View of Peningkatan Pengetahuan tentang Obat melalui Kegiatan Apoteker Kecil untuk Siswa Sekolah Dasar di Desa Selogiri Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen

  Peningkatan Pengetahuan Tentang Obat Melalui Kegiatan

Apoteker Kecil Untuk Siswa Sekolah Dasar Di Desa Selogiri Kecamatan

Karanggayam Kabupaten Kebumen

1* 2 3 Tri Cahyani Widiastuti , Naelaz Zukhruf Wakhidatul Kiromah , dan Ledianasari 1,2,3

  Program Studi Farmasi Program Sarjana STIKES Muhammadiyah Gombong

  • *Email : TriCahyaniApt@gmail.com

  Abstrak

Keywords: Pengetahuan masyarakat mengenai dunia kesehatan, terutama obat

Apoteker, masih sangat terbatas, padahal obat merupakan bahan yang mudah kita

Konsultasi, temukan di sekitar kita. Obat harus selalu digunakan secara benar agar

Informasi dan memberikan manfaat klinik yang optimal. Salah satu elemen yang

Edukasi (KIE), memiliki keahlian dan dapat menjadi sumber informasi mengenai obat

kesehatan, obat, adalah apoteker atau farmasis. Peran Apoteker dalam bidang kesehatan

siswa Sekolah yaitu memberikan Konsultasi, Informasi dan Edukasi (KIE),

Dasar mengarahkan pasien untuk melakukan pola hidup sehat, dan melakukan

monitoring. Target atau sasaran pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada kelompok atau populasi umur tertentu sangat menentukan keberhasilan suatu program kesehatan, salah satunya adalah anak usia sekolah. Pelaksanaan program Apoteker Kecil pada siswa SD Negeri 4 Selogiri kelas 5 dan 6. SD Negeri 4 Selogiri merupakan salah satu SD Negeri yang terletak di Dukuh Sipanjang Desa Selogiri, Kecamatan Karanggaram, Kabupaten Kebumen. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah meningkatkan eksistensi Apoteker dan tugasnya sehingga pelaksanaan program Apoteker kecil dapat sebagai perwujudan kader sadar obat sejak dini. Selain itu, Pengetahuan anak tentang obat semakin baik sehingga anak dapat ikut andil dalam menyampaikan informasi obat dan kepatuhan penggunaan obat secara umum kepada keluarga dan lingkungannya sejak dini. Pelaksanaan kegiatan meliputi, pengenalan apoteker, penyampaian materi mengenai penggolongan obat, jenis obat, informasi pada kemasan dan brosur obat, cara penggunaan obat, efek samping obat, cara penyimpanan obat, obat rusak dan kadaluwarsa serta praktek meracik obat. Hasil dari kegiatan tersebut adalah adanya perbedaan nilai antara pre test dan post test, dimana hasil nilai rata-rata post test lebih tinggi daripada pre test. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh hasil penyampaian materi terhadap tingkat pemahaman dan pengetahuan tentang obat dan apoteker.

1. PENDAHULUAN

  Pengetahuan masyarakat mengenai dunia kesehatan, terutama obat masih sangat terbatas, padahal obat merupakan bahan yang mudah kita temukan di sekitar kita. Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dijelaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi. Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Obat harus selalu digunakan secara benar agar memberikan manfaat klinik yang optimal. (Anidya et al., 2005)

  Dalam Undang-Undang Kesehatan No.36 tahun 2009 disebutkan bahwa obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk memengaruhi atau menyelidikin sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi manusia. Untuk memberikan fungsinya, obat dibuat menjadi bentuk sediaan tertentu yang kemudian dikenal dengan istilah obat jadi, dan obat tersebut mengandung komposisi sesuai dengan standar (Zaman-Joenoes, 2001). Obat paten merupakan obat jadi yang dikuasakan untuk diedarkan dengan bungkus asli dari produsen dan masih memiliki hak paten. Obat paten sering disebut dengan obat dagang dimana perbedaan obat dagang yang beredar terletak pada kecepatan absorpsi obat, kenyamanan penggunaan obat dalam hal rasa dan bau, serta kemudahan obat dicerna (Henry, 2004).

  Salah satu elemen yang memiliki keahlian dan dapat menjadi sumber informasi mengenai obat adalah apoteker atau farmasis. Peran Apoteker dalam bidang kesehatan yaitu memberikan Konsultasi, Informasi dan Edukasi (KIE), mengarahkan pasien untuk melakukan pola hidup sehat, dan melakukan monitoring. Hasil terapi pengobatan yang telah dijalankan oleh pasien merupakan kerja sama dengan profesi kesehatan lain yang tentunya bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (Astika, 2003). Tetapi, dari hasil survey ternyata masyarakat masih kurang mengenal siapa apoteker dan bagaimana dunianya sehingga akses masyarakat untuk mendapatkan informasi obat juga terbatas. Karena pengetahuan mengenai obat yang terbatas tersebut maka banyak timbul permasalahan dalam penggunaan obat.

  Masalah tersebut tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi juga berkaitan dengan anak-anak. Anak sering bersikap enggan untuk patuh minum obat demi kesembuhan penyakit atau gangguan yang dideritanya, karena beranggapan obat memiliki rasa yang pahit dan tidak enak. Orang tua, terutama ibu, sangat berperan dalam menjaga anak untuk patuh minum obat. Namun, problema ini akan menjadi lebih mudah lagi jika pada diri anak juga ditumbuhkan kesadaran untuk patuh minum obat sejak mereka berusia dini. Selain itu, kurangnya pengetahuan anak mengenai obat yang benar akan menyebabkan anak mudah terpengaruh untuk menyalahgunakan obat tersebut, terutama golongan narkotika dan obat terlarang (Kompas. 2011).

  Target atau sasaran pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada kelompok atau populasi umur tertentu sangat menentukan keberhasilan suatu program kesehatan, salah satunya adalah anak usia sekolah. Alasannya adalah: Pertama, populasinya tergolong besar karena jumlah anak usia sekolah mencapai 30 % dari jumlah penduduk (Depkes, 2008). Kedua, mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik di Institusi-institusi sekolah. Ketiga, pendidikan dan pelayanan kesehatan yang diberikan sejak dini jauh lebih baik daripada diberikan pada usia yang sudah agak terlambat. Keempat, anak usia sekolah merupakan generasi penerus yang potensial karena di masa depan mereka akan berumah tangga, menjadi orang tua dan mempunyai anak, maka nasib anak-anaknya dalam bidang pendidikan dan pelayanan kesehatan banyak bergantung kepada mereka. Kelima, masalah kesehatan yang dialami anak usia sekolah ternyata sangat kompleks dan bervariasi. Selain keberadaan tempat, jalur transportasinya sulit untuk dicapai.

  Mitra memiliki masalah yaitu pengetahuan mengenai obat yang terbatas. Mitra juga kurang mengenal apoteker sebagai salah satu sumber informasi mengenai obat. Hal tersebut menimbulkan permasalahan pada mitra yang merupakan siswa SD yaitu anak sering bersikap enggan untuk patuh minum obat demi kesembuhan penyakit atau gangguan yang dideritanya, karena beranggapan obat memiliki rasa yang pahit dan tidak enak. Selain itu, kurangnya pengetahuan anak mengenai obat yang benar akan menyebabkan anak mudah terpengaruh untuk menyalahgunakan obat tersebut, terutama golongan narkotika dan obat terlarang. Karena kurangnya informasi, anak-anak juga tidak mengenal obat tradisional khususnya yang berasal dari tanaman. Akibatnya kecintaan anak-anak terhadap obat asli Indonesia akan berkurang. (Kurnia, Suswandari, Sari, & Suswandari, 2016)

  Berdasarkan permasalahan mitra yang diuraikan diatas, maka solusi yang dapat ditawarkan adalah meningkatkan pengetahuan mitra mengenai dunia obat baik obat modern maupun obat tradisional yang berasal dari tanaman. Diharapkan dengan pengetahuan yang benar tentang obat-obatan, mitra dapat menggunakan obat secara bijak serta terhindar dari penyalahgunaan obat. Mitra dalam kegiatan ini adalah siswa kelas 5 dan 6 SD Negeri 4 Selogiri yang terletak di Dukuh Sipanjang Desa Selogiri, Kecamatan Karanggaram, Kabupaten Kebumen. Beberapa program kegiatan yang dilaksanakan adalah:

  1. Pemberian pendidikan dan pelatihan mengenai manfaat obat sehingga tumbuh kesadaran untuk patuh minum obat

  2. Pemberian Pendidikan dan Pelatihan mengenai bahaya obat agar terhindar dari penyalahgunaan obat

  3. Pemberian pendidikan dan pelatihan mengenai cara penggunaan dan penyimpanan obat (BPOM, 2008)

  Berdasarkan gambaran lokasi atau tempat SD Negeri 4 Selogiri maka perlu diadakan edukasi mengenai obat terutama cara mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang obat dengan benar. Fenomena yang terjadi saat ini di daerah pedesaan khususnya desa Selogiri kurangnya pengetahuan tentang obat, dimana mereka bisa memperoleh obat dan dimana mereka bisa konsultasi tentang obat meliputi cara penggunaan, interaksi, dosis sekaligus salah satu cara untuk memperkenalkan profesi Apoteker dan tugasnya dalam menyampaikan informasi obat.

2. METODE

  Realisasi kegiatan ini dilakukan mulai dari survey tempat, pelaksanaan kegiatan hingga evaluasi dan rencana tindak lanjut. Berikut adalah tabel rincian kegiatan yang dilakukan: Tabel 1. Rincian Kegiatan Pengabdian Masyarakat

  Kegiatan Metode PJ Pembuatan Proposal dan Konsultasi Tri Cahyani W, Perbaikan (12 jam) M.Sc.,Apt Rapat Koordinasi Diskusi Tri Cahyani W, Pengabdian Masyarakat I (3 jam) M.Sc.,Apt Orientasi tempat pelaksanaan Survey (6 Jam) Ledianasari.,S.Farm.,Apt Pengabdian Masyarakat I Persiapan Pengabdian Persiapan teknis dan alat Naelaz Zukhruf Masyarakat I (3 jam) W.K.,S.Farm.,Apt Orientasi tempat pelaksanaan Survey (6 Jam) Ledianasari.,S.Farm.,Apt Pengabdian Masyarakat II Persiapan Pengabdian Persiapan teknis dan alat Naelaz Zukhruf Masyarakat II (3 jam) W.K.,S.Farm.,Apt Rapat Koordinasi Diskusi Tri Cahyani W, Pengabdian Masyarakat II (3 jam) M.Sc.,Apt Orientasi tempat pelaksanaan Survey (6 Jam) Ledianasari.,S.Farm.,Apt Pengabdian Masyarakat III Pelaksanaan pengabdian Pembukaan dan Pre Test Tri Cahyani W., M. Sc., masyarakat (1 Jam) Apt.

  Pemberian Materi Diskusi (1 Jam) Pengabdian Masyarakat Praktik Meracik Obat Diskusi (30 Menit) Pelaksanaan pengabdian Post Test dan Penutupan masyarakat (30 Menit) Evaluasi Diskusi (5 Jam) Pembuatan laporan hasil Laporan tertulis (10 Naelaz Zukhruf

  Jam) W.K.,S.Farm.,Apt Kegiatan dimulai dengan melakukan survey ke tempat atau lokasi yang bertempat di SD Negeri 4 Selogiri, Karanggayam, Kebumen. Didapatkan data jumlah peserta Apoteker Kecil sebanyak 61 siswa, yang merupakan siswa SD Negeri 4 Selogiri kelas 5 dan 6. Sarana prasarana yang tersedia di sana adalah ruang, meja dan kursi sedangkan LCD dan sound sistem belum tersedia. Siswa kelas 5 dan 6 dibagi menjadi 10 kelompok dimana setiap kelompok terdapat 6 siswa. Setiap kelompok didampingi oleh dosen dan mahsiswa. Setiap meja telah disediakan paket obat dalam berbagai bentuk sediaan obat lengkap dengan kemasannya, kertas perkamen, lumpang dan alu, cangkang kapsul, sudip, tepung sebagai serbuk obat, lembar kerja siswa dan bulpoint untuk masing-masing siswa. Materi diberikan dengan sistem klasikal beserta contoh penerapannya pada produk obat.

  Materi sosialisasi tentang pengenalan apoteker meliputi, pengenalan apoteker, penggolongan obat, jenis obat, informasi pada kemasan dan brosur obat, cara penggunaan obat, efek samping obat, cara penyimpanan obat, obat rusak dan kadaluwarsa. Sebelum penyampaian materi, dilaksanakan pre test terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat pemahaman dan pengetahuan siswa.

  Setelah dilakukan pre test, Peserta juga diberikan simulasi atau praktek langsung berdasarkan teori atau materi yang telah diberikan sebelumnya meliputi praktek mengenal golongan obat, membaca informasi pada kemasan dan brosur obat, menganalisis efek samping obat seperti yang tercantum dalam kemasan. Masing-masing siswa mendapatkan satu botol multivitamin sehingga dapat digunakan untuk mempraktekkan bagaimana cara minum obat sesuai dengan dosis yang tercantum dalam kemasan, menentukan berapa frekuensi penggunaan dalam sehari sesuai dengan aturan penggunaan yang tercantum dalam kemasan, serta bagaimana cara menyimpan obat dengan benar setelah kemasan dibuka. Evaluasi keberhasilan pemberian penyuluhan tahap pertama dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan mengenai materi yang sudah diberikan. Siswa yang menjawab pertanyaan dengan tepat mendapatkan hadiah yang sudah disiapkan oleh tim.

  Tabel 2. Lembar Kerja Siswa Untuk Cara

  Nama Nama bahan Aturan Efek mengobati menyimpan dagang aktif pemakaian samping obat apa? obat

  Panadol Parasetamol Menurunkan Diminum 3 Hipersensitiv Disimpan demam dan kali dalam terhadap di lemari panas sehari bahan aktif obat atau di

  A. Sebelum bawah makan suhu 30ᵒC B. Sesudah makan

  Pada saat mengisi lembar kerja, siswa sangat antusias dan pendamping kelompok atau tutor membantu untuk menjawab pertanyaan dari siswa. Sehingga siswa paham apa yang mereka baca di kemasan dan yang akan mereka tulis di lembar jawab. Metode ini sangat relevan untuk diterapkan pada siswa SD.

  Setelah mengisi lembar jawab, kegiatan selanjutnya adalah praktek meracik obat. Setiap meja disediakan peralatan meracik obat yang terdiri dari : lumpang, alu, tablet yang aman, kertas perkamen, pencetak kapsul, bungkus obat, cangkang kapsul, dan etiket. Setiap siswa diberikan 2 lembar kertas perkamen dan 2 kapsul. Perwakilan kelompok meracik salah satu sediaan obat ( puyer atau kapsul) lalu dinilai kelompok mana yang paling bagus hasil racikannya. Siswa diajarkan bagaimana cara meracik obat dengan benar. Kegiatan terakhir adalah evaluasi yaitu siswa dibagikan lembar post test dan kemudian dikumpulkan untuk dinilai.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan ini berupa penyuluhan mengenai pengenalan profesi apoteker dan obat.

  Penyuluhan dilaksanakan di SD 4 selogiri. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan siswa mengenai obat dan profesi apoteker sehingga akan meningkatkan kepatuhan siswa untuk minum. Sebelum penyampaian materi, dilaksanakan pre test terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat pemahaman dan pengetahuan siswa. Hasil pre-test ini akan dibandingkan dengan hasil post-test yang akan dikerjakan setelah siswa mendapatkan penyuluhan. Setelah pre-test siswa diajak berkenalan terlebih dahulu dengan para pemateri, tujuannya agar siswa dapat lebih mudah berinteraksi sehingga materi yang diberikan dapat diterima dengan baik. Dosen sebagai pemateri menyampaikan materi selama 1 jam yang diselingi dengan tanya jawab dan permainan.

  90

  90

  70

  5 Ardi Setiawan

  50

  70

  5 Apriningsih

  90

  6 Arif Hidayatuloh

  80

  70

  80

  6 Arianto 90 100

  7 Dias Nofariyan

  70

  60

  7 Budi Lesmana

  4 Andri Setiawan

  4 Ana Saputri

  90

  80

  Evaluasi keberhasilan pemberian penyuluhan tahap pertama dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan mengenai materi yang sudah diberikan. Siswa yang menjawab pertanyaan dengan tepat mendapatkan hadiah yang sudah disiapkan oleh tim. Kegiatan terakhir adalah evaluasi yaitu siswa dibagikan lembar post test dan kemudian dikumpulkan untuk dinilai. Hasil pre test dan post test siswa untuk kelas 5 dan kelas 6 dapat dilihat pada tabel 3.

  Tabel 3. Hasil Pre test dan Post test Siswa Kelas 5

  Peserta juga diberikan simulasi atau praktek langsung berdasarkan teori atau materi yang telah diberikan sebelumnya meliputi praktek mengenal golongan obat, membaca informasi pada kemasan dan brosur obat, menganalisis efek samping obat seperti yang tercantum dalam kemasan. Masing-masing siswa mendapatkan satu botol multivitamin sehingga dapat digunakan untuk mempraktekkan bagaimana cara minum obat sesuai dengan dosis yang tercantum dalam kemasan, menentukan berapa frekuensi penggunaan dalam sehari sesuai dengan aturan penggunaan yang tercantum dalam kemasan, serta bagaimana cara menyimpan obat dengan benar setelah kemasan dibuka.

  1 Adit Suryanuloh

  60

  70

  1 Adam Maulana

  80

  80

  2 Agus

  60

  80

  2 Aditira 50 100

  3 Agus Rohman

  60

  70

  3 Ahmad Akbar 90 100

  90

5 No. Nama Pre Test Post Test K el as

  8 Deni Wahyu Irawan

  90

  70

  80

  14 Hoerun Marsel

  60

  80

  14 Iis Maulana 100 100

  15 Ikhsan Hamid

  70

  70

  15 Ilham Ramadhani

  90

  90

  16 Karsini

  50

  70

  16 Jefri Setiawan

  90

  90

  17 Malik Nasaim 100 100

  17 Juliana Dewi

  80

  90

  K el as

  13 Herlino Rionaldo

  70

  70

  10 Eka Hidayat

  60

  8 Daryo 100

  90

   6 No. Nama Pre Test Post test

  70

  70

  9 Eling Saputra 90 100

  10 Endang Sulastri

  80

  80

  90

  13 Gilang Ramadan

  90

  11 Fefririastuti

  80

  80

  11 Eli Nurjanah 90 100

  12 Firman Syah

  80

  80

  12 Erika Melani

  90

  90

  9 Devi Haryanti

  18 May Felani

  70

  28 Wahyuni Siti Fadilah 90 100

  90

  90

  28 Sukur Refi Yanto

  27 Farizal Naim 100 100

  80

  27 Solehin

  90

  90

  80

  26 Umi Nur Kholifah

  80

  80

  26 Saeful Fahri

  25 Susi Wahyuni 100 100

  29 Toto Prayoga

  80

  90

  80

  Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat-Nya,penulis dapat menyelesaikan jurnal ini dengan baik. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada STIKES Muhammadiyah

  Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan pengabdian ini adalah masih rendahnya pengetahuan siswa sekolah dasar tentang profesi apoteker, jenis dan golongan obat beserta cara penggunaan dan penyimpanannya, serta jenis obat. Pemberian penyuluhan terbukti dapat meningkatkan pengetahuan siswa. Kegiatan ini mendapatkan sambutan yang positif dari pihak guru dan kepala sekolah serta diikuti dengan sangat antusias oleh seluruh siswa. kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan citra positif profesi apoteker di masyarakat sehingga tercipta suasana lingkungan yang menyehatkan bagi semua orang.

  Kegiatan ini mendapatkan tanggapan yang positif dari semua pihak, baik pihak sekolah yang diwakili para guru dan kepala sekolah maupun dari pihak siswa. Siswa sangat bersemangat ketika mengikuti materi, mereka juga saling berebutan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan. Hal tersebut menunjukkan antusiasme siswa yang sangat besar. Siswa juga sangat tertarik ketika mereka dapat praktek membaca leaflet/brosur obat maupun cara minum obat. Diharapkan kegiatan ini dapat memberikan manfaat yang besar, baik untuk siswa sendiri maupun pihak sekolah

  rata-rata pre test adalah 75,75 sedangkan nilai rata-rata post test adalah 80,90. Jumlah siswa kelas 6 yang mengikuti sebanyak 28 siswa, dimana nilai rata-rata pre test sebesar 86,42 sedangkan nilai post test sebesar 90,71. Pada tabel 1 menunjukkan bahwa adanya perbedaan nilai antara pre test dan post test, dimana hasil nilai rata-rata post test lebih tinggi daripada pre test. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian penyuluhan mengenai obat dan dapat diterima dengan baik oleh siswa. Materi penyuluhan yang diberikan dapat meningkatkan pengetahuan siswa mengenai profesi apoteker dan informasi terkait obat terbukti dengan peningkatan nilai post test yang diperoleh siswa. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh hasil penyampaian materi terhadap tingkat pemahaman dan pengetahuan tentang apoteker dan obat sebelum dan sesudah materi dilaksanakan dalam kegiatan ini.

  90.71 Siswa kelas 5 yang mengikuti kegiatan apoteker kecil sejumlah 33 siswa, dimana nilai

  86.42

  80 Rata – Rata 75,75

  33 Zahra Olivia

  30 Wahyono 100

  90

  90

  32 Yusuf Hidayat

  80

  80

  31 Wahyu Hidayat

  80

  70

  80

  25 Ragil

  60

  21 Novellia

  20 Rafasemi Saputra 90 100

  80

  80

  20 Nendian Saputra

  80

  19 Nur Widi yanti

  80

  80

  80

  19 Maytri Nindi Sari

  80

  80

  18 Mohamad Rifai

  90

  90

  90

  21 Santi 100 100

  22 Nur Fauzi

  80

  24 Siti Fahijah

  60

  80

  24 Putri Lestari

  80

  80

  23 Selfiyah

  90

  80

  23 Nur Fita Sari

  90

  90

  22 Sarmini

  70

  50

80.90 Rata – Rata

4. KESIMPULAN

UCAPAN TERIMAKASIH

  Gombong yang telah memberikan kontribusi sehingga kegiatan pengabdian berjalan dengan lancar. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada segenap pihak-pihak terkait dalam kegiatan meliputi instansi pemerintah daerah kabupaten kebumen dan Sekolah dasar yang turut mendukung berjalannya kegiatan ini.

  REFERENSI Anidya, C. M., Taufikurrakhman, A., Akbar, Z., Ningsih, S., Farmasi, P. S., & Indonesia, U. I.

  (2005). Upaya Membangkitkan Eksistensi Profesi Apoteker Dan Sistem Interpersonal Education, 35–40. Astika, S.L., dalam Charles, S., dan Lia, A., 2003, Farmasi Rumah Sakit : Teori Dan Terapan, EGC, Jakarta, 177-178. Barnes, J., Anderson, L.A., Phillipson, J.D. (2005). Herbal medicines. London:Pharmaceutical Press. BPOM. (2008). Pengetahuan Tentang Obat: Perlunya Pendekatan dari Perspektif Masyarakat.

  Majalah Info POM Vol. 9 No. 4 Depkes RI. (2008). Pedoman Pelatihan Dokter Kecil. Direktorat Bina Kesehatan Anak. Depkes

  RI Kurnia, N., Suswandari, M., Sari, N. K., & Suswandari, M. (2016). Effektivitas Program

  Apoteker Kecil ( Apcil ) Terhadap Pengetahuan Tanaman Obat Tradisional Keluarga Di Sekolah Dasar Negeri 2 Sukoharjo Tahun Ajaran 2015 / 2016. (Kurnia, Suswandari, Sari, & Suswandari, 2016) Kompas. 2008. Hampir Empat Ribu Anak SD Terkena Narkoba. Diakses 16 April 2017. http://nasional.kompas.com/read/2008/02/14/16413551/hampir.empat.ribu.anak.sd.teren a.narkoba Kompas. 2011. 95 Siswa SD Terlibat Penggunaan Narkoba. Diakses 16 April 2017. http://megapolitan.kompas.com/read/2011/01/20/22541115/95.Siswa.SD.Terlibat.Pengg unaan.Narkoba