D IPS 1302897 Chapter5

BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan
Berdasarkan permasalahan yang dikaji pada penelitian ini, dikaitkan dengan
temuan penelitian dan pembahasannya, maka secara garis besar dapat dirumuskan delapan
simpulan sebagai berikut:
1. Secara umum implementasi program Adiwiyata di Kota Banda Aceh masih belum
efektif. Penyebab utamanya berdasarkan temuan penelitian adalah rendahnya
komitmen kepala sekolah dalam implementasi kebijakan Adiwiyata. Rendahnya
komitmen dari kepala sekolah berimbas juga kepada guru, yang berdasarkan temuan
penelitian secara umum guru juga memiliki komitmen yang rendah terutama dalam
implementasi kurikulum berbasis lingkungan dan dalam memperkuat budaya sekolah
ramah lingkungan. Guru secara umum belum menerapkan pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif dalam setiap pembelajaran, belum mengembangkan isu
lokal sebagai materi pembelajaran lingkungan hidup dalam setiap pembelajaran dan
guru belum mengkaitkan pengetahuan konseptual dan prosedural dalam pemecahan
masalah lingkungan hidup dalam setiap pembelajaran. Terlalu banyaknya beban
mengajar juga menjadi alasan guru mengapa implementasi kurikulum dan
pengembangan budaya sekolah belum efektif. Selain itu, semua guru belum pernah
menjadi narasumber dalam rangka pembelajaran lingkungan hidup, seperti seminar,

workshop atau lokakarya serta belum pernah mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi
pembelajaran lingkungan hidup, baik melalui media cetak, seminar atau jurnal.
Beberapa hal inilah yang menjadi kelemahan dalam implementasi program Adiwiyata
di Kota Banda Aceh sehingga menyebabkan jumlah sekolah Adiwiyata Nasional di
Kota Banda Aceh hingga saat ini masih sedikit. Tingkat literasi ekologis siswa secara
umum masuk kategori sedang. Literasi ekologis pada aspek sikap dan partisipasi,
secara umum bahkan dapat dikategorikan rendah. Hal ini terutama karena komponenkomponen Adiwiyata belum dapat diimplementasikan secara optimal. Keempat
157
Mirza Desfandi, 2016
EFEKTIFITAS PROGRAM ADIWIYATA DALAM UPAYA MEMBANGUN LITERASI EKOLOGIS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

komponen Adiwiyata tidak dapat diimplementasikan secara parsial, tetapi harus
diimplementasikan secara bersama-sama secara optimal yang merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan sebagai perwujudan dari sekolah peduli dan berbudaya
lingkungan. Sehingga dapat dinyatakan bahwa keberhasilan sekolah dalam
membangun literasi ekologis peserta didik sangat ditentukan oleh implementasi
keempat komponen ini secara bersama-sama.
2. Komponen kebijakan sekolah berwawasan lingkungan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap implementasi kurikulum berbasis lingkungan. Sekolah yang telah

berkomitmen untuk mengikuti Program Adiwiyata, struktur kurikulum harus memuat
upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang diimplementasikan pada
mata pelajaran wajib, muatan lokal, dan pengembangan diri. Dalam implementasi
kebijakan berwawasan lingkungan di tingkat sekolah, unsur pelaksana utama yang
paling menentukan adalah kepala sekolah dan guru. Kepala sekolah berperan besar
dalam merumuskan dan menetapkan kebjakan, guru berperan besar implementasi
kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan, terutama dalam implementasi kurikulum.
Karena itu komitmen kepala sekolah terhadap permasalahan lingkungan hidup akan
berpengaruh terhadap kinerja guru dalam implementasi kurikulum berbasis
lingkungan.
3. Komponen kebijakan sekolah berwawasan lingkungan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap budaya sekolah ramah lingkungan. Budaya sekolah dibentuk dan
dipengaruhi oleh nilai-nilai, persepsi, kebiasaan-kebiasaan, kebijakan-kebijakan
pendidikan, dan perilaku orang-orang yang berada di dalamnya. Berdasarkan hal ini,
pengembangan budaya sekolah secara umum sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan
oleh suatu sekolah, yang dalam hal ini berupa visi, misi dan tujuan sekolah. Karena itu
tindakan-tindakan dari warga sekolah akan mencerminkan bagaimana visi, misi dan
tujuan dari sekolah tersebut. Faktor komitmen dan kepemimpinan kepala sekolah
berperan besar dalam pembentukan budaya sekolah peduli dan ramah lingkungan oleh
seluruh warga sekolah.

4. Komponen kebijakan sekolah berwawasan lingkungan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pengelolaan sarana prasarana ramah lingkungan. Pengelolaan
sarana prasarana sekolah merupakan salah satu bagian penting dari kebijakan
pendidikan. Kebijakan sekolah yang memuat tentang sarana dan prasarana sekolah
158
Mirza Desfandi, 2016
EFEKTIFITAS PROGRAM ADIWIYATA DALAM UPAYA MEMBANGUN LITERASI EKOLOGIS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

merupakan landasan bagi pimpinan dan warga sekolah dalam pengadaan dan
pengelolaan fasilitas sekolah secara efektif dan efisien. Karena itu kebijakan sekolah
yang memuat tentang pengelolaan sarana prasarana sekolah secara jelas dan tegas akan
menentukan efektif tidaknya pengelolaan sarana prasarana sekolah. Dalam hal ini
kepala sekolah selaku perumus kebijakan berkaitan dengan sarana prasarana berperan
besar terutama dalam penyediaan sarana prasarana ramah lingkungan yang sesuai
dengan kebutuhan sekolah dan memastikan serta mengawasi agar sarana prasarana
tersebut dikelola dan dimanfaatkan secara ramah lingkungan.
5. Komponen implementasi kurikulum berbasis lingkungan berpengaruh posistif dan
signifikan terhadap literasi ekologis peserta didik. Akan tetapi angka koefisien
korelasinya relatif kecil, yaitu hanya sebesar 0,629 (R2 = 0,395), yang artinya bahwa

literasi ekologis peserta didik hanya sebesar 39,5 % dipengaruhi oleh implementasi
kurikulum. Hal ini disebabkan karena guru Karena itu guna meningkatkan literasi
ekologis peserta didik, guru harus lebih meningkatkan komitmen dan kepedulian
terhadap persoalan lingkungan hidup, sehingga dalam pembelajaran berkaitan dengan
lingkungan hidup guru dapat menerapkan pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran serta
dapat mengembangkan isu lokal dan/atau isu global sebagai materi pembelajaran
lingkungan hidup.
6. Komponen budaya sekolah ramah lingkungan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap literasi ekologis peserta didik. Faktor sosial dan budaya memiliki peran yang
vital terhadap perilaku lingkungan masyarakat. Karenanya untuk menanamkan literasi
ekologis pada siswa, tidak cukup hanya memberi pengetahuan melalui pembelajaran di
kelas saja, tetapi harus didukung juga oleh pembentukan budaya yang ramah
lingkungan di sekolah. Dalam sekolah Adiwiyata diupayakan untuk diciptakan situasi
dan kondisi serta penguatan yang memungkinkan siswa di lingkungan sekolah untuk
membiasakan diri berperilaku sesuai nilai yang dianut sekolah, yaitu sekolah yang
peduli dan ramah lingkungan. Nilai ini selanjutnya diharapkan akan mengakar kuat
pada diri siswa dan akan dibawa kapan dan dimanapun ia berada.
7. Komponen pengelolaan sarana prasarana ramah lingkungan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap literasi ekologis peserta didik. Sarana prasarana merupakan

komponen pokok yang menunjang proses pembelajaran. Dalam program Adiwiyata,
159
Mirza Desfandi, 2016
EFEKTIFITAS PROGRAM ADIWIYATA DALAM UPAYA MEMBANGUN LITERASI EKOLOGIS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

selain sekolah harus didukung sarana prasarana yang memadai guna mencapai tujuan
dari program Adiwiyata, sarana dan prasarana sekolah tersebut harus dapat
dimanfaatkan seoptimal mungkin dan dikelola secara ramah lingkungan dengan
melibatkan seluruh warga sekolah. Ketersediaan sarana prasarana sekolah di Kota
Banda Aceh secara umum sudah cukup memadai, Akan tetapi keberadaan sarana
prasarana tersebut belum dapat dikelola secara efektif dan pemanfaatannya belum
optimal untuk mendukung pembelajaran lingkungan hidup.
8. Komponen kebijakan sekolah berwawasan lingkungan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap literasi ekologis peserta didik. Akan tetapi besarnya nilai koefisien
korelasinya relatif kecil, yaitu hanya sebesar 0,660 (R2 = 0,435), yang artinya bahwa
literasi ekologis peserta didik hanya sebesar 43,5 % dipengaruhi oleh kebijakan
sekolah. Hal ini karena masih kurangnya pemahaman warga sekolah terhadap Program
Adiwiyata serta terhadap visi, misi dan tujuan sekolah yang disebabkan karena
sosialisasi visi, misi dan tujuan sekolah kepada seluruh warga sekolah masih belum

optimal dilaksanakan. Selain itu implementasi kebijakan kurikulum yang memuat
materi berkaitan dengan lingkungan hidup belum optimal diimplementasikan, yang
disebakan karena kurangnya komunikasi dan koordinasi antar kepala sekolah,
koordinator Aiwiyata, dan tenaga pendidik. karena itu dalam mewujudkan program
Adiwiyata di sekolah perlu adanya usaha yang sungguh-sungguh antar semua
komponen diantaranya upaya kepala sekolah, peran aktif seluruh warga sekolah serta
dukungan masyarakat dan pemerintah guna membentuk individu yang memiliki
literasi ekologis dan terciptanya kondisi lingkungan yang tertib, bersih, indah, nyaman
dan sehat.
B. Rekomendasi
Beberapa hal yang menjadi rekomendasi dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk orang tua atau keluarga, sebagai lingkungan pertama dan utama bagi
perkembangan sosial anak. Orang tua atau keluarga semestinya dapat menjadi teladan
dan model yang dapat ditiru oleh anak, terutama dalam hal yang berkaitan dengan
pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan, energi atau sumber daya alam. Hal ini

160
Mirza Desfandi, 2016
EFEKTIFITAS PROGRAM ADIWIYATA DALAM UPAYA MEMBANGUN LITERASI EKOLOGIS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


dimaksudkan agar sikap peduli dan ramah lingkungan dapat menjadi bagian dari
kebiasaan dan menjadi kepribadiannya.
2. Untuk lembaga pendidikan atau sekolah, sebagai rumah kedua bagi peserta didik.
Sekolah berfungsi sebagai tempat transformasi pengetahuan, nilai-nilai budaya, norma
diharapkan menjadi landasan tumbuh dan berkembangnya sikap peduli dan ramah
lingkungan pada peserta didik. Pada sekolah yang telah masuk kategori tinggi, agar
dapat lebih meningkatkan sinergisitas antar seluruh komponen sekolah, terutama yang
paling penting adalah sinergisitas antara kepala sekolah dengan tenaga pendidik,
sehingga program-program sekolah dapat diimplementasikan secara optimal oleh guru
sebagai penggerak utama program Adiwiyata di tingkat sekolah. Kemudian kepada
sekolah yang masih masuk kategori sedang, kepala sekolah harus memiliki komitmen
yang tinggi untuk mewujudkan Sekolah Adiwiyata dan agar senantiasa mengajak dan
memotivasi seluruh warga sekolah untuk lebih meningkatkan kesadaran dan
kepedulian terhadap permasalahan lingkungan hidup. Sekolah dapat membuat
kebijakan-kebijakan praktis guna mengajak siswa untuk lebih peduli lingkungan,
misalnya menghemat penggunaan kertas, mengajak siswa untuk berjalan kaki,
bersepeda atau menggunakan angkutan umum ke sekolah, dan menganjurkan siswa
membawa bekal makanan dan minuman dari rumah dalam kotak makanan dan botol
minuman yang dapat digunakan berulang-ulang guna mengurangi jumlah sampah di

sekolah. Selanjutnya sekolah diharapkan dapat lebih memperkuat Tim Adiwiyata
Sekolah baik kualitas maupun kuantitas guna dapat mengimplementasikan secara
maksimal keempat komponen Adiwiyata di tingkat sekolah.
3. Untuk tenaga pendidik, dalam pembelajaran guru selain sebagai sumber dan fasilitator,
juga berperan penting dalam pembentukan sikap dan kepribadian pada siswa. Guru
harus dapat menjadi model bagi siswa dalam bersikap dan berperilaku terhadap
lingkungan. Dalam pembelajaran, guru harus meningkatkan komitmen dan
kepeduliannya terhadap permasalahan lingkungan hidup dan senantiasa meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat berkontribusi maksimal dalam upaya
mewujudkan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan dan mewujudkan peserta didik
yang melek ekologis. Guru dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
pembelajaran, misalnya dengan membawa siswa untuk melihat langsung kehidupan
masyarakat dan lingkungannya yang dilakukan pada awal semester.
161
Mirza Desfandi, 2016
EFEKTIFITAS PROGRAM ADIWIYATA DALAM UPAYA MEMBANGUN LITERASI EKOLOGIS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Untuk pemerintah, agar dapat lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas bimbingan
teknis implementasi Program Adiwiyata kepada sekolah yang akan/sedang mengikuti

Program Adiwiyata dan agar dapat mensosialisasikan Program Adiwiyata ke seluruh
pelosok Indonesia dan mendorong semua sekolah pada seluruh jenjang pendidikan
untuk berpartisipasi dalam Program Adiwiyata. Selanjutnya perlu dilakukan evaluasi
secara berkala minimal setiap enam bulan sekali pada sekolah-sekolah yang telah
mengimplementasikan Program Adiwiyata yang bertujuan untuk menjaga konsistensi
dalam pelaksanaan program.
5. Untuk peneliti selanjutnya, disarankan ruang lingkup dalam setiap komponen/variabel
baik itu kebijakan sekolah, implementasi kurikulum, budaya sekolah, pengelolaan
sarana prasarana sekolah, dan literasi ekologis dapat diungkapkan secara lebih
komprehensif dan optimal. Kemudian juga disarankan temuan penelitian ini dilengkapi
dan dilanjutkan dengan pendekatan kualitatif, untuk mendeskripsikan secara
komprehensif implementasi Program Adiwiyata. Terakhir, ruang lingkup wilayah
penelitian, jumlah sekolah sampel dan juga jumlah responden perlu lebih diperluas dan
lebih banyak dengan juga mempertimbangkan persebaran sekolah secara geografis.

162
Mirza Desfandi, 2016
EFEKTIFITAS PROGRAM ADIWIYATA DALAM UPAYA MEMBANGUN LITERASI EKOLOGIS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu