warna wallpaper dinding RUANG kota (1)

LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA
A. Definisi Penyakit
Pneumonia merupakan suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma paru yang
terjadi pada anak (Suriadi, 2006). Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim
paru (Betz, 2002). Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh
bermacam- macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Staf FKUI,
2006). Pneumonia adalah bentuk infeksi pernapasan akut bawah. Bila seseorang menderita
pneumonia, nanah dan cairan mengisi alveoli dalam paru yang mengganggu penyerapan
oksigen, dan membuat sulit bernapas (WHO, 2006).
Pneumonia adalah setiap penyakit radang paru yang dapat disebabkan oleh bakteri,
virus, atau jamur. Bahan kimia atau agen lain bisa menyebabkan paru menjadi meradang.
Suatu jenis pneumonia yang terkait dengan influenza kadang-kadang berakibat fatal.
B. Etiologi
Dari seluruh etiologi pneumonia, Streptococcus pneumonia adalah merupakan
etiologi tersering dari pneumonia bakteri dan yang paling banyak diselidiki
patogenesisnya. Jenis keparahan penyakit ini di pengaruhi oleh beberapa faktor termasuk
umur, jenis kelamin, musim dalam tahun tersebut, dan kepadatan penduduk. Anak laki –
laki lebih sering terkena pneumonia dari pada anak perempuan (Prober, 2009)
Sebenarnya pada diri manusia sudah ada kuman yang dapat menimbulkan pneumonia
sedang timbulnya setelah ada faktor- faktor prsesipitasi yang dapat menyebabkan
timbulnya.

Pneumonia bisa dikatakan sebagai komplikasi dari penyakit yang lain ataupun
sebagai penyakit yang terjadi karena etiologi di bawah ini :
1. Bakteri
Organisme gram positif yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah steprokokus
pneumonia, streptococcus aureus dan streptococcus pyogenis.
2. Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum ini disebabkan oleh
virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus yang
merupakan sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung.

4. Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada pasien yang
mengalami imunosupresi seperti pada penderita AIDS.
C. Klasifikasi
dikelompokkan berdasarkan sejumlah sistem yang berlainan. Salah satu diantaranya
adalah berdasarkan cara diperolehnya, dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu "communityacquired" (diperoleh diluar institusi kesehatan) dan "hospital-acquired" (diperoleh di

rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya).
Pneumonia yang didapat diluar institusi kesehatan paling sering disebabkan oleh
Streptococcus pneumoniae. Pneumonia yang didapat di rumah sakit cenderung bersifat
lebih serius karena pada saat menjalani perawatan di rumah sakit, sistem pertahanan tubuh
penderita untuk melawan infeksi seringkali terganggu. Selain itu, kemungkinannya
terjadinya infeksi oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotik adalah lebih besar
(www.sehatgroup.web.id).
Secara klinis, pneumonia dapat terjadi baik sebagai penyakit primer maupun sebagai
komplikasi dari beberapa penyakit lain. Secara morfologis pneumonia dikenal sebagai
berikut:
1. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih lobus
paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”.
2. Bronkopneumonia, terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat
mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada
didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.
3. Pneumonia interstisial, proses inflamasi yang terjadi di dalalm dinding alveolar
(interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.
Pneumonia lebih sering diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya, virus, atipikal
(mukoplasma), bakteri, atau aspirasi substansi asing. Pneumonia jarang terjadi yang
mungkin terjadi karena histomikosis, kokidiomikosis, dan jamur lain.

1. Pneumonia virus, lebih sering terjadi dibandingkan pneumonia bakterial. Terlihat pada
anak dari semua kelompok umur, sering dikaitkan dengan ISPA virus, dan jumlah
RSV untuk persentase terbesar. Dapat akut atau berat. Gejalanya bervariasi, dari
ringan seperti demam ringan, batuk sedikit, dan malaise. Berat dapat berupa demam
tinggi, batuk parah, prostasi. Batuk biasanya bersifat tidak produktif pada awal
penyakit. Sedikit mengi atau krekels terdengar auskultasi.

2. Pneumonia atipikal, agen etiologinya adalah mikoplasma, terjadi terutama di musim
gugur dan musim dingin, lebih menonjol di tempat dengan konsidi hidup yang padat
penduduk. Mungkin tiba-tiba atau berat. Gejala sistemik umum seperti demam,
mengigil (pada anak yang lebih besar), sakit kepala, malaise, anoreksia, mialgia. Yang
diikuti dengan rinitis, sakit tenggorokan, batuk kering, keras. Pada awalnya batuk
bersifat tidak produktif, kemudian bersputum seromukoid, sampai mukopurulen atau
bercak darah. Krekels krepitasi halus di berbagai area paru.
3. Pneumonia bakterial, meliputi pneumokokus, stafilokokus, dan pneumonia
streptokokus, manifestasi klinis berbeda dari tipe pneumonia lain, mikro-organisme
individual menghasilkan gambaran klinis yang berbeda. Awitannya tiba-tiba, biasanya
didahului dengan infeksi virus, toksik, tampilan menderita sakit yang akut , demam,
malaise, pernafasan cepat dan dangkal, batuk, nyeri dada sering diperberat dengan
nafas dalam, nyeri dapat menyebar ke abdomen, menggigil, meningismus. Menurut

Depkes RI (2002) klasifikasi pneumonia menurut program P2 ISPA antara lain
1. Pneumonia sangat berat : Ditandai dengan sianosis sentral dan tidak dapat minum.
2. Pneumonia berat: Ditandai dengan penarikan dinding dada, tanpa sianosis dan dapat
minum.
3. Pneumonia sedang: Ditandai dengan tidak ada penarikan dinding dada dan pernafasan
cepat.
D. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif.
Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari
infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan
dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu
partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan
dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan
humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi
maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari
pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak
mudah mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital,
defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang
memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi

mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi

tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada
pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi
akibat virus pada saluran napas bagian atas.
Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan
menyebabkan
disebabkan

pneumonia

virus.

Kemungkinan

lain,

virus terhadap mekanisme pertahan

kerusakan


yang

yang normal dapat

menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah.
Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal
berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari
satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadangkadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella,
CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui
penyebaran

hematogen

baik

dari

sumber


terlokalisir

atau

bakteremia/viremia generalisata. Setelah mencapai parenkim paru, bakteri
menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit
fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi
makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang
khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan
inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa
dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam
saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis (S. A. Price, 2005, Hal
804-814).

E. Tanda dan Gejala Pneumonia
1. Gejala
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran napas atas akut
selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat
mencapai 40 derajat celcius, sesak napas, nyeri dada dan batuk dengan dahak kental,
terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala

lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala (Misnadiarly, 2008).
2. Tanda
Menurut Misnadiarly (2008), tanda-tanda penyakit pneumonia antara lain :
a. Batuk berdahak
b. Ingus (nasal discharge)
c. Suara napas lemah
d. Penggunaan alat bantu napas
e. Demam
f. Cyanosis (kebiru-biruan)
g. Thorax photo menujukkan infiltrasi melebar
h. Sakit kepala
i. Kekakuan dan nyeri otot
j. Sesak napas
k. Menggigil

l. Berkeringat
m. Lelah
n. Terkadang kulit menjadi lembab
o. Mual dan muntah


E. Pemeriksaan penunjang
1. Chest x-ray : teridentifikasi adanya penyebaran (misal: lobus dan bronkhial); dapat juga
menunjukkan multipel abses/ infiltrat, empiema (staphylococcus); penyebaran atau
lokasi ilfiltrasi (bakterial); atau ppenyebaran/ ekstensif nodul infiltrat (sering kali viral),
pada pneumonia mycoplasma chest x-ray mungkin bersih.

2. Analisa gas darah dan pulsea oxymetry : abnormalitas mungkin timbul tergantung dari
luasnya kerusakan paru-paru.
3. Jika keadaan memburuk atau tidak ada respons terhadap pengobatan maka dilakukan
pemeriksaan secara invasif. Bahan kultur dapat diambil melalui tindakan bronkoskopi
dengan cara bilasan, sikatan bronkus dengan kateter ganda terlindung dan
bronchoalveolar lavage (BAL). Tindakan lain adalah aspirasi transtorakal.
4. Pewarnaan gram/ culture sputum dan darah: didapatkan dengan needle biopsy, aspirasi
transtrakeal, fiberoptic broncoscopy, atau biopsi paru-paru terbuka untuk mengeluarkan
organsime penyebab. Lebih dari satu tipe organisme yang dapat ditemukan, seperti
Diplococcus pneumoniae, Staphyococcus aureus, A. Hemolytic streptococcus, dan
Hemophilus influenzae.
F. Penatalaksanaan
1. Oksigen 1-2 L / menit
2. IVFD (Intra Venous Fluid Drug)/ (pemberian obat melalui intra vena)

dekstrose 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1, + KCL 10 mEq / 500 ml cairan. Jumlah
cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan entral
bertahap melalui selang nasogastrik dengan feding drip.
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk memperbaiki transpormukosilier.
5. Koreksi gangguan keseimbangan asam - basa dan elektrolit.
6. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
Untuk kasus pneumonia komuniti base:
-

Ampicilin 100 mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian

-

Kloramfenicol 75 mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian

Untuk kasus pneumonia hospital base :
-


Sevotaksim 100 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian

-

Amikasim 10 - 15 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian.
( Arif mansjoer, dkk, 2001, Hal 468)

G. Komplikasi
 Efusi pleura
 Hipoksemia
 Pneumonia kronik
 Bronkaltasis

 Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru yang diserang
tidak mengandung udara dan kolaps).
 Komplikasi sistemik (meningitis)
2.2.1 Konsep Dasar ASKEP
S2.2.1.1. Pengkajian
1. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang
meliputi: nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama,
tanggal pengkajian.
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasaan klein untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah Sesak napas, batuk berdahak, demam, sakit kepala, ny dan
kelemahan
3. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Penderita pneumonia menampakkan gejala nyeri, sesak napas, batuk
dengan dahak yang kental dan sulit dikeluarkan, badan lemah, ujung jari
terasa dingin.
4. Riwayat Kesehatan Terdahulu (RKD)
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit,
kemungkinan pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti :
asthma, alergi terhadap makanan, debu, TB dan riwayat merokok.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)

Riwayat adanya penyakit pneumonia pada anggota keluarga yang
lain seperti : TB, Asthma, ISPA dan lain-lain.
6. Data Dasar pengkajian pasien
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya /GJK kronis
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
c. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes
mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk,

penampilan kakeksia
(malnutrisi), hiperaktif bunyi usus.
d. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perubahan mental (bingung, somnolen)
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia,
artralgia, nyeri dada substernal (influenza).
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan).
f. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas),
dispneaTakipnue, dispnenia progresif, pernapasan dangkal,
penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.
Tanda :



Sputum: merah muda, berkarat atau purulen.



Perkusi: pekak datar area yang konsolidasi.



Premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi



Gesekan friksi pleural.



Bunyi nafas menurun tidak ada lagi area yang terlibat, atau napas
bronkial.



Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku.

g. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun, misal SLE,AIDS, penggunaan
steroid, kemoterapi, institusionalitasi, ketidak mampuan
umum, demam. Tanda : berkeringat, menggigil berulang,
gemetar, kemerahan mungkin ada pada kasus rubeola, atau
varisela.
h. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Pertimbangan DRG menunjukkan rerata lama - lama dirawat 6
– 8 hari Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan
diri, tugas pemeliharaan rumah. Oksigen mungkin diperlukan,
bila ada kondisi pencetus.
i. Pemeriksaan Penunjang

1.

Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar,
bronchial); dapat juga menyatakan abses) luas /infiltrasi,
empiema (stapilococcos), infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bakterial), atau penyebaran/perluasan infiltrasi
nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar
x dada mungkin bersih.

2.

GDA/nadi oksimetris : tidak normal mungkin terjadi, tergantung
pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.

3.

Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat diambil
biosi jarum, aspirasi transtrakea,bronkoskofi fiberobtik atau biosi
pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebeb. Lebih dari
satu organise ada : bekteri yang umum meliputi diplococcos
pneumonia, stapilococcos, aures A.-hemolik strepcoccos,
hemophlus influenza : CMV. Catatan : keluar sekutum tak dapat di
identifikasikan semua organisme yang ada. Kultur darah dapat
menunjukan bakteremia semtara

4.

JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah
terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS,
memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.

5.

Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau legionella,aglutinin
dingin. membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus.

6.

Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan
kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan
komplain. Mungkin terjadi perembesan (hipoksemia)

7.

Elektrolit : Natrium dan Klorida mungkin rendah

8.

Bilirubin : Mungkin meningkat.

9.

Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat
menyatakan jaringan intra nuklear tipikal dan keterlibatan
sitoplasmik (CMP ; kareteristik sel rekayasa (rubela) (Marlyn E.
Dongoes, 1999, ASKEP, Hal 164-174)

j. Proritas Keperawatan
1. Mempertahankan/memperbaiki fungsi pernafasan
2. Mencegah komplikasi
3. Mendukung proses penyembuhan

4.Memberikan

informasi

tentang

proses

penyakit/prognosis

dan

pengobatan.

h. Perencanaan Keperawatan
a. Prioritas Diagnosa Keperawatan
1)

Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan
sekunder terhadap infeksi ditandai dengan pasien mengeluh batuk bercampur
sputum, tampak batuk produktif berupa sputum, Px. Fisik : perkusi pekak,
inspirasi rales, ronchi nyaring.

2)

Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai dengan
pasien mengeluh nyeri dada, tampak meringis, px. Tanda vital : nadi
meningkat (takikardi).

3)

Pola napas tak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder
terhadap infeksi ditandai dengan pasien mengeluh sulit bernapas, tampak
sesak, px. Tanda vital : respirasi menurun, px. Fisik : penggunaan otot
aksesori, suara pernafasan bronchial.

4)

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
menurunnya nafsu makan sekunder terhadap mual dan muntah ditandai
dengan pasien mengeluh mual, nafsu makan menurun dan muntah.

5) Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen ditandai dengan pasien mengeluh lemas, sulit bernapas,
tampak lemah, sesak, px. Tanda vital : respirasi menurun.
6)

Hipertermi berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai dengan
pasien mengatakan badan panas, tampak menggigil, px. Tanda vital : suhu
meningkat.

7) Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun sekunder tehadap
gangguan pernapasan, batuk ditandai dengan pasien mengatakan sering
terbangun di malam hari karena sulit bernapas dan batuk, tampak lelah.
8)

Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
utama sekunder terhadap perlengketan secret di saluran pernapasan.

9)

Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebihan akibat muntah

b. Rencana Tindakan
1) Dx I

Kriteria tujuan : menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih
Rencana tindakan :
a.

Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada
Rasional : takipnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering
terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru.

b. Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi
napas

krakels

Rasional : penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan
cairan, krakels terdengar sebagai respon terhadap pengumpulan cairan, secret
c.

Berikan minum air hangat daripada air dingin
Rasional : cairan hangat memobilisasi dan mengeluarkan secret

d. Kolaborasi pemberian mukolitik, ekspektoran
Rasional : membantu menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi secret.
2) Dx 2
Kriteria tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Rencana tindakan :
a.

Tentukan karakteristik nyeri, misal : tajam, ditusuk, konstan
Rasional : nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat dalam pneumonia,
juga

dapat

timbul

komplikasi

pneumonia

seperti

perikarditis

dan

endokarditis.
b. Pantau tanda vital
Rasional : perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien
mengalami nyeri
c.

Berikan tindakan nyaman, misal : relaksasi, pijatan punggung
Rasional : tindakan non analgesikdiberikan dengan sentuhan lembut dapat
menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi
analgesic.

d. Kolaborasi dalam pemberian analgesic
Rasional : diharapkan dapat membantu mengurangi nyeri.
3) Dx 3
Kriteria tujuan : mempertahankan ventilasi adekuat
Rencana tindakan :
a.

Kaji frekuensi, kedalaman bernapas

Rasional

:

takipnea,

pernapasan

dangkal

sering

terjadi

karena

ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
b. Auskultasi bunyi napas
Rasional : menunjukkan terjadinya komplikasi (adanya bunyi tambahan
menunjukkan akumulasi cairan/sekresi).
c.

Pantau tanda vital
Rasional : abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan evaluasi lanjut

d. Kolaborasi pemberian O2 sesuai indikasi
Rasional : mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.
4) Dx 4
Kriteria tujuan : menunjukkan peningkatan nafsu makan
Rencana tindakan :
a.

Identifikasi faktor yang menimbulkan mual muntah
Rasional : pilihan intervensi tergantung pada faktor penyebab masalah.

b. Auskultasi bunyi usus
Rasional : bunyi usus mungkin menurun/tak ada bila proses infeksi
berat/memanjang.
c.

Beri makan porsi kecil tapi sering, termasuk makanan yang menarik untuk
pasien
Rasional : tindakan ini dapat meningkatkan nafsu makan meskipun lambat
untuk kembali.

d. Kolaborasi pemberian antiemetic
Rasional : diharapkan mampu mencegah muntah

Daftar Pustaka
A.Gylys B, Wedding ME. (2009). Medical Terminology Systems A Body System
Approach. Philadelpia: F.A. Davis Company.
Behram, Kleigman, Alvin. (2000). Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta : EGC
Betz, Sowden. (2002) Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta: EGC
Bukchech, Gloria, et al (2012). Nursing International Classification. Lowa :
Mosby
Carpenito. (2008). Ilmu Keperawatan Anak Edisi 3. Jakarta :EGC
Depkes. (2009). Profil Kesehatan Indonesia 2008. Laporan. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Publishing.
Jhonson, Marion. (2012). Outcome project Nursing Clasification NOC. St Louis
Missouri : Mosby
Kittredge M.(2000) The Respiratory System. Philadelphia: Chelsea House
Publishers.
Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit: Edisi 2. Jakarta: EGC.
Riyadi S, Suharsono. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit. Yogyakarta:
Gosyen

Staf Pengajar FKUI. (2006) Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah 3. Jakarta:
Infomedika
Suriadi, Rita. (2006). Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta : Penebar
Swada
WHO, UNICEF (2006). Pneumonia: The forgotten killer of children. Geneva:
WHO Press
Wiley, NANDA International. (2012). Nursing Diagnostig : Defenition and
Clasification 2012-2014. Jakarta : ECG