manuscript

HUBUNGAN MEROKOK TERHADAP GANGGUAN FUNGSI KOGNITIF DI
LINGKUP UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
The Relationship Between Smoking And Cognitive Disfunction In Scope University Of
Muhammadiyah Makassar

NURMAWATI A.T
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar
Indonesia. Hp: 085 398 309 981, E-mail: nurmawatiat245@yahoo.com
Abstrak
Merokok masih merupakan salah satu kebiasaan masyarakat yang sering kita jumpai.World
Health Organization (WHO) mencatat Indonesia sebagai negara dengan jumlah perokok
terbesar ketiga di dunia setelah Cina dan India.Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan
jantung, impotensi dan gangguan kehamilan serta janin.Akan tetapi ternyata tidak banyak
masyarakat yang mengetahui dampaknya terhadap fungsi kognitif.Penelitian ini bertujuan untuk
megetahui hubungan merokok terhadap gangguan fungsi kognitif.Jenis penelitian merupakan
penelitian observasional dengan rancangan studi kasus kontrol dengan total 106
sampel.Penilaian fungsi kognitif dengan wawancara menggunakan kuesionerMini Mental State
Examination (MMSE). Hasil uji statistik menggunakan uji chi-square dan juga uji alternatif
fisher’s Exact test menunjukkan bahwa terdapat hubungan merokok terhadap gangguan fungsi
kognitif (p = 0,022; OR 4,365 dan 95% CI = 1,142 – 16,685). Selain itu, terdapat pula
hubungan frekuensi merokok per hari dengan gangguan fungsi kognitif (p = 0,017; OR 5,949

dan 95% CI = 1,355-26,117).

Kata kunci : Merokok, Frekuensi Merokok, Fungsi Kognitif.
Abstract
Smoking remains one of the habits of the society that we always seen. The World Health
Organization (WHO) noted Indonesia as the third biggest country with the number of smokers in
the world's after China and India. Smoking can cause cancer, heart attacks, impotence and
disorders of pregnancy and fetus. However, it turns out that not many people know their impact
on cognitive function.This research to study about relationship between smoking and cognitive
disfunction. The research used observational study with case control design with 106 total
samples. Assessment of cognitive function with interviews using questionnaireMini Mental State
Examination (MMSE.This study using statistic test with chi square test and fisher test as
alternative showed that there is relation between smoking and cognitive disfunction (p = 0,022;
OR 4,365 dan 95% CI = 1,142 – 16,685). Beside, there is also relation between frequence of
smoking and cognitive disfunction (p = 0,017; OR 5,949 dan 95% CI = 1,355-26,117).

Keywords: Smoking, Frequence of Smoking, Cognitive Function.

`
PENDAHULUAN

Merokok masih merupakan salah
satu kebiasaan masyarakat yang sering
kita jumpai. Meskipun sebagian dari
mereka sudah mengetahui bahaya

merokok bagi kesehatan, namun
kebiasaan merokok tetap saja mereka
lakukan.1,2
World
Health
Organization
(WHO) mencatat Indonesia sebagai
negara dengan jumlah perokok terbesar
1

ketiga di dunia setelah Cina dan India.3
Rokok merupakan salah satu zat adiktif
yang di dalamnya terkandung kurang
lebih 4.000 (empat ribu) zat kimia antara
lain nikotin yang bersifat adiktif dan tar

yang bersifat karsinogenik.Merokok
dapat menyebabkan kanker, serangan
jantung, impotensi dan gangguan
kehamilan serta janin.4Akan tetapi
ternyata tidak banyak masyarakat yang
mengetahui dampaknya terhadap fungsi
kognitif.4
Fungsi
kognitif
adalah
kemampuan berpikir dan memberikan
rasional, termasuk proses belajar,
mengingat, menilai, orientasi, persepsi
dan perhatian.5 Berdasarkan hasil
penelitian di Universitas Northumbria,
orang yang merokok akan terjadi
penurunan kognitif, seperti kehilangan
beberapa memorinya dibanding orang
yang tidak merokok. Nikotin yang
terkandung

dalam
rokok
dapat
mempengaruhi atensi perokok dibanding
bukan perokok.6
Berdasarkan hasil penelitian di
atas, penulis ingin mengetahui hubungan
merokok terhadap gangguan fungsi
kognitif.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan
desain penelitian observasional analitik
dengan menggunakan pendekatan case
control Studydibandingkan dengan desain

Teknik
penarikan
sampel
pada

penelitian
ini
menggunakan
teknik
purposive sampling, yaitu teknik penarikan
sampel
jika
peneliti
mempunyai
pertimbangan tertentu dalam menetapkan
sampel sesuai dengan tujuan penelitian,
instrument yang digunakan , biaya dan
waktu. Responden yang dipilih menjadi
sampel adalah laki-laki dengan usia antara
30 – 55 tahun yang memenuhi kriteria
inklusi dan ekslusi.
Adapun kriterianya yaitu,

1) Kriteria Inklusi :
a) Laki-laki yang merokok umur 3055 tahun di Makassar

b) Laki-laki yang tidak merokok umur
30-55 tahun di Makassar
c) Bersedia menjadi responden pada
penelitian ini.

2) Kriteria Ekslusi :
Memiliki riwayat penyakit seperti,
riwayat stroke,riwayat hipertensi,
riwayat cedera kepala, dan riwayat
diabetes mellitus
Pada penelitian ini, data diperoleh
dari data primer, yaitu dengan
wawancara dan penilaian langsung
menggunakan kuesionerMini Mental
State Examination (MMSE).
Data yang didapatkan akan di analisis
dengan uji Chi-square dengan menggunakan
aplikasi SPSS version 21.0. Akan tetapi,

jika tidak memenuhi syarat uji ChiSquare dapat menggunakan uji fisher’s

test.

studi analitik lainnya, biaya studi ini lebih
murah dan secara teknis lebih mudah
dilakukan.Penelitian dilakukan di lingkup
Universitas Muhammadiyah Makassar
pada bulan Desember 2016 – Januari 2017.
Sampel penelitian ini adalah terdiri dari
sampel kasus yang merupakan responden
merokok dan sampel kontrol responden
tidak merokok.
2

HASIL PENELITIAN
A. Analisa Univariat
1. Umur
Tabel 5.1 Distribusi
RespondenBerdasarkan
Umur
Umur

30-39
Tahun
40-49
Tahun
50-55
Tahun
Total

Frekuensi

Persentase (%)

51

48.1

37

34.9


18

17.0

106

100

Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan, bahwa
responden yang berumur 30-39 tahun
sebanyak 51 orang (48,1%), responden
yang berumur 40-49 tahun sebanyak 37
orang (34,9%), responden yang berumur
50-55 tahun sebanyak 18 orang (17,0%).
Tabel 5.2 Distribusi Responden
Perokok Berdasarkan
Frekuensi Merokok (Per
Hari)

Total


Frekuensi

Persentase
(%)

12

22,6

41

77,4

53

100

≤10
Tahun

> 10
Tahun
Total

Sumber : data primer 2016

Sumber : data primer 2016

≤1
Bungkus
>1
Bungkus

3. Lama Menjadi Perokok
Tabel 5.3 Distribusi
RespondenBerdasarkan
Lama Menjadi Perokok

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat
bahwa sebanyak 41 responden (77,4%)
mengkonsumsi rokok lebih dari 10 tahun
dan sebanyak 12 responden (22,6%)
mengkonsumsi rokok kurang dari atau
sama dengan 10 tahun.
4. Jenis Rokok yang Dihisap
Tabel 5.4 Distribusi Responden
Berdasarkan Jenis Rokok
yang Dihisap
Frekuensi

Persentase (%)

Filter

49

92,5

Frekuensi

Persentase
(%)

Non
Filter

4

7,5

32

60,4

Total

53

100

21

39,6

Sumber : data primer 2016

53

100

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat
bahwa rata-rata responden mengisap
rokok dengan jenis filter, yang
ditunjukkan pada data sebanyak 49
responden (92,5%) sedangkan yang
mengisap jenis non filter sebanyak 4
responden (7,5%).

2. Frekuensi Merokok
Sumber : data primer 2016
Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan,
sebanyak 32 responden (60,4%) adalah
perokok ringan, dan sebanyak 21
responden (39,6%) adalah
perokok
berat.

3

b. Responden Tidak Merokok (Kontrol)

5. Interpretasi Kognitif
a. Responden Merokok (Kasus)
Tabel 5.5 Distribusi Responden
Merokok Berdasarkan
Fungsi Kognitif

Tabel 5.6 Distribusi Responden Tidak
Merokok Berdasarkan
Fungsi Kognitif
Frekuensi

Persentase
(%)

Normal

50

94,3%

Probable
Gangguan
Kognitif

3

5,7%

Total

53

100

Persentase
Frekuensi
(%)
Normal

42

72,9%

Probable
Gangguan
Kognitif

11

20,8%

Total

53

100

Sumber : data primer 2016
Sumber : Data Primer 2016

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat
bahwa responden yang merokok ratarata memiliki fungsi kognitif normal
yaitu sebanyak 42 responden (72,9%).
Sedangkan sebanyak 11 responden
(20,8%) yang memiliki fungsi kognitif
probable gangguan kognitif.

B. Analisa Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk
mengetahui hubungan dan besar risiko
dari masing-masing faktor risiko
(variabel bebas) dengan fungsi kognitif
(variabel terikat). Terdapatnya hubungan

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat
bahwa responden yang tidak merokok
sebagian besar memiliki fungsi kognitif
normal yaitu sebanyak 50 responden
(94,3%). Sedangkan yang memiliki
kognitif probable gangguan kognitif
yaitu sebanyak 3 responden (5,7%).

antara faktor risiko dengan fungsi
kognitif ditunjukkan dengan nilai p <
0,05, nilai odds ratio (OR) > 1 dan 95%
CI tidak mencakup nilai 1.

1. Hubungan Antara Status Merokok dengan Fungdi Kognitif
Tabel 5.7 Hubungan Status Merokok dengan Fungsi Kognitif
MMSE

Variabel

Status Merokok
Tidak Merokok
Merokok

Total

Normal
f
50
42
92

%
94,3

79,2
86,8

probable
gangguan
kognitif

f
3
11
14

%
5,7
20,8
13,2

Total
f
53
53
106

%
100
100
100

P

0,022

OR

CI

4,365

1,14
216,6
85

Sumber : Data Primer 2016
4

Dari hasil analisis chi-square
didapatkan P value 0,022 (P < 0,05)
berarti ada hubungan merokok dengan
fungsi kognitif menggunakan Mini
Mental State Examination (MMSE).
Nilai OR adalah 4,365dengan confident
interval1,142-16,685.Dari hasil tersebut
di dapatkan responden yang merokok
4,365 kali lebih berisiko mengalami
penurunan fungsi kognitif dibandingkan
responden
yang
tidak
merokok.

Dari tabel 5.7 dapat dilihat
distribusi responden merokok yang
memiliki fungsi kognitif normal
sebanyak 42 responden (79,2%), dan
yang mengalami probable gangguan
kognitif sebanyak 13 responden (20,8%).
Sedangkan pada responden yang tidak
merokok yang memiliki fungsi kognitif
yang normal yaitu 50 responden (94,3%)
dan yang mengalami probable gangguan
kognitif sebanyak 3 responden (5,7%).

2. Hubungan Antara Frekuensi Merokok dengan Fungsi kognitif
Tabel 5.8 Hubungan Frekuensi Merokok (Per hari) dengan Fungsi Kognitif
MMSE

Variabel

Frekuensi
Merokok
≤ 1 bungkus
>1
bungkus

Normal
f
29
13
42

probable
gangguan
kognitif

Total

90,6

F
3

%
6,6

f
32

%
100

61,9
79,2

8
11

38,1
20,8

21
53

100
100

%

Total
Sumber : data primer 2016

Dari tabel 5.8 dapat dilihat
proporsi responden menurut variabel
frekuensi merokok, maka proporsi yang
memiliki fungsi kognitif normal
terbanyak yaitu pada mereka yang
merokok dengan frekuensi merokok
kurang dari satu bungkus sebanyak 29
responden (90,6%). Sedangkan proporsi
yang mengalami probable gangguan
kognitif terbanyak yaitu pada mereka
yang merokok dengan frekuensi lebih
dari satu bungkus sebanyak 8 responden
(38,1%).
Berdasarkan
uji
Chisquaredidapatkan tidak memenuhi syarat
untuk uji Chi-square , maka kita uji
alternatif menggunakan Fisher's Exact
Testdan didapatkan hasilP value 0,017(P

P

OR

CI

0,017

5,949

1,355-26,117

10
tahun

probable
gangguan
kognitif

Normal

Total

f

%

F

%

f

%

11

91,7

1

8,3

12

100

31
42

75,6
79,2

10
11

24,4
20,8

41
53

100
100

Total
Sumber : data primer 2016

P

OR

CI

0,421

3,548

0,40631,005

(24,4%) yang mengalami probable
gangguan kognitif.

Dari tabel 5.9dapat dilihat
proporsi responden menurut variabel
lama menjadi perokok, maka proporsi
yang memiliki fungsi kognitif normal
pada mereka yang merokok kurang
dari 10 tahun sebanyak 11 responden
(91,7%) dan yang mengalami probable
gangguan kognitif hanya 1 responden
(8,3%). Sedangkan proporsi responden
merokok lebih dari 10 tahun sebanyak
31 responden (75,6%) yang fungsi
kognitif normal serta 10 responden

Berdasarkan
uji
alternatif
Fisher's Exact Test didapatkan hasil P
value 0,421 yang menunjukkan P >
0,05. Hal ini berarti lama menjadi
perokok tidak berhubungan dengan
fungsi kognitif.

4. Hubungan Antara Jenis Rokok yang Dihisap dengan Fungsi Kognitif
Tabel 5.10 Hubungan Jenis Rokok yang Dihisap dengan Fungsi
Kognitif
MMSE

Variabel

Normal

Jenis
Rokok

probable
gangguan
kognitif

Total

f

%

F

%

f

%

Filter

40

81,6

9

18,4

49

100

Non Filter

2

50

2

50

4

100

Total

42

72,9

11

20,8

53

100

P

OR

CI

0,187

4,444

0,550-35,901

Sumber : data primer 2016

Dari tabel 5.10 dapat dilihat proporsi
responden menurut variabel jenis rokok
yang dihisap, maka proporsi yang

memiliki fungsi kognitif normal pada
mereka yang merokok dengan jenis
rokok sebanyak 40 responden (81,6%)
6

dan yang mengalami probable gangguan
kognitif sebanyak 9 responden (18,4%).
Sedangkan proporsi responden merokok
dengan rokok non filter sebanyak 2
responden (50%) yang fungsi kognitif
normal serta 2 responden (50%) yang
mengalami probable gangguan kognitif.

Berdasarkan
uji
alternatif
Fisher's Exact Test didapatkan hasil P
value 0,134 yang menunjukkan P >
0,05. Hal ini berarti jenis rokok yang
dihisap tidak berhubungan dengan
fungsi kognitif.

PEMBAHASAN
A. Hubungan Merokok dengan Fungsi Kognitif
Kognitif digunakan sebagai istilah
yang mencakup semua proses mental
seperti mengingat, berpikir, penalaran,
dan bahasa. Memori adalah bagian
penting dari fungsi kognitif yang
memudahkan
dalam
penyimpanan,
pemeliharaan dan pencarian informasi
pada memori jangka pendek dan
panjang.6
Saat rokok dibakar dan dihisap,
maka nikotin yang terdapat dalam rokok
akan masuk ke dalam sel di mulut dan
hidung,
serta
sepanjang
saluran
pernapasan. Setelah itu, paru-paru
dengan cepat menyerap nikotin dan
mengedarkannya
keseluruh
tubuh
melalui darah. Nikotin yang terbawa
oleh darah akan ke otak juga. Dimana
dapat memicu pelepasan beberapa zat
(misalnya dopamin) serta mengaktifkan
system saraf pusat dan simpatik.4
Studi dalam bidang neurosains
menyebutkan bahwa fungsi otak
sangatbergantung pada kualitas dan
kuantitas suplai darah pada wilayah otak
yang sedang aktif.Dengan demikian, jika
terjadigangguan pada pembuluh darah
dan atau pada sel-sel darah, maka secara
langsung atautidak langsung akan
mempengaruhi kualitas kerja sistem
pembuluh darah otak dan padaakhirnya
akan mempengaruhi kerja otak secara
keseluruhan. Nikotin yang masuk akan
mendorong
terjadinya
gangguan

psikologis.7Pengaruh nikotin terhadap
otak juga sudah dapat terlihat pada
bagian otak yang terkena melalui metode
fMRI. Metode fMRI adalah suatu hal
yang masih jarang dilakukan karena
keterbatasan alat dan ahli serta biaya.
Dengan metode fMRI ditemukan rokok
dapat berpengaruh terhadap bagian otak
yaitu otak perokok memiliki aktifitas
yang berbeda dengan non-perokok di
area ventral (rostral anterior cingulate
cortex,insula, opercular , dan occipital
gyrus), dorsal (dorsal medial/lateral
prefrontal cortex dan dorsal anterior
cingulate
cortex),
serta
jaringan
mesolimbic
(anterior
cingulate,
hippocampus, dan medial orbital).
Dimana bagian tersebut terkait dengan
fungsi kognitif otak.4
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat dilihat bahwa merokok
berhubungan dengan fungsi kognitif,
dimana merokok mempengaruhi fungsi
kognitif responden. Dari hasil uji chisquare didapatkanPvalue 0,022 yang
menunjukkan P< 0,05 artinya ada
hubungan merokok dengan fungsi
kognitif. Dan memiliki OR (95% Cl) =
0,229 dengan lower 1,142 dan upper
16,685 yang menunjukkan bahwa
responden yang merokok memiliki risiko
4,365 kali mengalami penurunan fungsi
kognitif.

7

Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Monique Ernst et al (2001)
menyatakan bahwa orang yang merokok
memiliki kognitif yang buruk dibanding
dengan orang yang tidak merokok. Akan
tetapi berbeda dengan penelitian Bell et
al (1999) menyatakan bahwa jika
berhenti merokok dalam waktu 12 jam
dapat merusak atensi dan kemampuan
kognitif.8
Dari penelitian, juga didapatkan
jenis kognitif yang paling banyak
terganggu adalah recall dan kalkulasi
dari responden.
B. Hubungan
Riwayat
Merokok
(Frekuensi
Merokok,
Lama
Menjadi Perokok dan Jenis Rokok
yang Dihisap) dengan Fungsi
Kognitif
Hal in ditunjukkan dalam uji
alternatif Fisher's Exact Test yaitu
Pvalue 0,017 yang menunjukkan P<
0,05. Hal ini berarti terdapat hubungan
positif antara frekuensi merokok dengan
fungsi kognitif. Nilai OR 5,949 dengan
lower 1,355 dan upper 26,117. Berarti
responden dengan frekuensi merokok
(frequent smoker ) lebih dari satu
bungkus per hari berisiko mengalami
penurunan fungsi kognitif dibandingkan
responden dengan frekuensi merokok
kurang dari satu bungkus per hari.
Marcus Richards et al (2003) dalam
penelitiannya yang menyatakan bahwa
merokok dikaitkan dengan kecepatan
penurunan kognitif pada memori verbal
dan dengan kecepatan visual. Efek
merokok ini sebagian besar oleh
individu yang merokok lebih dari 20
batang per hari.9
Secara teori, beberapa zat kimia
dalam rokok bersifat kumulatif, suatu
saat dosis racunnya akan mencapai titik
toksin sehingga mulai kelihatan gejala
yang ditimbulkannya sehingga pada
perokok-perokok berat dengan jumlah

rokok yang dihisap lebih dari 10 batang
per hari akan merasakan dampak yang
ditimbulkan oleh asap rokok tersebut
lebih cepat dibanding perokok ringan
dengan jumlah rokok yang dihisap
kurang dari 10 batang setiap harinya.9
Hubungan lama menjadi perokok
dengan fungsi kognitif didapatkan hasil
dari uji alternatif Fisher's Exact Test
yaitu P value 0,421 yang menunjukkan
P > 0,05. Hal ini berarti lama menjadi
perokok tidak berhubungan dengan
fungsi kognitif. Walaupun dalam hasil
penelitian Rusli A. Mustofa, yang
menyatakan bahwa dampak rokok akan
terasa setelah 10-20 tahun pasca
digunakan.10
Ini tergantung responden walaupun
lama merokok mereka lebih dari 10
tahun, akan tetapi dari wawancara
ditemukan beberapa dari mereka
merokok kurang dari satu bungkus per
hari bahkan ada diantara mereka
menargetkan satu bungkus rokok untuk
satu minggu. Walaupun dalam teori
mengatakan bahwa perokok lama dapat
mempengaruhi
fungsi
kognitif
seseorang.Hal ini dimungkinkan karena
penurunan fungsi kognitif tidak hanya
disebabkan
oleh
satu
faktor
saja.Melainkan banyak faktor yang bisa
mempengaruhi fungsi kognitif.
Hubungan jenis rokok yang dihisap
dengan fungsi kognitif, didapatkan hasil
dari uji alternatif Fisher's Exact Test
yaitu P value 0,134 yang menunjukkan
P > 0,05. Hal ini berarti jenis rokok yang
dihisap tidak berhubungan dengan fungsi
kognitif. Hal ini berbeda dengan
penelitian
Susanna
(2003)
yang
menyatakan bahwa kandungan nikotin
dalam rokok non filter lebih besar dari
rokok filter, sehingga risiko yang
ditimbulkannya akan lebih besar. Jenis
rokok filter dapat mengurangi masuknya
nikotin ke dalam tubuh. Filter tersebut
8

berfungsi sebagai penyaring asap rokok
yang akan dihisap, sehingga nantinya
tidak terlalu banyak bahan kimia yang
akan masuk sampai ke paru-paru.11
Dari responden yang didapatkan
sebagian
besar
dari
mereka
mengkonsumsi rokok filter.Dari analisis
data yang dilakukan baik itu pada
responden merokok ataupun tidak
merokok rata-rata dari mereka masih
memiliki fungsi kognitif normal, karena
hal tersebut dapat didukung oleh usia
yang masih tergolong muda, pendidikan,
ataupun pola hidup dari responden. Hal
ini juga dapat disebabkan karena adanya
perbedaan metode penelitian dan jumlah
proporsi sampel yang didapatkan. Pada
penelitian
ini
digunakan
desain
penelitian case control dengan proporsi
kasus dan kontrol yang sama. Pada
penelitian-penelitian
sebelumnya
menggunakan desain penelitian cohort
ataupun cross sectional dengan jumlah
sampel yang lebih banyak.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini menggunakan data
primer yang dilakukan dengan cara
wawancara langsung dengan responden.
Keterbatasan waktu baik dari peneliti
maupun dari responden, Karena
wawancara dilakukan di sela-sela kuliah
ataupun setelah kuliah, untuk mencari
responden yang bersedia meluangkan
waktunya untuk diwawancarai.Selain
itu, sikap responden yang tidak terbuka
pada saat wawancara.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan antara merokok
dengan gangguan fungsi kognitif.

2. Terdapat hubungan antara frekuensi
merokok per hari dengan gangguan
fungsi kognitif.
3. Tidak terdapat hubungan lama
menjadi perokok dan jenis rokok
yang dihisap dengan gangguan fungsi
kognitif.
4. Jenis gangguan fungsi kognitif yang
lebih banyak terganggu adalah recall
dan kalkulasi.
SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, maka saran yang dapat
diberikan peneliti antara lain :
1. Kebiasaan merokok perlu dihindari
demi terjaganya kualitas fungsi
kognitif.
2. Perlunya
sosialisasi
kepada
masyarakat terkait dampak merokok
bagi kesehatan terutama kesehatan
otak (fungsi kognitif) baik oleh
pemerintah
maupun
instansi
pendidikan.
3. Diharapkan ada penelitian selanjutnya
yang dapat meneruskan penelitian ini
agar lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ambarwati
A,
Umaroh
AK,
Kurniawati F,dkk. Media Leaflet,
Video dan Pengetahuan Siswa SD
tentang Bahaya Merokok (Studi Pada
Siswa SDN 78 Sabrang Lor
Mojosongo
Surakarta).
Jurnal
Kesehata
Masyarakat.[Internet].
2014;:7-13
Available
from.
hhtp://journal.unnes.ac.id/nju/index.p
hp/kemas
2. Riskesdas
Makassar.
Perilaku
Merokok mahasiswa di Kota
Makassar. 2010;2–12
3. Pusat
Data
dan
Informasi
Kementerian
Kesehatan
RI.
InfoDATIN : Hari Tanpa Tembakau
9

Sedunia. 2013.
4. Liem A. Pengaruh Nikotin Terhadap
Aktivitas Dan Fungsi Otak Serta
Hubungannya Dengan Gangguan
Psikologis Pada Pecandu Rokok.
2010;18(2):37–50.
5. Wardhani
P.L
Hasra
IHM.
Prevalensi
Gangguan
Fungsi
Kognitif Dan Depresi Pada Pasien
Stroke Di Irina F Blu Rsup Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado. 2014.
6. O’Neill T. “ Smoking to Forget ” :
The Impact of Prolonged Smoking on
Prospective
Memory.Thesis
[Internet]. 2010; Available from:
http://nrl.northumbria.ac.uk/572/
7. Nururrahmah. Pengaruh Rokok
Terhadap
Kesehatan
Dan
Pembentukan Karakter Manusia.
Prosiding Seminar Nasional. 2014;01.
8. Ernst, M., Heishman, S. J., Spurgeon,
L., & London, E. D. (2001).
Smoking history and nicotine effects
on
cognitive
performance. Neuropsychopharmaco
logy.(2001)25, 313–319.
9. Richards M, Jarvis MJ, Thompson N,
Wadsworth MEJ. Cigarette Smoking
and Cognitive Decline in Midlife :
Evidence From a Prospective Birth
Cohort Study. 2003;93(6):994–8.
10. Sadli M, Riko R. Jurnal Kesehatan
Kartika Jurnal Kesehatan Kartika.
2010;18–25.
11. Susanna D, Hartono B, Fauzan H.
Penentuan Kadar Nikotin dalam
Asap Rokok. Jurnal Universitas
Indonesia.
Jakarta:
Makara
Kesehatan. 2003;7

10