IGASI SUMUR POMPA ARTESIS DI LAHAN KERING
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFISIENSI PENGGUNAAN AIR
IR
(Factors that Influence the Efficiency of the Use of Artesian Water in Dry Land)
Aeko Fria Utama FR
Mahasiswa Program pascasarjana, pengelolaan lahan kering, Universitas Mataram Jl. Pendidikan No. 37 Mataram
Email: aekofr@yahoo.com
ABSTRAK
Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan daerah yang sekitar 70% wilayahnya terdiri dari lahan kering, yaitu sekitar 1.807.463 ha, namun, baru dikembangkan hanya sekitar 30% karena adanya berbagai kendala. Salah satu kendala adalah keterbatasan air. Dalam mengatasi permasalahan ini, pemerintah sudah banyak membangun sumur dan menyalurkan pompa irigasi kepada petani. Kecamatan pringgabaya merupakan salah satu kecamatan dengan ketersediaan lahan kering yang cukup luas. Di Kecamatan ini sudah tersedia sumur artesis serta pompa irigasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi efisiensi penggunaan air sumur pompa artesis di lahan kering. Data dikumpulkan dengan cara observasi lapangan dan wawancara. Petani yang menjadi responden pada penelitian ini adalah petani yang menggunakan air irigasi pompa sumur artesis yang dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu, petani jagung dan petani bawang merah. Hasil penelitian meunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi ekonomi. Pada tanaman jagung, faktor yang mempengaruhi efisiensi adalah faktor umur dan pengalaman bertani, sedangkan pada tanaman bawang, faktor yang berpengaruh adalah faktor pendidikan, pengalaman bertani dan jumlah tanggungan.
ABSTRACT
West Nusa Tenggara (NTB) is a region with vast dry land. The dry land is about 70% ofterritory (1.807.463 ha), and has been developed about 30% due to various obstacles. One of the
obstacles is the lack of water. In addressing this problem, the government has built many wells
and distributed irrigation pumps to farmers. Pringgabaya sub-district is one of the sub-districts
with wide dry land availability. It is available artesian wells and irrigation pumps n this sub
district. This research aimed to know the factors that influence efficiency of the use of artesian
water in dry land. Data is collected by field observation and interview. Farmers who responded in
this study were farmers who irrigated their field with artesian water, and grouped into two groups
namely, corn farmers and onion farmers. The result showed that factors that affect economic
efficiency. In maize, the factors that influence the efficiency were age factor and farming
experience, while on the onion, influencing factors were education factor, farm experience and the
number of dependents.___________________________________________________________
Kata Kunci : faktor efesiensi, irigasi, sumur artesis, efisiensi Keyword: factors of efficiency, irgiation, artesian well,eEfficiency
PENDAHULUAN
Upaya peningkatan produksi pertanian dengan menggunakan lahan subur beririgasi seperti air sungai, danau, disinyalir telah mengalami kejenuhan (level off), luas dan kesuburan lahan pertanian terus menurun karena konversi lahan pertanian ke non-pertanian yang mencapai laju 100 ribu hektar per tahun pada dekade terakhir (Arifin, 2007) dan penggunaan lahan yang kurang mengindahkan aspek keseimbangan dan kelestarian lingkungan, termasuk penggunaan pupuk kimia yang kurang tepat (Priyanti, 2007).
Lahan kering adalah hamparan lahan yang didayagunakan tanpa penggenangan air, baik secara permanen atau musiman dengan sumber air hujan atau irigasi (Suwardji, 2013). Tipologi lahan ini dapat dijumpai baik di dataran rendah (0-700 m dpl) hingga dataran tinggi (> 700 m dpl) (Hidayat dkk., 2000 dalam Suwardji, 2013). Sektor pertanian masih merupakan salah satu sektor andalan pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) (Suwardji, 2013). Salah satu kendala utama pengembangan lahan kering adalah ketersediaan air yang sangat terbatas dan kesuburan lahan kering yang terus menurun.
Masalah klasik dalam pengelolaan lahan kering adalah langkanya air untuk irigasi, hanya mengandalkan air hujan sehingga intensitas pertanamannya rendah yaitu sekitar 100 persen per tahun dibanding 300 persen bagi lahan beririgasi. Upaya mengandalkan air hujan rentan, terlebih jika dikaitkan dengan kesulitan dalam prediksi iklim. Kegagalan tanam pada 15.766 hektar lahan kering di Pulau Lombok, akibat musim kemarau yang berkepanjangan (El-Nino) tahun 2007 (Pemda NTB, 2009), merupakan salah satu contoh kerentanan pengelolaan lahan kering jika mengandalkan air hujan. Masalah lain dalam pengelolaan lahan kering adalah degradasi dan fragmentasi lahan yang tinggi, topografi berbukit (peka erosi), infrastruktur terbatas, kelembagaan sosial ekonomi lemah, perhatian pemerintah dan partisipasi swasta kurang (Suwardji dan Tejowulan, 2003), untuk mengatasi masalah tersebut, Pemerintah Daerah NTB telah membangun pompa air tanah sejak tahun 1981 yang beroperasi sampai sekarang. Kini jumlahnya sudah mencapai 495 unit, termasuk 314 unit yang dibangun melalui Proyek Pengembangan Airtanah (P2AT) Departemen Pekerjaan Umum. Lahan yang sudah bisa diairi seluas 6.131 hektar dari potensi 385 ribu hektar. Pemerintah Daerah NTB telah mengusulkan ke pusat untuk pengembangan areal irigasi seluas 35 ribu hektar sampai 2013 (Bagian Proyek Pengembangan Air Tanah Pulau Lombok NTB, 2000).
Secara teoritis, keberadaan irigasi dapat meningkatkan produksi lahan baik melalui peningkatan intensitas pertanaman maupun peningkatan produktivitas lahan (Sudaryanto, 1980). Peningkatan produksi tersebut tidak merata antar petani karena berbedanya kemampuan manajerial petani yang berkaitan dengan cara, waktu dan volume air yang diberikan. Hal ini menyebabkan berbedanya tingkat efisiensi irigasi. Irigasi dengan cara mengalirkan air melalui parit bedengan lebih efisien dari yang menggenangi lahannya tanpa parit; irigasi yang waktu dan volume pemberiannya disesuaikan dengan fase pertumbuhan tanaman akan lebih efisien jika dibandingkan dengan yang tidak disesuaikan. Semua itu berkaitan dengan jumlah air efektif yang diserap akar tanaman sesuai dengan kebutuhan pada masing-masing fase pertumbuhan. Selain itu, kebutuhan air berbeda antara tanaman satu dengan tanaman lain. Tanaman padi memerlukan 1.900-5.000 liter air untuk menghasilkan 1 kg gabah, jauh lebih banyak dari kebutuhan air untuk tanaman tembakau (Abdullah, 2012).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa efesiensi penggunaan air pada berbagai tanaman budidaya, terutama di lahan kering sangat penting diketahui, agar dapat memanfaatkan air secara optimal guna memperoleh produksi yang maksimal. Oleh karena itu penelitian ini telah dilakukan yang berjudul “efisiensi penggunaan air irigasi sumur pompa artesis di lahan kering Kabupaten Lombok Timur”.
METODE PENELITIAN Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur, yang dilaksanakan pada bulan Februari-April 2016.
Penelitian ini menggunakan metode ”purposive
sampling ” dengan pertimbangan Kecamatan
Pringgabaya memiliki areal lahan kering terluas dan memiliki sumberdaya air tanah dengan sumur pompa terbanyak
Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif yaitu metode yang bertujuan untuk
memecahkan masalah yang ada pada saat sekarang dengan cara mengumpulkan data, menyusun, serta menarik kesimpulan, sedangkan bentuk pelaksanaannya adalah dengan teknik survei (Surakhmad, 1990).
Responden dalam penelitian ini adalah petani yang melakukan usahatani yang memanfaatkan sumur pompa untuk berusaha X1 = volume air yang digunakan (m
/ha) X2 = jumlah benih yang digunakan (kg/ha) X3 = pupuk urea yang digunakan (Kg/ha) X4 = Obat tanaman (liter/ha) X5 = Tenaga Kerja (HKO/ha) b0 = Intersept b = Parameter variabel e = Bilangan natural (e = 2,7182) u = Unsur sisa (galat) b1, b2, .....b5 = koefisien parameter yang diestimasi untuk masing masing input
Y = produktivitas tanaman utama (jagung,bawang merah) (kg/ha)
Analisis Data
Analisis data menggunakan fungsi produksi Cobb Douglass, dengan asumsi bahwa terdapat kecenderungan perbedaan efisiensi antara petani jagung dengan petani bawang merah, maka disusun dua fungsi produksi yaitu fungsi produksi jagung dan fungsi produksi bawang merah. Pembedaan fungsi produksi tersebut disebabkan karena petani menggunakan lebih banyak input buatan (pupuk dan obatan) untuk tanaman bawang merah.
tani. Responden ini selanjutnya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu, keompok petani jagung dan kelompuk petani bawang merah. Penentuan besar sampel petani responden dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus Slovin (Umar, 2000), yang berjumlah 64 responden petani jagung dan 35 responden petani bawang merah.
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
b2
Variabel Β t P-Value F Significance
Dari Tabel 1 di atas, dapat dilihat bahwa, secara bersama-sama kelima faktor tersebut berpengaruh signifikan terhadap efisiensi. Hal ini dapat dilihat dari nilai significance yang dihasilkan untuk “F” yaitu sebesar 0,00. Nilai ini lebih kecil dari taraf signifikansi yang digunakan yaitu 0,05. Selanjutnya, Nilai “F hitung” yang dihasilkan adalah sebesar 31,78, di mana dengan DF1=5, DF2=58 dan α=0,05, “F tabel” yang dihasilkan adalah 2,37. Karena F hitung > F tabel, maka dikatakan variable-variabel tersebut berpengaruh terhadap efisiensi.
Sumber: Data Primer yang diolah
= 0,710
2
= 0,733 Adjusted R
2
R
Tanggungan
Tahun Pengalaman 0,018 12,24 0,000
Umur
b
31,78 0,000
Konstanta 0,614 5,67 0,000
Dibawah ini ditampilkan hasil analisa faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi (Tabel 1). Tabel 1. hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi.
X3
Tanaman Jagung
DI lapangan banyak faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi penggunaan air oleh petani, baik itu faktor eksternal maupun internal. Tapi karena terkait dengan kendala-kendala teknis di lapangan, maka pada penelitian ini analisis faktor tersebut hanya fokus pada beberapa faktor saja, seperti umur, pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan dan status lahan. Berdasarkan pada yang telah dipaparkan di atas, maka diketahui masing- masing faktor diberikan dengan symbol Z1= usia petani, Z2= tingkat pendidikan, Z3= pengalaman bertani, Z4= jumlah tanggungan dan Z5= status kepemilikan lahan. Hasil analisa menggunakan SPSS21 disajikan pada tabel 8 dan tabel 9 di bawah ini.
Variabel bebas yang diteliti pada penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi efesiensi penggunaan air pada petani jagung dan bawang merah yaitu X1, X2, X3, X4 dan X5 dan variabel terikat yang diteliti adalah efisiensi penggunaan air (Y). Secara matematis model fungsi produksi dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = b0 X1
b1
X2
Fungsi produksi diatas kemudian ditransformasikan dalam bentuk linier logaritma untuk memudahkan pendugaan terhadap fungsi produksi, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut: Ln Y = ln b0 + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3
u
e
b5
X
b4
X4
b3
- b4 ln X4 + b5 ln X5 Keterangan:
- 0,009 -5,55 0,000 Pendidikan 0,027 1,43 0,159
- 0,002 -0,27 0,789 Status Lahan 0,009 0,40 0,693
- 0,001 -0,527 0,602 Pendidikan 0,026 2,441 0,021 Tahun Pengalaman 0,006 5,826 0,000 Tanggungan -0,017 -2,577 0,015 Status Lahan 0,016 1,233 0,227 R
Sementara jika dianalisa secara parsial, ditemukan hanya ada dua faktor yang berpengaruh signifikan terhadap efisiensi yaitu, Faktor “umur” dan “Pengalaman Bertani”. Hal ini dapat dilihat dari nilai significance yang dihasilkan untuk “t” pada kedua factor yaitu sebesar 0,00. Nilai ini lebih kecil sama dengan taraf signifikansi yang digunakan yaitu 0,025 (α/2=0,05/2=0,025).
Mataram. Pemda NTB. 2009. Kajian Risiko dan Adaptasi
irigasi sumur pompa artesis pada usahatani lahan kering di lombok timur nusa tenggara barat . Tesis. IPB
Arifin, B. 2007. Prospek dan Skeptisme Perberasan 2008 dalam Media Indonesia.
Senin 10 Desember 2007 Bagian Proyek Pengernbangan Air Tanah
Lombok NTB. 2000. Laporan Tahunan Tengah Semester 1999/2000. Departemen Pekerjaan Umum Propinsi NTB, Proyek Irigasi Lombok. Mataram.
Bappeda Propinsi Nusa Tenggara Barat. 2003.
Rencana Strategis Pengembangan Wilayah Lahan Kering Propinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2003 –2007.
Terhadap Perubahan Iklim Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat: Sektor Pertanian . Kerjasama GTZ, WWF, Pemda NTB dan Dinas Kehutanan.
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada tanaman jagung, faktor yang mempengaruhi efisiensi adalah faktor umur dan pengalaman bertani, sedangkan pada tanaman bawang, faktor yang berpengaruh adalah faktor pendidikan, pengalaman bertani dan jumlah tanggungan.
Priyanti, A. 2007. Dampak Program Sistem Integrasi Tanaman –Ternak Terhadap Alokasi Waktu Kerja, Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga Petani.
Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Suwardji dan Tejowulan. 2003. Lahan Kritis
dan Lingkungan Hidup . Makalah
Seminar Nasional Lahan Kritis di Universitas Muhammadiyah Mataram.
10 Hal. Suwardji, 2013. Pengelolaan Sumberdaya
Lahan Kering. Universitas Mataram press. Mataram.
Abdullah, U. 2012. Efisiensi penggunaan air
KESIMPULAN
Tanaman Bawang Merah
Umur
Dibawah ini ditampilkan hasil analisa faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi.
Tabel 2. hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi Variabel
Β T P-Value F Significance
Konstanta 0,037 0,759 0,454
9,56 0,000
b
2
yang dihasilkan untuk “F” yaitu sebesar 0,00. Nilai ini lebih kecil dari taraf signifikansi yang digunakan yaitu 0,05. Selanjutnya, Nilai “F hitung” yang dihasilkan adalah sebesar 9,56, dimana dengan DF1=5, DF2=58 dan α=0,05, “F tabel” yang dihasilkan adalah 2,37. Karena F hitung > F tabel, maka dikatakan variable-variabel tersebut berpengaruh terhadap efisiensi Ekonomi, sementara jika dianalisa secara parsial, ditemukan ada tiga faktor yang berpengaruh signifikan terhadap efisiensi ekonomi yaitu, Faktor “Pendidikan”, “Pengalaman Bertani” dan “Jumlah Tanggungan ”.
0,622 Adjusted R
2
0,557
Sumber: Data Primer yang diolah
Pada Tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa, secara bersama-sama kelima faktor tersebut berpengaruh signifikan terhadap efisiensi penggunaan air. Hal ini dapat dilihat dari nilai
significance
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal SAINTA Volume 1 Nomor 2 (2017): 60-106, p-ISSN 2580-4235 Faperta UNW Mataram