EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN

  

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR

MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN

1) 2) 3) 1) 2,3)

Ferdi Dermawan , Kadir Tiya , La Ode Ahmad Jazuli

Alumni Jurusan Pendidikan Matematika, Dosen Jurusan Pendidikan Matematika

FKIP Universitas Halu Oleo. Email:

Abstrak

  Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui gambaran hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 17 Baruga yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi pecahan (2) mengetahui gambaran hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 17 Baruga yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi pecahan dan (3) mengetahui perbedaan keefektifan yang signifikan antara model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 17 Baruga pada materi pecahan. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik purposive sampling dan random class. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan keefektifan yang signifikan antara hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi Pecahan.

  Kata Kunci: jigsaw, STAD, hasil belajar matematika

THE EFFECTIVENESS OF COOPERATIVE LEARNING MODEL JIGSAW TYPE AND

COOPERATIVE LEARNING MODEL STAD TYPE TOWARD MATCH STUDENTS’

ACHIEVEMENT OF THE SUBJECT FRACTIONS

  

Abstract

  This study aims to (1) know the description of learning outcomes math class V students of SD Negeri

  17 Baruga taught using cooperative learning model Jigsaw on material fractions (2) know the description of learning outcomes math class V students of SD Negeri 17 Baruga taught using STAD type of cooperative learning model on the material fractions and (3) determine the effectiveness of the significant differences between the cooperative learning model Jigsaw type with cooperative learning model STAD type on learning outcomes math class V students of SD Negeri 17 Baruga the material fractions. Sampling was done by purposive sampling techniques and random class. Based on the analysis, it is concluded that there are significant differences between the effectiveness of mathematics learning outcomes of students taught by cooperative learning model Jigsaw with mathematics learning outcomes of students taught by cooperative learning model STAD on the material fractions.

  Keywords:

  jigsaw, STAD, math students’ achievement

  Pendahuluan

  Matematika sebagai salah satu bagian dari ilmu pengetahuan, merupakan mata pelajaran yang diajarkan pada semua tingkat pendidikan, baik pada tingkat pendidikan dasar, menengah, maupun jenjang pendidikan tinggi. Dari masing-masing jenjang tersebut, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. Misalnya matematika dianggap sulit, siswa tidak mampu menjawab, siswa takut disuruh guru dan sebagainya sehingga wajar jika matematika tidak banyak disenangi siswa, bahkan ada yang merasa takut.

  Berdasarkan observasi awal di SD Negeri 17 baruga, pada tanggal 22 April 2015, diperoleh hasil belajar matematika siswa khususnya kelas V masih dalam kategori rendah. Pada saat proses pembelajaran guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dimana pembelajarannya berpusat pada siswa (Studied Oriented). Disini karena guru sudah terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sehingga pada pertemuan berikutnya guru hanya langsung menyuruh siswa untuk berkumpul pada kelompoknya sesuai dengan kelompok pada saat proses pembelajaran sebelumnya. Hal ini menyebabkan guru tidak melaksanakan dengan baik langkah- langkah dalam proses pembelajaran, seperti kurangnya pemberian motivasi ataupun penyampaian tujuan pembelajaran. Sehingga siswa yang berkemampuan rendah sangat mengharapkan jawaban dari siswa yang berkemampuan tinggi. Ini menyebabkan siswa yang berkemampuan rendah kurang aktif dalam menemukan masalah yang ditugaskan oleh guru.

  Rendahnya hasil belajar matemtatika siswa sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa seperti kecerdasan/intelegensi, bakat, minat, motivasi, dan lain-lain. Sedangkan, faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang. Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain adalah dari keadaan lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat seperti pembelajaran secara berkelompok yang dilakukan bersama siswa lain.

  Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah adalah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Tipe Jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif di mana pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini setiap siswa menjadi anggota dari 2 kelompok, yaitu anggota kelompok asal dan anggota kelompok ahli. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat 3 karakteristik yaitu: a. kelompok kecil, b. belajar bersama, dan c. pengalaman belajar. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menuntut tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal. Keadaan ini mendukung siswa dalam kelompoknya belajar bekerja sama dan tanggung jawab dengan sungguh-sungguh sampai suksesnya tugas-tugas dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ialah kegiatan belajar secara kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama sampai kepada pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.

  Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin (1995: 13) dan teman-temannya di Universitas John Hopkin merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran, kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi Verbal atau teks.

  Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 1988: 23). Belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman (Roestiyah, 1986: 45).Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dapat muncul dalam berbagai jenis perubahan atau pembuktian tingkah laku seseorang (sudjana, 2001: 32). Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar diperoleh setelah melakukan evaluasi. Evaluasi hasil belajar pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan untuk mengukurperubahan perilaku yang telah terjadi. Hasil belajar ditunjukan dengan prestasi belajar yang merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa (Mulyasa, 2006: 106). Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu mata pelajaran, biasanya dinyatakan dengan nilai yang berupa huruf atau angka-angka. Hasil belajar dapat berupa keterampilan, nilai dan sikap setelah siswa mengalami proses belajar.

  Roy Killen (1998: 81) mengemukakan bahwa matematika adalah suatu sistem yang rumit tetapi tersusun sangat baik yang mempunyai banyak cabang.Matematika adalah konsep ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terjadi ke dalam tiga bidang yaitu : aljabar, analisis, dan geometri (Suherman, 2003: 16). Dari definisi-definisi tentang belajar, hasil belajar, dan matematika, maka dapat dirangkai sebuah kesimpulan bahwa hasil belajar matematika merupakan tolak ukur atau patokan yang menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu materi pelajaran matematika setelah mengalami pengalaman belajar yang dapat diukur melalui tes maupun non tes.

  Salah satu usaha nyata dalam meningkatkan hasil belajar siswa adalah penggunaan

strategi pembelajaran yang efektif. Dalam mendefinisikan tentang efektifitas yang bersifat

analitis, standar dan universal bukanlah suatu hal yang mudah. Istilah efektivitas lazim

digunakan dalam manajemen pendidikan misalnya efektivitas program, efektivitas

pembelajaran dan efektifitas pengelola. Kata efektif sendiri berarti tepat atau berhasil.

Menurut Popham (2003: 7) efektivitas pembelajaaran seharusnya ditinjau dari hubungan

guru tertentu yang mengajar kelompok siswa tertentu, di dalam situasi tertentu dalam

usahanya mencapai tujuan-tujuan instruksional tertentu.

  Pembelajaran yang efektif apabila siswa secara aktif dilibatkan dalam pengorganisasian dan penentuan informasi (Eggen dan Kauchak, 1988: 3). Siswa tidak hanya positif menerima pengetahuan yang diberikan guru. Konten hasil belajar disini tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa saja, tetapi juga meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Keefektifan pembelajaran yang dimaksud disini adalah sejauh mana pembelajaran matematika berhasil menjadikan siswa mencapai tujuan pembelajaran yang dapat dilihat dari ketuntasan belajar. Efektifitas guru mengajar secara nyata dapat dilihat dari keberhasilan siswa dalam menguasai apa yang diajarkan guru itu (Suryo, 1997: 36).

  Efektivitas adalah hal yang bersangkut paut dengan keberhasilan, manfaat dan seberapa target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai dari suatu perlakuan yang diterapkan kepada subjek penelitian atau dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana apa yang telah direncanakan dapat dicapai. Semakin banyak rencana yang dapat dicapai, semakin efektif pula kegiatan tersebut, sehingga kata efektivitas dapat pula diartikan sebagai tingkat keberhasilan.

  Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang histories, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Ismail (2002: 60) mengemukakan bahwa ciri-ciri pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif, yaitu (1) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya; (2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, rendah; (3) bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda; (4) penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

  Menurut Trianto (2009: 48) ada beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam cooperative

  

learning agar lebih menjamin para siswa bekerja secara kooperatif. Hal tersebut meliputi: (1) para

  siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai, (2) para siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok itu dan (3) untuk mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung dalam kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapinya.

  Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5-6 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerja sama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Alkhatimah (2010: 20) mengemukakan bahwa dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari beberapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikankeragaman dan latar belakang. Guru harus terampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik bagi setiap anggota kelompok. Muslimin Ibrahim (2000: 68) mengemukakan kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa, dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa. Siswa lebih banyak belajar dari teman mereka dalam belajar kooperatif dari pada guru. Tabrani (1989: 121) mengemukakan bahwa interaksi yang terjadi dalam bentuk kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.

  Menurut alimudin (1993: 80) STAD didesain untuk memotivasi siswa-siswa supaya kembali bersemangat dan saling menolong untuk mengembangkan keterampilan yang diajarkan oleh guru. Pada model ini siswa dikelompokkan dalam tim dengan anggota 4atau 5 siswa pada setiap tim. Tim dibentuk secara heterogen menurut tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku.Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Kekurangan model pembelajaran kooperatif yaitu : (a) Siswa yang kurang pandai dan kurang rajin akan merasa minder berkerja sama dengan teman-temanyang lebih mampu. (b). Terjadi situasi kelas yang gaduh singga siswa tidak dapat bekerja secara efektif dalam kelompok. (c). Pemborosan waktu (Ismail, 2003: 29)

  Menurut Budijastuti (2001: 56) kelebihan model pembelajaran kooperatif STAD adalah (a) Meningkatkan kecakapan individu (b) Meningkatkan kecakapan kelompok (c) Meningkatkan komitmen, percaya diri (d) Menghilangkan prasangka terhadap teman sebaya dan memahami perbedaan (e). Tidak bersifat kompetitif (f) Tidak memiliki rasa dendam dan mampu membina hubungan yang hangat (g) Meningkatkan motivasi belajar dan rasa toleransi serta saling membantu dan mendukung dalam memecahkan masalah.

  Salah satu tugas guru pada model pembelajaran kooperatif ini salah satunya adalah memilih pendekatan yang sesuai. Dalam pembelajaran kooperatif dapat dilakukan melalui macam-macam pendekatan, guru dapat memilih pendekatan dengan tujuan yang hendak dicapai. Pendekatan- pendekatan dalam model pembelajaran kooperatif yaitu tipe STAD dan tipe Jigsaw. Berikut ini ditunjukkan diantara dua pendekatan tersebut.

  Tabel 1 Langkah-langkah / Sintaks dalam Model Pembelajarn Kooperatif Tipe Jigsaw dan Tipe STAD

  Guru memberikan soal-soal latihan dalam bentuk LKS pada setiap kelompok kemudian setiap siswa dalam kelompok tersebut mendapat tugas untuk menyelesaiakan soal tertentu. Anggota dari kelompok lain yang mendapat tugas untuk menyelesaiakan soal yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang soal tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli.

  7 Memberikan penghargaan Perwakilan anggota kelompok asal diminta untuk mempersentasekan hasil diskusinya. Guru mengarahkan siswa pada jawaban yang benar jika jawaban siswa belum sempurna. Guru memberikan penghargaan atas hasil kerja siswa dalam kelompok.

  Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dengan cara salah satu kelompok asal mempersentasekan hasil kerjanya.

  6 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dengan cara salah satu kelompok asal mempersentasekan hasil kerjanya.

  Guru membimbing kelompok- kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan soal-soal pada LKS.

  Guru membimbing kelompok- kelompok ahli pada saat mereka mengerjakan soal-soal pada LKS. Setelah berdiskusi, anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asaluntuk berdiskusi kembali dan mengajarkan apa yang telah dipelajarinya yang di diskusikan dikelompok ahli kepada teman-temannya di kelompok asal.

  5 Membimbing kelompok belajar.

  Guru memberikan soal-soal latihan dalam bentuk LKS pada setiap kelompok.

  4 Memberikan soal- soal latihan dalam bentuk LKS pada setiap kelompok

  No Indikator Jigsaw STAD

  Guru mengelompokan siswa sebanyak 4 atau 5 orang tiap kelompok dan anggota setiap kelompok harus heterogen baik dari segi kemampuan Matematika, jenis kelamin, agama, suku.

  Guru mengelompokan siswa sebanyak 5 atau 6 orang tiap kelompok dan anggota setiap kelompok harus heterogen baik dari segi kemampuan Matematika, jenis kelamin, agama, suku dan lain sebagainya.

  3 Mengorganisasika n siswa ke dalam kelompok- kelompok belajar.

  Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi.

  2 Menyajikan materi Guru menyajikan informasi berupa materi pelajaran kepada siswa dengan jalan demonstrasi.

  Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa untuk belajar.

  Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa untuk belajar.

  1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

  Guru memberikan penghargaan atas hasil kerja siswa dalam kelompok.

  Metode

  Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 Oktober 2015 sampai 3 November 2015 semester ganjil tahun ajaran 2015/2016, bertempat di SD Negeri 17 Baruga. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SD Negeri 17 Baruga yang terdiri dari 4 kelas paralel dengan jumlah siswa kelas V-A ada 31 siswa, kelas V-B ada 31 siswa, kelas V-C ada 30, dan kelas V-D ada 30 siswa sehingga jumlah keseluruhan siswa kelas V adalah 122 siswa.

  Sampel dalam penelitian ini diambil secara bertingkat yang terdiri dari purposive sampling dan random class. Sebelum dilakukan sampling, terlebih dahulu mengambil kelas yang memiliki nilai rata-rata yang relatif sama. Berdasarkan Tabel 2 dilakukan purposive sampling sehingga diperoleh ruang sampel, yaitu kelas V-B, V-C, dan V-D. Selanjutnya, dilakukan random class dan diperoleh kelas V-B sebagai unit eksperimen yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan kelas V-D sebagai unit kontrol yang diajar dengan.

  Tabel 2 Desain Penelitian

  Pengukuran Random Perlakuan

  (Post test) E

  X 1 Y 1 K

  X 2 Y 2 (Moh. Kasiram, 2010: 217)

  Keterangan : E = Kelas eksperimen K = Kelas kontrol

  X 1 = Perlakuan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada kelas eksperimen X 2 = Perlakuan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelas kontrol Y = Hasil belajar matematika siswa setelah perlakuan pada kelas eksperimen 1 Y = Hasil belajar matematika siswa setelah perlakuan pada kelas kontrol 2 Instrumen yang digunakan di dalam penelitian ini terdiri atas dua, yakni : instrumen tes hasil belajar matematika khususnya pada pokok bahasan pecahan dan lembar observasi. Sebelum tes digunakan terlebih dahulu tes tersebut dinilai oleh panelis dan diuji cobakan agar dikeahui validitas dan reliabilitasnya. Untuk mengetahui validitas item penilaian panelis digunakan rumus Aiken sebagai berikut:

  ∑ | |

  . . . . . ( Lewis R. Aiken dalam Faad Moande, 2011: 145)

  [ ]

  Keterangan : V = Indeks validitas isi n = Cacah dari titik skala hasil penilaian rater i = Titik skala ke

  • – i (i = 1, 2, 3, 4, 5) l O = Titik skala terendah N = jumlah rater

  ∑ c = Banyak titik skala Kriteria : jika V > 0,60, maka valid Untuk mengetahui validitas item tes uji coba digunakan korelasi Product-Moment sebagai berikut:

  ∑ ∑ ∑ √{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }

  Arikunto, (2005: 72) Keterangan : r = Koefisien korelasi antara skor butir soal dan skor total xy

  X = Skor butir soal Y = Skor total

  N = Jumlah subjek Adapun kriteria pengujian sebagai berikut :

  r r Sedangkan uji reliabilitas tes uraian digunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:

  ∑ }

  { Keterangan r ii = koefisien reliabilitas k = banyak butir yang valid 2 S i = varians skor butir 2 S t = varians skor total

  Adapun kategori reliabilitas adalah 0,00 < r ii ≤ 0,20 reliabilitas : sangat rendah 0,20 < r ii ≤ 0,40 reliabilitas : rendah 0,40 < r ii ≤ 0,60 reliabilitas : sedang 0,60 < r ii ≤ 0,80 reliabilitas : tinggi 0,80 < r ii ≤ 1,00 reliabilitas : sangat tinggi.

  Lembar observasi, digunakan untuk melihat tingkat aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan STAD. Lembar observasi ini berupa, lembar observasi aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Lembar pengamatan yang dibuat terdiri atas beberapa aspek observasi yang bertujuan untuk mengamati setiap tindakan/aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam kelas, selama proses pembelajaran berlangsung.

  Data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan dua jenis statistik, yaitu : 1) Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan semua variabel yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD sebagai variabel bebas serat hasil belajar matematika sebagai variabel terikat melalui skor rata-rata (

  ̅), median (Me), modus (Mo), nilai 2 maksimum ( ), nilai minimum ( ), standar deviasi (s) dan varians (s ). 2) Analisis inferensial yang digunakan untuk pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t diperiksa terlebih dahulu kenormalan data dan homogenitas data.

  Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui populasi berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data menggunakan uji statistik non parametrik. Untuk keperluan ini digunakan statistik uji Kolmogorov-Smirnowdengan bantuan aplikasi SPSS 15.0.

  Uji homogenitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah varians data kedua kelompok yang diteliti mempunyai varians yang homogen atau tidak. Pengujian homogenitas varians dilakukan dengan uji-F dengan rumus berikut : F hitung = (Sudjana, 1992: 243) maka H Pengujian dilakukan pada α = 0,05 dengan kriteria pengujian adalah : jika F hitung ≥ F tabel ditolak sebaliknya jika F hitung < F tabel maka H diterima yang artinya varians kedua kelompok homogen.

  Setelah dilakukan uji homogenitas data hasil belajar matematika baik kelas yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maupun kelas yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka dilakukan pengujian hipotesis yaitu uji-t. Karena variansnya homogen, maka rumus uji-t yang digunakan adalah:

  ̅̅̅̅ ̅̅̅̅

  dengan (Sundayana, 2015: 145)

  √

  Dengan : t = Nilai hitung uji-t ̅̅̅ = Rata-rata skor siswa kelas eksperimen ̅̅̅ = Rata-rata skor siswa kelas kontrol n 1 = Banyaknya siswa kelas eksperimen n = Banyaknya siswa kelas kontrol 2 S = Simpangan baku gabungan 2 s 1 = varians kelas eksperimen 2 s = varians kelas kontrol Dengan kriteria pengujian : Terma H jika t hitung < t tabel , dimana t tabel diperoleh dari daftar distribusi t dengan derajat kebebasan dk = n 1 + n 2 – 2. Sebaliknya tolak H untuk harga t lainnya (Susetyo, 2010: 204).

  Pasangan hipotesis: H : lawannya H 1 : Keterangan:

  = Nilai rerata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas V SD Negeri 17 Baruga khusus pokok bahasan pecahan. = Nilai rerata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas V SD Negeri 17 Baruga khusus pokok bahasan pecahan.

  Dalam penelitian ini, suatu model pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

  1. Aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika minimal mencapai 75%.

  3. Untuk menentukan mana diantara model pembelajaran yang lebih efektif dilihat pada hasil pengujian hipotesis, yakni apabila ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka nilai rata-rata yang lebih tinggi menunjukkan model pembelajaran yang lebih efektif.

  Hasil

  Hasil analisis validitas berdasarkan penilaian panelis semua butir soal valid dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,691 yang dapat diinterpretasikan dalam kategori reliabilitas tinggi. Hasil analisis validitas berdasarkan uji coba instrumen tes hasil belajar matematika siswa yang terdiri dari 18 butir soal yang diberikan kepada 34 siswa diperoleh 13 butir soal valid dan 5 sosal yang tidak valid. Ketigabelas butir soal yang valid yaitu soal nomor 1,2,3,4,5,6,8,9,10,12,13,15 dan 16 dengan koefisien reliabilitas (r 11 ) diperoleh sebesar 0,77 yang dapat diinterpretasikan dalam kategori reliabilitas tinggi.

  Tabel 3 Persentase Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran dengan

  Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Persentase Pelaksanaan

  Pertemuan Kriteria Pembelajaran Jigsaw

  Pertama 77 % Efektif Kedua 98 % Efektif Ketiga 100 % Efektif Keempat 100 % Efektif Kelima 100 % Efektif

  Berdasarkan Tabel 3 hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di kelas V-B pada materi pecahan, keberhasilan pengelolaan kegiatan pembelajaran sudah efektif. Hal ini ditandai dengan tingkat keberhasilan berturut-turut sebesar 77%, 98%, 100%, 100% dan 100%.

  Tabel 4 Persentase Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran dengan

  Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Persentase Pelaksanaan

  Pertemuan Kriteria Pembelajaran STAD

  Pertama 86 % Efektif Kedua 97 % Efektif Ketiga 100 % Efektif Keempat 100 % Efektif Kelima 100 % Efektif

  Berdasarkan Tabel 4 hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas V-D pada materi pecahan, keberhasilan pengelolaan kegiatan pembelajaran sudah efektif. Hal ini ditandai dengan tingkat keberhasilan berturut-turut sebesar 86%, 97%, 100%, 100% dan 100%.

  Tabel 5 Persentase Hasil Observasi Aktifitas Siswa Dalam Pelaksanaan

  Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Persentase Pelaksanaan

  Pertemuan Kriteria Pembelajaran Jigsaw

  Pertama 68,75 % Tidak Efektif Kedua 87,5 % Efektif Ketiga 93,75 % Efektif Keempat 100 % Efektif Kelima 100 % Efektif

  Berdasarkan Tabel 5 hasil observasi aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di kelas V-B. Pada pertemuan pertama ketercapaian seluruh aspek yang diamati adalah 68,75%, persentase ini dikatan tidak efektif. Keadaan ini disebabkan karena sebagian siswa masih dalam tahap penyesuaian dengan teman kelompok maupun dengan model pembelajaran yang baru diterapkan, siswa belum mampu untuk mengolah informasi yang diperoleh, masih ragu-ragu dalam mengemukakan pendapat dan siswa belum mampu untuk menyimpulkan hasil diskusi. Pertemuan kedua sampai kelima memperlihatkan ketercapaian aspek yang diamati berturut-turut adalah 87,5%, 93,75%, 100% dan 100%. Secara umum, ketercapaian seluruh aspek yang diamati mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan pelaksanaan pada pertemuan pertama.

  Tabel 6 Persentase Hasil Observasi Aktifitas Siswa Dalam Pelaksanaan

  Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Persentase Pelaksanaan

  Pertemuan Kriteria Pembelajaran STAD

  Pertama 64,58 % Tidak Efektif Kedua 83,33 % Efektif Ketiga 91,67 % Efektif Keempat 97,92 % Efektif Kelima 100 % Efektif

  Berdasarkan Tabel 6 hasil observasi aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas V-D. Pada pertemuan pertama ketercapaian seluruh aspek yang diamati adalah 64,58%, persentase ini dikatan tidak efektif. Keadaan ini disebabkan karena sebagian siswa masih dalam tahap penyesuaian dengan teman kelompok maupun dengan model pembelajaran yang baru diterapkan, siswa belum mampu untuk mengolah informasi yang diperoleh, masih ragu-ragu dalam mengemukakan pendapat dan siswa belum mampu untuk menyimpulkan hasil diskusi. Pertemuan kedua sampai kelima memperlihatkan ketercapaian aspek yang diamati berturut-turut adalah 83,33%, 91,67%, 97,92% dan 100%. Secara umum, ketercapaian seluruh aspek yang diamati mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan pelaksanaan pada pertemuan pertama.

  Tabel 7 Analisis Deskriptif Hasil Belajar Matematika Siswa

  Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

  Rata-rata ( Rata-rata ( ̅ ) ̅ )

  81,03 77,25 SD (S) SD (S) 2 6,195 8,135 2 Varians (S ) Varians (S )

  38,38 66,18 Median Median

  76,47 79,41 Modus Modus

  85,29 79,41 Max Max

  88,24 91,18 Min Min

  61,76 61,76 Berdasarkan Tabel 7 analisis deskriptf terlihat bahwa hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen yaitu kelas V-B yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

  Jigsaw diperoleh nilai rata-rata 81,03, standar deviasi 6,195, varians 38,38, median 76,47, modus 85,29, nilai maksimum 88,24,dan nilai minimum 61,76. Sedangkan pada kelas kontrol yaitu kelas V- D yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diperolehnilai rata- rata 77,25, standar deviasi 8,135, varians 66,18, median 79,41, modus 79,41, nilai maksimum 91,18 dan nilai minimum 61,76.

  Tabel 8 Distribusi Data Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

  Pembelajaran Interval Jigsaw STAD No Kategori Nilai Persentase Persentase Frek. Frek.

  (%) (%)

  1 X ≥ 70 Tuntas 30 96,77

  24

  80

  2 X < 70 Tidak Tuntas 1 3,23

  6

  20 Jumlah

  31 100 30 100

  Tabel 9 Hasil Analisis Statistik Uji Normalitas

  Data Hasil Belajar Matematika Siswa pada Kelas Eksperimen Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) untuk hasil perhitungan uji normalitas dengan menggunakan statistik uji Kolmogorov-Smirnov pada kelas eksperimen diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan diperoleh 0,411 > α (dengan α = 0,05), sehingga H bahwa data nilai hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw berdistribusi normal.

  Tabel 10 Hasil Analisis Statistik Uji Normalitas

  Data Hasil Belajar Matematika Siswa pada Kelas Kontrol

  KONTROL N a,b

  30 Normal Parameters Mean 77,2549

Std. Dev iation

8,13520

  Most Extreme Absolute ,138 Dif f erenc es Pos itiv e ,099

  Negative

  • ,138 Kolmogorov -Smirnov Z ,755 As ymp. Sig. (2-tailed) ,618

  Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) untuk hasil perhitungan uji normalitas dengan menggunakan statistik uji Kolmogorov-Smirnov pada kelas diterima. Dengan demikian dapat eksperimen diperoleh 0,618 > α (dengan α = 0,05), sehingga H disimpulkan bahwa data nilai hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berdistribusi normal.

  Tabel 11 Hasil Uji Homogenitas Data Hasil Belajar Matematika

  Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 2 Kelas S F hitung F tabel Keterangan Kelas Eksperimen 38,38

  1,724 1,8483 Homogen Kelas Kontrol 66,18

  Berdasarkan Tabel 11 diperoleh nilai F hitung = 1,724 dan nilai F tabel = 1,8483. Sehingga kriteria yang dapat disimpulkan adalah nilai F hitung = 1,724 < F tabel = 1,8483, maka data memiliki varians yang sama (homogen).

  Tabel 12 Hasil Analisis Statistik Uji Hipotesis Hasil Belajar Matematika

  Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas N t t Keterangan hitung tabel

  Kelas Eksperimen

  31 2,021 2,001 Menolak H

  Kelas Kontrol

  30 Pada Tabel 12 di atas terlihat bahwa nilai t hitung lebih besar daripada nilai t tabel (0,05, 59) (t hitung = 2,021 > t tabel = 2,001), maka H ditolak, hal ini berarti bahwa ada perbedaan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi Pecahan. Atau dengan kata lain terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan Pecahan.

  Pembahasan

  Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe

  

Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar matematika siswa kelas

  V SD Negeri 17 Baruga pada pokok bahasan Pecahan. Untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran tersebut, maka diambil dua kelas sebagai kelompok sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol, dimana kedua kelas memiliki kemampuan matematika yang relatif sama. Masing- masing kelas diberi perlakuan berbeda. Kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sedangkan kelas kontrol diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kedua kelas diberikan materi yang sama yakni Pecahan dengan urutan materi yang sama.

  Total pertemuan pada penelitian ini adalah 15 jam pelajaran, yakni 13 jam pelajaran yang terdiri dari 5 kali pertemuan untuk masing-masing kelas, 2 jam pelajaran untuk posttest hasil belajar matematika siswa. Kedua kelas diberikan materi yang sama yakni materi Pecahan dengan urutan materi yang sama.Berdasarkan pertemuan pertama pada kelas eksperimen, peneliti mengalami hambatan, dimana siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran yang baruyang diterapkan di dalam kelas mereka. Pada saat pembentukan kelompok tersebut, setiap siswa belum terbiasa untuk beradaptasi dengan teman kelompoknya yang baru, belum terbiasa untuk bekerja sama dalam kelompok dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru pada saat pemberian LKS. Selain itu juga, peneliti tidak memberikan evaluasi dengan memberikan Lembar Penilaian (LP-1) kepada siswa karena keterbatasan waktu yang ada. Adapun tingkat keberhasilan pengelolaan pembelajaran pada pertemuan pertama sudah sangat baik dengan tingkat keberhasilan sebesar 77%.

  Berdasarkan pertemuan pertama pada kelas kontrol, peneliti mengalami hambatan, dimana siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran yang baruyang diterapkan di dalam kelas mereka. Pada saat pembentukan kelompok tersebut, setiap siswa belum terbiasa untuk beradaptasi dengan teman kelompoknya yang baru, belum terbiasa untuk bekerja sama dalam kelompok dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru pada saat pemberian LKS. Adapun tingkat keberhasilan pengelolaan pembelajaran pada pertemuan pertama sudah sangat baik dengan tingkat keberhasilan sebesar 86%. Pada pertemuan kedua sampai kelima proses pengelolahan pembelajaran meningkat dengan baik.

  Berdasarkan hasil analisis deskriptif dari data yang diperoleh rata-rata nilai hasil belajar matematika pada kelas eksperimen sebesar 81,03 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 77,25. Nilai minimum pada kelas eksperimen sama dengan nilai minimum pada kelas kontrol yaitu sebesar 61,76, nilai maksimum kelas eksperimen sebesar 88,24 dan nilai maksimum kelas kontrol adalah 91,18. Jadi, untuk sementara dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatfi tipe Jigsaw dan siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

  Sesuai dengan kriteria efektivitas, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sama-sama efektif digunakan pada saat proses pembelajaran di kelas. Tetapi, pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tingkat aktivitas belajar siswa pada lima kali pertemuan mencapai 90% sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada saat proses pembelajaran di kelas tingkat aktivitas belajar siswa pada lima kali pertemuan mencapai 87,5%.

  Selain itu ketuntasan belajar siswa pada kelas yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diperoleh 30 orang atau 96,8 % dari jumlah siswa yang memenuhi nilai KKM, sedangkan kelas yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diperoleh 24 orang atau 80% dari jumlah siswa yang memenuhi nilai KKM.

  Hasil uji hipotesis menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, terlihat bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara nyata, hal ini berdasarkan hasil uji t diperoleh t hitung = 2,021 > t = 2,001 yang berarti H ditolak dan H diterima. Karena adanya perbedaan rata-rata hasil tabel 1 belajar siswa pada kedua model pembelajaran yaitu ditinjau dari hasil uji hipotesis dan juga berdasarkan kriteria keefektifan suatu model pembelajaran maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan keefektifan yang signifikan antara hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan Pecahan.

  Simpulan dan Saran Simpulan

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

  1. Hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 17 Baruga yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada pokok bahasan pecahan dikategorikan tinggi dengan nilai rata-rata 81,03, varians 38,38, median 76,47, modus 85,29, standar deviasi 6,195, nilai minimum 61,76, dan nilai maksimum 88,24.

  2. Hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 17 Baruga yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan pecahan dikategorikan tinggi dengan nilai rata-rata 77,25, varians 66,18, median 79,41, modus 79,41, standar deviasi 8,135, nilai minimum 61,76, dan nilai maksimum 91,18.

  3. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t diperoleh t hitung = 2,021 > 2,001 = t yang berarti H ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tabel keefektifan yang signifikan antara hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan Pecahan kelas V SD Negeri 17 Baruga.

  Saran

  Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang dapat diberikan sebagai berikut:

  1. Kepada para guru yang mengajar mata pelajaran Matematika sekiranya dapat menggunakan model pembelajaran koopetaif tipe Jigsaw sebagai salah satu alternatif pembelajaran dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.

  2. Perangkat pembelajaran (Silabus, RPP, LKS, LP-01, LP-02) yang terdapat penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru SD untuk menerapkan pembelajaran koopetaif tipe Jigsaw

  3. Perlu diadakan penelitian yang sejenis dengan cakupan materi lain yang lebih luas untuk mengembangkan model pembelajaran koopetaif tipe Jigsaw dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa.

  Daftar Pustaka

  Alkhatimah (2010). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Jenis Kelamin Terhadap Hasil

  Belajar Matematika dengan Mengontrol Pengaruh Kovariat Minat, Kendari: Universitas Halu Oleo.

  Arikunto, Suharsimi (2005). Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Eggen, P.D dan Kauchak, D.P. 1988. Strategi For Teaching: Teaching Content and Thinking Skill.

  Allyn and Bacon: Boston. Ibrahim, Muslimin dkk (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya Ismail (2002). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.

  Ismail (2003). Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP. Kasiram, Moh (2010). Metodologi Penelitian Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian. Malang : UIN Maliki Press.

  Killen, Roy (1998). Effective Teaching Strategies : Lesson From Research and Practive, Second

  Edition. Australia : Social Science Press

  (diakses 14 Maret 2015) Lewis R. Aiken dalam Faad Maonde (2011). Aplikasi Penelitian Eksperimen Dalam Bidang Pendidikan dan Sosial. Kendari : Unhalu Press.

  Mulyasa (2006). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya. Popham, W. James (2003). Teknik MengajarSecara Sistemais (Terjemahan) . Jakarta: Rineka Cipta Roestiyah N.K (1986). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

  Rusyan, Tabrani (1989). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Karya. Slameto (1988). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Bina Aksara. Slavin, Robert E (1995). Cooperative Learning, Teori Riset dan Praktek. Bandung : Nusamedia. Sudjana, Nana (1992). Metode statistika Edisi ke-5. Bandung: Tarsito. Sudjana, Nana (2001). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo. Suherman, Erman (2003). Strategi Pembelajaran Kontenporer. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

  Sundayana, Rostina (2015). Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Suryo Subroto, B (1997). Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Waasan Baru, Beberapa Metode

Pendukung dan Beberapa Komponen Layanan Khusus, Cet.I. Jakarta : Rineka Cipta.

  Trianto (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media. Tuwu, Alimuddin (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press. Widowati, Budijastuti. (2001). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.

  Biodata Penulis

  Ferdi Dermawan, lahir di Usuku pada tanggal 13 Januari 1994. Anak dari pasangan La Aga (Ayah Tiri) dan Darmawati (Ibu Kandung). Anak pertama dari 4 bersaudara, Deski Putriani (adik kandung), Ongki (adik tiri) dan Riski (adik tiri). Penulis menamatkan Sekolah Dasar pada tahun 2006 di SD Negeri