APBD; (3) mengetahui tingkat konsistensi
cara mempelajari teori-teori dari buku-buku teks, dokumen perencanaan dan penganggaran. Secara
bahan-bahan kuliah, jurnal dan artikel yang terkait akademis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
dengan masalah yang diteliti. Penelitian kepusta- sebagai referensi bagi peneliti lain yang ingin me-
kaan ini bertujuan untuk memperoleh teori dan lakukan penelitian yang serupa maupun yang akan
konsep sesuai dengan masalah yang diteliti se- melanjutkan penelitian ini.
hingga menjadi suatu landasan teori dalam penyu- sunan penelitian.
METODE PENELITIAN Analisis dan Interpretasi Data
Penilitian ini akan menggunakan metode Analisis dilakukan secara simultan, berulang kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian
dan berkelanjutan dengan memproses dan menyi- ini akan menggunakan desain kasus tunggal untuk
apkan data yang telah didapatkan, lalu data terse- menganalisis konsistensi perencanaan dan peng-
but dideskripsikan, dibandingkan, dikategorikan, di- anggaran daerah bidang pariwisata pada Dinas Ke-
konseptualisasikan, dan dijelaskan sehingga dapat budayaan dan Kepariwisataan Kabupaten Gunung-
membangun suatu teori dari hasil penelitian kidul.
(Hennink, Hutter dan Bailey, 2012: 238). Dalam Data ataupun informasi yang didapat dari
melakukan analisis dari teks atau gambar yang penelitian ini sebagian besar merupakan data
banyak, tidak semua informasi akan digunakan. kualitatif. Partisipan yang terkait dengan masalah
Oleh karena itu perlu dilakukan pemisahan data dan penelitian ini adalah orang-orang kunci yang mena-
memfokuskan pada sebagian data khususnya dalam ngani proses perencanaan dan penganggaran yakni
menjawab pertanyaan penelitian dan mengabaikan berasal dari: Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan,
yang lainnya.
Bappeda, dan Badan Keuangan dan Aset Daerah. Untuk menjawab terkait seberapa tingkat kon- Data sekunder dari instansi antara lain: RPJMD,
sistensi perencanaan dan penganggaran dila-kukan Renstra SKPD, Renja SKPD, RKPD, KUA PPAS dan
dengan menganalisis dan membandingkan nomen- DPA SKPD.
klatur program dan kegiatan pada dokumen peren-
Wasana dan Halim Konsistensi Perencanaan dan Penganggaran Daerah
canaan dan penganggaran dengan menggu-nakan matrik konsolidasi. Proses tersebut dilakukan de-
HASIL DAN PEMBAHASAN
ngan menganalisis dokumen perencanaan dan penganggaran dengan membandingkan antara lain:
Gambaran Dokumen dan Partisipan
(1) RPJMD dengan Renstra SKPD (Pasal 84 Permen- Pengumpulan data dalam penelitian ini dagri 54/2010); (2) Renstra SKPD dengan Renja
menggunakan dokumen dan wawancara mendalam SKPD (Pasal 97 Permendagri 54/2010); (3) RKPD
kepada orang-orang yang terlibat langsung dalam dengan PPAS (Pasal 129 Permendagri 54/2010); dan
perencanaan dan penganggaran. Dokumen dalam (4) RKPD dengan DPA SKPD (Pasal 17 UU 17/2003).
penelitian ini didapatkan dari Badan Perencanaan Setelah itu, dilakukan scoring atau penilaian
dan Pembangunan Daerah, Dinas Pariwisata, Badan dengan memperhatikan konsistensi dari kriteria
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gunung- yang digunakan. Metode yang akan digunakan
kidul. Dokumen tersebut meliputi: RPJMD tahun dalam penilaian ini mengadopsi dari Permenpan-RB
2010-2015 dan RPJMD tahun 2016-2021; RKPD tahun Nomor 25 Tahun 2012 jo Permenpan-RB Nomor 20
2015 dan tahun 2016; Renstra Dinas Kebudayaan Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi
dan Kepariwisataan tahun 2010-2015 dan Renstra Akuntabilitas Kinerja Intsansi Pemerintah karena
tahun 2016-2021; Renja Kebudayaan dan Kepariwi- didalamnya juga menilai keterkaitan komponen-
sataan tahun 2015 dan tahun 2016; KUA-PPAS komponen perencanaan kinerja dengan peng-
Pemerintah Kabupaten Gunungkidul tahun 2015 dan anggaran (Kumalasari, 2016). Metode penilaian ter-
tahun 2016; DPA Dinas Kebudayaan dan Kepariwi- sebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
sataan tahun 2015 dan tahun 2016.
Data primer di dapatkan dari hasil wawan- Apabila nomenklatur program sama maka diberi
Dokumen 5 tahun ke dokumen 1 tahun.
cara mendalam terhadap 10 orang partisipan dari nilai 1 dan apabila nomenklatur tidak sama diberi
Dinas Pariwisata 1 orang, Bappeda 5 orang, BKAD 1 nilai 0.
orang, Inspektorat Daerah 1 orang, anggota DPRD 1 Dokumen tahunan. Untuk dokumen tahunan
orang. Kriteria yang digunakan dalam pemilihan dengan ketentuan (1) apabila nomenklatur kegiatan
partisipan adalah mereka yang memahami proses sama diberi nilai 0,5, apabila tidak sama diberi nilai
perencanaan dan penganggaran dan terlibat lang-
0. (2) apabila indikator kinerja output konsisten sung di dalamnya baik dari pelaksana, pengawas diberi nilai 0,25 (3) apabila apabila indikator kinerja
dan legislatif pada tahun 2015-2016. Pembahasan input (pagu indikatif) dan indikator kinerja output
dalam penelitian ini akan fokus pada bidang pari- konsisten diberi nilai 0,5 (3) apabila keduanya tidak
wisata karena itu bidang kebudayaan tidak dilaku- konsisten diberi nilai 0. (Kumalasari, 2016)
kan pembahasan dalam penelitian ini. Pembahasan Dari uraian tersebut akan diketahui nilai
bab ini terbagi menjadi tiga tahap, Tahap pertama untuk konsistensi program/kegiatan maupun indika-
menganalisis seberapa tingkat konsistensi dokumen tor kinerja dengan nilai maksimal adalah 1 (satu).
perencanaan dan penganggaran, tahap kedua Setelah diperoleh nilai untuk masing-masing item
menguraikan tentang faktor-faktor yang mempe- kemudian dijumlahkan untuk mencari total score
ngaruhi konsistensi antara perencanaan dan peng- yang selanjutnya digunakan untuk meng-hitung
anggaran. Kemudian yang ketiga tentang upaya tingkat konsistensi. Konsistensi program/ kegiatan
yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam dihitung dengan membanding-kan jumlah score
menjaga konsistensi antara perencanaan dan peng- yang diperoleh dengan jumlah score maksimal kali
anggaran.
Analisis Tingkat Konsistensi Perencanaan dan
Konsistensi Program/Kegiatan= Jmlh score yg diperoleh x 100%
Penganggaran di Bidang Pariwisata
Analisis konsistensi akan dilakukan dengan Setelah didapatkan persentase konsistensi
Jumlah score maksimal
membandingkan antara dokumen RPJMD dan dan dilakukan penjumlahan tingkat konsisten untuk
Renstra, RKPD dan PPAS, dan RKPD dan DPA untuk SKPD, selanjutnya hasil dari SKPD tersebut dinter-
tahun 2015-2016. Analisis ini dilakukan dengan pretasikan berdasarkan kategori menurut Permen-
memberikan skor nilai pada masing-masing pan RB Nomor 25 Tahun 2012. Setelah melakukan
program atau kegiatan maksimal 1 dan minimal 0. analisis dokumen tersebut, langkah berikutnya
Khusus untuk dokumen RPJMD dan renstra peneliti adalah melakukan tinjauan lapangan untuk melaku-
hanya dapat melakukan skoring pada nomenklatur kan wawancara. Wawancara dimaksudkan untuk
program saja karena dalam dokumen tidak tersedia mengkroscek hasil analisis yang dilakukan agar
indikator kinerja dari setiap program. menjadi lebih valid.
Jati: Jurnal Akuntansi Terapan Indonesia Vol 1 No 2 Oktober 2018
Dari analisis tersebut tingkat konsistensi
Analisis Tingkat Konsistensi Dokumen RPJMD dan
dokumen renstra dengan renja tahun 2015 termasuk
Renstra
tinggi yaitu untuk program sebesar 91,67% dan Analisis dokumen RPJMD dan renstra
kegiatan 85,71%, sedang tahun 2016 mengalami dilakukan guna mengetahui konsistensi dari kebi-
kenaikan menjadi untuk program sebesar 100% dan jakan program yang ada di tingkat Pemerintah
kegiatan sebesar 97,87%. Hal ini menunjukan bahwa Kabupaten dengan dokumen renstra yang ada di
dokumen Renstra telah digunakan sebagai acuan Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan khususnya
untuk penyusunan dokumen renja SKPD. pada bidang pariwisata. Analisis dilakukan untuk dokumen RPJMD dan renstra tahun 2010-2015 dan
Analisis Tingkat Konsistensi Dokumen RKPD dan
2016-2021.
PPAS Tahun 2015-2016
Dalam dokumen RPJMD 2010-2015 pada Sebagaimana dijelaskan dalam Permendagri tahun 2015 memuat 8 program sedangkan pada
54/2010 dokumen RKPD menjadi acuan untuk renstra Disbudpar memuat 9 program, ada 1
penyusunan dokumen PPAS dan APBD dalam hal ini program yang ada di renstra namun tidak ada dalam
DPA.Untuk melihat apakah dokumen tersebut su- RPJMD. Dokumen RPJMD dan renstra 2016-2021
dah dijadikan acuan atau belum perlu dilakukan pada tahun 2016 sama-sama memuat 10 program.
analisis. Analisis dokumen dilakukan untuk menge- Jadi tingkat konsistensi program pada dokumen
tahui tingkat konsistensi kegiatan antara dokumen RPJMD dan Renstra ditunjukkan dengan hasil
RKPD dengan PPAS bidang pariwisata tahun 2015- Tingkat konsistensi RPJMD dengan Renstra
2016, yang ditampilkan pada tabel 4. Disbudpar 2010-2015 sebesar 88,89% (kategori
Dari analisis tersebut tingkat konsistensi do- sangat baik) dan Tingkat konsistensi RPJMD dengan
kumen PPAS terhadap RKPD tahun 2015 termasuk Renstra Disbudpar 2016-2021 naik menjadi sebesar
cukup yaitu sebesar 52,31%. Hal ini menunjukan bah- 100% (kategori memuaskan).
wa dokumen RKPD belum sepe-nuhnya digunakan Hal ini menunjukan bahwa dokumen RPJMD
sebagai acuan. Tingkat konsis tensi PPAS terhadap telah menjadi acuan dalam penyusunan dokumen
RKPD pada tahun 2016 mengalami kenaikan menjadi Renstra pada Dinas Kebudayaan dan Kepariwisatan
sebesar 100% atau kategori memuaskan. Hal ini pada tahun 2015 dan tahun 2016.
menunjukkan bahwa dokumen RKPD telah dijadikan acuan untuk penyusunan PPAS.
Analisis Tingkat Konsistensi Dokumen Renstra dan Renja Tahun 2015-2016
Analisis Tingkat Konsistensi Dokumen RKPD dan
Analisis ini dilakukan guna mengetahui
DPA Tahun 2015-2016
konsistensi dari kegiatan pada dokumen renstra Sebagaimana dijelaskan pada Undang- dengan renja di tingkat SKPD.Analisis dilakukan
Undang Nomor 17 Tahun 2003 bahwa Anggaran dengan membandingkan dokumen renstra dan
Pendapatan dan Belanja Daerah dalam proses pe- renja Disbudpar tahun 2010-2015 dan 2016-2021.
nyusunan sampai ditetapkannya, berpedoman pada Hasil analisis dapat ditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 3. Score Konsistensi Kegiatan Renstra dengan Renja Jml.Prog/
Persentase Persentase No.
Jml. Prog/
Prog/Keg.
Tahun Keg. Renstra
Keg. Renja
konsisten
Program Kegiatan
Tabel 4. Score Konsistensi Kegiatan RKPD dengan PPAS
Score Konsistensi Jml. Jml.
No Tahun
Score Persentase . RKPD
Keg.
Keg. Kegiatan
Wasana dan Halim Konsistensi Perencanaan dan Penganggaran Daerah
Tabel 5. Rekapitulasi Score Konsistensi DPA terhadap RKPD
Score Konsistensi
No. Tahun Keg
Persentase RKPD
rencana kerja pemerintah daerah. Untuk melihat menyusun dokumen perencanaan. Dinas Kebuda- apakah dokumen tersebut sudah dijadikan acuan
yaan dan Kepariwisataan karena nilai LAKIP masih C atau belum perlu dilakukan analisis. Analisis doku-
dan merasa belum baik dalam menyusun renstra men dilakukan dengan mengetahui tingkat konsis-
akhirnya minta di bimbing oleh Tim dari Kementrian tensi kegatan antara dokumen RKPD dengan DPA
PANdan RB untuk menyusun renstra agar bisa baik tahun 2015-2016 seperti tabel 5.
dan lebih fokus.
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa Kurangnya pemahaman juga bisa menim- tingkat konsistensi dokumen DPA terhadap RKPD
bulkan multitafsir dalam menerjemahkan aturan tahun 2015 termasuk cukup yaitu sebesar 53,24%.
sehingga menyebabkan tidak optimalnya kegiatan Hal ini menunjukan bahwa dokumen RKPD belum
karena dijalankan oleh dua seksi sehingga sulit sepenuhnya digunakan sebagai acuan. Tingkat
untuk mengevaluasi dan mengukur kinerjanya. Ta- konsistensi DPA terhadap RKPD pada tahun 2016
hun 2015 di Dinas Kebudayaan dan Kepariwisa-taan mengalami kenaikan 10% menjadi sebesar 63,54%
masih ada satu kegiatan yang dijalankan oleh dua atau termasuk kategori cukup. Hal ini menunjukkan
seksi sehingga belum sesuai dengan uraian tugas bahwa dokumen RKPD belum dijadikan acuan untuk
sehingga menyebabkan kesulitan dalam melakukan penyusunan DPA SKPD. Faktor-faktor yang mem-
evaluasi kinerja nantinya. Ketidaksesuaian tugas dan pengaruhi konsistensi tersebut akan dijelaskan
kompetensi adalah masalah besar dan mengganggu sebagai berikut:
implementasi sistem pengukuran kinerja, khususnya dalam upaya pencapaian kinerja (Sofyani, Akbar,
Analisis Faktor yang Memengaruhi Konsistensi
Perencanaan dan Penganggaran
SKPD Belum Memperhatikan Pagu Indikatif dan Berdasarkan analisis dokumen Renstra,
Indikator Kinerja
Renja, RPJMD, RKPD, KUA PPAS, DPA di Dinas Sesuai dengan Permendagri 13 tahun 2006 Kebudayaan dan Kepariwisataan menunjukkan
dan permendagri 54 tahun 2010 bahwa dalam adanya inkonsistensi. Inkonsistensi ini akan mem-
dokumen perencanaan dan penganggaran khusus- pengaruhi outcome program dan sasaran yang
nya renja, RKPD dan DPA harus mencantumkan dapat bermuara pada tidak tercapainya tujuan
pagu indikatif dan indikator kinerja. Dengan demi- pembangunan daerah. Setelah dilakukan wawan-
kian konsistensi diharapkan juga pada pagu indikatif cara mendalam dengan partisipan dapat ditarik
dan indikator kinerja. Berdasarkan analisis data pa- kesimpulan mengenai faktor-faktor yang mem-
da dokumen perencanaan dan penganggaran tahun pengaruhi konsistensi pada Dinas Kebudayaan dan
2015-2016 Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Kepariwisataan antara lain:
terlihat kurang memperhatikan dalam hal pagu indikatif dan indikator kinerja terlihat dari banyak
Kurangnya Pemahaman tentang Perencanaan dan perubahan pada pagu indikatif dan indikator kinerja Penganggaran
dalam dokumen yan dibandingkan. Hal tersebut Untuk dapat mewujudkan konsistensi antara
dirasakan masih cukup sulit pemahaman di BKAD, dokumen perencanaan dan penganggaran dibu-
Bappeda dan SKPD bahwa konsisten utamanya tuhkan pemahaman yang baik di tingkat SKPD.
terletak pada program dan kegiatan meskipun ada Perencana dan penangungjawab kegiatan di SKPD
perubahan anggaran ataupun indikator kinerja hal harus memiliki tingkat pemahaman yang baik dalam
itu tidak dipersoalkan.
perencanaan dan penganggaran sehingga dalam Hal ini menandakan bahwa SKPD belum merumuskan program dan kegiatan dapat konsis-
memperhatikan terhadap pagu indikatif dan indika- ten dan sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Pema-
tor kinerja, jika indikator kinerja berubah otomatis haman yang kurang baik akan menyulitkan dalam
pagu juga berubah demikian pula sebaliknya jika pa-
Jati: Jurnal Akuntansi Terapan Indonesia Vol 1 No 2 Oktober 2018
gu berubah atau dikurangi maka indikator kinerja juga akan berubah. Hal ini menandakan bahwa di tingkat SKPD pagu indikatif maupun indikator kiner- ja belum menjadi fokus utama dalam hal menjaga konsistensi perencanaan dan pengang-garan.
Intervensi Politik anggota DPRD Pendekatan politik adalah salah satu dari empat pendekatan perencanaan yang diatur dalam perundang-undangan. Pendekatan politik dirumus- kan oleh DPRD melalui pokok-pokok pikiran dewan. Namun seringkali hal ini tidak dimanfaatkan secara optimal oleh anggota dewan, seringkali pokok- pokok pikiran diserahkan ke ekskutif terlambat atau tidak disusun secara lengkap. Hal ini menyebabkan anggota dewan terkadang membuat usulan yang mendadak karena tidak terwadahinya usulannya dalam pokok-pokok pikiran dewan. Seperti yang terjadi di Dinas Pariwisata, Komisi di DPRD Gunung- kidul mengusulkan adanya Perda pemandu wisata seperti yang sudah dimiliki di Pemda DIY padahal hal itu tidak ada dalam dokumen renstra maupun renja, akhirnya hal itu batal dilaksanakan karena yang menjadi acuan Pemda DIY sendiri Perda pemandu wisata sudah terbit lama (10 tahun lebih) dan belum direvisi.
Intervensi politik masih terjadi dan diakui oleh anggota dewan, mekanisme yang seharusnya dilalui oleh DPRD yaitu musrenbang, pokok-pokok pikiran, KUA PPAS namun ada anggota dewan yang justru melalui cara lain yang tidak tepat seperti melalui rapat komisi dengan SKPD sehingga me- nyebabkan inkonsistensi dalam perencanaan dan penganggaran.
Kebijakan Pemerintah Pusat/Provinsi Pemerintah pusat atau pemerintah propinsi terkadang membuat kebijakan yang munculnya tidak di awal waktu namun di pertengahan sehingga memengaruhi program/kegiatan yang sudah tersu- sun atau sudah ditetapkan. Pada Dinas Pariwisata pernah diminta menyusun renja untuk kegiatan tambahan yaitu Word Camping yang dipusatkan di Prambanan, Gunungkidul diminta menyiapkan untuk 800 orang pramuka di Nglanggeran, namun setelah melalui proses reviu Inspektorat dan pem- bahasan Tim Anggaran akhirnya kegiatan tersebut dianggarkan melalui Dinas Pendidikan.
Kebijakan dari pemerintah pusat maupun provinsi waktunya sering tidak bersamaan atau terlambat dengan proses perencanaan dan peng- anggaran daerah sehingga menyulitkan daerah ke- tika ada program/kegiatan yang akhirnya tidak bisa dijalankan karena kebijakan tersebut. Seperti pada Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan pada renja dan RKPD muncul anggaran untuk bidang kebuda-
yaan namun dalam DPA kegiatan tersebut tidak muncul karena mendapat alokasi dari dana keisti- mewaan. Kebijakan tersebut juga bisa karena pro- yeksi penerimaan baik dari DAU, DAK yang tidak tepat menyebabkan penerimaan kurang sehingga harus mengurangi atau bahkan membatalkan ke- giatan yang sudah direncanakan oleh SKPD.
Komitmen Pemangku Kepentingan, Pengambil Kebi- jakan dan Pelaksana Kegiatan
Dokumen perencanaan daerah disusun untuk memenuhi visi, misi dan tujuan pembangunan daerah. Dokumen tersebut akan tersusun dengan baik apabila ada komitmen dari pemangku kepen- tingan, pengambil kebijakan dan pelaksana kegia- tan. Komitmen dari ketiganya sangat dibutuhkan agar perencanaan dan penganggaran itu dapat ber- jalan konsisten.
Komitmen pengambil kebijakan dibutuhkan untuk membuat kebijakan agar konsitensi peren- canaan dan penganggaran semakin meningkat. Pe- laksana kegiatan seringkali ditemui juga kurang komitmennya dalam menyusun rencana kegiatan. Dari analisis data terlihat dokumen RKPD disusun kurang rinci pada indikator kinerja berbeda dengan dokumen RKA yang tersusun rinci pada indikator kinerjanya. Komitmen legislatif sebagai pemangku kepentingan dalam bidang pariwisata juga sangat diperlukan, karena di tingkat legilatif peluang beru- bahnya kegiatan cukup besar. Hak budget yang dimiliki dewan sering kali dimanfaatkan oleh ang- gota dewan untuk melancarkan kepentingannya de- mi memenuhi janji politik kepada konstituennya. Hal ini dapat terlihat dari wawancara dengan salah satu anggota legislatif yang mengakui bahwa peru-ba- han masih sering terjadi, terkadang sudah dipu- tuskan di KUA PPAS namun pada saat rapat komisi dengan SKPD masih berubah lagi sehingga hal itu menyebabkan tidak konsisten.
Proses Manual dalam Perencanaan
Penyusunan dokumen perencanaan masih di- laksanakan secara manual. Aplikasi yang sudah ada adalah aplikasi SIPKD (Sistem Informasi Pengelola- an Keuangan Daerah) untuk penganggaran yang servernya ada di BKAD dan e monev untuk moni- toring dan evaluasi yang servernya ada di Bappeda. Dengan proses manual perencana di masing-masing SKPD akan mengentry dua kali ke dalam dokumen perencanaan (yang masih manual) dan ke dalam penganggaran (yang sudah menggunakan aplikasi) sehingga akan membutuhkan banyak waktu dan memungkinkan
terjadi human error karena banyaknya data yang di entry. Belum adanya apli- kasi untuk perencanaan sehingga proses penyu- sunan doku-men untuk renja maupun RKPD masih
Wasana dan Halim Konsistensi Perencanaan dan Penganggaran Daerah
manual tentu menyulitkan baik dari sisi perencana bulan desember dan nota kesepakatan paling lam- di masing-masing SKPD maupun yang melakukan
bat minggu pertama pada bulan Januari. kompilasi dalam penyusunan dokumen RKPD di
PIWK merupakan inovasi Pemerintah Kabu- Bappeda.
paten Gunungkidul untuk meningkatkan kuali-tas perencanaan daerah sekaligus sebagai upaya men-
Upaya Yang Dilakukan Pemerintah Daerah dalam
jaga konsistensi usulan kegiatan dari masyara-kat
Menjaga Konsistensi Perencanaan dan Pengang-
akan dijamin untuk dapat dianggarkan dalam APBD.
garan.
Dengan demikian, hal itu menunjukan adanya kon- Berdasarkan hasil wawancara dan dari pene-
sistensi bahwa pada kegiatan tertentu yang sudah litian dokumen, pemerintah daerah telah melaku-
di danai dengan PIWK tidak mengalami perubahan kan upaya dalam rangka menjaga konsis-tensi pe-
dari perencanaan sampai dengan pe-nganggaran rencanaan dan penganggaran daerah. Upaya ter-
atau ditetapkan dalam APBD. sebut dilakukan dengan membuat kebijakan mau- pun produk hukum berupa Perda atau Perbub un-
Desk Renja oleh Bappeda
tuk mendukung kebijakan tersebut. Beberapa upa- Bappeda kabupaten Gunungkidul melaksa- ya yang dilakukan untuk menjaga konsistensi pe-
nakan desk renja dengan mengundang perencana rencanaan dan penganggaran antara lain:
dari SKPD yaitu Kasubag Perencanaan dan Ke- uangan atau staf perencana. Pengertian deskrenja
Inovasi PIWK (Pagu Indikatif Wilayah Kecamatan) disini adalah duduk satu meja antara Perencana di Pagu Indikatif Wilayah Kecamatan mulai di-
SKPD dengan Tim Deskdari Bappeda untuk melaku- terapkan di Gunungkidul sejak tahun 2013. Hal itu
kan penelitian dokumen renja agar dapat disusun dilatarbelakangi karena usulan dari masyarakat da-
secara baik, konsisten atau tidak terjadi perubahan lam forum musrenbang desa maupun musren-bang
pada nomenklatur program dan kegiatan. Dalam kecamatan sangat sedikit yang terealisir. Hal itu
proses desk juga dilihat apakah sudah sesuai de- kemudian mendorong Bappeda yang bekerjasama
ngan aturan dan juga program prioritas yang ada di dengan LSM IDEA merancang sebuah kebijakan
RPJMD.
PIWK yang memberikan kepastian bahwa usulan Bappeda dalam melaksanakan upaya untuk dari masyarakat dalam musrenbang nantinya akan
menjaga konsistensi dari dokumen dari Renja sam- dianggarkan dalam APBD melalui DPA pada dinas
pai kemudian tersusun RKPD melalui desk dengan terkait.
meneliti apakah sudah mengacu pada renstra dan Rancangan kebijakan tersebut setelah mela-
RPJMD. Dokumen RPJMD ke Renstra setidaknya pa- lui proses panjang akhirnya diterbitkanlah tiga pera-
da level program harus sama. Kemudian dari renstra turan yaitu: Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2012;
ke renja ataupun dari RKPD ke renja nomenklatur Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2012 dan Pera-
kegiatan juga tidak boleh berbeda. turan Bupati Nomor 40 Tahun 2012 yang telah diper- barui dengan Peraturan Bupati Nomor 7 Tahun 2015.
Desk RKA oleh Tim Anggaran
Dalam perda tersebut terdapat dua pagu yaitu Pagu Proses penyusunan RKA SKPD di Kabupaten Indikatif Sektoral (PIS) dan Pagu Indikatif Wilayah
Gunungkidul diawali setelah KUA-PPAS yang disam- Kecamatan (PIWK). PIWK adalah sejumlah patokan
paikan Kepala Daerah disetujui oleh DPRD. TAPD batas maksimal anggaran yang diberikan berdasar-
menyiapkan rancangan surat edaran kepala daerah kan wilayah kecamatan dan dilaksanakan oleh SKPD
tentang pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagai yang penentuan alokasi belanjanya ditentukan oleh
acuan kepala SKPD dalam menyusun RKA-SKPD. mekanisme perencanaan partisipatif melalui mus-
Berdasarkan Permendagri 13 Tahun 2016 Surat Edar- renbang kecamatan dengan berdasarkan kebutuh-
an Kepala Daerah perihal pedoman penyusunan an dan prioritas program.
RKA tersebut diterbitkan paling lambat bulan Agus- Usulan masyarakat di bahas dalam musren-
tus tahun anggaran berjalan. Untuk penyusunan bang dan akan dipilih usulan yang menjadi prioritas
RAPBD 2016 Surat Edaran Bupati Gunungkidul ten- dan memenuhi syarat untuk di masukan melalui
tang Pedoman Penyusunan RKA tahun 2016 diter- PIWK berdasarkan pagu dari kecamatan tersebut.
bitkan tanggal 24 Agustus 2015 dan memberi teng- Selanjutnya usulan yang masuk PIWK akan masuk
gang waktu penyusunan RKA sampai dengan tang- ke dalam renja dinas terkait dengan pagu dari PIWK
gal 25 September 2015.
yang akan ditambahkan ke pagu dinas. Perhitungan Dalam penyusunan RKA, SKPD menggunakan besaran PIWK untuk tiap-tiap kecamatan akan di-
aplikasi SIPKD (Sistem Informasi Pengelolaan Keu- tentukan dengan formula yang sudah diatur melalui
angan Daerah). Aplikasi tersebut merupakan hibah Peraturan Bupati Nomor 7 Tahun 2015. Bupati me-
dari Kemdagri yang bekerjasama dengan PT. Usadi nyampaikan rancangan PIWK kepada DPRD untuk
Sistemindo Intermatika sebagai pengembang apli- dibahas bersama paling lambat minggu terakhir
kasi. Setelah RKA disusun dan dikirimkan ke Bidang
Jati: Jurnal Akuntansi Terapan Indonesia Vol 1 No 2 Oktober 2018
Anggaran BKAD, selanjutnya Tim Anggaran (TAPD) Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi mengundang SKPD untuk melaksanakan Desk RKA.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2017. Se- Dalam proses desk RKA TAPD akan mengecek doku-
lain itu juga berpedoman pada Peraturan Menteri men RKA apakah program dan kegiatannya sudah
Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 76 Tahun sesuai dengan KUA-PPAS. Dalam proses penelitian
2016 Kebijakan Pengawasandi Lingkungan Kemen- ini Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) me-
terian Dalam Negeri dan Penyelenggaraan Peme- ngacu pada program, kegiatan dan total pagu
rintahan Daerah Tahun 2017.
SKPD, untuk pagu masing-masing kegiatan masih Berdasarkan hasil penelitian, Inspektorat bisa berubah sepanjang tidak melebihi pagu SKPD.
Daerah telah melakukan reviu terhadap dokumen Dalam desk, TAPD juga meneliti dokumen RKA
perencanaan dan penganggaran. Reviu tersebut apakah sudah cukup efektif dan efisien dengan me-
dilakukan dengan meneliti dan mengkroscek kesuai- ngacu pada Surat Edaran Bupati yang sudah diter-
an dokumen perencanaan dan penganggaran seper- bitkan.
ti dokumen renja terhadap renstra, dokumen rens- tra terhadap RPJMD, dokumen renja terhadap
Evaluasi Internal oleh Bappeda RKPD ataupun dokumen RKA terhadap KUA-PPS Sesuai dengan mekanisme yang diatur dalam
atau RKPD.
Permendagri 54 Tahun 2010, bahwa Bappeda juga Adanya proses reviu yang dilakukan oleh Inspek- melaksanakan evaluasi perencanaan pembangunan
torat telah berhasil mengetahui adanya kegiatan daerah. Dalam hal Bupati akan melaksanakan kon-
yang tidak tercantum dalam KUA-PPAS dan akhir- sultasi kepada Gubernur maka terlebih dahulu harus
nya karena tidak ada dalam KUA-PPAS maka kegi- menyampaikan surat permohonan konsultasi de-
atan tersebut dihapus. Berdasarkan Permendagri 18 ngan dilampiri salah satunya ialah hasil pengendali-
Tahun 2016 dan Permendagri 76 Tahun 2016, Inspek- an dan evaluasi kebijakan perencanaan daerah. Da-
torat Daerah melakukan pengawasan untuk penye- lam penyusunan RKPD sistematika penyusunan
lenggaraan pemerintahan 2017, namun sejak tahun RKPD juga mencantumkan evaluasi RKPD tahun
2015 Inspektorat Daerah telah melakukan penga- lalu. Pengendalian dan evaluasi perencanaan pem-
wasan khususnya pada RKA untuk APBD 2016. De- bangunan daerah salah satu tujuan ialah untuk
ngan pengawasan/reviu tersebut Inspektorat dae- mewujudkan: Konsistensi antara RPJMD dengan
rah telah berupaya menjaga konsistensi dokumen RPJPD, Konsistensi antara RKPD dengan RPJMD
mulai dari perencanaan sampai penganggaran apa- dan keseuaian pembangunan daerah dengan indika-
bila numenklatur program dan kegiatan ada yang tor kinerja yang telah ditetapkan.
berubah maka Inspektorat Daerah akan membuat Bappeda Kabupaten Gunungkidul melakukan
rekomendasi.
evaluasi terhadap dokumen perencanaan khusus- nya evaluasi hasil RPJMD dan evaluasi hasil RKPD.
Pengawasan oleh Inspektorat Daerah Dari dokumen yang didapat oleh peneliti di tahun
Inspektorat Daerah Kabupaten Gunungkidul 2015 terdapat dokumen yaitu evaluasi hasil RKPD
telah melakukan pengawasan/reviu terhadap doku- semester II tahun 2015 dan evaluasi hasil RKPD
men perencanaan dan penganggaran mulai tahun semester II tahun 2016 kemudian evaluasi hasil
2016. Reviu yang telah dilaksanakan tersebut antara RPJMD tahun 2010-2015. Evaluasi RKPD dilakukan
lain: reviu RPJMD, RKPD, Renstra, Renja dan RKA. bukan untuk kepentingan perubahan RKPD ke-
Dalam melakukan reviu Inspektorat daerah berpe- depan dan apakah hasil pelaksanaan renja sudah
doman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Repu- sesuai dengan RKPD. Evaluasi di Bappeda telah
blik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Pedo- didukung dengan aplikasi berbasis online yaitu e-
man Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Renca- monev yang sudah diluncurkan di tahun 2016.
na Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2017. Selain itu Dalam aplikasi ini admin di SKPD akan melakukan
juga berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam entry untuk RKPD dievaluasi per triwulan sedang
Negeri Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2016 untuk RPJMD di evaluasi per tahun.
Kebijakan Pengawasandi Lingkungan Kemen-terian Pengawasan oleh Inspektorat Daerah
Dalam Negeri dan Penyelenggaraan Pemerintahan Inspektorat Daerah Kabupaten Gunungkidul
Daerah Tahun 2017. Berdasarkan hasil penelitian, telah melakukan pengawasan/reviu terhadap doku-
Inspektorat Daerah telah melakukan reviu terhadap men perencanaan dan penganggaran mulai tahun
dokumen perencanaan dan penganggaran. Reviu 2016. Reviu yang telah dilaksanakan tersebut antara
tersebut dilakukan dengan meneliti dan mengkros- lain: reviu RPJMD, RKPD, Renstra, Renja dan RKA.
cek kesuaian dokumen perencanaan dan pengang- Dalam melakukan reviu Inspektorat daerah berpe-
garan seperti dokumen renja terhadap renstra, doman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Repu-
dokumen renstra terhadap RPJMD, dokumen renja blik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 Tentang
Wasana dan Halim
Konsistensi Perencanaan dan Penganggaran Daerah
terhadap RKPD ataupun dokumen RKA terhadap KUA-PPS atau RKPD.
Adanya proses reviu yang dilakukan oleh Ins- pektorat telah berhasil mengetahui adanya kegiatan yang tidak tercantum dalam KUA-PPAS dan akhir- nya karena tidak ada dalam KUA-PPAS maka kegi- atan tersebut dihapus. Berdasarkan Permendagri 18 Tahun 2016 dan Permendagri 76 Tahun 2016, Inspek- torat Daerah melakukan pengawasan untuk penye- lenggaraan pemerintahan 2017, namun sejak tahun 2015 Inspektorat Daerah telah melakukan penga- wasan khususnya pada RKA untuk APBD 2016. De- ngan pengawasan/reviu tersebut Inspektorat dae- rah telah berupaya menjaga konsistensi dokumen mulai dari perencanaan sampai penganggaran apa- bila numenklatur program dan kegiatan ada yang berubah maka Inspektorat Daerah akan membuat rekomendasi.
Konsultasi dan Evaluasi Gubernur Badan Perencanaan dan Pembangunan Dae- rah melakukan konsultasi RPJMD kepada Gubernur berdasarkan pada pasal 69 Permendargi 54 Tahun 2010. Setelah dievaluasi dan ditindaklanjuti RPJMD yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah kemudian menjadi acuan untuk penyusunan renstra SKPD. Untuk RAPBD proses evaluasi oleh Gubernur dilakukan setelah Bupati mengirimkan Peraturan Bupati tentang RKPD bersamaan dengan rancangan Peraturan Daerah tentang APBD (Pasal 132 Permen- dagri 54 Tahun 2010). RKPD yang telah ditetapkan digunakan sebagai bahan evaluasi rancanan Pera- turan Daerah tentang APBD untuk memastikan bah- wa APBD disusun berlandaskan pada RKPD (Pasal 133 Permendagri 54 Tahun 2010).
Pemerintah Kabupaten Gunungkidul melaku- kan hal ini sebagai amanat peraturan perundangan dan juga sebagai upaya konsultasi apabila ada hal- hal yang dianggap kurang pas dengan peraturan perundangan seperti perubahan yang dilakukan atas usul DPRD.Evaluasi Gunernur menjadi salah satu upaya untuk menjaga konsistensi antara doku- men perencanaan dan penganggaran. Hal ini dilaku- kan misalnya seperti ketika DPRD punya usulan yang tidak sesuai dengan dokumen KUA-PPAS maka evaluasi Gubernur dapat menjadi jalan terakhir ke- tika proses evaluasi internal oleh Bappeda atau re- viu Inspektorat tidak berhasil.