KARAKTERISTIK VULKANISAT LIS KACA KENDARAAN BERMOTOR SETELAH PENGUSANGAN

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016

  

KARAKTERISTIK VULKANISAT LIS KACA KENDARAAN BERMOTOR

SETELAH PENGUSANGAN

Popy Marlina

  Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang E-mail

  

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik vulkanisat lis kaca kendaraan bermotor setelah pengusangan. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial, setiap perlakuan diulang 3 (tiga) kali. Faktor tunggal konsentrasi arang aktif tempurung kelapa (0 phr, 50 phr, 100 phr, 150 phr dan 200 phr). Parameter yang diamati meliputi kekerasan, tegangan putus dan perpanjangan putus sebelum dan setelah pengusangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perlakuan konsentrasi arang aktif tempurung kelapa, berpengaruh terhadap kekerasan, tegangan putus, dan perpanjangan putus sebelum dan sesudah pengusangan vulkanisat lis kaca kendaraan bermotor. Karakteristik vulkanisat karet lis kaca kendaraan bermotor setelah pengusangan memenuhi syarat mutu lis kaca kendaraan bermotor sesuai SNI 06-1490-1989 untuk perlakuan konsentrasi arang aktif tempeurung kelapa 50 phr hingga perlakuan konsentrasi arang aktif tempurung kelapa 200 phr, dengan karakteristik perubahan kekerasan (3,0%, 4,3%, 2,8% dan 4,2%), tegangan putus (4,4%, 9,5%, 8,0% dan 7,1%). Perlakuan konsentrasi arang aktif tempurung kelapa 0 phr hingga 200 phr terhadap perpanjangan putus (3,25%, 1,4%, 4,8%, 1,2 dan 1,3%). Perlakuan terbaik diperoleh pada perlakuan konsentrasi arang aktif 150 phr dengan perubahan kekerasan 2,8%, perpanjangan putus 1,2%. Perlakuan terbaik untuk karakteristik tegangan putus pada perlakuan konsentrasi arang aktif 50 phr dengan nilai 4,4%.

  Kata kunci: Karakteristik, vulkanisat lis kaca kendaraan bermotor, pengusangan

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016

CHARACTERISTIC OF VULCANIZED LIS VEHICLE GLASS AFTER AGEING

  

Popy Marlina

  Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang E-mail

  

ABSTRACT

The research aimed to study the characteristics of vulcanized lis vehicle glass after ageing. The experimental

research used non Factorial Completely Randomized Design and each treatments was replicated three

times. Single factor concentration of coconut shell activated charcoal (0 phr, 50 phr, 100 phr, 150 phr and

200 phr). The parameters were hardness, tensile strength and elongation at break before and after ageing.

The results showed that all treatments have a influence on the characteristics of vulcanized lis vehicle glass

and meet the quality requirements of motor vehicles SNI 06-1490-1989 for treatment concentration of

active charcoal coconut shell 50 phr to 200 phr with characteristics hardness change (3,0%, 4,3%, 2,8% dan

4,2%), tensile strength (4,4%, 9,5%, 8,0% dan 7,1%). Treatment concentration of active charcoal coconut

shell 0 phr to 200 phr with characteristics elongation et break (3,25%, 1,4%, 4,8%, 1,2 dan 1,3%). The best

treatment was found to be the treatment concentration of active charcoal coconut shell 150 phr with

hardness change 2,8%, elongation et break 1,2%. The best treatment was found to be the treatment

concentration of active charcoal coconut shell 50 phr with tensile strength 4,4%.

  Keywords: Characteristics, vulcanized lis vehicle glass, ageing

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016 PENDAHULUAN

  Karet alam merupakan polimer isoprene (C 5 H 8 ) yang mempunyai bobot molekul besar. Struktur dasar karet alam adalah cis-1,4 poliisoprene yang disintesis secara alami melalui polimerisasi enzimatik isopentilpirofosfat, dimana isoprene merupakan produk degradasi utama senyawa karet (Rahman, 2005; Mhardela, 2009; Peng, 2007). Karet alam diolah menjadi berbagai macam produk karet. Sebelum menjadi barang jadi karet, karet alam dengan campuran bahan-bahan kimia akan meghasilkan kompon karet.

  Kompon karet merupakan bahan setengah jadi yang kemudian di press dan dicetak menjadi barang jadi karet. Tahapan proses dalam industri barang jadi karet sebagai upaya memperbaiki kelemahan karet, meliputi pencampuran, pembentukan kemudian vulkanisasi. Pencampuran dimulai dengan mastikasi (pelunakan), kemudian ditambahkan bahan-bahan penyusun kompon dengan jenis dan jumlah tertentu sesuai kemampuan proses, ketersediaan biaya dan sifat fisik akhir vulkanisat yang diinginkan (Donnet, 2005). Salah satu bahan kimia dalam pembuatan kompon karet adalah bahan pengisi. Bahan pengisi berfungsi sebagai penguat (reinforcing) yang dapat memperbesar volume karet, dapat memperbaiki sifat fisik barang karet dan memperkuat vulkanisat (Boonstra, 2005; Iskandar et al., 2000). Bahan pengisi yang berasal dari hasil pengolahan minyak bumi merupakan bahan pengisi yang paling umum digunakan. Bahan pengisi yang berasal dari minyak bumi tidak ramah lingkungan dan tidak biodegradable, sehingga alternatif pengganti bahan pengisi dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ketersediaannya banyak. Bahan pengisi yang berasal dari limbah pertanian seperti tempurung kelapa berpotensi digunakan sebagai bahan pengisi kompon karet. Tempurung kelapa merupakan salah satu sumber bahan pengisi alamiah yang potensial dan mempunyai prospek ekonomi tinggi. Penelitian pemanfaatan arang tempurung kelapa sebagai bahan pengisi dalam pembuaatan kompon karet, diantaranya Gamage (2011), Sareena et al (2012). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa karakteristik ketahanan putus, kekerasan, dan ketahanan kikis kompon ban tapak mobil memberikan nilai yang maksimal dibandingkan bila menggunakan bahan pengisi

  

carbon black. Penggunaan arang aktif tempurung kelapa merupakan salah satu usaha untuk substitusi

  impor bahan pengisi serta meningkatkan mutu barang jadi karet. Arang aktif tempurung kelapa mengandung gugus aktif hidroksil (OH) yang akan berinteraksi dengan molekul yang ada dalam karet (Budiono et al., 2009; Marlina et al., 2014), sehingga diharapkan arang aktif tempurung kelapa dapat digunakan sebagai bahan pengisi alternatif pengganti carbon black.

  Lis kaca kendaraan bermotor merupakan salah satu produk karet, yang terletak dibagian paling luar serta berperan juga sebagai pembatas pada kaca depan atau belakang. Karet lis kaca kendaraan bermotor sering mengalami kerusakan diantaranya pengerasan dan daya elastisitasnya berkurang. Kerusakan lis kaca kendaraan bermotor seperti ketika terguyur hujan atau sesudah dicuci, tampak air dapat masuk kedalam kabin. Hal itu karena karet telah berkurang elastisitasnya dan terserang panas serta retak pada karet hingga mengakibatkan air dapat merembes masuk ke dalamnya. Pengusangan akan mempengaruhi ketahanan fisik, akibatnya pemakaian barang jadi karet tidak bertahan lama. Pengusangan mengakibatkan turunnya sifat fisik barang karet seperti tegangan putus, perpanjangan putus dan kekerasan selama masa penyimpanan. Karet menjadi keras dan retak, lunak dan lekat-lekat (Marlina et al, 2014). Penurunan sifat fisik disebabkan terjadinya degradasi karet karena oksidasi oleh oksigen dan ozon. Oksidasi dipercepat dengan adanya panas, sinar ultraviolet, dan logam-logam yang mengkatalisa oksidasi karet. Faktor lingkungan terutama suhu akan mempengaruhi daya usang kompon karet selama penyimpanan dan pemakaian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik vulkanisat lis kaca kendaraan bermotor, sehingga mempunyai spesifikasi mutu yang sesuai SNI lis kaca kendaraan bermotor (SNI 06-1490-1989) yang tetap elastis setelah pengusangan.

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016

  METODE PENELITIAN Bahan dan Alat

  Bahan Bahan kimia yang digunakan untuk pembuatan arang aktif antara lain H 3 PO 4 10%, larutan iod, dan Na 2 S 2 O 3 0,1

  N. Bahan-bahan kimia untuk pembuatan kompon karet antara lain karet alam SIR 20 (Standard Indonesian Rubber), minyak minarek, sulfur, trimethyl quinon (TMQ), asam stearat, ZnO, Butyl Hydroxy Toluena (BHT), N- Cyclohexyl-2-benzothiazylsulfenamide (CBS), cumaron resin dan arang aktif tempurung kelapa 400 mesh.

  Alat Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan (Metler P1210), open mill L 40 cm D18 cm kapasitas 2 kg (SLIMC), cutting scraft besar, alat press vulkanisat (ChiNT JS11S), cetakan sheet, dan gunting.

  Rancangan Percobaan

  Variasi konsentrasi arang aktif tempurung kelapa ukuran partikel 400 mesh yang digunakan adalah 0 phr, 50 phr, 100 phr, 150 phr dan 200 phr. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 (tiga) kali.

  Prosedur Pembuatan Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa

  Tempurung kelapa sebanyak kurang lebih 18,5 kg dimasukkan ke dalam tungku pengarangan dan dipanaskan dengan suhu 200 C selama 5 jam. Sebanyak 50 gram arang tempurung yang lolos 100 mesh masing-masing direndam dalam 100 mL H 2 SO 4

  4M dan H 3 PO 4

  4M selama 10 jam. Campuran tersebut disaring dan dicuci o dengan akuades, dan dikeringkan dalam oven pada suhu sekitar 110 C selama 3 jam. Setelah itu, campuran didinginkan dalam desikator. Arang yang dihasilkan diaktifkan secara kimia, yaitu direndam dengan H 3 PO 4 dengan konsentrasi 10% selama 24 jam kemudian ditiriskan. Setelah itu arang dipanaskan pada tungku aktivasi pada suhu 800°C, selama 120 menit. Arang aktif kemudian didinginkan selama 24 jam, ditimbang. Arang aktif disimpan dalam plastik yang tertutup rapat. Arang aktif kemudian diayak sesuai perlakuan dan karbon aktif yang diperoleh kemudian diuji daya serap I 2 (sesuai SNI arang Akif (SNI 06-3730-1995).

  Prosedur Pembuatan Kompon Karet

  Pembuatan kompon dilakukan dengan menimbang semua bahan-bahan sesuai dengan formulasi, kemudian dengan menggunakan alat two roll mill, dilakukan penggilingan, mula-mula karet SIR 20 digiling sampai plastis. Kemudian berturut-turut tambahkan asam stearat, ZnO, digiling, ditambah arang aktif tempurung kelapa (sesuai rancangan percobaan) sampai homogen, kemudian tambahkan CBS, TMQ, BHT, cumoron resin, minyak minarex digiling sampai homogen, terakhir ditambah sulfur dan digiling sampai homogen. Selama penggilingan temperatur dipertahankan 70+ 5

  C, dan sebelum divulkanisasi kompon dikondisikan o dulu selama 24 jam. Sampel di press dengan suhu vulkanisasi 150 C dan hasilnya vulkanisat lis kaca kendaraan bermotor.

  Peubah yang diamati

  Peubah yang diamati dalam penelitian ini meliputi parameter kekerasan (ASTM D. 2240), tegangan putus (ASTM D.412) dan perpanjangan putus (ASTM D.412) (sebelum dan setelah pengusangan). Pengusangan o (ISO 188 C selama 24 jam.

  • – 1996), suhu 70±2

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

  Hasil pengujian vulkanisat lis kaca kendaraan bermotor sebelum dan sesudah pengusangan untuk semua perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.

  

Tabel 1. Hasil pengujian karakteristik vulkanisat lis kaca kendaraan bermotor

Perlakuan (phr)

Parameter Sebelum Pengusangan Setelah Pengusangan

50 100 150 200

  50 100 150 200 Kekerasan (Shore A) 2

  56

  67

  69

  70

  72

  50

  65

  66

  68

  69 Tegangan putus (N/mm )

  7

  18

  21

  25

  28

  5

  10

  19

  23

  26 Perpanjangan putus (%) 154 278 315 344 361 150 275 311 341 359

Tabel 2. Persentase perubahan karakteristik vulkanisat lis kaca kendaraan bermotor setelah pengusangan

Perlakuan (phr)

  Parameter 50 100 150 200

Perubahan Kekerasan (%) 10,7 3,0 4,3 2,8 4,2

Perubahan Tegangan putus (%) 28,6 4,4 9,5 8,0 7,1

Perubahan Perpanjangan putus (%) 3,3 1,4 4,8 1,2 1,3

  Hasil pengujian vulkanisat lis kaca kendaraan bermotor Tabel 1dan Tabel 2, menunjukkan masing-masing parameter memenuhi syarat mutu kompon lis kaca kendaraan bermotor sesuai SNI 06-1490-1989, kecuali untuk parameter kekerasan dan perpanjangan putus setelah pengusangan dengan konsentrasi arang aktif tempurung kelapa 0 phr. Syarat mutu kompon karet lis kaca kendaraan bermotor sesuai Standard Nasional Indonesia (SNI) dapat dilihat pada Tabel 3.

  

Tabel 3. Syarat mutu SNI Lis Kaca Kendaraan Bermotor SNI 06-1490-1989

No Jenis Uji Satuan Persyaratan

  1. Kekerasan Shore A 70 + 5 2

  2. Tegangan Putus N/mm Min. 10

  3. Perpanjangan Putus % Min. 200

  4. Pengusangan %

  • Kekerasan Maks. + 5
  • Tegangan Putus Maks. 20
  • Perpanjangan Putus Maks. 10

  5. Pampatan tetap % Maks. 10

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016

  Pembahasan

1. Karakteristik vulkanisat lis kaca kendaraan bermotor

1.1. Kekerasan

  Kekerasan barang jadi karet ditentukan oleh bahan elastomer, bahan pengisi, minyak pelunak dan bahan pencepat yang digunakan dalam proses pembuatan kompon barang jadi karet. Dengan menggunakan komposisi bahan yang tepat diharapkan nilai kekerasan yang dibutuhkan dapat diperoleh sesuai dengan standar sifat fisik yang diinginkan dari barang jadi karet . Hasil pengujian vulkanisat lis kaca kendaraan bermotor dapat dilihat pada Gambar 1.

  80

  72

  70

  69

  67

  70

  69

  56

  68 )

  66

  60

65 A

  50

  50 (Shore

  40 an as er

  30 ek K

  20

  10 50 100 150 200

  Konsentrasi Arang Aktif Tempurung Kelapa (phr)

  Sebelum pengusangan Setelah pengusangan

Gambar 1. Kekerasan vulkanisat lis kaca kendaraan bermotor sebelum dan setelah pengusangan

  Gambar 1 menunjukkan bahwa nilai hasil pengujian kekerasan vulkanisat lis kaca kendaraan bermotor tertinggi setelah pengusangan diperoleh pada perlakuan konsentrasi arang aktif tempurung kelapa 200 phr, yaitu 72 shore A (persentase perubahan kekerasan 4,2%) dan hasil pengujian kekerasan vulkanisat lis kaca kendaraan bermotor terendah diperoleh pada perlakuan konsentrasi arang aktif tempurung kelapa 0 phr, yaitu 50 Shore A (persentase perubahan kekerasan 10,7%). Perubahan kekerasan untuk perlakuan 0 phr tidak memenuhi syarat mutu vulkanisat lis kaca mobil setelah pengusangan, yaitu ± 5%. Perlakuan terbaik diperoleh pada konsentrasi 150 phr, nilai kemunduran kekerasan 2,8% karena memiliki persentase perubahan kekerasan yang paling kecil.

  Penurunan nilai kekerasan vulkanisat lis kaca kendaraan bermotor setelah pengusangan tidak signifikan dibandingkan dengan kekerasan sebelum pengusangan. Penurunan kekerasan disebabkan oleh adanya panas dan sinar ultraviolet. Panas akan mempercepat proses oksidasi dan degradasi pada vulkanisat karet. Selain itu, arang aktif tempurung kelapa sebagai bahan pengisi mengandung gugus fenolik (OH) yang bersifat antioksidan (Olafadehan et al., 2012).

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016

  1.2. Tegangan Putus

  Tegangan putus diartikan sebagai sumber kekuatan yang digunakan untuk memutuskan sampel samapai putus. Hasil pengujian tegangan putus vulkanisat lis kaca kendaraan bermotor dapat dilihat pada Gambar 2.

  28 2

  30

  25 m

  25

  21

  26 (N/m

  18 s

  23

  20 tu u

  19 P

  15 an g an

  10

  7 eg T

  10

  5

  5 50 100 150 200

  Konsentrasi Arang Aktif Tempurung Kelapa (phr)

  Sebelum Pengusangan Setelah pengusangan

Gambar 2. Tegangan putus vulkanisat lis kaca kendaraan bermotor sebelum dan setelah pengusangan

  Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai hasil pengujian tegangan putus vulkanisat lis kaca kendaraan bermotor tertinggi setelah pengusangan diperoleh pada perlakuan konsentrasi arang aktif tempurung kelapa 200 2 phr), yaitu 26 N/mm dan hasil pengujian tegangan putus vulkanisat lis kaca kendaraan bermotor terendah 2 diperoleh pada perlakuan konsentrasi arang aktif tempurung kelapa 0 phr), yaitu 5 N/mm . Setelah pengusangan nilai tegangan putus menurun untuk semua parameter namun masih memenuhi syarat mutu lis kaca kendaraan bermotor sesuai SNI 06-1490-1989 (maksimal 20%) kecuali perlakuan konsentrasi 0 phr (kemunduran 28,6%). Perlakuan terbaik diperoleh pada konsentrasi 50 phr (perubahan tegangan putus 4,4%. Hal ini disebabkan kemampuan arang aktif tempurung kelapa yang mengandung gugus fenol bereaksi dengan gugus aktif pada molekul karet untuk membentuk ikatan silang baru antar molekul yang mempunyai efek antioksidan. Terbentuknya ikatan-ikatan mengakibatkan karet menjadi kaku dan kuat sehingga tegangan putusnya tetap tinggi setelah pengusangan, sesuai pendapat Ghoreishy et al (2011), secara kimia terbentuk ikatan antara karet dengan gugus fungsional pada permukaan carbon.

  1.3. Perpanjangan Putus

  Perpanjangan putus merupakan total perpanjangan pada sampel uji pada waktu putus. Hasil pengujian perpanjangan putus vulkanisat lis kaca kendaraan bermotor tertinggi setelah pengusangan diperoleh pada perlakuan konsentrasi arang aktif tempurung kelapa 200 phr, yaitu 357% dan hasil pengujian perpanjangan putus vulkanisat lis kaca kendaraan bermotor terendah diperoleh pada perlakuan konsentrasi arang aktif tempurung kelapa 0 phr, yaitu 149%. Hasil pengujian perpanjangan putus vulkanisat lis kaca kendaraan bermotor dapat dilihat pada Gambar 3.

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016

  400 361 344

  315 )

  350 %

  357 278 (

  340 300 us

  300 250

  274 Put

  154 200 an ang 150 nj

  149 100 pa Pe

  50 50 100 150 200

  Konsentrasi Arang Aktif Tempurung Kelapa (phr)

  Sebelum pengusangan Setelah pengusangan

Gambar 3. Perpanjangan putus vulkanisat lis kaca kendaraan bermotor sebelum dan setelah pengusangan

  Gambar 3 menunjukkan hasil pengujian penurunan perpanjanga putus vulkanisat karet lis kaca kendaraan bermotor setelah pengusangan untuk semua perlakuan memenuhi syarat mutu lis kaca kendaraan bermotor, perubahan perpanjangan putus maksimal 10%. Perlakuan terbaik diperoleh pada konsentrasi 150 phr, perubahan perpanjangan putus 1,2%. Penurunan perpanjangan putus dapat disebabkan meningkatnya rapat ikatan silang antar molekul karet. Adanya antioksidan karet dan gugus aktif fenolik (OH) pada arang aktif tempurung kelapa yang mempunyai sifat yang kuat melindungi karet terhadap suhu tinggi dan sinar matahari. Selain itu, banyaknya ikatan yang terbentuk akan mengurangi keleluasaan gerak rantai polimer, menyebabkan viskositas kompon meningkat, kompon menjadi kaku, keras sehingga perpanjangan putus menurun (Phrommedetch dan Pattamaprom, 2010).

  KESIMPULAN

  Berdasarkan hasil yang didapat, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu: Perlakuan konsentrasi arang aktif tempurung kelapa, berpengaruh terhadap kekerasan, tegangan putus, dan perpanjangan putus sebelum dan sesudah pengusangan vulkanisat lis kaca kendaraan bermotor.

  Karakteristik vulkanisat karet lis kaca kendaraan bermotor setelah pengusangan memenuhi syarat mutu lis kaca kendaraan bermotor sesuai SNI 06-1490-1989 untuk perlakuan konsentrasi arang aktif tempeurung kelapa 50 phr hingga perlakuan konsentrasi arang aktif tempurung kelapa 200 phr, dengan karakteristik perubahan kekerasan (3,0%, 4,3%, 2,8% dan 4,2%), tegangan putus (4,4%, 9,5%, 8,0% dan 7,1%). Perlakuan konsentrasi arang aktif tempurung kelapa 0 phr hingga 200 phr (3,25%, 1,4%, 4,8%, 1,2 dan 1,3%). Perlakuan terbaik diperoleh pada perlakuan konsentrasi arang aktif 150 phr dengan perubahan kekerasan 2,8%, perpanjangan putus 1,2%. Perlakuan terbaik untuk karakteristik tegangan putus pada perlakuan konsentrasi arang aktif 50 phr dengan nilai 4,4%.

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016

UCAPAN TERIMA KASIH

  Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Balai Riset dan Standardsasi Industri Palembang yang telah menyediakan sarana dan fasilitas, serta analis di Laboratorium Aneka Komoditi, sehingga penelitian ini dapat berjalan lancer dan selesai tepat waktu.

  DAFTAR PUSTAKA Boonstra, B.B. 2005. Reinforcement by filler. J. Rubber Age, 92(6) : 227-235.

  

Budiono, Suhartana, Gunawan. 2009. Pengaruh aktivasi arang tempurung kelapa dengan asam sulfat dan asam fosfat

untuk adsorpsi fenol. Skripsi. Universitas Diponegoro.

Donnet, J.B., Custodero, E. 2005. Science and technology of rubber : reinforcement of elastomers by particulate fillers.

  Elsevier Academic Press Third Edition P:367-400.

Gamage, N.J.W. 2011. Use of coconut shell charcoal dust as a filler in the rubber industry. Thesis. University of

Moratuwa Srinlanka.

  

Ghoreishy, M.H.R, Taghvaei, S dan Mehrabian, R.Z. 2011. The effect of silica/carbon black filler systems on the fatigue

properties of the tread compound in passenger tires. Iran Journal Polymer Science Technology, 24(4) : 329-337

Iskandar, S., Marliyanti, I., Kadarijah, dan Kardha, M.S. 2000. Pengaruh radiasi sinar gamma dan penambahan kalsium

karbonat pada sifat fisika dan mekanik kompon karet alam. Risalah Pertemuan Ilmiah Penelitian dan

  Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi, P. 251-258.

  Mhardela, P. 2009. Pengaruh konsentrasi asam asetat (CH 3 COOH) terhadap modulus green 300% pada proses

produksi benang karet di PT. Industri Karet Nusantara. Karya Ilmiah. Universitas Sumatera Utara. Medan.

  

Marlina, P., Pratama. F., Hamzah, B dan Pambayun. R. 2014. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan terhadap

Karakteristik Kompon Karet. Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 25 (1) : 41-49.

Marlina, P., Pratama. F., Hamzah, B dan Pambayun. R. 2014. Perubahan Kekerasan Kompon Karet dengan Bahan

Pengisi Arang Aktif Tempurung Kelapa dan Nano Silika Sekam Padi.

Olafadehan, O.A., Jinadu, O.W., Salami, L., and Popoola, O.T. 2012. Treatment of brewery wastewater effluent using

activated carbon prepared from coconut shell. International Journal Appliance Science and Technology, 2(1) :

  165-178.

Peng, Y.K. 2007. The effect of carbon black and silica fillers on cure characteristics and mechanical properties of

breaker compounds. Thesis. University Science Malaysia.

  

Phrommedetch, S and Pattamaprom, C. 2010. Compatibility improvement of rice husk and bagasse ashes with natural

rubber by molten-state maleation. Europe Journal Science Resonansi, 43(3) : 411-416.

Rahman, N. 2005. Pengetahuan dasar elastomer. Teknologi Barang Jadi Karet Padat. Balai Penelitian Teknologi Karet

Bogor. Sareena, C, Ramesan, M.T, and Purusotaman, E. 2012. Utilization of coconut shell powder as a novel filler in natural rubber. Journal Reinforcement Plastics and Composite. 31(8) : 533-547

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016