Evaluasi Sistem Plambing, Instalasi Pengolahan Air Limbah dan Pengelolaan Sampah di Rumah Susun Gunung Sari Kota Surabaya
Rangkaian kegiatan perancangan yang terdapat dalam kerangka perancangan dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Ide studi
Studi literatur merupakan tinjauan pustaka sebagai kegiatan mengumpulkan informasi yang berguna mendapatkan data penunjang untuk kegiatan evaluasi yang berasal dari literatur. Tinjauan pustaka yang dikaji meliputi konsep perencanaan sistem plambing, bangunan pelengkap seperti ground reservoar dan roof tank serta pompa. Lalu instalasi pengolahan air limbah berupa tangki septik dan Anaerobic Baffle Reactor dan sistem pengelolaan sampah yang baik dan benar. 3) Pengumpulan data
Kata Kunci —evaluasi, rumah susun, plambing, fire hydrant, tangki septik, anaerobic baffle reactor, pengelolaan sampah.
Thariq Miswary dan Hari Wiko Indarjanto
Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS)
e-mail : [email protected]
Evaluasi Sistem Plambing, Instalasi Pengolahan
Air Limbah dan Pengelolaan Sampah di Rumah
Susun Gunung Sari Kota Surabaya
Sebuah rumah susun harus memiliki kelengkapan prasarana yang memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan tempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman meliputi jaringan jalan, drainase, sanitasi, air bersih, dan tempat sampah [2]. Hal ini yang menyebabkan diperlukannya evaluasi dari sistem plambing, instalasi pengolahan air limbah, dan pengelolaan sampah.
Tujuan dari evaluasi yang dilakukan adalah mengidentifikasi masalah sistem plambing (penyediaan air bersih, penyaluran air buangan, fire hydrant dan talang air hujan), masalah pada instalasi pengolahan air limbah dan masalah pada pengelolaan sampah pada Rumah Susun Gunungsari Kota Surabaya..
II. METODOLOGI PERANCANGAN
A. Kerangka Perancangan
Abstrak —Rumah Susun Gunungsari yang terletak di Jalan Gunungsari Kota Surabaya telah selesai dibangun dan mulai beroperasi pada tahun 2011. Terdapat 3 blok bangunan dengan jumlah total unit sebanyak 268 unit. Dari hasil pengamatan awal menunjukkan bahwa rumah susun tersebut mengalami banyak permasalahan pada sistem plambing, pengolahan air limbah maupun pengelolaan sampah. Studi evaluasi diawali dengan pengumpulan data sekunder (gambar as build drawing dan biaya tagihan air per bulan) dan pengumpulan data primer (observasi dan wawancara dengan pihak UPT pengelola dan penghuni Rumah Susun Gunungsari). Data tersebut digunakan sebagai dasar evaluasi lalu dibandingkan dengan kondisi eksisting pada rumah susun tersebut. Acuan evaluasi tersebut berupa standar yang berlaku seperti SNI dan standar-standar lainnya. Pada sistem plambing, terdapat banyak kebocoran dan diameter pipa black water terlalu besar dari ketentuan. Kapasitas roof tank juga tidak mampu menampung air saat penggunaan puncak. Ground reservoar tidak menampung cadangan untuk pemadam kebakaran sehingga perlu dilakukan perluasan sebesar 120 m 3 dengan harga Rp.306,014,073.20. Pada pengolahan air limbah eksisting, black water menuju ke tangki septik sedangkan grey water tidak dilakukan pengolahan. Pengolahan grey water direncanakan menggunakan Anaerobic Baffle Reactor dengan harga Rp.211,967,896.20. Pada tangki septik eksisting, pengurasan lumpur yang optimal yaitu 2 tahun sekali. Pada pengelolan sampah, kapasitas gerobak eksisting yaitu 1 m 3 tidak mampu menampung sampah selama 2 hari, sehingga gerobak perlu diganti menjadi 2 m 3 dan waktu pengangkutan diganti menjadi sehari sekali.
Ide penyusunan tugas akhir ini adalah mengevaluasi sistem plambing, instalasi pengolahan air limbah dan pengelolaan sampah pada rumah susun Gunungsari Kota Surabaya. 2) Studi literatur
I. PENDAHULUAN
Data yang di gunakan untuk evaluasi pada rumah susun Gunungsari Kota Surabaya antara lain:
a. Data Sekunder Data sekunder yang di perlukan dalam kegiatan evaluasi, antara lain:
Setelah beroperasi selama kurang lebih 5 tahun, rumah susun Gunungsari telah banyak mengalami permasalahan pada prasarana umum. Pada sistem plambing terjadi kebocoran pada pipa-pipa, tidak tercukupinya air saat pagi hari (jam puncak) hingga tersumbat dan meluapnya air dari pipa pembuangan. Begitupula pada sistem pengelolaan limbah cair dan limbah padat, masih banyak yang belum dikelola dengan baik.
URABAYA merupakan kota terbesar kedua di Indonesia dengan jumlah penduduk 2.848.583 jiwa dengan pertumbuhan penduduk sebesar 0,52% [1]. Semakin bertambahnya penduduk maka semakin sedikit ketersediaan lahan di kota Surabaya sehingga menyebabkan banyak masalah, antara lain tumbuhnya perumahan kumuh yang disebabkan oleh banyaknya penduduk yang ingin tinggal di kota. Oleh sebab itu pembangunan rumah vertikal atau rumah susun dirasakan perlu digalakkan, salah satunya adalah Rumah Susun Gunungsari Kota Surabaya yang telah selesai dibangun pada tahun 2011.
S
- Data jumlah penghuni rumah susun yang diperoleh dari
- (Qs×T ) + V
3
/hari)/(24 jam) = 10.52 m
[3] = 252.45 m
UPT Pengelola rumah susun, digunakan untuk mengetahui konsumsi air yang digunakan.
V R = Q
/jam
3
- Data layout dan denah tiap lantai yang diperoleh dari as
b. Data Primer Data primer yang diperlukan dalam kegiatan evaluasi, antara lain:
sedangkan berdasarkan perhitungan kapasitas yang harus tersedia untuk menampung kebutuhan air bersih sebesar 147.3 m
3
Roof tank tersebut harus mampu menampung air disaat pemakaian puncak. Pemakaian puncak air bersih yaitu sebesar 25.25 m
. Pemompaan ke roof tank tersebut dilakukan otomatis apabila air pada roof tank mencapai level rendah.
3
Terdapat 4 roof tank dengan kapasitas tiap roof tank sebesar 2000 Liter. Total kapasitas roof tank yaitu 8000 Liter atau 8 m
. Namun ground reservoar tersebut digunakan untuk menampung kebutuhan air bersih dan cadangan air untuk pemadam kebakaran. 3) Roof Tank
3
3
Pada keadaan eksisting, pompa hanya digunakan 2 unit saja, untuk mengatasi hal tersebut maka digunakan 3 unit pompa. Perhitungannya sebagai berikut :
= 147.3 m3 Kapasitas ground reservoar eksisting memiliki kapasitas 160 m
f
V
/jam x 10 jam/hari) +
3
/hari
3
f
/30 menit. Kapasitas roof tank eksisting tidak sesuai dengan kebutuhan. Solusinya adalah dengan melakukan penambahan debit pemompaan, namun menambah biaya dari operational dan maintanance.
1. Kapasitas pompa = 300 L/menit
4) Evaluasi pada rumah susun Evaluasi pada rumah susun yang dilakukan meliputi:
4
Kran = 1 buah x 2 FU = 2 FU Sink Dapur = 1 buah x 2 FU = 2 FU Total = 2 FU + 2 FU = 4 FU Kemudian dilakukan penentuan debit yang mengalir dalam pipa tersebut. Debit yang mengalir pada setiap jalur dapat diketahui dengan memplotkan total beban alat plambing pada jalur dengan kurva. Perhitungan lengkap diameter pipa air bersih dapat dilihat pada Tabel 2,
Perhitungan dimensi pipa air bersih menggunakan metode penentuan nilai fixture unit. Nilai fixture unit setiap alat plambing dalam sebuah hunian yaitu :
4 Pipa datar ke tiap kamar ¾
2
3 Pipa datar dari shaft ke tiap lantai
3
2 Pipa Shaft dari RT ke Lt 1-5
1 Pipa dari GR ke RT (pipa transfer)
2. Jumlah pompa digunakan = 3 unit
No Perpipaan D (Inci)
Perpipaan Air Bersih Eksisting
4) Dimensi Pipa Air Bersih Tabel 1.
3 Dengan penambahan penggunaan 1 unit pompa dapat mengatasi kekurangan dari penggunaan air puncak.
L/menit = 27 m
5. Volume = Tpu x Qpu = 30 menit x 900
4. Waktu pemompaan = 30 menit
3. Total debit pemompaan = 900 L/menit
d
build drawing rumah susun, digunakan untuk mengetahui tata letak.
- – (10.52 m
- Data gambar sistem perpipaan yang diperoleh dari as
- Data jenis alat saniter yang diperoleh dari as build
- Curah hujan Kota Surabaya yang diperoleh dari BMKG
build drawing rumah susun, digunakan untuk mengevaluasi sistem perpipaan eksisting.
drawing rumah susun digunakan untuk menghitung beban alat plambing.
Kota Surabaya, digunakan untuk mengetahui intensitas hujan yang turun.
- Kebutuhan air penghuni rumah susun dan jam puncak untuk menganalisis kebutuhan reservoar dan roof tank.
- Jenis pipa terpasang untuk menganalisis kesesuaian kebutuhan pipa dengan pipa yang telah terpasang.
1. Kondisi sistem plambing dengan mengacu pada konsep perencanaan sistem plambing yang digunakan di Indonesia, yaitu SNI 8153-2015 tentang tata cara perencanaan sistem plambing bagunan.
2. Kondisi bangunan pelengkap seperti ground reservoar dan roof tank sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
3. Kondisi instalasi pengolahan air limbah yang berupa tangki septik dengan mengacu pada konsep perencanaan tangki septik yaitu SNI 03-2398-2002 dan konsep perencanaan Anaerobic Baffle Reactor.
4. Kondisi pengelolaan sampah pada tahap pewadahan dan waktu pengangkutan sampah.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Evaluasi Sistem Penyediaan Air Bersih
3
/hari Qd = (100% + Tambahan pemakaian air %) x Q
Berdasarkan perhitungan ground reservoar yang dibutuhkan untuk menampung air bersih adalah: Qs = (kebutuhan air rata-rata)/(24 jam) Qs = (252.45 m
3 . sedangkan isometri pipa air bersih pada Gambar 1. Head akibat 12 belokan 90° (K=0.3) = 0.73 meter Head akibat 4 valve (K=2) = 1.63 meter Head akibat 2 check valve (K=2) = 0.81 meter Jadi total minor losses adalah = 3.17 meter Tabel 2. Maka total Hf total yaitu 4.61 m + 3.17 m = 7.78 m
Ground Reservoar eksisting dengan panjang 16 m, lebar 4 m dan kedalaman 2.5 m dengan volume 160 m
/menit 2) Ground Reservoar
3
1) Kebutuhan Air Bersih Adapun pemakaian air rata-rata per orang sebanyak 170
L/orang/hari untuk penghuni rumah susun Gunungsari, karena alat plambing yang ada adalah kran dan kloset biasa yang membutuhkan air lebih banyak.
Q
1
= Jumlah penghuni x Pemakaian Air = 1350 orang x 0.17 m
3
/orang/hari = 229.5 m
3
1
/jam Qm-maks = (25.25 m
= (100% + 10%) x 229.5 m
3
/hari = 252.45 m
3
/jam )/60 x 3 = 1.26 m
= (252.25 m
3
/hari)/(10 jam/hari) = 25.25 m
3
/jam Qh-max = 25.25 m
3
/jam x 2 = 50.49 m
3
/hari Qh = Qd/t
Perhitungan Dimensi Pipa Air Bersih Hp = 20 m + 7.78 m + 2 m = 29.78 m
Jalur UAP Q (GPM) Q (L/detik) D (inci)
Berdasarkan perhitungan head pompa sebesar 29.78
A1 - A (Sink Dapur)
2
2
0.12
0.5 A - B
2
2
0.12 0.5 meter, sedangkan berdasarkan pompa eksisting B1- B (Kran)
2
2
0.12
0.5
mempunyai head pompa sebesar 50 meter, sehingga head
B - C
4
4
0.25
0.75
pompa berlebih sebesar 20.22 meter. Pompa air bersih
C - D
4
4
0.25
0.75 yang digunakan sudah sesuai dengan kebutuhan. D - E1 (Shaft) 112
74
4.86
2 D - E2-5 (Shaft) 960 236
14.85
2 E1 - E5 (Shaft) 1072 244
16.24
3 B. Evaluasi Sistem Penyediaan Air Buangan E5 - Roof Tank 1072 244
16.24
3
1) Dimensi Pipa Air Buangan Keterangan : Nilai D Tabel 3.
- – E1 = Nilai UAP 1 Unit x jumlah unit lantai 1
Pipa Air Buangan Eksisting = 4 UAP x 28 Unit kamar = 112
No Perpipaan D (Inci)
UAP
1 Pipa WC ke shaft
4 Nilai D
- – E2-5 = 4 UAP x 240 Unit kamar = 960 UAP
2 Pipa Sink dapur ke shaft
2 Niali E1 1072
- – E5 = 112 UAP + 960 UAP =
3 Pipa Floor drain ke shaft
2 UAP
4 Pipa shaft ke Tangki Septik (BW)
4
5 Pipa shaft ke saluran lingkungan (GW)
4 Perhitungan dimensi pipa air buangan menggunakan
metode penentuan nilai fixture unit. Jika diameter pipa air buangan lebih kecil dari diameter perangkap minimum, maka diambil nilai dari diameter perangkap minimum yang sesuai standar untuk tiap alat plambing. Perhitungan dimensi pipa air buangan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Pipa Air Buangan Eksisting Gambar 1. Isometri Pipa Air Bersih.
U D D Akumulasi D Jalur A min UAP UAP (inci)
Dengan demikian pada beberapa bagian dari sistem pipa
P (inci) (inci)
tersebut diperoleh diameter yang lebih besar daripada yang A - B (Sink Dapur)
2
1.5
2
1.5
2 B - X (Floor Drain)
2
2
4
2
2
ditentukan berdasarkan perhitungan. Sehingga dimensi
C - Y (WC)
4
3
4
3
3 Shaft pipa air bersih eksisting sudah sesuai dengan perhitungan.
X (Lantai 5) - Saluran Lingkungan
20
4
4 Y (Lantai 5) - Tanki Septik
20
4
4
5) Pompa Air Bersih
Pada Rumah Susun Gunungsari Kota Surabaya, pompa Berdasarkan perhitungan, pipa dari WC menuju ke air bersih yang digunakan sebanyak 2 buah dan terdapat 2 shaft (black water) diperbolehkan menggunakan pipa buah pompa lagi untuk cadangan. Spesifikasi pompa berdiameter 3 inci [4], sedangkan pipa eksisting tersebut : berdiameter 4 inci, sedangkan pipa dari sink dapur dan
Merk : Sanyo, Jet Water Pump PDH255JP floor drain menuju ke shaft (grey water) sudah sesuai Kapasitas max : 300 Liter/menit dengan perhitungan. Head : 50 m
C. Evaluasi Sistem Fire Hydrant
Berdasarkan perhitungan head pompa menggunakan 1) Kebutuhan Air Fire Hydrant rumus sebagai berikut:
Kebutuhan air untuk fire hydrant ditetapkan berdasarkan Head Statik = 20 meter jumlah dan jenis alat fire hydrant [5]. Perhitungan kebutuhan air adalah sebagai berikut: Mayor losses (Hf)
L discharge total : 134 meter Box Hydrant dalam gedung Diameter : 4 inci ~ 10.16 cm
Q = 400 Liter/menit Debit pengaliran : 13.4 Liter/detik t = 15 menit
,
n = 6 buah Hf =
= 4.61 meter
3 . ,
V = Q x t x n = 36000 Liter = 36 m Minor losses (Hm)
3 Maka kebutuhan air fire hydrant adalah sebesar 132 m
- 132 m
3
Tabel 5. Karakteristik Limbah Grey Water Rusun Gunungsari
3 Ground reservoar eksisting hanya mempunyai kapasitas
1) Tangki Septik Jumlah tangki septik sebanyak 12 buah dengan kapasitas tiap tanki septik sebesar 20 m
3
dengan dimensi 4 m x 2.5 m x 2.2 m. Setiap tangki septik menerima beban black water maksimum dari 25 unit.
Debit air bersih = 170 Liter/orang.hari Debit air limbah = Debit air bersih x 80%
Gambar 2. Perluasan Ground Reservoar.
, sehingga untuk menutupi kekurangan air yang dibutuhkan perluasan kapasitas ground reservoar. Perluasan ground reservoar dapat dilihat pada Gambar 2.
sebasar 160 m
E. Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah
= 279.3 m
3
3
V R = 147.3 m
f
V R = Vair bersih+V
Berdasarkan perhitungan kebutuhan air fire hydrant, dapat dihitung kapasitas ground reservoar, tujuannya adalah untuk mengatasi kekurangan air jika terjadi kebakaran.
3 .
Q = 800 Liter/menit t = 30 menit n = 4 buah V = Q x t x n = 96000 Liter = 96 m
Pada Rumah Susun Gunungsari Kota Surabaya hanya black water yang dilakukan pengolahan secara sederhana di tangki septik, sedangkan grey water tidak dilakukan pengolahan lebih lanjut dan akan mengakibatkan pencemaran badan air sehingga perlu dilakukan perencanaan Anaerobic Baffle Reactor. Sample uji lab terhadap limbah grey water dapat dilihat pada Tabel 5.
D. Evaluasi Sistem Penyaluran Air Hujan
- P0.
- P0.
Faktor yang mempengaruhi dalam perencanaan dimensi perpipaan air hujan adalah nilai intensitas hujan dan luasan atap. Semakin besar intensitas hujan dan luasan atap maka semakin besar pula dimensi perpipaan air hujan karena beban air hujan yang harus dialirkan juga semakin besar. Penentuan diameter talang horizontal dengan kemiringan sebesar 4% adalah sebesar 5 inci. Sedangkan diameter pipa tegak air hujan sebesar 4 inci.
VLumpur = 125 orang x 3 tahun x 25 L/orang.tahun = 9375 Liter ~ 9.38 m
1) Menentukan Intensitas Hujan Nilai intensitas hujan ditentukan untuk menghitung lamanya hujan yang diperlukan air dari atap bangunan untuk sampai ke perpipaan air hujan.
Tinggi atap = 6 m Panjang Atap = 48 m Lebar Atap = 20 m Lebar atap miring =
3 Tinggi lumpur = ℎ
VLumpur = 125 orang x 2 tahun x 25 L/orang.tahun = 6250 Liter ~ 6.25 m
VLumpur = P x N x S
= 1.23 m Tinggi total tangki septik adalah 2.2 meter, tinggi pipa inlet pada ketinggian 1.9 meter dan tinggi pipa outlet pada ketinggian 1.8 meter sedangkan tinggi lumpur 1.23 meter (melebih dari sepertiga tinggi total air) sehingga waktu pengurasan setiap 3 tahun dirasa tidak efektif sehingga jangka waktu pengurasan dikurangi menjadi setiap 2 tahun sekali. Maka perhitungan volume lumpur adalah:
3 Tinggi lumpur = ℎ
UPT Pengelola Rumah Susun Gunungsari Kota Surabaya biasanya melakukan pengurasan lumpur setiap 3 tahun sekali. Maka volume lumpur adalah:
VLumpur = P x N x S
Pada Rumah Susun Gunungsari belum memiliki perpipaan air hujan, sehingga akan dilakukan perencanaan sistem penyaluran air hujan.
= 1.35 Jika tangki septik hanya untuk black water saja, maka jumlah produksi lumpur adalah 25 L/orang.tahun [6].
= 136 Liter/orang.hari Debit puncak air limbah dapat diketahui melalui nilai faktor puncak. Jumlah penghuni rumah susun (P) = 1350 orang (1340 penghuni dan 10 orang pegawai UPT) f p =
√ +
= 12 m Slope atap = = 0.6 Menentukan TC =
. 95 √ .
= 0.16 menit Menentukan I =
/
= 63.30 mm/jam 2) Perencanaan Perpipaan Air Hujan
/m
2
3
/m
2
.hari Cek kecepatan up flow = 0.89 m/jam HRT = 9 jam (rencana) (6 – 20 jam) [7] H total = HLR x HRT = 21.44 m
3
2) Anaerobic Baffle Reactor
= 46% Removal TSS kompartemen = 70%. BOD tersisihkan = 49% x 47.60 mg/L = 23.45 mg/L COD tersisihkan = 46% x 82.08 mg/L = 38.16 mg/L TSS tersisihkan = 70% x 49.60 mg/L = 34.72 mg/L Effluen ABR Qef ABR = 198.29 m3/hari BODef ABR = 47.60 mg/L – 23.45 mg/L = 24.15 mg/L CODef ABR = 82.08 mg/L – 38.16 mg/L = 43.92 mg/L TSSef ABR = 43.40 mg/L – 34.72 mg/L = 14.88 mg/L Dimensi Total ABR Lebar ABR = 2.5 m Kedalaman efektif = 2.7 m Freeboard = 0.3 m Panjang bak pengendap = 4.3 m Panjang tiap kompartemen = 3.7 m Tebal dinding tiap kompartemen = 0.15 m Jumlah kompartemen = 3 buah Panjang total kompartemen = 11.7 m Panjang total ABR = 16 m
= 49% Faktor penyisihan COD = 0.95. Removal COD kompartemen = 49% x 0.95
.hari (OK) Cek HRT = 9.07 jam (OK) Efisiensi removal kompartemen Faktor overload = 1 Faktor strength = 0.73 Faktor temperatur = 1 Faktor HRT = 0.75 Faktor jumlah kompartemen = 0.9 Removal BOD kompartemen = 1 x 0.73 x 1 x 0.75 x 0.9
3
.hari x (9 jam : 24 jam/hari) = 8.04 m H efektif = 2.7 m (rencana) Jumlah kompartemen = H total : H efektif = 8.04 m : 2.7 m = 3 kompartemen Cek OLR = 0.13 Kg/m
- 24.79 m
3 Kedalaman efektif = 2.7 m
- – 20.40 mg/L = 47.60 mg/L CODef BP = 114 mg/L
- – 31.92 mg/L = 82.08 mg/L TSSef BP = 124 mg/L
- – 80.60 mg/L = 49.60 mg/L
3
Rancangan Anaerobic Baffle Reactor (ABR) tersebut sudah dapat mengolah air limbah mencapai baku mutu Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013.
- – 38.4 m
Effluen dapat dilihat pada Tabel 6. Rancangan ABR dapat dilihat pada Gambar 3.
Tabel 6. Efluen Air Limbah Setelah Pengolahan
/hari : (2.5 m x 3.7 m) = 21.44 m
3
: 2.5 m = 3.7 m Cek HLR = Qtot : (Lebar x Panjang) = 198.29 m
2
Panjang kompartemen = As : Lebar = 9.01 m
.hari = 9.01 m
2
/m
3
/hari : 22 m
)/(2.7 m x 2.5 m) = 4.2 m Kedalaman lumpur = (3.35 m
= 0.82 m Bila pengurasan lumpur dilakukan setiap 2 tahun sekali, maka tinggi lumpur 0.82 m (lebih sedikit dari sepertiga tinggi total air) sehingga waktu pengurasan setiap 2 tahun dirasa sangat efektif.
Bak Pengendap SS/COD = 0.42 (rencana) (0.35-0.45) [7] HRT = 3 jam (rencana) Penyisihan COD BP = 28% Penyisihan BOD BP = 30% Penyisihan TSS BP = 60% BOD tersisihkan = Rem BOD x BODin = 20.40 mg/L COD tersisihkan = Rem COD x CODin = 31.92 mg/L TSS tersisihkan = Rem TSS x TSSin = 74.40 mg/L Periode pengurasan = 24 bulan (rencana) Volume lumpur removal = 66.4% Massa lumpur setelah stabilisasi = 3618.5 Kg/hari Densitas lumpur = 1.08 Kg/L Volume lumpur = 3.35 m
3
/hari Dimensi bak pengendap Volume cairan = Qtotal x HRT = (198.29 m
3
/hari : 24 jam/hari) x 3 jam = 24.79 m3 Volume BP = Volume lumpur + volume cairan = 3.35 m
3
3
= 28.14 m
Freeboard = 0.3 m Kedalaman total = 3.0 m Lebar = 2.5 m (rencana) Panjang = (28.14 m
3
3
.hari) [7] A surface (As) = Qtot : HLR = 198.29 m
)/(4.2 m x 2.5 m) = 0.32 m Kedalaman cairan = (24.79 m
3
)/(4.2 m x 2.5 m) = 2.37 m Effluen Bak Pengendapan BODef BP = 68 mg/L
Kompartemen Dimensi kompartemen HLR = 22 m
3
/m
2
.hari (16.8
3
/m
2
2 Lebar = 2.5 m (rencana)
Gambar 3. Potongan A-A Anaerobic Baffle Reactor.
F. Evaluasi Pengelolaan Sampah
, dapat dilihat pada Gambar 4. KESIMPULAN
/hari Volume gerobak = 1 m
3
(gerobak eksisting) Selisih volume = 0.93 m
3 Berdasarkan perhitungan, kapasitas gerobak eksisting
tidak mampu menampung sampah yang dihasilkan oleh penghuni blok A maupun blok C, sehingga untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mengganti gerobak sampah.
Gerobak baru tersebut memiliki kapasitas sekitar 2 m
3
1. Sistem penyediaan air bersih berfungsi dengan baik dan sudah sesuai dengan SNI 8153-2015. Sistem penyaluran air buangan, diameter pipa black water eksisting terlalu besar dari hasil perhitungan. Sistem fire hydrant masih beroperasi dan sudah sesuai dengan SNI 03-1735-2000.
= 1.93 m
2. Ground reservoar tidak memenuhi kebutuhan sehingga ground reservoar perlu diperluas dan roof tank tidak memenuhi kebutuhan pemakaian puncak.
3. Pengurasan lumpur pada tangki septik yang optimal dilakukan selama 2 tahun sekali. Pengolahan limbah grey water yang tepat adalah dengan Anaerobic Baffle Reactor.
4. Gerobak eksisting tidak mampu menampung sampah bila dilakukan pengangkutan tiap 2 hari sekali, sehingga diganti dengan gerobak dengan kapasitas 2 m
3
dan pengangkutan dilakukan tiap hari sekali. DAFTAR PUSTAKA
[1] Badan Pusat Statistik, “Surabaya Dalam Angka 2015,” Surabaya, 2016. [2] Pemerintah Republik Indonesia, “Undang-Undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun, ” Jakarta, 2011. [3] S. dan M. T. Noerbambang, Perancangan dan Pemeliharaan Sistem
Gambar 4. Gerobak Sampah Baru.
3
Volume timbulan = 2.9 L/orang/hari Volume sampah total = 670 orang x 2.9 L/orang/hari
1) Analisis Timbulan Sampah
Densitas sampah gerobak = (137 Kg)/(0.9 m
Rumah Susun Gunungsari hanya menyediakan tempat sampah komunal yang dihubungkan dengan shaft sampah. Untuk mengumpulkan sampah tersebut, pada dasar shaft sampah tersebut diletakkan gerobak sampah dengan kapasitas 1 m
3
. Waktu pengangkutan sampah dari gerobak sampah menuju ke TPS terdekat sebanyak 2 kali sehari.
Untuk mengetahui timbulan sampah perlu dilakukan sampling langsung pada Rumah Susun Gunungsari [8]. Berikut adalah perhitungan timbulan sampah untuk 1 shaft:
Jumlah unit terlayani = 134 unit Jumlah penghuni = 134 unit x 5 orang
= 670 orang Berat Total sampah = 304 Kg/2 hari pengumpulan = 152 Kg/hari Berat rata-rata sampah = (152 Kg/hari)/(670 orang)
Perhitungan kapasitas pewadahan sampah untuk blok A dan C adalah sebagai berikut: Contoh Perhitungan Blok A
= 0.23 Kg/orang.hari Dimensi gerobak eksisting = 1.3 m x 0.9 m x 0.8 m Tinggi sampah digerobak = 0.8 m Vol. sampah digerobak = 0.9 m
3 Berat sampah digerobak = 137 Kg
3
) = 152.23 kg/m
3 Volume sampah total = (304 Kg)/(152.23 kg/m
3
) = 1.99 m
3 Volume sampah per orang = (1.99 m
3
)/(670 orang) = 0.0029 m
3
/orang.hari = 2.9 L/orang.hari
Dari hasil sampling timbulan tersebut, volume sampah per orang selama 1 hari adalah 2.9 L/orang.hari.
2) Pewadahan dan Waktu Pengangkutan
Plambing. Jakarta: Pradnya Paramita, 2000. [7] L. Sasse, B. Gutterer, T. Panzerbieter, and T. Reckerzügel,
[4] Badan Standarisasi Nasional, Decentralised Wasterwater Treatment Systems (DEWATS) and
“SNI 8153-2015 : Sistem PlambingPada Bangunan Gedung, Sanitattion in Developing Countries . Borda, 2009.
” Jakarta, 2015. [5] Badan Standarisasi Nasional, [8] Badan Standarisasi Nasional, “SNI 03-1735-2000 : Tata Cara “SNI 19-3694-1994 : Metode
Perencanaan Akses Bangunan Dan Akses Lingkungan Untuk Pengambilan Dan Pengukuran Sampah Contoh Timbulan Dan Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung, Komposisi Sampah Perkotaan, ” Jakarta, ” Jakarta, 1994.
2000. [6] Human Waste Disposal, “Sanitation Improvement Programs,” 1987.