The Influence of Addition Plant-Growth Promoting Bacteria (Azospirillum sp.) for Growth Rate of Microalgae (Chlorella sp.) in The Synthetic Waste Water of Tofu

  

Pengaruh Penambahan Plant-Growth Promoting Bacteria

(Azospirillum Sp.) Terhadap Laju Pertumbuhan Mikroalga (Chlorella

Sp.) Pada Media Limbah Cair Tahu Sintetis

  

Tiara Ika Susanti, Musthofa Lutfi, dan Wahyunanto Agung Nugroho

Jurusan Keteknikan Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian - Universitas Brawijaya

Jl. Veteran, Malang 65145

ABSTRAK

  

Biodiesel merupakan salah satu sumber energi alternatif bahan bakar mesin diesel dan dapat

diproduksi dari minyak nabati yang dapat diperoleh dari mikroalga. Oleh karena keragaman dan

kelebihannya itulah, teknik perbanyakan jenis mikroalga tersebut menjadi penting dan

dikembangkan. Salah satu cara pembudidayaan mikroalga yang belum dikembangkan adalah

dengan penambahan bakteri Azospirillum sp. untuk meningkatkan pertumbuhan. Azospirillum

sp. merupakan salah satu mikroorganisme yang dimanfaatkan dalam pertanian dan disebut

sebagai Plant Growth Promoting Bacteria (PGPB). Penambahan bakteri Azospirillum sp.

diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan sel mikroalga yang ditumbuhkan dalam media

kultur limbah cair tahu sintetis. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan 1

faktor, yaitu perlakuan penambahan dengan 6 level yang berbeda, yaitu tanpa penambahan

8

8 8

bakteri (B0), penambahan bakteri sebanyak 2x10 cfu/ml (B2), 4x10 cfu/ml (B4), 6x10 cfu/ml

8 8

(B6), 8x10 cfu/ml (B8), dan 10x10 cfu/ml (B10). Berdasarkan hasil penelitian, kepadatan

tertinggi dan laju pertumbuhan harian yang tertinggi diperoleh dari perlakuan B10 masing-

6

masing sebesar 9.58x10 sel/ml dan 0.1615 sel/hari. Sedangkan untuk laju pertumbuhan

maksimal yang paling tinggi dari Chlorella sp. diperoleh dari perlakuan B6 sebesar 0.4781

sel/hari. Uji regresi yang dilakukan juga menunjukkan bahwa perlakuan penambahan bakteri

Azospirillum sp. berpengaruh terhadap kandungan kualitas air di dalam media kultur tersebut.

  

Kata Kunci : Mikroalga Chlorella sp, Bakteri Azospirillum sp, Laju Pertumbuhan, Limbah Cair

Tahu

The Influence of Addition Plant-Growth Promoting Bacteria

(Azospirillum sp.) for Growth Rate of Microalgae (Chlorella sp.)

in The Synthetic Waste Water of Tofu

  

ABSTRACT

Biodiesel is one of the alternative energy sources fuel for diesel engines and can be produced

from vegetable oils that can be obtained from microalgae. One species of the microalgae that

are commonly used are Chlorella sp. Because of the diversity and advantage, technique of

cultivation microalgae will being important and developed. One of the ways of cultivating

microalgae that have not been developed is by the addition of Azospirillum sp bacteria. to

increase growth. Azospirillum sp. is one of microorganisme that are utilized in agriculture and

so called as Plant Growth Promoting Bacteria ( PGPB ). The addition of Azospirillum sp. is

expected to accelerate the growth of the microalgae cells are grown in synthetic waste water of

tofu. A method in this research is descriptive method with 1 factor, namely treatment of the

addition with 6 different levels, that is without the addition of bacteria (B0), the addition of

8 8 8 8

bacteria as many as 2x10 cfu/ml (B2), 4x10 cfu/ml (B4), 6x10 cfu/ml (B6), 8x10 cfu/ml (B8),

8

and 10x10 cfu/ml (B10). Based on research result, the highest density and the highest daily

6

growth rate obtained for treatment of B10 is 9.58x10 cell/ml and 0,1615 cell/day. While

maximum growth rate of the highest obtained for treatment of B6 is 0.4781 cell/day. Regression

test which be done also indicate that the treatment of addition Azospirillum sp. bacteria had

affect to content of the water quality in culture media. Key Words: Chlorella sp , Azospirillum sp , growth rate, tofu .

  

PENDAHULUAN

  Energi merupakan salah satu kebutuhan utama manusia. Biodiesel merupakan salah satu sumber energi alternatif bahan bakar mesin diesel. Biodiesel dapat diproduksi dari minyak nabati yang dapat diperoleh dari tanaman dan juga mikroalga.

  Mikroalga adalah organisme perairan yang lebih dikenal dengan fitoplankton. Organisme ini dapat melakukan fotosintesis dan hidup dari nutrien anorganik serta menghasilkan zat-zat organik yang berasal dari hasil fotosintesisnya. Salah satu spesies mikroalga yang sering digunakan dalam penelitian adalah Chlorella sp. Chlorella sp. merupakan alga bersel tunggal dari golongan algae hijau (Chloropyta) yang telah dimanfaatkan secara komersial karena nilai kandungan minyaknya yang tinggi. Kandungan minyak yang terdapat pada mikroalga jumlahnya berkali-kali lipat jika dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak, sehingga budidaya mikroalga sangat potensial untuk produksi biodiesel (Chisti, 2007). Perkembangbiakan Chlorella sp. terjadi secara aseksual dan banyak terdapat di perairan tawar maupun laut dan dapat tumbuh dalam berbagai media yang mengandung cukup unsur hara, seperti nitrogen, fosfor, dan kalium.

  Oleh karena keragaman dan kelebihannya itulah, teknik perbanyakan jenis mikroalga tersebut menjadi penting dan dikembangkan. Salah satu cara pembudidayaan mikroalga yang belum dikembangkan adalah dengan penambahan bakteri Azospirillum sp. untuk meningkatkan pertumbuhan.

  Azospirillum sp. merupakan salah satu mikroorganisme yang dimanfaatkan dalam

  pertanian dan disebut sebagai Plant Growth Promoting Bacteria (PGPB). Menurut penelitian L.E. de Bashan et al (2004), penambahan bakteri pendukung pertumbuhan tanaman (Azospirillum brasilense) pada mikroalga yang ditumbuhkan dalam media air limbah kota mampu meningkatkan pertumbuhan mikroalga sehingga mikroalga dapat dimanfaatkan sebagai pengolah limbah.

  Melihat hal tersebut maka penelitian ini menggunakan bakteri Azospirillum sp. sebagai bakteri pendukung pertumbuhan tanaman untuk mengetahui pengaruh laju pertumbuhan mikroalga yang ditumbuhkan didalam media kultur limbah cair tahu sintetis.

METODE PENELITIAN

  Alat dan Bahan

  Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah toples, aerator, lampu neon, gelas ukur, kertas label, mikroskop, timbangan analitik, hand counter, pipet tetes, haemocytometer, pH meter, termometer, do meter, lux meter, spektrofotometer, autoclave. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah mikroalaga Chlorella sp, Bakteri Azospirillum sp, air akuades, air aqua, alkohol, urea (CO(NH ) ), KH PO , NH Cl. 2 2 2 4 4 Metode Penelitian

  Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian. Data yang didapatkan dianalisa menggunakan regresi linier, dan hanya menggunakan 1 variabel bebas, yaitu penambahan bakteri Azospirillum sp, sementara variabel kontrolnya yaitu media limbah cair tahu sintesis dan mikroalga jenis Chlorella sp. Paramater utama yang diamati adalah laju pertumbuhan Chlorella sp. dan kualitas air yang meliputi kandungan ammonium, fosfat, dan nitrat. Sedangkan untuk parameter pendukung yang diamati adalah pH, suhu dan DO.

  Dalam penelitian ini terdiri dari enam perlakuan, yaitu perlakuan tanpa penambahan bakteri Azospirillum sp. sebagai kontrol dengan kode sampel B0, perlakuan penambahan bakteri 8 Azospirillum sp. sebanyak 2x10 cfu/ml dengan kode sampel B2, perlakuan penambahan bakteri 8 Azospirillum sp. sebanyak 4x10 cfu/ml dengan kode sampel B4, perlakuan penambahan bakteri 8 Azospirillum sp. sebanyak 6x10 cfu/ml dengan kode sampel B6, perlakuan penambahan bakteri 8 Azospirillum sp. sebanyak 8x10 cfu/ml dengan kode sampel B8, dan perlakuan penambahan 8 bakteri Azospirillum sp. sebanyak 10x10 cfu/ml dengan kode sampel B10.

  Perhitungan kepadatan Chorella sp. dilakukan di bawah mikroskop perbesaran 40x dengan menggunakan Haemocytometer dan bantuan alat penghitung hand counter. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode volumetrik, sebanyak 1ml/unit percobaan. Menurut Mudjiman (2007), kepadatan sel Chorella sp untuk setiap mililiter dengan alat haemocytometer dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

  Σ Sel/L = …………………………..(1) Sedangkan untuk perhitungan kepadatan Azosprillium sp. dilakukan dengan cara menghitung secara manual. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode volumetrik, sebanyak 3ml/unit percobaan. Pengambilan sampel menggunakan pipet tetes, serta menggunakan media khusus bakteri Azosprillium sp. (

  okon’s medium) dimana hanya bakteri

Azosprillium sp. yang dapat hidup didalamnya. kepadatan bakteri dapat dihitung dengan

  menggunakan rumus (Widawati, 2011): 8 ............................ (2)

  Ʃ cful/ml = Jumlah koloni x 10 ml x 10 Analisa yang digunakan untuk menghitung laju pertumbuhan spesifik (µ) mikroalga dihitung dengan rumus menurut Krichnavaruk et al (2004), sebagai berikut:

  .................................................................... (3) Sedangkan untuk laju pertumbuhan spesifik maksimum dihitung dari kelimpahan pada saat awal kultur hingga puncak kelimpahan maksimum, dengan rumus sebagai berikut:

  …………(4)

  Persiapan Penelitian

  Hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk menunjang pelaksanaan penelitian agar dapat berjalan dengan lancar adalah persiapan kultur. Kultur ini dilakukan untuk mendapatkan stok mikroalga dengan kepadatan awal yang diinginkan. Penelitian ini menggunakan mikroalaga 6 jenis Chlorella sp dengan kepadatan awal 1 x 10 sel/L. Pensterilan alat dengan cara mencuci hingga bersih dan dibasuh dengan cairan alkohol kemudian dikeringkan dan disterilkan ke dalam autoclave sebelum digunakan dalam penelitian.

Gambar 3.1. Prosedur PenelitianGambar 3.2. Diagram Alir Persiapan Penelitian

  Persiapan Media Kultur

  Limbah sintetis yang digunakan sebagai media kultur berasal dari pencampuran pupuk urea dengan KH 2 PO 4 , dan NH 4 Cl. Sebelum menambahkan nutrien tersebut, terlebih dahulu diukur kandungan nitrat, fosfat dan ammonium dari limbah tahu asli setelah proses anaerob yang diambil di lokasi pengolahan limbah tahu di Kota Batu untuk menentukan konsentrasi penambahan nutriennya. Setelah didapatkan konsentrasinya, kemudian nutrien-nutrien tersebut ditambahkan kedalam air aquades untuk menghasilkan media limbah cair tahu sintetis. Pada pengukuran hasil kandungan nitrat, fosfat dan ammonium pengolahan limbah cair tahu didapatkan hasil masing-masing sebesar 1,2 ppm; 0,2 ppm; dan 0,5 ppm. Hal ini menjadi pertimbangan sehingga dalam pembuatan media ditambahkan nutrien urea dengan komposisi 10 mg/l untuk kandungan nitrat, KH 2 PO 4 dengan komposisi 1,5 mg/l untuk kandungan fosfat dan

  NH 4 Cl dengan komposisi 1 mg/l untuk kandungan ammonium.

Gambar 3.3. Diagram Alir Persiapan Media Kultur

  Perlakuan Penelitian

  Sebelum dilakukan perlakuan penelitian, terlebih dahulu alat dan air aqua yang akan digunakan sebagai media pencampuran disterilisasi untuk mengurangi terjadinya kontaminasi. Perlakuan penelitian dilakukan dengan cara menebarkan bibit Chlorella sp pada masing-masing toples yang telah berisi limbah cair tahu sintetis dan menambahkan bakteri Azospirillum sp 8 dengan kepadatan 10 cfu/ml pada masing-masing toples yang diberi perlakuan. Perlakuannya 8 8 terdiri dari penambahan konsentrasi bakteri Azospirillum sp sebanyak 0 ml, 2x10 cfu/ml, 4x10 8 8 8 cfu/ml, 6x10 cfu/ml, 8x10 cfu/ml, dan 10 x10 cfu/ml pada masing-masing media kultur.

  

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kepadatan Populasi Chlorella sp.

  Hasil pengamatan kepadatan sel Chlorella sp. pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada gambar grafik berikut ini.

Gambar 4.1 Pertumbuhan Populasi Chlorella sp. (sel/ml)

  Hasil pengamatan penelitian didapatkan kelimpahan populasi Chlorella sp. yang tertinggi 6 pada perlakuan B10 sebesar 9.58x10 sel/ml. Hal ini diduga oleh pengaruh penambahan bakteri

  

Azospirillum sp. dalam jumlah konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan

lainnya. Perlakuan B10 ini didapatkan kisaran suhu sekitar 25.8 C dan pH sekitar 6.7-7.7.

  • –27.8 Kisaran kualitas air yang telah diukur pada perlakuan ini masih dalam batas yang layak bagi kehidupan Chlorella sp. sesuai dengan pernyataan Basmi et al (1993) bahwa rentang perubahan pH medium kultur antara 7-8 termasuk pada rentang pH perairan dengan produktifitas optimum, yaitu pH 7.5-8.5. Sedangkan suhu yang optimal menurut Taw (1990) untuk kultur Chlorella sp. diperlukan temperatur antara 25
  • –35°C, peningkatan suhu hingga batas tertentu mampu merangsang aktifitas molekul dan meningkatnya laju difusi dan laju fotosintesis.

  Hasil pengukuran kandungan karbondioksida untuk perlakuan B10 lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya, yaitu sebesar 11.99 ppm. Pada kondisi lingkungan netral, karbondioksida berada dalam bentuk bebas sehingga dapat berdifusi dengan mudah ke dalam sel mikroalga sehingga proses metabolisme dapat berlangsung cepat dan kepadatan sel meningkat.Pengamatan pada perlakuan B10 terjadi peningkatan kepadatan sel yang jumlahnya relatif tinggi dibandingkan dengan perlakuan penambahan bakteri yang lain sehingga dianggap sebagai perlakuan penambahan bakteri yang efektif. Hal ini disebabkan karena tersedianya nutrisi yang tinggi bagi kedua mikroorganisme tersebut, dimana pada perlakuan ini mencapai kepadatan populasi sel Chlorella sp. tertinggi dan tersedianya ruang media yang cukup bagi pertumbuhan keduanya sehingga memberi peluang untuk sel Chlorella sp. terus meningkat. Bakteri Azospirillum sp. dalam media kultur ini mempunyai peran sebagai agen pendukung pertumbuhan dan dapat berinteraksi dengan mikroalga untuk meningkatkan populasi sel mikroalga. Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Bashan et al (2001) ketika agen pendukung pertumbuhan diaplikasikan ke media, sel-sel agen pendukung pertumbuhan mampu melakukan proses dekomposisi senyawa-senyawa yang diekskresikan ikan atau udang, sisa pakan, sisa-sisa bahan organik lain dan mengkonversikannya menjadi CO , nitrat, serta fosfat yang dapat 2 dimanfaatkan untuk pertumbuhan mikroalga. Oksigen yang terlarut dibebaskan ke media dari proses fotosintesis mikroalga yang akan dipakai untuk proses respirasi dari sel-sel agen biokontrol.

  Laju Pertumbuhan Chlorella sp.

  Laju pertumbuhan rata-rata tertinggi diperoleh dari perlakuan penambahan bakteri 8 Azosprillum sp. sebanyak 10x10 cfu/ml (B10). Hal ini dikarenakan pada perlakuan B10 didapatkan rata-rata kepadatan sel tertinggi dibandingkan rata-rata kepadatan sel pada perlakuan lainnya. Sedangkan untuk laju pertumbuhan maksimalnya diperoleh dari perlakuan penambahan 8 bakteri Azospirillum sp. sebanyak 6x10 cfu/ml (B6). Hal ini dikarenakan pada perlakuan B6 mencapai kepadatan puncak pada hari ke-5 atau relatif lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan B10 yang mencapai kepadatan puncak pada hari ke-10.

  Rata-rata laju pertumbuhan maksimal (µ maks ) pada tiap perlakuan dihitung dengan persamaan 3.5 dan didapatkan hasil, yaitu perlakuan B0 (0.3342 sel/hari); perlakuan B2 (0.4511 sel/hari); perlakuan B4 (0.4651 sel/hari); perlakuan B6 (0.4781 sel/hari); perlakuan B8 (0.4245 sel/hari); dan perlakuan B10 (0.2803 sel/hari).

  Hubungan antara perlakuan penambahan bakteri Azospirillum sp. dengan laju pertumbuhan maksimal populasi Chlorella sp. dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil analisa regresi didapatkan hubungan yang kuadratik antara perlakuan penambahan bakteri Azospirillum sp. yang berbeda terhadap laju pertumbuhan maksimal populasi Chlorella 2 sp. dapat dibuat persamaan garis y = -0.0007x + 0.0655x + 0.3333 dan persamaan garis tersebut dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini. Gambar 5. Hubungan antara Penambahan Bakteri Azospirillum sp. dengan Laju Pertumbuhan Maksimum Chlorella sp.

  Berdasarkan model grafik kuadratik diatas dapat diperoleh bahwa laju pertumbuhan maksimal dari perlakuan B0, perlakuan B2 dan perlakuan B4 mengalami peningkatan hingga dicapai puncaknya oleh perlakuan B6, dan akhirnya mengalami penurunan laju pertumbuhan maksimal pada perlakuan B8 dan B10.

  Tingginya laju pertumbuhan maksimal dicapai oleh perlakuan penambahan bakteri 8 Azospirillum sp. sebanyak 6x10 cfu/ml (B6) ini disebabkan oleh keseimbangan antara jumlah mikroorganisme antara Chlorella sp. dan Azospirillum sp. dengan nutrien yang tersedia dalam media kultur serta didukung oleh kondisi lingkungan yang menunjang keberlangsungan hidup untuk Chlorella sp. Dengan demikian kompetisi yang terjadi antara kedua mikroorganisme yang ada tidak begitu besar sehingga sel Chlorella sp. yang sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan akan lebih produktif dalam memperbanyak diri. 8 Pada perlakuan penambahan bakteri Azospirillum sp. sebanyak 8x10 cfu/ml (B8) dan 8

  10x10 cfu/ml (B10) mengalami penurunan laju pertumbuhan maksimal dikarenakan oleh kondisi lingkungan media kultur yang kandungan nutrisinya terbatas sedangkan mikroorganisme yang didalamnya semakin banyak sehingga mengurangi kecepatan sel mikroalga dalam membelah diri.

  Kandungan Nitrat pada Media Limbah Cair Tahu Sintetis

  Dari hasil analisa regresi didapatkan hubungan yang linier antara perlakuan penambahan bakteri Azospirillum sp. yang berbeda terhadap kandungan nitrat pada media kultur Chlorella sp. maka dapat dibuat persamaan garis y = 0,0219x + 0,5244 dan persamaan garis tersebut dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini.

  Gambar 6. Hubungan antara Penambahan Bakteri Azospirillum sp. dengan Kandungan Nitrat Media Kultur Chlorella sp. Berdasarkan model grafik linier diatas dapat diperoleh bahwa hasil pengukuran kandungan nitrat pada media limbah cair tahu sintetis tertinggi didapat dari perlakuan B10 sedangkan untuk hasil kandungan nitrat terendah didapat dari perlakuan B0. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak perlakuan penambahan bakteri Azospirillum sp, maka kandungan nitrat pada media kultur Chlorella sp. tersebut akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh penambahan bakteri yang mempunyai kemampuan untuk mengikat nitrat dan mendekomposisi nutrien yang ada dalam media kultur sehingga meningkatkan kandungan nitrat di dalam media kultur.

  Kandungan Ortofosfat pada Media Limbah Cair Tahu Sintetis

  Dari hasil analisa regresi yang telah dilakukan, didapatkan hubungan yang eksponensial antara perlakuan penambahan bakteri Azospirillum sp. yang berbeda terhadap kandungan 0,0174x ortofosfat pada media kultur Chlorella sp. maka didapatkan persamaan garis y = 0,3985e dan persamaan garis tersebut dapat dilihat pada Gambar 7 berikut ini.

  Gambar 7. Hubungan antara Penambahan Bakteri Azospirillum sp. dengan Kandungan Ortofosfat Media Kultur Chlorella sp.

  Berdasarkan model grafik eksponensial diatas menunjukkan bahwa hasil kandungan ortofosfat pada media limbah cair tahu sintetis tertinggi didapat dari perlakuan B10 sedangkan untuk hasil kandungan ortofosfat terendah didapat dari perlakuan B0. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak perlakuan penambahan bakteri Azospirillum sp, maka kandungan ortofosfat pada media kultur Chlorella sp. tersebut akan semakin tinggi. Penyerapan kandungan ortofosfat oleh mikrolga untuk digunakan sebagai nutrisi dalam pertumbuhannya menyebabkan kandungan ortofosfatnya dalam media kultur semakin menurun.

  Kandungan Ammonium pada Media Limbah Cair Tahu Sintetis

  Hasil analisa regresi memperoleh hubungan yang eksponensial antara perlakuan penambahan bakteri Azospirillum sp. yang berbeda terhadap kandungan ammonium pada media

  • -0,053x kultur Chlorella sp. maka didapatkan persamaan garis y = 0.0292e dan persamaan garis tersebut dapat dilihat pada Gambar 8 berikut ini.

  Berdasarkan model grafik eksponensial menunjukkan bahwa semakin banyak perlakuan penambahan bakteri Azospirillum sp. maka semakin sedikit kandungan ammonium dalam media kultur. Hal ini dikarenakan adanya aktifitas mikroorganisme yang membutuhkan ammonium tinggi sehingga ammonium yang ada di dalam media menjadi berkurang.

  Gambar 8. Hubungan antara penambahan bakteri Azospirillum sp. dengan kandungan ammonium media kultur Chlorella sp.

  Suhu pada Media Limbah Cair Tahu Sintetis

  Besarnya suhu selama penelitian menunjukkan hasil yang sudah memenuhi kriteria untuk media tumbuh Chlorella sp. dan tidak terjadi fluktuasi suhu yang terlalu tinggi. Kisaran suhu selama penelitian antara 24

  C. Kisaran suhu tersebut masih dalam batas optimal bagi

  • – 27.8 pertumbuhan Chlorella sp. Sutamihardja (1975) menyatakan bahwa Chlorella sp mampu hidup dan tumbuh pada kisaram suhu 5 – 35 C, namun suhu optimal untuk pertumbuhan Chlorella sp.

  berkisar antara 23 C (Wahyudi, 1999).

  • – 30 Analisa pengujian regresi terhadap pengaruh perlakuan penambahan bakteri Azospirillum sp. dengan suhu media kultur Chlorella sp. tidak menunjukkan hubungan yang signifikan. Hal ini mungkin disebabkan oleh penyinaran terus menerus sehingga cahaya dan panas yang dihasilkan relatif tetap dan stabil sehingga tidak mempengaruhi suhu media kultur Chlorella sp.

  Oksigen Terlarut (DO) pada Media Limbah Cair Tahu Sintetis

  Nilai oksigen terlarut antar perlakuan selama penelitian mengalami peningkatan, hal ini diduga karena adanya hasil fotosintesis berupa O 2 terlarut dari Chlorella sp. yang semakin melimpah. Kenaikan oksigen terlarut paling tinggi dialami pada perlakuan B10 dibanding perlakuan lainnya. Hal ini sesuai dengan Subarijanti (1990) bahwa oksigen terlarut dalam perairan didapatkan dari hasil fotosintesis tumbuhan berklorofil. Semakin tinggi perolehan kepadatan pada perlakuan tersebut maka kandungan oksigen terlarut didalam media kultur Chlorella sp pada perlakuan tersebut juga semakin tinggi.

  Pada akhir penelitian terjadi penurunan kelimpahan sel Chlorella sp. yang ditandai dengan banyaknya sel Chlorella sp. yang mati dan mengendap didasar toples. Pada saat itu juga terjadi proses dekomposisi untuk menguraikan sel-sel Chlorella sp. yang telah mati setelah terhentinya fase ekponensial agar menghasilkan nutrien-nutrien yang dapat dimanfaatkan kembali oleh

  Chlorella sp. Pada proses dekomposisi ini membutuhkan sejumlah O 2 sehingga proses inilah

  yang menyebabkan O 2 dalam media kultur Chlorella sp. mengalami penurunan.

  pH pada Media Limbah Cair Tahu Sintetis

  Hasil analisa regresi memperoleh hubungan yang linier antara perlakuan penambahan bakteri Azospirillum sp. yang berbeda terhadap pH pada media kultur Chlorella sp. maka didapatkan persamaan garis y = 0.0074x + 7.2205 dan persamaan garis tersebut dapat dilihat pada Gambar 9 berikut ini.

  Grafik linier berikut menunjukkan bahwa semakin banyak perlakuan penambahan bakteri

  

Azospirillum sp. maka semakin tinggi rata-rata pH dalam media kultur. Hal ini dipengaruhi oleh

  kepadatan sel pada media kultur yang menyebabkan pH kondisi media kultur meningkat karena adanya aktifitas metabolisme sel.

  Gambar 9. Hubungan antara Penambahan Bakteri Azospirillum sp. dengan pH Media Kultur

Chlorella sp.

  

KESIMPULAN

  Laju pertumbuhan rata-rata tertinggi diperoleh dari perlakuan penambahan bakteri

  Azosprillum sp. sebanyak 10x10 8

  cfu/ml (B10). Sedangkan untuk laju pertumbuhan maksimalnya (µ maks ) diperoleh dari perlakuan penambahan bakteri Azospirillum sp. sebanyak 6x10 8 cfu/ml (B6). Uji regresi yang dilakukan menunjukkan bahwa perlakuan penambahan bakteri Azospirillum sp. berpengaruh terhadap kandungan kualitas air di dalam media kultur tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

  Bashan, L. E., Hernandez, J. P., Morey, T. & Bashan, Y. 2004. Microalgae Growth-Promoting

  Bacteria as ‘‘Helpers’’ for Microalgae: a Novel Approach for Removing Ammonium and Phosphorus from Municipal Wastewater. Water Res. 38:466 –474.

  Chisti, Y. 2007.

  “Biodiesel from Microalgae”, Biotechnology Advances, Vol.25, hal.246-306.

  Institute of Technology and Engineering, Massey University, Private Bag 11 222, Palmerston North, New Zealand. Krichnavaruk, S., Worapanne, Sorawit, dan Prasert. 2004. Optimal Growth Conditions and the Cultivation of Chaetoceros calcitrans in Airlift Photobioreactor. Chemical Engineering.

  105: 91-98. Mudjiman, A. dan Suyanto, S.R., 2007, Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya. Jakarta. Surbijanti, H. U. 1990. Kesuburan dan Pemupukan Perairan. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang.

  Sutamihardja, R. T. M. 1975. Pengetrapan Chlorella sp dan Ganggang Lainnya sebagai Penambah Bahan Makanan di Indonesia. Bull Biokimia. Departemen Biokimia.

  Fakultas Kedokteran Hewan. IPB. Bogor. Wahyudi, P. 1999. Chlorella : Mikroalga Sumber Protein Sel Tunggal. Jurnal Sains dan Teknologi. 1 (5) : 35-41.

  Widawati, S. 2011. Diversity and Phosphate Solubilization by Bacteria Isolated from Laki

Island Coastal Ecosystem. Biodiversitas J. Biol. Diversity. vol. 12. no. 1. pp. 17-21.