View of COMMUNITY OPINION AGAINST THE QUALITY OF BASIC EDUCATION ON ELEMENTARY SCHOOL (SDN) IN TABALONG REGENCY

  

OPINI MASYARAKAT TERHADAP MUTU PENDIDIKAN DASAR

PADA SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN) DI KABUPATEN TABALONG

Jauhar Arifin*, Budi Setiawati*, Kiswanul Arifin*

  

Program Studi Ilmu Administrasi Publik

Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Tabalong

Jl. Komplek Stadion Olah Raga Saraba Kawa Pembataan Tanjung-Tabalong

Kode Pos 70123 Telp./Fax (0526) 2022484

  

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk Menguji dan menjelaskan Opini masyarakat terhadap mutu pendidikan dasar dan pemberdayaan Komite Sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Tabalong dengan 96 orang sampel. Data diolah dengan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan Standar mutu Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di kabupaten Tabalong berdasarkan Standar Nasional Pendidikan dinyatakan cukup baik. Dilihat dari beberapa indikator mutu pendidikan Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Tabalong Indikator Standar Isi, Standar Kompentensi Kelulusan, Standar Pengelolaan, Standar Penilaian dan Standar Pembiyaan dapat dikategorikan Sangat Baik, sedangkan Standar Proses dengan kategori Baik, Standar Kompetensi dan Tenaga Kependidikan dengan kategori cukup baik serta standar Sarana dan prasarana dengan kategori kurang baik. Ketersedian fasilitas yang dimiliki oleh komite sekolah pada SDN di Kabupaten Tabalong, Sebagian besar tidak tersedia, atau tersedia tetapi tidak lengkap. Hal ini akan menyebabkan tidak berdayanya komite sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Tabalong.

  Kata kunci : opini masyarakat; mutu pendidikan; komite sekolah

  

COMMUNITY OPINION AGAINST THE QUALITY OF BASIC EDUCATION ON

ELEMENTARY SCHOOL (SDN) IN TABALONG REGENCY

ABSTRACT

  This study aims to test and explain community Opinion against the quality of basic

education and empowerment School Committee on elementary school in Tabalong Regency

with 96 people samples. The data is processed by using a descriptive analysis. The results of

this research show the quality standard of education elementary school in Tabalong Regency

based on National Education Standards are expressed quite well. Views of several indicators

of the quality of education primary school Land in Tabalong Regency based on National

Education Standards are expressed quite well. Views of several indicators of the quality of

education in primary school Tabalong Regency Indicator Standard compentensi Standard

  

content, Graduation, standards Management, standards and Assessment Standard cost can

catagore very good, while Standard process with catagore good, Standard Competencies and

produce educators with catagore is quite good as well as the standards and infrastructure

with Availability of facilities owned by the school Committee on SDN in Tabalong Regency,

was largely unavailable, or available but not complete. This will cause no empower School

Committee on elementary school in Tabalong Regency.

  Keywords: opinion of the communit;, the quality of education; school Committee PENDAHULUAN

  Penjaminan mutu pendidikan adalah kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah daerah, pemerintah, dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam rangka menaikkan tingkat kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan. Berdasarkan Undang- Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 35 ayat (3), pengembangan standar nasional pendidik- an serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara nasional dilaksana- kan oleh suatu badan standardisasi, penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan. Dalam hal ini penjaminan mutu dilakukan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPK-PMP). Dengan mengacu pada Permendiknas No. 63 tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) pasal 20 dimana dinyatakan salah satu jenis kegiatan penjaminan mutu pendidikan adalah evaluasi dan pemetaan mutu satuan atau program pendidikan oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten atau kota.

  Peraturan Pemerintah 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) Pasal 2 ayat 1 menyebutkan tentang lingkup standar nasional meliputi: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, n standar sarana dan pra- sarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Sementara ayat 2 menyatakan bahwa untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP) dilakukan evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi. Setiap satuan pendidikan pada jalur formal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan bertujuan untuk memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan yang dilakukan secara bertahap, sistematis, dan terencana dalam suatu program penjamin- an mutu yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas. Salah satu alat untuk melakukan penjaminan mutu pendidikan tersebut adalah evaluasi diri sekolah (EDS). Sedangkan dalam pasal 92 ayat 8 PP 19 Tahun 2005 disebutkan bahwa Menteri menerbitkan pedoman program penjaminan mutu satuan pendidikan pada semua jenis, jenjang dan jalur pendidikan. Sejalan dengan diterbitkannya Permendiknas No. 63 tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP), sejak tahun 2010 Kementerian Pendidikan Nasional (sekarang disebut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) mengupayakan tercipta budaya mutu pendidikan dengan men- dorong terlaksananya proses penjaminan mutu pendidikan di tingkat satuan pendidikan. Sekolah diberikan peningkatan kapasitas untuk dapat melakukan EDS secara mandiri dan meningkatkan kualitas layanan pendidikan dengan mengacu kepada hasil EDS tersebut. Dari sisi pemerintah, dengan mengacu pada Permendiknas No. 63 tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) pasal 20 dimana dinyatakan salah satu jenis kegiatan penjaminan mutu pendidikan adalah evaluasi dan pemetaan mutu satuan atau program pendidikan oleh

  Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten atau kota. Pemetaan mutu pendidikan telah dilakukan oleh pemerintah u melalui berbagai cara, salah satunya dengan berbasis EDS. Pemetaan mutu berbasis EDS ini telah dilakukan sejak tahun 2010 dengan sasaran terbatas. Pada tahun 2013 pemetaan mutu pendidik- an dengan mengikuti pola evaluasi diri sekolah (EDS) ini dilaksanakan dengan sasaran semua satuan pendidikan dari SD, SMP, SMA, dan SMK. Pemetaan ini diharapkan dapat berfungsi ganda sebagai acuan dalam melakukan evaluasi diri di tingkat sekolah serta sekaligus memetakan mutu pendidikan pada tingkat pusat maupun daerah.

  Sebagian orang menyatakan bahwa hasil UN merupakan indikator prestasi sebuah sekolah. Sebagian lagi menyatakan bahwa hasil UN tidak selamanya benar untuk dijadikan sebagai penanda prestasi tersebut. Kedua pendapat itu, pada sisi dan argumen masing-masing, dapat dipahami dan diterima, karena UN memang memiliki beberapa peran fungsi. Peran fungsi UN tersebut antara lain adalah, pertama, sebagai tolak ukur penentuan mutu/prestasi pendidikan. Kedua, media pemetaan mutu pendidikan. Ketiga, sebagai tes diagnostik pendidikan, untuk selanjutnya dicarikan terapinya agar lebih higienis. Keempat, sebagai umpan balik terhadap pelaksanaan sistem managemen pendidikan yang ditempuh, sekaligus sebagai alat evaluasi-koreksi untuk penyusunan program dan sistem manajemen baru yang lebih mengena. Terakhir, sebagai alat penentu ketuntasan belajar, kelulusan siswa pada jenjang pendidikan tertentu, sekaligus sebagai alat seleksi masuk ke jenjang pendidikan selanjutnya. Sayangnya, UN yang berperan bagus itu, pada kiprah dan pelaksanannya di lapangan sering dinodai oleh banyak pihak yang memiliki kepentingan berbeda. Ini membuat praktik pelaksanaan UN menjadi bias, tidak valid, kurang akuntabel, dan sulit dipertanggungjawab- kan dalam tataran tertentu.

  TINJAUAN PUSTAKA Kualitas Pendidikan

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mutu adalah baik buruk suatu benda; kadar; taraf atau derajat misalnya kepandaian, kecerdasan dan sebagainya (Depdiknas, 2001:768). Secara umum kualitas atau mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau tersirat (Depdiknas, 2002:7). Dalam pengertian mutu mengandung makna derajat (tingkat keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa, baik yang tangible atau intangible. Mutu yang tangible artinya dapat diamati dan dilihat dalam bentuk kualitas suatu benda atau dalam bentuk kegiatan dan perilaku. Misalnya televisi yang bermutu karena mempunyai daya tahan (tidak cepat rusak), warna gambarnya jelas, suara terdengar bagus, dan suku cadangnya mudah didapat, perilaku yang menarik, dan sebagainya. Sedangkan mutu yang

  intangible adalah suatu kualitas yang tidak

  dapat secara langsung dilihat atau diamati, tetapi dapat dirasakan dan dialami, misalnya suasana disiplin, keakraban, kebersihan dan sebagainya (Suryosubroto, 2004:210).

  Mutu pendidikan dapat dilihat dalam dua hal, yakni mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Proses pendidikan yang bermutu apabila seluruh komponen pendidikan terlibat dalam proses pendidikan itu sendiri. Faktor-faktor dalam proses pendidikan adalah berbagai input, seperti bahan ajar, metodologi, sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Sedangkan mutu pendidikan dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu. Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student

  achievement) dapat berupa hasil tes

  kemampuan akademis (misalnya ulangan umum, Ebta dan Ebtanas). Dapat pula di bidang lain seperti prestasi di suatu cabang olah-raga, seni atau keterampilan tambahan tertentu misalnya computer, beragam jenis teknik, jasa dan sebagainya. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana, disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan, dan sebagainya (Suryosubroto, 2004: 210-211). UU RI No.

  20 Tahun 2003, tentang SISDIKNAS melihat pendidikan dari segi proses dengan dengan merumuskan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadi- an, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.” (Fokusmedia, 2003:3).

  Pengertian kualitas atau mutu dapat dilihat juga dari konsep secara absolut dan relatif (Edward & Sallis, 1993, dalam Nurkolis, 2003: 67; Daniel C. Kambey,

  2004:10-12). Dalam konsep absolut sesuatu (barang) disebut berkualitas bila memenuhi standar tertinggi dan sempurna. Artinya, barang tersebut sudah tidak ada yang melebihi. Bila diterapkan dalam dunia pendidikan konsep kualitas absolut ini bersifat elitis karena hanya sedikit lembaga pendidikan yang akan mampu menawarkan kualitas tertinggi kepada peserta didik dan hanya sedikit siswa yang akan mampu membayarnya. Sedangkan dalam konsep relatif, kualitas berarti memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Oleh karena itu kualitas bukanlah merupakan tujuan akhir, melainkan sebagai alat ukur atas produk akhir dari standar yang ditentukan. Produk yang berkualitas adalah sesuai dengan tujuan (fit for their

  purpose) . Definisi kualitas dalam konsep

  relative memiliki dua aspek, yaitu dilihat dari sudut pandang produsen, maka kualitas adalah mengukur berdasarkan spesifikasi yang ditetapkan dan dari sudut pandang pelanggan maka kualitas untuk memenuhi tuntutan pelanggan (Edward Sallis, 1993, dalam Nurkolis 2003:68).

  Dalam konteks pendidikan, kualitas yang dimaksudkan adalah dalam konsep relatif, terutama berhubungan erat dengan kepuasan pelanggan. Pelanggan pendidik- an ada dua aspek, yaitu pelanggan internal dan eksternal. Pelanggan internal adalah kepala sekolah, guru dan staf kependidikan lapangan kerja dan kehidupan sehari- lainnya. Pelanggan eksternal ada tiga hari, siap secara kognitif untuk kelompok, yaitu pelanggan eksternal pekerjaan yang kompleks, primer, pelanggan sekunder, dan pelang- pemecahan masalah dan penciptaan gan tersier. Pelangan eksternal primer pengetahuan, dan menjadi warga adalah peserta didik. Pelanggan eksternal Negara yang bertanggung jawab sekunder adalah orang tua dan para secara sosial, politik dan budaya pemimpin pemerintahan. Pelanggan (Phillip Hallinger, 1998, dalam eksternal tersier adalah pasar kerja dan Nurkolis, 2003:71). Intinya para masyarakat luas ( Kamisa, 1997, dalam siswa menjadi manusia dewasa yang Nurkolis, 2003: 70 bertanggungjawab akan hidupnya.

  • – 71; lih. juga Senduk J.E., 2006: 110). (Kartini Kartono, 1997:11).

  Berdasarkan konsep relatif tentang

  2. Eksternal sekunder (orang tua, para kualitas, maka pendidikan yang berkualitas pemimpin pemerintahan dan perusaha- apabila: an): mendapatkan konstribusi dan

  a) Pelanggan internal berkembang baik sumbangan yang positif. Misalnya fisik maupun psikis. Secara fisik antara para lulusan dapat memenuhi harapan mendapatkan imbalan finansial. orang tua dan pemerintah dan Sedangkan secara psikis adalah bila pemimpin perusahan dalam hal mereka diberi kesempatan untuk terus menjalankan tugas-tugas dan pekerja- belajar dan mengembangkan kemam- an yang diberikan. puan, bakat dan kreatifitasnya.

  3. Eksternal tersier (pasar kerja dan

  b) Pelanggan eksternal : masyarakat luas) : para lulusan

  1. Dalam pengembangan masyarakat memiliki kompetensi dalam dunia sehingga mempengaruhi pada kerja dan dalam pengembangan pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan masyarakat sehingga mempengaruhi rakyat dan keadilan sosial. Eksternal pada pertumbuhan ekonomi, kesejah-

  

prime r (para siswa) : menjadi teraan rakyat dan keadilan sosial.

  pembelajar sepanjang hayat, komuni- kator yang baik dalam bahasa Peningkatan Mutu Pendidikan nasional dan internasional, punya Pada era otonomi daerah, berbagai keterampilan teknologi untuk tantangan untuk pemerataan dan pening- katan mutu pendidikan mengharuskan adanya reorientasi dan perbaikan sistem manajemen penyelenggaraan pendidikan. Untuk itu, pelaksanaan konsepsi school

  based management dan community based education merupakan suatu keharusan.

  Dalam MBS sekolah dapat merencanakan, menetapkan, dan melaksanakan sendiri kebijakan, program, dan kegiatan sekolah, sepanjang untuk memajukan institusi sekolah dan meningkatkan mutu pendidikannya (Bafadal, 2006: 86). Oleh karena itu, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ini kemudian dikenal dengan nama Manaje-men Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Sudah barang tentu sekolah tidak dapat melakukannya sendiri. Sekolah harus dapat menjalin dan bekerja sama dengan semua stakeholder pendidikan (Suparlan, 2008: 30).

  Pembangunan Mutu

  Membangun mutu pedidikan merupakan usaha terprogram/tersistem, sinergis, kontinyu, berproses secara kompleks, holistik, dan konsisten. Terprogram dimaknai, bahwa lembaga pendidikan memiliki goal/tujuan yang diterjemahkan dalam visi, misi, langkah strategis. Secara konseptual, tujuan tadi diterjemahkan dan dimplementasikan dalam seluruh aspek kegiatan lembaga tersebut, sampai tujuannya terwujud ideal. Sinergis dimaknai, terpadunya dan terkonsentrasikannya seluruh kekuatan dan elemen pendukung untuk secara bersama- sama memberdayakan diri sehingga tujuan lembaga tersebut terwujud secara ideal pada tahapan waktu yang ditentukan. Kontinyu, menunjuk makna bahwa usaha mengukir tujuan dan mutu pendidikan tadi dijalankan dari waktu ke waktu, proses ke proses, langkah demi langkah, tahapan demi tahapan, pencapaian tingkat tertentu ke tingkat yang lebih tinggi, sehingga terbentuk kurva meningkat ideal. Ini perlu perjuangan, ketelitian, kejelian, kesabaran, keuletan, ketangguhan, dan optimisme.

  Prestasi : Sebuah Usaha Kompleks

  Potret kinerja pembangunan mutu pendidikan di atas menuntut usaha dan kerja serius dan kompleks dari setiap warga sekolah. Unsur lima M-IO (man,

  mindset, management, machine, material/ money, input, output ) harus benar-benar

  kita kelola nan efektif, efisien, dan produktif. Man kita adalah warga sekolah, semua pihak yang terlibat dengan penyelenggaraan sekolah kita, Guru/ Karyawan, Murid, Orangtua/pemercaya kita, Komite Sekolah, Lembaga Mitra kita. Mereka harus sepakat dan bersinergi membangun mutu pendidikan yang dikelola, dimiliki, dan dipercayanya. Spiritualitas, karakter, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa harus mendasari kiprah dan kinerja mereka dalam menyelenggarakan pendidikan. Ini akan turut membangun kultur sekolah dan lembaga pendidikan kita. Kultur ini akan menjadi trade mark /brand pendidikan kita ke depan. Untuk itu perlu ada kesepakatan, sinergi, dan konsistensi yang mantap.

  Management adalah tata kelola penyeleng-

  garaan pendidikan. Perlu dipilih dan dilaksanakan sistem managemen yang kondusif, efektif, efisien, dan profit untuk mewujudkan dan mengendalikan mimpi kita membangun mutu pendidikan.

  Machine dimaknai sebagai mesin pembe-

  lajaran; yaitu kegiatan belajar mengajar (KBM). Di sini terjadi atau dilakukan pemrosesan diri, karakter, wawasan, iman, dan semangat anak untuk melayani sesama dan Tuhannya, sebagai dasar pembangunan mutu lulusan. Belakangan ini, atas tuntutan kurikulum KTSP, pembelajaran lebih terkonsentrasi pada aktivitas murid. Untuk itu dikenal istilah Student Centre Learning, pembelajaran terpusat pada murid. Di sini guru sebagai manager kelas harus mampu mengelola dan membangun situasi belajar yang kondusif, harus mampu menciptakan KBM yang efektif. Material dimaknai sebagai sarana-prasarana pendukung pen- didikan. Wujudnya banyak : gedung dan kelengkapannya, sarana pendingin (ini penting karena suhu udara kita dan iklim kita luar biasa gerah), Teknologi Informasi, laboratorium, ruang praktikum, dan seba- gainya. Semua harus baik, dipelihara, siap digunakan maksimal, dan mendukung pembangunan mutu lulusan. Money adalah dana penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan. Dana perlu dikumpulkan dari banyak pihak, dari berbagai cara halal, dikembangkan, dimanfaatkan secara mak- simal untuk pengembangan mutu pendidik- an kita. Aktivitas transaksinya perlu dipertanggungjawabkan secara transparan, akuntabel, serta responsibilitis.

  Faktor Pendukung

  Jika ditinjau dari unsur siswa sebagai subyek pendidikan dan pembelajaran kita, maka ada dua faktor pendukung upaya pembangunan mutu lulusan dan pendidik- an; yaitu internal dan eksternal. Faktor internal antara lain meliputi kepribadian siswa, motivasi diri, spirit dan daya juang merampungkan tugas belajarnya, cita-cita dan target hidupnya. Hal-hal tersebut perlu diperhatikan, diarahkan, dibangun, dibina, dipupuk, dan dimantapkan dalam diri siswa menjadi sebuah kebutuhan mereka dalam mengarungi hidupnya. Jika ini muncul dan tumbuh subur, maka kita akan lebih mudah memberdayakan mereka belajar sukses dan tepat waktu. Inilah kualitas pelayanan kita. Inilah berkat yang bisa kita salurkan pada generasi kita.

  Faktor ekternal meliputi unsur guru, kenyamanan lingkungan belajar/sekolah, KBM, lingkungan keluarga, dan lingkung- an sekitar anak. Guru perlu menjadi sosok yang visioner, supel, ramah tetapi tegas, berteladan, bersistem among, sabar dan berintegritas, serba bisa, disiplin, menjadi motivator, inspirator, inisiator, inovator. Ia perlu menjadi sosok yang berwibawa, ramah, dicari siswa sebagai pendamping belajar dan membangun konsep, serta menjadi pembina spiritualitas siswanya. Lingkungan sekolah perlu diciptakan menjadi nyaman, tenang, aman, dan mendukung terciptaya KBM yang efektif. Ruang kelas dingin ber-AC, sekolah hijau perlu dipikirkan untuk diwujudkan agar murid betah belajar. Kondisi-kondisi tersebut akan membantu menciptakan ketenangan, konsentrasi, dan maksimali- sasi usaha belajar dan pembangunan konsep siswa, di tengah-tengah iklim global yang tak bersahabat. KBM harus bejalan efektif dan berkualitas. Di dalamnya terus terjadi transaksi pembe- lajaran nan dinamis, partisipatif, terkendali dalam suasana dan arus komunikasi antararah. Siswa konsentrasi, memberikan respon, membangun konsep, memperluas wawasan diri, memiliki keunggulan kompetitif, akhirnya leading dan survive.

  Lingkungan keluarga perlu diupaya- kan saling perhatian, saling mengasihi, saling membutuhkan, saling memberikan keamanan, kenyamanan, kedamaian, per- satuan, perlindungan, serta didasari cukup ekonomi. Rumah dan keluarga harus menjadi lingkungan belajar pertama dan utama yang nyaman dan progresif bagi anak. Jadikan anak betah dan senang di rumah, menghargai dan kangen terhadap rumah dan keluarga. Jadikan anak bangga terhadap keluarganya sehingga ia penuh hormat dan loyal pada keluarga. Lingkungan sekitar anak perlu diciptakan searah dan secitra dengan upaya nasional membangun mutu. Untuk itu perlu diciptakan kondisi lingkungan sekitar anak yang terus belajar, terus membaca, terus maju, dan terus mendukung pembangunan mutu pendidikan. Anak harus selektif dalam memilih teman sepergaulan di lingkungannya agar misi membangun mutu tetap lurus terwujud, tidak terkontaminasi pengaruh buruk yang ada di sekitarnya, dan sukses mutu.

  Manfaat Mutu

  Mutu lulusan, mutu sekolah, mutu pendidikan diidamkan siapa pun. Untuk itu mutu menjadi penting dan menempati prioritas dalam penyelenggaraan pendidik- an. Mutu pendidikan memliki dan mem- berikan banyak manfaat bagi siapa pun. Apa saja manfaat mutu itu ?

  Berikut ini sedikit ulasan tentang manfaat mutu pendidikan. Mutu pendidik- an menjadi simbol kebanggaan pemiliknya dan segenap civitas di sekolah/kampus. Mutu memberikan pamor dan wibawa tertentu bagi lembaga pendidikan. Mutu menjadi sumber favorit masyarakat terhadap sekolah itu. Mutu menjadi alat promosi dan nilai jual sekolah/kampus di tengah masyarakat dan pencari tempat belajar. Jika sebuah lembaga sekolah diminati masyarakat maka tentu saja lembaga itu akan terus eksis dan survive. Ia memiliki kelangsungan hidup yang kontinyu. Selain itu, bagi pribadi lulusan yang juga bermutu, ia akan dengan lebih mudah mencari kerja karena dengan kondisi mutunya mampu bersaing dan menang. Ia memperoleh kesempatan untuk bekerja tenang dan hidup nyaman lebih panjang. Ia memperoleh kesempatan untuk mengabdikan diri kepada lembaga kerjanya dan masyarakat.

  Standar Nasional Pendidikan sebagai Acuan Mutu Pendidikan

  Acuan mutu yang digunakan untuk pencapaian atau pemenuhan mutu pendidikan pada satuan pendidikan adalah Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan standar-standar lain yang disepakati oleh kelompok masyarakat. Standar nasional pendidikan adalah standar yang dibuat oleh pemerintah, sedangkan standar lain adalah standar yang dibuat oleh satuan pendidikan dan/atau lembaga lain yang dijadikan acuan oleh satuan pendidikan. Standar- standar lain yang disepakati oleh kelompok masyarakat digunakan setelah SNP dipenuhi oleh satuan pendidikan sesuai dengan kekhasan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.

  Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan peraturan perundangan lain yang relevan yaitu kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. SNP dipenuhi oleh satuan atau program pendidikan dan penyelenggara satuan atau program pendidikan secara sistematis dan bertahap dalam kerangka jangka menengah yang ditetapkan dalam rencana strategis satuan atau program pendidikan. Terdapat delapan SNP yaitu: Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan dan Standar Penilaian.

  Delapan SNP di atas memiliki keterkaitan satu sama lain dan sebagian standar menjadi prasyarat bagi pemenuhan standar yang lainnya. Dalam kerangka sistem, komponen input sistem pemenuhan SNP adalah Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK), Standar Pengelolaan, Standar Sarana dan Prasarana (Sarpras), dan Standar Pembiayaan. Bagian yang termasuk pada komponen proses adalah Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Evaluasi, sedangkan bagian yang termasuk pada komponen output adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

  Komite Sekolah

  Di dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 044/u/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah dijelaskan bahwa Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelo- laan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah. Sedangkan Nama badan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah masing- masing satuan pendidikan, seperti Komite Sekolah,

  Komite Pendidikan, Komite Pendidikan Luar Sekolah, Dewan sekolah, Majelis Sekolah, Majelis Madrasah, Komite TK, atau nama lain yang disepakati.

  Sedangkan badan yang seperti BP3, komite sekolah dan/atau majelis sekolah yang sudah ada dapat memperluas fungsi, peran, dan keanggotaan sesuai dengan acuan ini. sedangkan di dalam PP no 17 tahun 2010 kedudukan ini tidak berubah, artinya bahwa Komite Sekolah tetap sebagai lembaga yang mandiri yang dibentuk guna mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, perbedaannya dalam PP no 17 tahun 2010 ini disebutkan bahwa komite sekolah selain mandiri juga harus profesional. Artinya Komite sekolah harus benar-benar dapat menjalankan peran dan fungsi, tidak hanya menjadi alat pelengkap di sekolah, atau bahkan hanya menjadi ”tukang stempel: atas kebijakan kepala sekolah.

  Dalam hal pembentukan komite sekolah di dalam Kepmendiknas dijelaskan bahwa Komiter sekolah dapat dibentuk di setiap satuan pendidikan. Dalam keputusan ini tidak menjelaskan berapa jumlah siswa minimal dimiliki sekolah agar dapat membentuk komite sekolah, artinya setiap satuan pendidikan berhak untuk mem- bentuk komite sekolah, tidak peduli berapapun jumlah peserta didik yang terdaftar dalam sekolah tersebut. Tetapi dalam PP no 17 tahun 2010 pasal 196 dijelaskan bahwa Satuan pendidikan yang memiliki peserta didik kurang dari 200 (dua ratus) orang dapat membentuk komite sekolah/madrasah gabungan dengan satuan pendidikan lain yang sejenis. Dengan demikian, dalam PP ini dikenal adanya komite sekolah gabungan.

  Peran Komite Sekolah

  Dalam Kepmendiknas nomor 044/u/ 2002, komite sekolah berperan:

  1. Pemberi pertimbangan (advisory agen-

  cy ) dalam penentuan dan pelaksanaan

  kebijakan pendidikan di satuan pendi- dikan;

  2. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud financial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan;

  3. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendi- dikan di satuan pendidikan;

  4. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidik- an. Sedangkan dalam PP nmor 17 tahun 2010 pada pasal 205 fungsi pengawasan komite sekolah lebih dipertegas lagi.

  Dalam pasal ini dijelaskan : 1) Komite sekolah/madrasah melaksanakan pengawasan terhadap pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan pada ting- kat satuan pendidikan;

  2) Hasil pengawasan oleh komite sekolah/ madrasah dilaporkan kepada rapat orang tua/ wali peserta didik yang diseleng- garakan dan dihadiri kepala sekolah/ madrasah dan dewan guru.

  Fungsi Komite Sekolah

  Lebih lanjut dalam Kepmendiknas nomor 044/u/2002 dijelaskan bahwa Komite Sekolah berfungsi :

  1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penye- lenggaraan pendidikan yang bermutu;

  2. Melakukan kerjasama dengan masyara- kat (perorangan/organisasi/dunia usaha/ dunia industri) dan pemerintah berkena- an dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu;

  3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masya- rakat;

  4. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendi- dikan mengenai: kebijakan dan program pendidikan, Rencana Anggaran Pendi- dikan dan Belanja Sekolah (RAPBS), kriteria kinerja satuan pendidikan, kriteria tenaga kependidikan, kriteria fasilitas pendidikan; dan hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan;

  5. Mendorong orangtua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan;

  6. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan disatuan pendidikan;

  7. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penye- lenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

  Secara prinsip fungsi ini tidak berbeda dengan PP nomor 17 tahun 2010, artinya fungsi yang dijelaskan dalam PP ini masih relevan dilaksanakan. Hal yang berbeda dari PP ini adalah tentang keanggotaan komite sekolah. Dalam Kepmendiknas nomor 044/u/2002 dijelas- kan bahwa jumlah anggota komite sekolah sekurang-kurangnya adalah 9 (sembilan) orang dan jumlahnya adalah gasal, sedangkan dalam PP nomor 17 tahun 2010 keanggotaan komite sekolah ditetapkan sebanyak 15 (lima belas) orang. Unsur- unsur yang dapat menjadi anggota komite sekolah juga berubah, Kepmendiknas nomor 044/u/2002 menjelaskan bahwa anggota komite sekolah dapat berasal dari unsur orang tua/wali peserta didik; tokoh masyarakat; tokoh pendidikan; dunia usaha/industri; organisasi profesi tenaga pendidikan; wakil alumni; wakil peserta didik. Sedangkan dalam PP nor 17 tahun 2010, keanggotaan komite.sekolah terdiri dari orang tua/wali peserta didik paling banyak 50% (lima puluh persen); tokoh masyarakat paling banyak 30% (tiga puluh persen); dan pakar pendidikan yang relevan paling banyak 30% (tiga puluh persen) dengan demikian yang berubah adalah ditiadakannya anggota komite sekolah dari unsur alumni dan peserta didik. Masa keanggotaan komite sekolah juga mengalamai perubahan. Dalam Kepmendiknas nomor 044/u/2002 setelah pembentukan pertama kali oleh sekolah, maka masa keanggotaan komite sekolah diatur berdasar anggaran dasar (AD) dan anggaran rumah tangga (ART) komite sekolah, sehingga dimungkinkan masa jabatan anggota komite sekolah bisa lebih dari tiga tahun. Dalam PP nomor 17 tahun 2010 pasal 197 ditegaskan bahwa keanggotaan komite sekolah adalah 3 tahun dan dapat dipilih kembali setelah satu kali masa jabatan.

  METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel

  Penelitian ini dilakukan pada SDN di Kabupaten Tabalong dengan sasaran semua Sekolah Dasar Negeri. Penelitian dilaksanakan dilakukan pada bulan Oktober dan Desember 2014. Populasi penelitian ini adalah semua SDN di Kabupaten Tabalong berjumlah 225 SDN. Sampel penelitian diambil secara random dengan menggunakan teknik Purposive

  Sampling , dimana Kabupaten Tabalong di

  bagi dalam 3 (tiga) wilayah, yaitu wilayah Utara (Kecamatan Bintang Ara, Haruai, Upau, Muara Uya dan Kecamatan Jaro), wilayah Tengah (Kecamatan Tajung, Murung Pudak dan Kecamatan Tanta) dan wilayah Selatan (Kecamnatan Muara Harus, Kelua, Pugaan dan Kecamatan Banua Lawas) dan sebanyak 2 (tiga) sekolah setiap kecamatan dalam satu wilayah, yaitu 1 (satu) SDN di Kota Kecamatan, 1 (satu) SDN di Desa Kecamatan. Kemudian sampel diambil sebanyak 4 orang setiap sekolah (masing- masing 1 (satu) orang dari Kepala Sekolah, 1 (satu) dari guru, 1 (satu) dari pengurus Komite Sekolah dan 1 (satu) Orang Tua Murid). Sehinga responden penelitian, sebanyak 2 x 12 x 4 orang = 96 orang responden tingkat SDN.

  Teknik Pengumpulan Data

  Untuk mendapatkan data penelitian dilakukan dengan berbagai cara. Adapun cara yang ditempuh yaitu: 1) Metode survey menggunakan angket, untuk men- jaring data opini publik tentang standar mutu pendidikan dan profil komite sekolah. 2) Metode wawancara dengan pendekatan langsung kepada responden, untuk menjaring data tambahan tentang standar mutu pendidikan peran dan fungsi komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendididikan. Data dijaring dengan meng- gunakan alat ukur atau instrumen penelitian berupa kuesioner/angket, panduan wawancara serta pencatatan dokumen/ literatur. Pencatatan dokumen/ literatur digunakan untuk mengembangkan modul (bahan) dalam meningkatkan atau materi standar mutu pendidikan dan pemberdayaan komite sekolah. Dalam menyusun laporan penelitian dilakukan langkah sebagai berikut: tahap pertama analisis kebutuhan dalam standar mutu pendidikan dan pemberdayaan komite sekolah, tahap kedua dilakukan analisis konten (isi) terhadap berbagai materi standar mutu pendidikan dan pemberdaya- an komite sekolah, tahap ketiga mencari/ menyusun laporan penelitian tentang standar mutu pendidikan dan pemberdaya- an komite sekolah, tahap keempat meminta pendapat (expert judgment) dari ahli dengan cara expos dalam seminasi hasil penelitian, dan tahap kelima perbaikan modul/laporan penelitian yang disusun berdasarkan masukan dari expert judgment atau seminar hasil penelitian

  Pendekatan dan Jenis Penelitian

  

No. Uraian A(%) B(%) C(%) D(%) E(%)

  

6 Standar Pengelolaan 22,29 43,75 25,42 8,54 -

  

5 Standar Sarana dan Prasarana 7,75 22,75 30,75 28,5 10,25

  4 Standar Kompetensi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PTK) 3,57 25,71 27,86 11,43 31,43

  

3 Standar Kompentensi Kelulusan 34,26 41,79 17,89 5,53 0,53

  2 Standar Proses 15 38,13 26,87 16,87 3,13

  

1 Standar Isi 10,71 51,42 30,71 7,16 -

Tabel 4.1 Rekapitulasi Standar Mutu SDN di Kabupaten Tabalong

  Data dijaring dengan menggunakan alat ukur akan dianalisis sesuai dengan kebutuhan penelitian. Adapun teknis analisis yang dilakukan yaitu: 1) Analisis deskriptif untuk menggambarkan opini publik terhadap standar mutu pendidikan dan profil komite sekolah dan pemberdayaan komite sekolah. 2) Analisis kualitatif untuk menggambarkan perbedaan opini publik antara sekolah Dasar yang berada di kota, pinggiran kota dan di desa pada kecamatan tersebut yang berkaitan dengan Standar mutu pendidikan Sekolah Dasar Negeri (SDN)

  Berikut ini dibuatkan rekapitulasi Standar Mutu Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Tabalong berdasarkan hasil penelitian tersebut, sebagai berikut :

  Memperhatikan kriteria tersebut di atas, maka uraikan beberapa pembahasan dan analisis sebagai berikut :

  Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diketahui bahwa masing-masing standar yang diharapkan merupakan acuan Standar Nasional Pendidikan dan ter- gambar dan dapat dilihat jawaban kuesioner masing-masing sampel. Sebelum dilakukan pembahasan dan analisis kami merumuskan beberapa kriteria yaitu : 1) 81 % - 100% = Sangat Baik 2) 61% - 80% = Baik 3) 41% - 60 % = Cukup Baik 4) 21% - 40% = Kurang Baik 5) 1% - 20% = Tidak baik

  Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan dan Standar Penilaian.

  Berdasarkan dari konsep Standar Nasional Pendidikan bahwa mutu pendidikan didasarkan pada mutu Standar

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Opini publik terhadap mutu pendidikan SDN di Kabupaten Tabalong.

  

7 Standar Pembiayaan 19,09 37,73 34,09 9,09 -

  • 50

  25

  18 Data sekolah -

  75

  25

  17 Salinan UU No. 20 Tahun 2003 -

  75

  25

  16 Salinan Kepmendiknas No. 044/U/2002 -

  15 Buku Acuan Operasional Komite Sekolah

  40

  40

  60

  14 Buku Panduan Umum Komite Sekolah -

  65

  35

  13 Dokumen AD/ART Komite Sekolah -

  15

  60

  19 Data orang tua siswa

  50

  35

  5 Rata-rata dalam (%) 44,96 32,54 22,50

  50

  45

  24 Rencana Pengembangan Sekolah

  35

  65

  23 Kop surat khusus Komite Sekolah -

  55

  50

  10

  22 Papan nama Komite Sekolah

  80 20 -

  21 Data hasil belajar siswa

  80 20 -

  20 Data Pengusaha sekitar sekolah

  20

  30

  35

  12 Dokumen RAPBS/APBS

  Berdasarkan tabel tersebut di atas bahwa fasilitas yang dimiliki oleh komite sekolah Dasar negeri di Kabupaten Tabalong dinyatakan sebagian besar

  2 Ruang kantor khusus

  5

  10

  85

  4 Papan tulis dan papan data

  90 10 -

  3 Meja kursi rapat

  90 10 -

  

1 Tenaga administrasi dan keuangan 100 - -

  6 Agenda dan arsip surat masuk/keluar

  

Sekolah pada SDN di Kabupaten Tabalong

No. Fasilitas dan SDM yang dimiliki Tidak ada Tersedia Tidak Lengkap Tersedia Lengkap

Tabel 4.11 Jawaban responden dalam (%) tentang keberadaan fasilitas yang dimiliki oleh Komite

  Dalam hal pemberdayaan peran dan fungsi komite sekolah pada Sekolah dasar Negeri di Kabupaten Tabalong dapat tergambar dalam tabel berikut ini :

  Pemberdayaan peran dan fungsi Komite Sekolah

  Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di kabupaten Tabalong dinyatakan cukup baik (55,60%).

  Berdasarkan tabel rekapitulasi Standar mutu Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di kabupaten Tabalong dinyatakan Sebagian terkecil (17,76%) menyatakan Sangat Baik, sebagian kecil (37,84%) menyatakan Baik, sebagian kecil (28,96%) menyatakan cukup baik, sebagian terkecil (9,58%) menyatakan kurang baik dan sebagian terkecil (5,86%) menyatakan tidak baik. Dengan demikian Standar mutu

  

8 Standar Penilaian 20,63 31,87 29,68 16,25 1,57

Rata-rata 17,76 37,84 28,96 9,58 5,86

  

5 Papan struktur organisasi 100 - -

  85

  15

  10

  75

  10

  11 Rekening bank

  25

  75

  10 Buku kas

  25

  65

  10

  9 Buku notulensi rapat

  10

  30

  60

  8 Buku daftar hadir rapat

  50

  7 Stempel dan bak stempel Komite Sekolah

  5

  • 75

  (44,96%) tidak tersedia, sebagian kecil sebagian terbesar menyatakan sekolah (32,54%) tersedia tapi tidak lengkap dan melaksanakannya, tetapi sebagian terbe- sebagian kecil (22,50%) tersedia lengkap. sar menyatakan melaksanakan Kuriku- Dengan demikian ketersedian fasilitas lum 2013 tidak dapat dilaksanakan yang dimiliki oleh komite sekolah pada secara baik dan maksimal.

  SDN di Kabupaten Tabalong, Sebagian

  4. Indikator Standar Kompetensi dan besar (77,50%) yaitu (44,96%+32,54%) Tenaga Kependidikan, yaitu item tidak tersedia, atau tersedia tetapi tidak Jumlah guru yang mempunyai lengkap. kualifikasi minimal dan sudah bersertifikasi terdapat sebagian yang belum bersertifikasi dan sebagian besar

  PENUTUP sekolah memiliki guru honorer (GTT). Kesimpulan

  Dan item tenaga perpustakaan mem-

  1. Standar mutu Pendidikan Sekolah Dasar punyai kualifikasi pendidikan minimal Negeri di kabupaten Tabalong berdasar- terdapat sebagian terbesar tidak kan Standar Nasional Pendidikan memeiliki kualifikasi pendidikan dinyatakan cukup baik. minimal. Demikian juga tenaga perpus-

  2. Dilihat dari beberapa indikator mutu takaan mempunyai kompetensi yang pendidikan Sekolah Dasar Negeri di dipersyaratkan sebagian terbesar tidak Kabupaten Tabalong Indikator Standar memiliki kompetensi. Isi, Standar Kompentensi Kelulusan,

  5. Standar Sarana dan Prasarana, yaitu item Standar Pengelolaan, Standar Penilaian

  Buku perpustakaan, Kelayakan/ kenya- dan Standar Pembiyaan dapat manan ruang perpustakaan untuk dikategorikan Sangat Baik, sedang belajar, Peralatan pendidikan di labora-

  Standar Proses dengan kategori Baik, torium IPA lengkap, Peralatan pendi- Standar Kompetensi dan Tenaga dikan di laboratorium bahasa lengkap, Kependidikan dengan kategori cukup

  Peralatan pendidikan di laboratorium baik serta standar Sarana dan prasarana

  IPS lengkap, Peralatan pendidikan di dengan katagori kurang baik. laboratorium TIK lengkap, Kelayakan/

  3. Indikator Standar isi, yaitu item tentang kenyamanan/kelengkapan sarana ruang Sekolah mengembangkan kurikulum ibadah, ruang UKS, Ruang konseling, berdasarkan kurikulum KTSP dan tempat bermain/OR sebagian terbesar pengembangan kurikulum 2013, bahwa tidak layak atau tidak nyaman dan tidak tersebut masih berada di bawah lengkap. standar nasional pendidikan.

  6. Ketersedian fasilitas yang dimiliki oleh 4). Dalam rangka memberdayakan komite sekolah pada SDN di Kabupaten komite sekolah SDN di Kabupaten Tabalong, Sebagian besar tidak tersedia, Tabalong perlu diberikan dukungan atau tersedia tetapi tidak lengkap. Hal kelengkapan fasilitas yang seharus- ini akan menyebabkan tidak berdayanya nya dimiliki oleh masing-masing komite sekolah pada Sekolah Dasar komite sekolah. Negeri di Kabupaten Tabalong.

  2. Kepada Komite Sekolah Sekolah Dasar di Kabupaten Tabalong di sarankan

  Saran-saran untuk :

  Berdasarkan hasil penelitian tersebut 1). Memberikan pertimbangan (advi- diatas disaran kepada yang berkompeten, sory agency ) dalam penentuan dan yaitu : pelaksanan kebijakan pendidikan di 1. Kepala Dinas Pendidikan Nasional satuan pendidikan. Kabupaten Tabalong untuk melaksana- 2). Memberikan dukungan (supporting kan kurikulum 2013, perlu memperhati- agency ), baik yang berwujud finan- kan beberapa hal : sial, pemikiran, maupun tenaga 1). Kepada kepala sekolah, guru perlu dalam penyelenggaraan pendidikan di berikan pelatihan/penataran ten- di satuan pendidikan. tang pelaksanaan kurikulum 2013 3). Menjadi pengontrol (controlling secara merata. agency ) dalam rangka transparansi

  2). Melengkapi semua kebutuhan dan akuntabilitas penyelenggaraan termasuk buku pedoman, buku dan keluaran pendidikan di satuan paket, multimedia dan lainnya. pendidikan. 3). Dalam rangka meningkatkan mutu 4). Sebagai mediator antara pemerintah pendidikan sesuai dengan standar (eksekutif) dengan masyarakat di nasional pendidikan diantaranya satuan pendidikan. standar proses, Standar Kompetensi 5). Memberikan bimbingan dan dan Tenaga Kependidikan serta pelatihan serta pengalaman studi standar Sarana dan prasarana, banding kepada masing-masing karena masing-masing standar pengurus komite sekolah.

  Rekomendasi

  lengkap, Peralatan pendidikan di Berdasarkan hasil penelitian ini, laboratorium bahasa lengkap, maka penulis merekomendasikan kepada Peralatan pendidikan di laborato-

  Bupati Tabalong adalah sebagai berikut : rium

  IPS lengkap, Peralatan

Dokumen yang terkait

View of PENGARUH KEPEMIMPINAN PELAYANAN TERHADAP BUDAYA ORGANISASI PADA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN TABALONG

0 0 15

325 PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN SAMPAH DI KECAMATAN MURUNG PUDAK KABUPATEN TABALONG (Perda Nomor 14 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah) Nurmalasyiah, Lilis Suryani Sekol

0 0 14

View of HUBUNGAN KEPUASAN KOMUNIKASI DENGAN KINERJA PEGAWAI DI KANTOR KECAMATAN KAWALUKOTA TASIKMALAYA

0 0 15

ASPECTS RELATED TO POLICY IMPLEMENTATION OF ANTI IMMORALACTION IN A NUMBER OF NIGHT STALL IN KELUA SUB REGENCY TABALONG REGENCY

0 1 21

View of PERFORMANCE OF REGIONAL WATER SUPPLY COMPANIES (PDAMS) IN THE IMPLEMENTATION OF THE PROGRAM DRINKING WATER GRANT IN THE NORTH HULU SUNGAI REGENCY

0 0 13

View of COMMUNITY PARTICIPATION IN DEVELOPMENT IN PANDAMAAN VILLAGE, KECAMATAN DANAU PANGGANG HULU SUNGAI UTARA REGENCY

0 0 10

View of THE INFLUENCE OF ORGANIZATIONAL CULTURE TOWARD INDIVIDUAL BEHAVIOR AT THE OFFICE LAND TABALONG REGENCY

0 0 11

View of INFLUENCE OF HUMAN RESOURCES AND UTILIZATION OF INFORMATION TECHNOLOGY ON THE QUALITY OF FINANCIAL STATEMENTS (Study on listed of UKM on the Department of cooperatives, small and medium enterprises Tabalong Regency)

1 1 13

View of DEVELOPMENT OF E-GOVERNMENT IMPLEMENTATION ( Case Study of District Regulations Tabalong No. 09 of 2017 )

0 0 20

View of IMPLEMENTATION OF THE POLICY ON THE BAN ON THE OPENING OF AGRICULTURAL LAND BY BURNING BASED ON LAW NUMBER 32 OF 2009 IN WARUKIN VILLAGE, TANTA SUBDISTRICT, TABALONG REGENCY

0 0 13