ANALISIS KEMAMPUAN ANAK DALAM MENYUSUN KALIMAT BERDASARKAN MEDIA GAMBAR

  E

  • – ISSN 2614-6231

  

ANALISIS KEMAMPUAN ANAK DALAM MENYUSUN KALIMAT

BERDASARKAN MEDIA GAMBAR

1 2 3 Ema Khofifah , Dewi Siti Farida , Sary Sukawati 1-3 Ikip Siliwangi

  1

  2

  dewiparida1925@gmail.com , emakhofifahkhumaira@gmail.com,

  3

  sarysukawati@gmail.com

  Abstract

This study aims to describe the learning ability of children in composing sentences based on the

media images at the age of 5-6 years. Given the importance of preparing children for continuing

education to the next level, then this research is done so that children more easily follow the learning.

When children are able to follow the learning process, then when learning children will feel

comfortable and happy. In addition, composing the sentence is one of the indicators that must be

achieved when entering the Early Childhood Education. Qualitative descriptive method is used

because the research we do in accordance with the facts contained in the field. The total population of

class B is twenty children, the sample of which is 10 children. As for the benchmarks in this study is

the ability of children in mastering the amount of vocabulary, the ability in the mastery of sentence

functions, and the ability of children in combining elements of sentence or so-called cohesion and

coherence. There are several factors that can affect the ability of children in talking or composing

sentences, namely the age factor of children, family environment, and physical factors.

  Keywords: Child Competence, Picture Media, Tenses Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan pembelajaran kemampuan anak dalam menyusun kalimat

berdasarkan media gambar pada usia 5-6 tahun. Mengingat pentingnya mempersiapkan anak untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya, maka penelitian ini dilakukan agar anak lebih mudah

mengikuti pembelajaran. Bila anak sudah mampu mengikuti proses pembelajaran, maka saat belajar

anak akan merasa nyaman dan senang. Selain itu, menyusun kalimat merupakan salahsatu indikator

yang harus dicapai saat memasuki Pendidikan Anak Usia Dini. Metode deskriptif kualitatif digunakan

karena penelitian yang kami lakukan sesuai dengan fakta yang terdapat di lapangan. Jumlah populasi

kelas B terdapat duapuluh anak, sampel yang diteliti sepuluh anak. Adapun yang menjadi tolok ukur

dalam penelitian ini adalah kemampuan anak dalam menguasai jumlah kosa kata, kemampuan dalam

penguasaan fungsi kalimat, dan kemampuan anak dalam memadukan unsur kalimat atau yang disebut

kohesi dan koherensi. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan anak dalam

berbicara atau menyusun kalimat, yakni faktor usia anak, lingkungan keluarga, dan faktor fisik.

  Kata Kunci : Kompetensi Anak, Media Gambar, Kalimat PENDAHULUAN

  Menurut (Suyadi, 2014) mengemukakan isi UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa Pendidikan anak usia dini atau TK adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam pembelajaran tersebut, tahap perkembangan kata dan kalimat usia lebih

  Analisis Kemampuan Anak Dalam Menyusun Kalimat Berdasarkan Media Gambar Volume 1 Nomor 4, Juli 2018

  kurang dua tahun anak belajar mengucapkan satu kata sampai usianya memasuki empat atau lima tahun anak semakin belajar banyak kata. Pada masa perkembangan itu anak mulai mengenal pola dialog. Ibu dan anak saling bertanya jawab, pertanyaan yang dapat dijawab anak sendiri akan diberi jawaban oleh ibunya. Selain itu, anak memahami waktu giliran berbicara dan giliran berbicara lawan bicaranya. Menurut (Chaer, 2015) perkembangan bahasa pada tahap menjelang sekolah, usia sekitar 13 bulan saja anak sudah menguasai 50 buah kata, namun usia 19 bulan secara produktif anak dapat mengeluarkan kata-kata itu hingga usianya mencapai dua setengah sampai empat setengah tahun adalah masa paling pesat pada perkembangan kosa katanya (Chaer, 2015).

  

Gambar 1. Rapor TK yang mencantumkan indikator mengenai kemampuan menyusun

  kalimat Menyusun kalimat pada siswa TK tercantum dalam silabus yang telah dikembangkan ke dalam indikator dan dicantumkan dalam aspek pencapaian kebahasaan di dalam rapor. Dalam aspek kebahasaan tersebut dituliskan bahwa anak harus mengunggkapkan kalimat dengan banyak kata-kata untuk mengekspresikan ide pada orang lain. (Rapor TK)

  552 | Analisis Kemampuan Anak Dalam Menyusun Kalimat Berdasarkan Media Gambar

  Volume 1 Nomor 4, Juli 2018

  Belajar menyusun kalimat pada siswa TK harus ditekankan karena diharapkan saat memasuki jenjang yang lebih tinggi (SD) sudah bisa berkomunikasi dengan menyusun kalimat yang baik. Namun, pembelajaran di dalam pendidikan Taman kanak-kanak (TK) atau Kelompok Bermain (play group) sifatnya hanya menolong anak. Pada usia prasekolah atau TK anak sudah mengenal bahasa tulis, bahkan sebelum masuk TK anak sudah dapat membedakan tulisan dengan gambar yang terdapat pada buku. Oleh karena itu, penulis mengambil media gambar sebagai metode yang digunakan untuk mengetahui kemampuan anak dalam menyusun kalimat. Kami mengambil media gambar karena gambar merupakan suatu objek yang menarik bagi anak khususnya anak usia 5-6 tahun (TK). Jadi, media gambar sudah sesuai dengan penelitian yang kami lakukan. Menurut (Ekasari, Nuryatin, & Suwito, 2014) mengungkapkan bahwa media gambar sudah umum dipakai karena melalui gambar seseorang bisa memahami bahasa dengan mudah. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini dengan cara menganalisis kalimat yang diutarakan anak. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang memiliki susunan sedikitnya terdiri dari subjek dan predikat (M. S Tiarnita, 1993). Menurut KBBI, Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu objek untuk mengetahui fakta di lapangan. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, kalimat yang diutarakan anak akan ditelaah oleh peneliti dari segi kelengkapan pola kalimatnya, jumlah kata yang telah dikuasai, dan kalimat yang dilihat dari kohesi koherensinya.

  METODE

  Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi instrumennya. Maka, peneliti harus memiliki wawasan luas, mampu menemukan, menganalisis, bertanya, dan mengontruksi sesuatu yang ditemukan menjadi bermakna (Sugiyono, 2015). Hal yang dilakukan saat di lapangan peneliti menganalisis kata-kata yang diucapkan oleh anak, kemudian mendokumentasi, sampai kepada kegiatan bertanya jawab untuk mendapatkan data yang mendalam. Adapun media yang digunakan yaitu media gambar sebagai cara memperoleh data dari sumber data secara alami. Sumber data penelitian ini adalah anak-anak kelas B di salahsatu TK di kota Bandung yang berusia 5-6 tahun. Terdapat sepuluh anak yang terdiri dari lima anak perempuan dan lima anak laki-laki sebagai subjek penelitian. Data penelitian ini bersifat deskriptif, peneliti melakukan metode survey untuk mengetahui fakta-fakta di TK kelas B mengenai penguasaan

  Analisis Kemampuan Anak Dalam Menyusun Kalimat Berdasarkan Media Gambar Volume 1 Nomor 4, Juli 2018 pola kalimat, kosakata bahasa Indonesia, dan kohesi koherensi pada anak usia 5-6 tahun.

  Oleh karena itu, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif.

  Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik participant observation,

  in depth interview

  , teknik rekam, dan teknik catat. Untuk menjaga keaslian dari data yang dikumpulkan, peneliti melakukan konsultasi dengan pembimbing dan diskusi dengan teman. Analisis data penelitian ini dilakukan secara Induktif berdasarkan fakta-fakta yang peneliti temukan di lapangan dan kemudian dilanjutkan dengan mengontruksi data menjadi hipotesis atau teori. Aktivitas data penelitian ini meliputi tiga tahap, pertama tahap deskripsi yaitu peneliti mengamati setiap anak saat sedang mengamati media gambar yang telah tersedia, peneliti meminta anak menceritakan apa yang terdapat di dalam media gambar. Kedua tahap reduksi/fokus yaitu peneliti melakukan tanya jawab dengan anak, memilih dan menuliskan hasil rekaman video ke dalam bentuk tulisan, tulisan hasil rekaman diuraikan perkalimat. Tahap ketiga tahap seleksi yaitu peneliti menganalisis kalimat anak yang telah diuraikan (Sugiyono, 2015. hlm. 19).

  HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Kalimat yang dikuasai anak usia 5-6 tahun

  a. Fungsi Subjek Dari 10 siswa, semua anak mampu menyebutkan gambar yang dilihatnya. Yaitu seekor jerapah.

  b. Fungsi Predikat Beberapa anak tidak menyebutkan kegiatan apa yang biasa dilakukan oleh seekor jerapah. Terdapat 6 anak mampu menyebutkan bahwa kegiatan jerapah suka memakan daun. Alika: Jerapah makan daun.

  S / P / O Najib: Jerapah memakan daun, bukan makan daging. S / P / O / P / O Alika keina: Jerapah makan rumput.

  S / P / O

  554 | Analisis Kemampuan Anak Dalam Menyusun Kalimat Berdasarkan Media Gambar

  Volume 1 Nomor 4, Juli 2018 Aysel: Jerapah makan rumput.

  S / P / O Aufa: Jerapah makan daun. S / P / O Dewi: Jerapah makanannya rumput. S / P / O

  c. Fungsi Objek Siswa mampu melengkapi ceritanya dengan menyebutkan ciri-ciri jerapah. Hanya satu anak yang belum mampu.

  Alika: Jerapah lehernya panjang, kakinya tinggi. Adnan: Jerapah memiliki kaki empat, lehernya panjang dan kulitnya bintik-bintik. Najib: Jerapah mempunyai leher panjang, kaki panjang, badan besar, punggung melengkung dan tipis, punya ekor.

  Alika keina: Jerapah itu lehernya panjang, kakinya tinggi. Aysel: Jerapah itu leher dan kakinya panjang, ekornya ke bawah, warnanya putih dan kuning. Ikbal: Jerapah lehernya panjang, kaki panjang, badannya besar. Manda: Jerapah lehernya panjang, kakinya panjang. Aufa: Jerapah punya leher panjang dan kaki tinggi. Dewi: Jerapah lehernya panjang, kakinya tinggi.

  d. Fungsi Keterangan Seluruh siswa mampu menyebutkan tempat tinggal jerapah, 4 siswa yang tidak mampu. Alika: di kebun binatang Fajar: di hutan Adnan: - Najib: - Alika keina: di kebun binatang Aysel: di kebun binatang Ikbal: - Manda: - Aufa: di kebun binatang Dewi: di kebun binatang Berdasarkan analisis data pola kalimat anak usia 5-6 tahun terlihat bahwa pola kalimat subjek lebih unggul dari pola kalimat predikat, objek, dan keterangan. Seluruh anak mampu

  Analisis Kemampuan Anak Dalam Menyusun Kalimat Berdasarkan Media Gambar Volume 1 Nomor 4, Juli 2018

  menyebutkan sesuatu pada gambar yang dilihatnya sebagaimana terlihat dalam tabel berikut ini.

  Tabel 1. Analisis Pola Kalimat Anak Usia 5-6 Tahun Subjek Pola kalimat L/P Usia

  Keterangan Penelitian S P O K

      Alika P

  5 Baik Sekali    Fajar L

  4 x Baik   Adnan L

  6 x

  X Cukup    Najib L

  5 X Baik

  6     Alika Keina P Baik Sekali

      Aysel L

  6 Baik Sekali   Iqbal L

  5 x

  X Cukup   Manda P

  6 x

  X Cukup    Aufa P

  6 x Baik 6 x Baik    Dewi P Sistem penilaian di atas menurut (Arikunto, 2013) yakni nilai kurang, cukup, baik, dan baik sekali. Nilai 25 (1 fungsi) = kurang, nilai 50 (2 fungsi) = cukup, nilai 75 (3 fungsi) = baik, dan nilai 100 (4 fungsi) = baik sekali. Penilaian tersebut didapat dari setiap fungsi kata yang diujarkan oleh setiap anak. Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa mayoritas anak usia 5-6 tahun sudah menguasai hampir semua fungsi kata bahasa Indonesia. Mulai dari fungsi kata subjek, predikat, objek, dan keterangan. Dari sepuluh anak usia 5-6 tahun yang diteliti, lima di antaranya menguasai sangat baik empat fungsi kata dalam tuturannya sedangkan satu anak menguasai dengan baik tiga fungsi kata, dan empat anak menguasai cukup baik dua fungsi kata dalam tuturannya.

  Jumlah kosa kata yang dikuasai anak usia 5-6 tahun

  Alika: 13 kata Jerapah lehernya panjang, kakinya tinggi, makan daun, tinggal di kebun binatang, di hutan.

  Fajar: 4 kata Jerapah tinggalnya di hutan. Adnan: 8 kata Jerapah memiliki kaki empat, lehernya panjang, kulitnya bintik-bintik. Najib: 27 kata

  556 | Analisis Kemampuan Anak Dalam Menyusun Kalimat Berdasarkan Media Gambar

  Volume 1 Nomor 4, Juli 2018

  Jerapah lehernya panjang, kakinya panjang, badannya besar, punggungnya melengkung sama tipis, ada ekor, makannya daun, tidak makan daging, tidak makan rumput. Lehernya sama kaya batang daun tinggi. Alika keina: 12 kata Jerapah itu lehernya panjang, kakinya tinggi tinggal di kebun binatang, makan rumput. Aysel: 16 kata Jerapah tinggalnya di kebun binatang, lehernya panjang, kakinya panjang, ekornya ke bawah, warnanya putih dan kuning. Ikbal: 7 kata Jerapah lehernya panjang, kaki panjang, badannya besar. Manda: 5 kata Jerapah lehernya panjang, kakinya panjang. Aufa: 10 kata Jerapah punya leher panjang dan kaki tinggi di kebun binatang. Dewi: 8 kata Jerapah lehernya panjang, kakinya tinggi, di kebun binatang.

  Menyusun kalimat yang Kohesif dan Koheren anak usia 5-6 tahun

  Kalimat yang diutarakan seluruh siswa kelas B termasuk wacana yang kohesif namun belum koheren. Karena isi cerita menunjukkan kepada ciri-ciri yang ada pada jerapah. Namun, ada beberapa siswa yang menceritakan gambar dengan menggunakan pilihan kata yang kurang tepat dan kurang lengkap. Salahsatunya sebagai berikut :

  1. Najib: Jerapah lehernya panjang, kakinya panjang, badannya besar, punggungnya melengkung sama tipis, ada ekor, makannya daun, tidak makan daging, tidak makan rumput. Lehernya sama kaya batang daun tinggi. Yang dianjurkan: Punggung jerapah lebih miring ke bagian bawah searah dengan bagian ekornya, atau punggung jerapah miring, karena kaki depannya lebih tinggi dibandingkan dengan kaki belakangnya. Lehernya sama seperti batang pohon. Sama-sama panjang dan tinggi.

  2. Aysel: Jerapah tinggalnya di kebun binatang leher dan kakinya panjang, ekornya ke bawah, warnanya putih dan kuning. Yang dianjurkan:

  Analisis Kemampuan Anak Dalam Menyusun Kalimat Berdasarkan Media Gambar Volume 1 Nomor 4, Juli 2018 Kulitnya berwarna putih dan kuning atau motif tutul pada seluruh bagian tubuhnya.

  3. Alika: kakinya tinggi

  4. Fajar: kakinya tinggi

  5. Adnan: kakinya tinggi

  6. Najib: kakinya tinggi Yang dianjurkan: Kakinya panjang

  PEMBAHASAN Pola Kalimat yang dikuasai anak usia 5-6 tahun

  Dalam penelitian ini pola kalimat fungsi subjek/nomina menempati jumlah terbanyak yang dikuasai anak. Berikut adalah penjelasan terperinci mengenai pola kalimat bahasa Indonesia yang dikuasai anak usia 5-6 tahun berdasarkan media gambar.

  Fungsi Subjek/nomina

  Dari penelitian ini, diketahui bahwa anak usia 5-6 tahun mayoritas mengetahui nama hewan berdasarkan gambar yang dilihatnya. Benda-benda atau nama-nama jenis hewan, tumbuhan, yang diketahui oleh anak pada umumnya bersifat konkret atau nyata. Di samping itu, benda- benda yang dilihatnya seperti jenis hewan sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga anak lebih mudah mengingat, karena sesuatu benda atau nama-nama jenis hewan/tumbuhan yang dilihatnya. Oleh karena itu, pola kalimat fungsi subjek yang paling banyak dikuasai anak usia 5-6 tahun.

  Fungsi Objek

  Dari penelitian ini, diketahui fungsi objek banyak dikuasai anak usia 5-6 tahun karena gambar yang dilihatnya memiliki ciri-ciri utama yang sudah diketahui anak.

  Fungsi Predikat/verba dan fungsi keterangan

  Fungsi predikat/verba dan fungsi keterangan menempati urutan terkahir yang dikuasai anak usia 5-6 tahun. Penyebab anak tidak menguasai fungsi predikat dan keterangan karena media gambar yang digunakan peneliti hanya berupa gambar 2 dimensi. Sehingga anak tidak dapat bercerita lebih banyak.

  558 | Analisis Kemampuan Anak Dalam Menyusun Kalimat Berdasarkan Media Gambar

  Volume 1 Nomor 4, Juli 2018 Jumlah kosa kata yang dikuasai anak usia 5-6 tahun TK Nurul Falah Bandung

  Menurut pandangan behaviorisme, kemampuan berbicara dan memahami sebuah bahasa oleh anak diperoleh melalui rangsangan dari lingkungan luar (Chaer, 2003). Jadi, dapat disimpulkan bahwa perkembangan kosakata anak tergantung pada daerah yang ada di sekitar lingkungannya. Hal ini yang menjadi alasan terjadinya perbedaan dalam penguasaan jumlah kosakata bahasa Indonesia anak bervariasi. Pada lima anak perempuan yang diteliti, kosakata yang dikuasai berkisar 5-11 kosakata. Sementara itu, pada lima anak laki-laki yang diteliti, kosakata yang dikuasai berkisar 3-27 kosakata. Selain karena kondisi lingkungan, faktor usia dan kondisi fisik turut berpengaruh terhadap penguasaan jumlah kosakata anak.

  Menyusun kalimat yang Kohesif dan Koheren anak usia 5-6 tahun

  Dari hasil analisis di atas, kemampuan anak usia 5-6 tahun sudah mampu dalam menyusun kalimat yang kohesif, namun belum koheren. Hal ini dapat terjadi karena pemilihan kata yang kurang tepat dan lengkap menjadi alasan anak belum mampu menyusun kalimat secara padu. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa anak yang dilihat dari kalimat kohesif dan koheren yaitu sebagai berikut:

  Bahasa Indonesia pada anak usia 5-6 tahun berdasarkan faktor usia dan kondisi fisik

  (Firmansyah, 2018) Usia mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan anak yang lebih muda yaitu berusia 4 tahun belum mampu menguasai kosakata dengan jumlah banyak dibandingkan dengan anak yang lebih tua dengan usia 5-6 tahun. Selain karena pemerolehan bahasanya lebih dahulu didapatkan, anak yang berusia 5-6 tahun perkembangan neurobiologinya jauh lebih matang daripada anak yang berusia 4 tahun. Oleh karena itu anak yang berusia 5-6 tahun mayoritas sudah mampu mengekspresikan dirinya, belajar menulis, membaca, dan bercerita dibanding anak yang berusia 4 tahun. Kondisi fisik memengaruhi perkembangan bahasa anak, artinya kondisi kesehatan anak apakah alat ucapnya sempurna atau tidak. Seperti seseorang yang bisu, tuli, gagap dan lain- lain akan mengganggu perkembangan berkomunikasi dan perkembangan berbahasanya. Dalam penelitian ini, seluruh anak baik anak laki-laki atau perempuan kondisi fisiknya sehat. Jadi, faktor kondisi fisik tidak memengaruhi anak usia 5-6 tahun. Adapun faktor fisik yang dapat mempengaruhi kemampuan anak dalam kepandaian berbicara dan membaca berdasarkan gender atau jenis kelamin. Factor fisik yang dapat mempengaruhi

  Analisis Kemampuan Anak Dalam Menyusun Kalimat Berdasarkan Media Gambar Volume 1 Nomor 4, Juli 2018

  hal tersebut adalah otak. Hal ini sesuai dengan temuan yang dikemukakan oleh Dr. Raquel Gur dari Universitas California bahwa otak anak perempuan lebih unggul dalam kemampuan membaca dan berbicara, serta otak anak perempuan jarang mengalami gangguan dalam belajar. Selain itu, dalam kemampuan berfikir wanita mampu menggunakan kedua hemisfer, berbeda dengan anak laki-laki yang hanya menggunakan satu hemisfer saja, yaitu otak bagian kiri (Chaer, 2015).

  

Bahasa Indonesia pada anak usia 5-6 tahun berdasarkan faktor kondisi lingkungan

keluarga

  Lingkungan keluarga juga berperan dalam perkembangan bahasa anak. Interaksi antara orangtua dengan anak berhubungan langsung dengan penguasaan kosakata anak, dan kuantitas bicara anak juga dihubungkan dengan status sosial ekonomi dari suatu keluarga tersebut. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan data-data yang ada dibuku induk sekolah untuk dapat dijadikan gambaran mengenai kondisi keluarga dari anak yang diteliti. Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa anak-anak yang orangtuanya bekerja memiliki kosa kata yang tidak banyak, sedangkan anak yang orang tuanya tidak bekerja akan memiliki penguasaan kosa kata yang banyak. Hal ini karena kesempatan berkomunikasi antara anak dan orangtua lebih banyak. Selain itu, dari sisi bahasa pengantar sehari-hari yang digunakan anak dan orangtua di rumah turut berpengaruh pada kosakata anak. Anak-anak yang terbiasa berkomunikasi dengan keluarga maupun lingkungan sekitarnya menggunakan bahasa sunda, tentunya akan berpengaruh pada bahasa Indonesianya. Karena bahasa sunda merupakan bahasa ibu nya. Begitupun sebaliknya, Jika bahasa ibu nya bahasa Indonesia maka anak akan lebih banyak menguasai bahasa Indonesia dibanding dengan bahasa sunda nya. Jadi, memang betul bahwa pemerolehan bahasa kedua sangat kuat dipengaruhi oleh bahasa pertama. Hal ini sesuai dengan hipotesis kontrastif bahwa seseorang akan mengalami kesulitan bila ada perbedaan antara B1 dan B2 (Chaer, 2015).

  SIMPULAN

  Berdasarkan hasil paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan anak usia 5-6 tahun dalam menyusun kalimat berdasarkan media gambar efektif untuk mengembangkan pola pikir anak dalam berimajinasi dan mengujarkan kata-kata. Mayoritas anak dominan mengujarkan fungsi subjek dan objek yaitu 3 dari 10 orang anak dinyatakan sudah baik sekali dalam menyusun pola kalimat, 3 orang sudah baik, dan 4 orang lainnya cukup. Adapun dalam

  560 | Analisis Kemampuan Anak Dalam Menyusun Kalimat Berdasarkan Media Gambar

  Volume 1 Nomor 4, Juli 2018 segi penguasaan kosa kata anak perempuan lebih unggul dibandingkan anak laki-laki.

  Kemudian, dari segi kohesi koherensi anak perempuan dapat menyusun kalimat yang padu dibandingkan dengan anak laki-laki. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa anak usia 5-6 tahun harus sudah mampu menyusun kalimat berdasarkan 2 kata atau lebih. Menurut ilmu linguistikpun, pembentuk kalimat sedikitnya terdiri atas subjek dan predikat.

  SARAN

  Saran yang dapat peneliti simpulkan adalah bahwa untuk kemampuan anak TK dalam menyusun kalimat menggunakan media gambar harus memperhatikan beberapa hal, diantaranya guru harus bisa menjadikan siswanya aktif dan kreatif, selain itu gambar yang digunakan harus lebih menarik agar anak lebih kreatif dalam mengungkapkan kata-kata. Seorang pendidik hanya berperan sebagai fasilitator atau pengarah saja. Guru juga harus bisa memberikan motivasi kepada siswa ketika siswa merasa bosan, sehingga minat peserta didik dalam membuat suatu kalimat dapat tumbuh lagi.

  Analisis Kemampuan Anak Dalam Menyusun Kalimat Berdasarkan Media Gambar Volume 1 Nomor 4, Juli 2018 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2013). dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

  Chaer, A. (2003). Psikolinguistik: Kajian Terotentik. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, A. (2015). psikolinguistik: kajian terotentik. Jakarta: Rineka Cipta. Ekasari, A. D., Nuryatin, A., & Suwito, W. (2014). Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi

  Melalui Strategi Pikir Plus dengan Menggunakan Media Gambar Pristiwa. Jurnal

  Pendidikan Dan Sastra , 3(1), 1 –9.

  Firmansyah, D. (2018). Analysis of Language Skills in Primary School Children (Study Development of Child Psychology of Language). PrimaryEdu - Journal of Primary

  Education , 2(1), 35

  • –44. https://doi.org/10.22460/pej.v1i1.668 M. S Tiarnita. (1993). Menganalisis Kalimat pada Anak Usia Dini (2-3 Tahun / Siswa Play Group). Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan.

  Sugiyono. (2015). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suyadi. (2014). teori pembelajaran anak usia dini. Bandung: Rosda.

  562 | Analisis Kemampuan Anak Dalam Menyusun Kalimat Berdasarkan Media Gambar