Iqbal M. 2003. Pemantauan Kawasan Sembil (1)

OKTOBER 2003 N

Daerah pemantauan reguler Daerah pemantauan tambahan

0 10 20 30 Km

Disusun oleh:

Muhammad Iqbal

GEF

Wetlands International - Indonesia Programme

TIM PRODUKSI

Penyusun : Muhammad Iqbal Pelaksana Kegiatan

Mauludin, Abdul Halim (BKSDA Sumsel ); Syafi’I, (FPPPM); Muhammad Iqbal, Surya Chandra (KPB SOS); Dial Adian Ramadhan (FP Kehutanan UMP)

Penyunting

Ferry Hasudungan

Desain & Tata letak

Joko Purnomo

Peta-peta : Joko Purnomo Foto sampul

: Temuan kayu nibung di antara Sungai Sembilang Simpang

Satu (M. Iqbal)

© Wetlands International - Indonesia Programme, 2003

Dokumen ini dapat diperoleh di:

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak-Sembilang Jl. Sumpah Pemuda Blok K-3, Kel. Lorok Pakjo Palembang - Sumatera Selatan 30137 Tel/Fax: +62 711 350786, E-mail: bsp-plg@indo.net.id

Wetlands International - Indonesia Programme Jl. Ahmad Yani No. 53 Bogor 16161 PO. Box 254/Boo Bogor 16002 Telp: +62 251 312189, Tel/Fax: +62 251 325755 E-mail: wi-ip@indo.net.id

Iqbal, M. 2003. Pemantauan Kawasan Sembilang No. 8, Oktober 2003. Laporan Teknis No. 76 Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak Sembilang - Wetlands International - Indonesia Programme .

PROYEK KONSERVASI TERPADU LAHAN BASAH PESISIR BERBAK - SEMBILANG GEF MSP (TF 0240011) PEMANTAUAN KAWASAN SEMBILANG KE- 8,

Oktober 2003 DAFTAR ISI

Halaman

I LATAR BELAKANG

1 III

II DAERAH SURVEY

METODE

IV HASIL PEMANTAUAN

1. Kondisi Pos dan Resort

2. Aktifitas Manusia dan Gangguan terhadap kawasan

3. Aktifitas Manusia selain dari Pengambilan Kayu

4. Pengamatan Fauna

V DISKUSI & EVALUASI

20 PUSTAKA

VI KESIMPULAN & SARAN

LAMPIRAN

Data Koordinat Lokasi Pemantauan

22 Detail Hasil Pengamatan terhadap Aktivitas Manusia 23

Dafttar Temuan Jenis Burung yang Teramati

Catatan Temuan Burung

Data Pelaksana Pemantauan & Evaluasi Kawasan

Monitoring & Evaluasi Kawasan Sembilang Ke-8, Oktober 2003 ii

I. LATAR BELAKANG

Sebagai bagian dari perangkat Monitoring dan Evaluasi, Wetlands International - Berbak Sembilang Project (WIIP-BSP) mencoba mengembangkan beberapa konsep yang terstruktur yang diharapkan dapat dilakukan untuk memantau dan mengevaluasi kawasan Taman Nasional (TN) Sembilang (M&E plan). Salah satu konsep tersebut adalah Unit Pemantauan Terpadu (Integrated Monitoring Unit – IMU).

Hasil pemantauan dan evaluasi kawasan sebelumnya menunjukkan bahwa gangguan terhadap kawasan terus terjadi. Gangguan-gangguan yang terjadi terhadap kawasan juga menunjukkan fenomena yang berbeda. Pengambilan kayu bakau dari jenis Tumu Bruguiera sp dan Buta-buta Exoecaria agallocha terjadi pada pemantauan ke-4 dan ke-5 (lihat Hasudungan & Wardoyo 2003 dan Hasudungan & Sutaryo 2003), sedangkan meningkatnya aktifitas pengambilan kayu nibung Oncosperma sp teramati pada pemantauan ke-7 (Iqbal 2003). Hasil-hasil ini menunjukkan bahwa pemantauan rutin tetap merupakan suatu kebutuhan penting bagi kawasan TN Sembilang.

Pada pemantauan yang ke-8 ini, kegiatan pemantauan kembali dikoordinasi oleh perwakilan LSM yaitu Kelompok Pengamat Burung South of Sumatera (KPB SOS). Dengan proses kaderisasi ini, diharapkan pemantauan kawasan dapat berlangsung sesuai dengan strategi yang telah disusun sebelumnya.

II. DAERAH SURVEY

Daerah-daerah pemantauan reguler yang dapat dipantau pada kegiatan kali ini adalah; Sungai Bungin, daerah berlumpur pesisir Semenanjung Banyuasin (mulai dari Muara S. Apung hingga Muara S. Sembilang), S. Simpang Satu (15,4 km dari muara), S. Benawang (dari Simpang Batu ke Bagan di Merawan sekitar 9,1 km), S. Bakurendo (21,1 km dari muara) dan S. Terusan Dalam (20,4 km dari bagan pemukimanTerusan Dalam).

Selain itu, beberapa daerah pemantauan tambahan yaitu; Sungai Bangko (10,5 km dari muara), Sungai Deringgo besar (13,8 km dari muara), Bagan di muara Simpang Batu, Sungai Terusan Luar, Sungai Simpang Ngirawan (17,7 km dari muara), Pulau Betet dan S. Benu (31,1 km dari muara).

Kawasan yang juga terpantau di luar kawasan yang dikunjungi pada survey ini adalah kawasan Tanjung Carat (untuk lebih jelas Lihat Peta 1).

Peta 1. Daerah Pemantauan

SBe

Daerah pemantauan regular Daerah pemantauan tambahan

PB SN

SBa

SBk

TBn

BA

SSs

SBu

Keterangan lokasi :

Sbu

Sungai Simpang Ngirawan BA Semenanjung Banyuasin

Sungai Bungin

SN

SDB

Sungai Deringgo besar

SSs

Sungai Simpang Satu

SB

Sungai Benu

Sba

Sungai Bangko

STD

Sungai Terusan Dalam

TBn

Teluk Benawang

TL

Sungai Terusan Luar

SBk

Sungai Bakorendo Batas Kawasan Taman Nasional Sembilang

Sumber Peta Dasar :

1. Citra Landsat Satelit Image 5TM, Bands 542 – LAPAN Mei ‘2001 2. Peta Rupa Bumi Indonesia. Skala 1 : 250.000 Lembar Palembang. Bakorsurtanal.

III. METODE

Sebagian besar kegiatan pemantauan dilakukan dengan menggunakan transportasi air, yaitu speed-boat kayu dengan mesin Yamaha 40 PK. Pemantauan dilakukan dengan menyusuri sungai-sungai yang telah ditentukan sebagai menjadi target pemantauan. Selain itu, sungai- sungai yang menurut informasi di lapangan rentan terhadap gangguan aktifitas manusia juga merupakan sasaran dalam kegiatan pemantauan kali ini. Penyusuran dilakukan dengan kecepatan sedang dan berhenti pada titik-titik tertentu untuk mengamati kondisi habitat, satwa aktivitas manusia atau gangguan lain terhadap kawasan.

Data yang dikumpulkan antara lain: aktivitas manusia yang teramati, kondisi habitat serta temuan kelompok-kelompok satwa liar yang teramati. Data pendukung seperti panjang/luas areal survey, koordinat lokasi survey juga dicatat. Penentuan koordinat lokasi pemantauan dilakukan dengan bantuan GPS Garmin 12 CX.

Wawancara dengan penduduk atau masyarakat di sekitar kawasan juga dilakukan. Selain untuk mengumpulkan data tambahan juga dilakukan untuk menyampaikan informasi mengenai status kawasan secara umum. Dalam pemantauan ke-8 ini sendiri, tim pemantauan juga membagikan leaflet kepada masyarakat lokal di sekitar kawasan. Dengan leaflet ini diharapkan masyarakat memahami gambaran mengenai status kawasan.

Pengamatan dan identifikasi burung secara umum menggunakan alat bantu teropong (Binocular): Pentax 8 x 40 dan Pegassus 15 x 32.. Dokumentasi kegiatan menggunakan kamera Nikon FM2, dengan lensa MicroNikkor 55 mm.

Panduan lapangan yang digunakan untuk identifikasi burung adalah, MacKinnon, dkk. (2000), dan Sonobe & Usui (1993). Keberadaan kelompok mammalia selain berdasarkan hasil temuan langsung, juga diidentifikasi dari temuan jejak, cakaran atau kotoran, panduan identifikasi yang digunakan adalah van Strien (1983), dan Payne, dkk. (2000).

Kronologi Kegiatan :

Tim Pelaksana :

17 Okt Diskusi awal (Palembang) Muhammad Iqbal KPB-SOS 21 Okt Palembang – Sungsang - S. Bungin -

Mauludin BKSDA SS, Polhut Resort Semenanjung Banyuasin – Sembilang

Solok Buntu 22 Okt Sembilang –S. Simpang Satu – S. Bangko

– Simpang Batu – Sungai Benawang – S. Abdul Halim BKSDA SS, Staf Resort Bakurendo - S. Ngirawan

Sembilang 23 Okt S. Ngirawan – S. Deringgo Besar – S.

Terusan Dalam Surya Chandra KPB-SOS 24 Okt S. Terusan Dalam – P. Betet - S. Benu – S.

Syafi’i Forum Pemuda, Pelajar dan Terusan Luar – S. Terusan Dalam

Mahasiswa Banyuasin II 24 Okt Terusan Dalam- Sungsang - Palembang

Dial Ramadhan Mhs Kehutanan, UMP 27 Okt Evaluasi kegiatan (Palembang)

Ismail Pengemudi speed-boat Keterangan : KPB-SOS = Kelompok Pengamat Burung Spirit of South-Sumatra; BKSDA SS = Balai Konservasi

Sumber Daya Alam Sumatera Selatan; UMP = Universitas Muhammadiyah Palembang

Monitoring & Evaluasi Kawasan Sembilang Ke-8, Oktober 2003 3

IV. HASIL PEMANTAUAN

4.1 Kondisi Pos dan Staf Resort

Teramati adanya pembangunan di sekitar Pos Resort Sembilang. Hal ini merupakan bagian dari rencana untuk mendirikan pos terpadu bersama antara para lembaga/instansi terkait yang berwenang di Kabupaten Banyuasin II, khususnya yang terlibat dalam hal pengamanan kawasan Taman Nasional Sembilang. Program ini merupakan program pemerintah daerah guna membantu pengawasan di Taman Nasional Sembilang. Adapun lembaga/instansi yang akan mengisi pos terpadu ini adalah BKSDA Sumsel, Kepolisian (SATPOLAIRUD), Dinas Kehutanan Banyuasin dan Babinsa.

Seperti halnya yang teramati pada pemantauan ke-7 sebelumnya, kondisi pos resort di Terusan Dalam terlihat dalam kondisi baik dan bersih. Pada saat berkunjung ke pos resort ini, tim pemantauan ke-8 membawa 2 buah bola lampu untuk menunjang kenyamanan pos resort ini. Bola lampu ini sebenarnya merupakan sebuah pesanan lama dari salah seorang warga Terusan Dalam (Pak Gani) yang aktif memelihara dan menjaga kondisi pos resort ini. Seperti pada pemantauan sebelumnya, tim pemantauan ke-8 juga menggunakan pos resort ini sebagai tempat beristirahat, berdiskusi dan bermalam.

4.2 Aktifitas Manusia dan Gangguan terhadap kawasan

Seperti pada pemantauan sebelumnya, aktifitas/kegiatan manusia merupakan komponen penting dalam hal pemantauan dan evaluasi kawasan. Aktifitas manusia yang teramati di wilayah kawasan Taman Nasional (TN) Sembilang dan sekitarnya dibagi menjadi 2 kelompok utama, yaitu kegiatan pemantauan hasil hutan kayu dan non-kayu. Dalam Pemantauan ke-8 ini, walaupun tidak menjadi fokus utama, tetapi pemantauan terhadap dua konsesi yang pernah memiliki izin untuk beroperasi di kawasan ini tetap dilakukan, yaitu PT Sribunian Trading Coy (STC) dan Koperasi Wana Karya Lestari (WKL).

Sisa base-camp WKL

Monitoring & Evaluasi Kawasan Sembilang Ke-8, Oktober 2003 4

Baik kondisi di base-camp STC maupun di WKL teramati tidak jauh berbeda dengan kondisi pada pemantauan sebelumnya. Di base-camp STC ditemui dua karyawan yang menjaga aset perusahaan. Menurut karyawan tersebut, mereka semuanya berjumlah empat orang. Dua karyawan lainnya sedang mencari dedaunan hutan untuk dimakan. Sementara itu, di bekas base-camp WKL, hanya teramati sisa-sisa bangunan yang telah ditinggalkan pemiliknya.

Selain pengamatan di kedua konsesi tersebut, teramati juga kegiatan penebangan kayu atau pengambilan hasil hutan secara illegal, yaitu :

a. Penebangan kayu bernilai ekonomi tinggi (dari hutan gambut)

Pengambilan kayu bernilai ekonomi tinggi terjadi di beberapa sungai di dalam kawasan, diantaranya

Sungai Bakurendo Sekitar 8 km dari muara Sungai Bakurendo, tim pemantauan menemukan sebuah perahu

besar yang yang membeli kayu sebanyak ½ kubik. Kayu tersebut menurutnya dibeli dari Mamat Tanjung. Pemilik perahu tersebut bernama Wahab bin Naim dari Birik. Dari pemilik perahu ini di dapat keterangan bahwa Mamat Tanjung mengambil kayu tersebut tidak jauh dari lokasi perahu tersebut. Keterangan ini diperkuat dengan terdengarnya bunyi chainsaw di sekitar kawasan tersebut.

Tim pemantauan membawa salah seorang dari anggota perahu tersebut untuk menunjukkan tempat di mana Mamat Tanjung beroperasi. Di lokasi Mamat Tanjung tersebut, ditemukan dua pondok dengan jumlah orang. Selain itu ditemukan juga 3 kubik kayu dan 2 buah chainsaw. pada saat itu Mamat Tanjungnya tidak berada di lokasi. Menurut para pekerja di pondok tersebut, jenis kayu yang diambil adalah kayu punak.

Selain pondok Mamat Tanjung, tim pemantauan juga berhasil menemukan satu pondok lagi yang tidak jauh dari lokasi tersebut. Pondok tersebut milik Jahari, yang juga merupakan adik kandung dari Mamat Tanjung. Di lokasi pondok Jahari tersebut ditemukan juga sebuah pompong besar khas buatan orang Tanjung, papan sebanyak 4 kubik dan satu buah chainsaw.

Dari Jahari juga didapat keterangan bahwa di sebelah kiri Bakurendo dekat pondok miliknya terdapat juga pondok yang dipimpin oleh Fani. Menurut Jahari, kelompok Fani tersebut mengambil kayu meranti dan ramin. Kemungkinan kayu tersebut milik Haji Pek, dengan perkiraan kayu sebanyak 100-150 kubik. Mereka belum menarik kayu tersebut, karena masih menunggu waktu yang tepat, yaitu ketika penjaga sedang lengah atau tidak ada.

Sungai Terusan Dalam Pada km 20,4 dari muara Sungai Terusan Dalam, tim pemantauan menemukan sebuah

pompong besar, dan tidak jauh dari pompong tersebut terdengar suara chainsaw. Dari pemilik perahu tersebut, didapat keterangan bahwa mereka mengambil kayu tersebut atas suruhan Dalek. Rencananya mereka akan mengambil kayu sebanyak 6 kubik, dan pada saat itu mereka baru mengambil 2 kubik. Mereka bekerja menggunakan chainsaw dengan jumlah seluruhnya sebanyak 3 orang. Adapun jenis kayu tersebut adalah jenis pompong besar, dan tidak jauh dari pompong tersebut terdengar suara chainsaw. Dari pemilik perahu tersebut, didapat keterangan bahwa mereka mengambil kayu tersebut atas suruhan Dalek. Rencananya mereka akan mengambil kayu sebanyak 6 kubik, dan pada saat itu mereka baru mengambil 2 kubik. Mereka bekerja menggunakan chainsaw dengan jumlah seluruhnya sebanyak 3 orang. Adapun jenis kayu tersebut adalah jenis

b. Pengangkutan kayu sisa hasil hutan produksi

Aktifitas pengambilan kayu tenggelam ini teramati berupa laporan dari laporan pekerja pabrik tampa di bagan 5 - Sungai Benu. Mereka mengambil kayu tenggelam di sekitar S. Benu dan pekerjaan mereka itu adalah atas perintah Ari, dengan sepengetahuan dari Kepala Desa Tanah Pilih.

c. Penebangan dan pengangkutan kayu nibung

Adapun temuan-temuan pengangkutan kayu Nibung tersebut, yaitu : • Di dekat perairan antara S. Simpang Satu dan S. Sembilang ditemukan pompong

penarik nibung. Adapun nibung yang ditarik oleh pompong tersebut berjumlah sebanyak 500 potong (10 bual, 1 bual = 10 potong). Nibung tersebut akan dibawa ke Kuala Tanjung sebagai bahan penahan jalan (cerucuk) pada proyek pembangunan jalan Tanjung api-api. Pompong tersebut diketuai oleh Ruslan, dan nibung tersebut akan disalurkan kepada Hamid sebagai penampung yang berasal dari PT Waskita di Palembang. Nibung yang diangkut tersebut berasal dari Sungai Peldes (pers. comm.).

• Masyarakat Simpang Batu menginformasikan bahwa aktifitas pengangkutan kayu nibung cukup sering melintas di bagan mereka.

• Di dekat Sungai Sembilang, tim pemantauan bertemu dengan pompong yang membawa nibung sebanyak 1.250 potong atau sekitar 125 bual. Pompong penarik

nibung tersebut milik Hanan bin Idham, orang Telang Lubuk dusun II. Menurutnya, Ia bekerja mengumpulkan nibung tersebut mulai 2 bulan yang lalu, dengan jumlah pekerja sebanyak 9 orang. Nibung-nibung tersebut rencananya akan dijual ke Sembilang sebagai bahan untuk pembuatan kelong.

Temuan kayu nibung di Sembilang

Monitoring & Evaluasi Kawasan Sembilang Ke-8, Oktober 2003 6

Tabel 1. Temuan pengambilan kayu nibung selama kegiatan Pemantauan. PEMANTAUAN

500 batang, asal S. Deringgo besar ke 3

1 Sungai Benawang

500 batang, asal S. Peldes ke 4

1 Sungai Peldes

300 batang, asal S. Peldes ke 5

1 Sungai Peldes

ke 6

1 P10

400 batang, asal S. Capuk/Siapo besar

S. Penyalin Besak

1000 batang

ke 7

3 S. Haji Kemad

110 batang

S. Bakurendo

1000 batang

Sembilang 500 batang ke 8

Sembilang 1250 batang Keterangan : JP = Jumlah Pertemuan;

LP = Lokasi Pertemuan

Sumber

: Gönner & Hasudungan 2001, Hasudungan & Sutaryo 2002, Hasudungan & Sutaryo. 2002a, Hasudungan & Wardoyo. 2002 dan Iqbal 2003a.

d. Pabrik Pengolahan Kayu (Pabrik Tampa)

Teramati dua pabrik tampa (menggunakan gergaji piringan) dalam pemantauan ke-

8 ini, yaitu satu di Sungai Bungin dan satu lainnya di Sungai Benu. Sungai Bungin

Pabrik tampa yang terdapat di Sungai Bungin sudah teramati pada pemantauan ke-

7 sebelumnya. Ketika tim pemantauan berkunjung ke pemilik pabrik tersebut, pemilik pabrik tersebut (Pak Dul) sedang tidak berada di tempat. Masyarakat Sungai Bungin melaporkan bahwa pabrik tersebut pernah mencoba menggesek kayu sebanyak 10 potong, tetapi saat ini pabrik tersebut sudah mulai berhenti beroperasi. Menurut seorang staf BKSDA yang ikut serta dalam pemantauan ke-8 ini (Mauludin), setelah laporan dari tim pemantauan ke-7 mengenai adanya pabrik tampa di kawasan ini, maka ada tim susulan dari pihak BKSDA yang menindak- lanjuti temuan aktifitas pabrik tampa ini.

Sungai Benu Setelah pemantauan ke-5 (minggu kedua Oktober 2003), Sungai Benu tidak pernah

dikunjungi lagi. Hal ini mengakibatkan minimnya informasi mengenai aktifitas- aktifitas manusia yang terjadi di Sungai Benu. Pada pemantauan ke-8 ini, tim pemantauan menemukan satu pabrik tampa di bagan 5. Pabrik tersebut menggunakan piringan (gergaji tampa) sebagai alat untuk mengolah kayunya.

Di pabrik tampa tersebut ditemukan sekitar 20 kubik kayu. Menurut pekerja pabrik tersebut, kayu tersebut terdiri dari jenis kayu durian hutan, racuk, meranti dan kayu- kayu tenggelam sisa hasil HPH yang pernah beroperasi di Sungai Benu. Menurut pekerja tersebut, mereka bekerja atas suruhan Ari (salah seorang penduduk yang tinggal di Bagan 6), dan pabrik tersebut beroperasi atas sepengetahuan Kepala Desa Tanah Pilih.

4.3 Aktifitas Manusia Selain Pengambilan Kayu Tambak

Ketika tim pemantauan ke-8 mengunjungi areal tambak di Solok Buntu, terlihat kondisi pemukiman tersebut agak sepi. Dari laporan masyarakat, di dapat keterangan bahwa yang menjadi ketua lapangan saat ini adalah Ratno dan wakilnya adalah Sis. Mereka juga melaporkan bahwa dalam minggu awal di bulan puasa ini nanti (26 – 30 Oktober 2003) mereka akan memanen ikan bandeng di areal tambak seluas 4 kavling.

Pada saat tim pemantauan ke-8 mengunjungi kawasan tersebut, penduduk tersebut juga memanen udang sayur (sampah) sebanyak 2 fiber. Udang tersebut mereka jual sebesar Rp 2.000 perkilonya.

Rumah Walet

Rumah walet yang terdapat di Sungai Benu dilaporkan rata-rata berhasil memanen sarang walet. Hanya satu dari rumah-rumah walet tersebut yang tidak berhasil melakukan pemanenan. Hasil yang mereka dapatkan rata-rata 3 ons perminggu. Adapun harga jual sarang burung tersebut sebesar Rp 13.000.000,- perkilonya.

Rumah walet di Sungai Benu bagan 5

Aktifitas Nelayan Pencari & Pengumpul Kepiting

Aktifitas nelayan dan pengumpul kepiting dapat ditemui disetiap sungai yang dikunjungi. Nelayan pencari kepiting di Sungai Terusan melaporkan bahwa harga jual 1 kilo kepiting bakau adalah Rp 7.000 kg. Jika menjual kepada bos (pemilik atau pemenang lelang sungai), maka harga yang dijual adalah Rp 7.000 kg. Sedangkan jika menjual kepada orang lain, maka harganya mencapai Rp 8.000-10.000. Di Palembang, harga tersebut meningkat menjadi Rp 13.000-15.000 perkilonya. Pada dasarnya, nelayan-nelayan pencari kepiting tersebut menjual kepiting yang mereka tangkap kepada bos-bos mereka, karena biasanya mereka sudah memiliki perjanjian atau kesepakatan sebelumnya dalam bekerjasama untuk penangkapan kepiting ini. Para nelayan umumnya diberi pinjaman uang terlebih dahulu oleh pemegang sungai. Setelah mendapatkan uangnya, maka nelayan-nelayan tersebut mencari kepiting di sungai yang sudah ditentukan dan pada akhirnya dijual kembali kepada

Monitoring & Evaluasi Kawasan Sembilang Ke-8, Oktober 2003 8 Monitoring & Evaluasi Kawasan Sembilang Ke-8, Oktober 2003 8

Perikanan

Hasil perikanan yang teramati dalam pemantauan kali ini meliputi :

Udang

Nelayan di salah satu bagan di Sungai Bungin melaporkan bahwa udang pepeh (udang laut/udang sayur) pada bulan Oktober ini sering masuk ke sungai, sedangkan udang satang akan mulai masuk pada bulan Desember nanti.

Nelayan di Sungai Ngirawan melaporkan bahwa pada saat ini hasil tangkapan udang masih sedikit. Musim udang akan datang menjelang bulan Desember-Januari nanti, atau saat-saat yang mereka sebut dengan musim utara.

Ubur-ubur

Pabrik untuk pengolahan ubur-ubur yang terdapat di Sungai Terusan Dalam sebenarnya sudah mulai siap beroperasi. Menurut salah seorang warga Terusan Dalam, musim ubur- ubur biasanya sudah mulai pada bulan Oktober ini. Tetapi pada kenyataannya saat ini (minggu terakhir bulan Oktober 2003) ubur-ubur yang dinanti-nanti mucul dalam jumlah yang sangat sedikit sekali. Jika pada akhir bulan Oktober atau sampai akhir November nanti masih tidak muncul, maka pemilik pabrik akan mengalami kerugian.

Ubur-ubur tersebut setelah diolah di pabrik yang terdapat di Sungai Terusan Dalam, biasanya akan langsung dijual untuk tujuan ekspor ke berbagai negara seperti Thailand. Harga ubur-ubur yang ditampung oleh pabrik tersebut bervariasi, jika nelayan penangkap tersebut menangkap ubur-ubur dengan kapal dan jaring yang disediakan oleh pemilik pabrik, maka harga jual ubur-ubur tersebut sebesar Rp 1.000 perkilonya. Sedangkan jika ia menjual dengan kapal atau dengan jalanya sendiri maka harga jualnya sebesar Rp 3.000 perkilonya.

Kerang

Nelayan Pencari kerang teramati di sekitar pesisir Sungai Sembilang. Para nelayan tersebut menjual kerang tersebut dengan harga sebesar Rp 30.000 perkarungnya (karung beras ukuran 30 kg).

Ikan

Aktifitas perahu nelayan di Sungai Sembilang terlihat lebih sepi dari biasanya. Hal ini menurut salah seorang nelayan karena pada saat ini ikan sedang berkurang. Banyak nelayan saat ini mencari ikan di Sungai Lumpur (pesisir Kabupaten Ogan Komering Ilir). Walaupun aktifitas perahu nelayan di Sungai Sembilang terlihat agak sepi, tetapi aktifitas penangkapan ikan di daerah laut dan sungai di sekitar kawasan masih cukup umum teramati. Tabel 2 menggambarkan jenis-jenis ikan yang ditangkap oleh nelayan setempat.

Tabel 2. Jenis-jenis ikan yang ditangkap oleh nelayan sekitar kawasan. Nama Jenis (Lokal)

Layur + Sembilang

Waru + Bawal +

Ikan Lidah

Pari

Iwak Permato/Mato jobol

Janjang + Bulu ayam

Sampah + Glamor + + Dorang +

Kasih madu

Duri

Selar + Belanak

Keper

Blambangan/Kakap merah

Dukang + + Cawang + Kakap

STL = Nelayan Sungai Terusan Luar

MS = Bagan di Simpang Batu;

SB = Hulu Sungai Benu

Sm = Nelayan di Sembilang;

Di daerah Simpang Batu, jenis ikan yang sangat banyak tertangkap adalah ikan layur. Nelayan setempat juga menyatakan bahwa ikan layur memang sudah sedang musim di sekitar perairan mereka. Sedangkan salah seorang masyarakat Tanah Pilih Sungai Benu melaporkan bahwa jenis ikan yang umum di tangkap di sekitar perairan mereka adalah ikan bawal. Ikan bawal tersebut dijual secara satuan, dimana 1 individu ikan bawal yang berukuran ½ kg dapat dijual dengan harga Rp 60.000.

4.4 Pengamatan Fauna

BURUNG Ibis, Bangau, dan Kuntul

Terdapat 7 individu Ibis Cucuk besi Threskiornis melanocephalus yang teramati di Semenanjung pesisir Banyuasin. Selain itu, tidak kurang 56 individu Bangau Tongtong dan

77 individu Bangau Bluwok juga teramati di pesisir Banyuasin. Burung Kuntul yang pada pemantauan ke-7 teramati mebuat sarang di Sungai Bungin tidak

teramati lagi. Setidaknya 140 ind burung kuntul teramati teramati di pesisir Banyuasin. Tiga jenis burung Kuntul yaitu Kuntul besar Egretta alba, Kuntul perak E. intermedia dan Kuntul kecil E. sacra terdapat di lokasi tersebut, tetapi komposisi jumlahnya tidak bisa diperkirakan.

Selama kegiatan pemantauan berlangsung, burung Kuntul kecil terlihat tersebar di beberapa tempat dalam jumlah kecil. Diantara pengamatan terhadap burung Kuntul tersebut diantaranya 2 ind di muara Simpang Satu, 4 ind di Sungai Terusan Dalam, 2 ind di Pulau Betet dan 1 ind di Muara Sungai Benu.

Burung Pemangsa (Raptor)

Tiga jenis burung pemangsa utama Elang Bondol Haliastur indus, Elang-ikan kepala-kelabu Ichthyophaga ichthyaetus dan Elang-laut perut-putih Haliaetus leucogaster masih umum teramati di hampir setiap sungai yang dikunjungi. Adanya dua jenis (atau mungkin satu jenis) burung pemangsa berwarna hitam kecoklatan yang teramati selama pemantauan, kemungkinan besar adalah jenis baru selama pemantauan ini berlangsung. Perjumpaan pertama terjadi di pesisir Banyuasin dan perjumpaan kedua terjadi di Sungai Simpang Satu. Tim pemantauan tidak bisa mengidentifikasi secara spesifik jenis burung ini. Tidak menutup kemungkinan bahwa jenis burung pemangsa yang teramati ini adalah Rajawali totol Aquilla clanga, satu jenis burung pemangsa terancam punah yang pernah teramati di Taman Nasional Sembilang pada tahun 1989 (Verheught et al.1993).

Pada pemantauan kali ini, tim pemantauan juga mengamati keberadaan Elang ikan kecil Ichthyopagha ichthtyaetus di Sungai Simpang Satu. Elang ini merupakan salah satu jenis elang baru yang teramati selama pemantauan berlangsung.

Satu individu anak Elang tikus Elanus caeruleus teramati dipelihara oleh penduduk Bagan 6 Sungai Benu. Elang tersebut menurut pemiliknya diambil dari sebuah sarang di pohon yang terletak di seberang sungai yang tidak jauh dari depan rumahnya. Burung tersebut diambil sekitar dua bulan yang lalu, di mana burung tersebut masih berwarna merah dan bulunya masih belum ada. Pada awalnya, anak Elang tikus itu ada dua, tetapi satu diantaranya telah mati ketika dipelihara.

Anak Elang tikus yang dipelihara penduduk S. Benu

Burung pantai (Scolopacidae, Charadriidae)

Diperkirakan tidak kurang dari 8.000-10.000 ind burung pantai teramati di pesisir Banyuasin. Pada pemantauan kali ini, pengamatan terbesar dijumpai di antara Sungai Tengkorak dan Sungai Sembilang. Adapun komposisi dari jenis dari kelompok burung tersebut diperkirakan terdiri dari 20% Gajahan, 40% Dara-laut, 30% Trinil dan 10% dari kelompok jenis burung pantai lainnya.

Pengamatan Burung di Pulau Betet

Perburuan Burung Kacamata Zosterops sp

Masyarakat Terusan Dalam melaporkan bahwa sekitar bulan September, ada sekelompok orang (sekitar 7 orang) yang mengaku berasal dari Tanjung Batu Riau menangkap Burung Kacamata Zosterops sp di Pulau Betet. Mereka menangkap burung tersebut dengan cara memakai getah (pulut) dan mereka mahir menirukan suara burung tersebut untuk memancing burung itu. Mereka masuk ke sungai-sungai di Pulau Betet dengan cara menyewa pompong. Masyarakat melaporkan bahwa hasil tangkapan mereka lebih dari 2000 ekor burung dan semakin bertambah seiring dengan hasil tangkapan mereka di Pulau Betet.

Monitoring & Evaluasi Kawasan Sembilang Ke-8, Oktober 2003 12

Hasil tangkapan tersebut tampaknya merupakan hasil tangkapan mereka dari pesisir Riau, Jambi hingga ke utara TN Sembilang (Pulau Betet). Pulau Betet menurut disebutkan salah satu tempat dimana burung tersebut banyak didapat. Para penangkap burung tersebut merasa rugi jika hasil tangkapan mereka kurang dari 100 ekor perhari. Mereka menggunakan pisang mas (lebah manis) sebagai bahan pakan untuk burung-burung tersebut. Menurut masyarakat Terusan Dalam, kelompok penangkap burung ini pada tahun sebelumnya juga pernah datang pada tahun sebelumnya.

Menurut pengakuan salah seorang warga yang sempat menanyai kelompok tersebut, mereka lebih senang dapat burung kacamata tersebut dibanding dengan burung Murai batu yang harganya biasanya lebih mahal. Tidak ada informasi mengenai kemana burung-burung tersebut dijual, tetapi tidak tertutup kemungkinan burung-burung tersebut dijual ke luar negeri seperti Singapura.

MAMALIA Kalong Pteropus vampyrus

Sebanyak 35 ind Kalong terlihat terbang di Pulau Betet pada pagi hari 24 Oktober 2003.

Babi Sus scrofa

Teramati satu individu di pesisir antara Sembilang dan Muara Bogem. Satu individu terlihat muncul di pemukiman Sembilang, di mana bulu-bulu di punggung terlihat tegak dan sangat panjang. Jejak yang kemungkinan terdiri dari 3 ind teramati di Pulau Betet.

Pesut atau Lumba-lumba

Nelayan Sungai Ngirawan melaporkan bahwa 5 ind Pesut atau Lumba-lumba pernah masuk ke pukat yang dipasang di sekitar Pulau Betet. Sudah diketahui bahwa masyarakat di TN Sembilang mengenal dua jenis Pesut atau Lumba-lumba, yaitu yang berwarna hitam dan putih. Menurut masyarakat Ngirawan, Pesut atau Lumba-lumba putih dapat mencapai 1,5 pikul (1,5 kuintal), sedangkan Pesut atau Lumba-lumba hitam berat maksimalnya hanya mencapai berat 95 kg. Di dapat keterangan bahwa sebagian masyarakat Sungsang lebih menyenangi menggunakan daging Pesut atau Lumba-lumba ini sebagai hidangan untuk acara-acara tertentu (seperti Pesta pernikahan, kenduri atau sedekah) di banding dengan menggunakan daging sapi. Ada dua versi lompatan Pesut atau Lumba-lumba menurut masyarakat Ngirawan tersebut, yaitu lompatan yang seluruh tubuhnya terlihat dan satunya hanya sebagian tubuhnya terlihat ketika muncul ke permukaan air. Untuk jenis dengan tipe lompatan pertama mereka menyebutnya Duyung, sedangkan untuk jenis denga tipe lompatan kedua mereka menyebutnya dengan Lumba-lumba.

Nelayan Simpang Batu menyatakan bahwa Pesut atau Lumba-lumba pada saat ini sering muncul pada malam hari, sekitar jam 1 malam. Hal ini menurut mereka tidak lepas dari pola pasang yang sedang terjadi saat ini. Ini merupkan laporan pertama yang mnyatakan bahwa Pesut atau Lumba-lumba muncul di malam hari (lihat Iqbal 2003 dan Iqbal 2003a)

Salah seorang nelayan Terusan Dalam melaporkan bahwa sekitar 10 hari yang lalu satu individu Pesut atau Lumba-lumba yang menurutnya masih anakan terjerat di dalam Salah seorang nelayan Terusan Dalam melaporkan bahwa sekitar 10 hari yang lalu satu individu Pesut atau Lumba-lumba yang menurutnya masih anakan terjerat di dalam

Primata

Beberapa primata yang teramati mungkin terdiri dari dua jenis, yaitu Kera ekor panjang Macaca fascicularis dan Lutung Budeng Presbytis cristata. Pergerakan mereka yang cepat ketika didekati dan sering tertutup dedaunan membuat sulitnya untuk mengamati kelompok primata ini dengan baik.

Setidaknya 4 ind yang teramati di Sungai Bungin adalah Lutung budeng. Beberapa Kera ekor panjang teramati secara koloni dan soliter. Enam belas individu Kera ekor panjang di teramati Sungai Benu dan 6 ind di Sungai Bungin. Pengamatan lainnya adalah di Sungai Simpang Satu, Sungai Deringgo Besar dan di pesisir Semenanjung Banyuasin, di mana semuanya teramati secara tunggal.

Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrensis

Satu individu Harimau Sumatera yang dianggap mengganggu ketentraman masyarakat Sungai Sembilang akhirnya mati tersengat aliran listrik dari kawat yang dialiri listrik yang dipasang diperbatasan antara pemukiman dan hutan.

Gangguan Harimau yang terjadi di kawasan TN Sembilang pada tahun 2003 ini adalah sebagai berikut :

1. Di Dusun Sei Sembilang pada tanggal 8 Mei 2003, menewaskan satu orang warga setempat.

2. Di Dusun Sei Sembilang pada tanggal 31 Agustus 2003, melukai satu orang warga setempat.

Menurut seorang warga masyarakat di pemukiman Sembilang, mereka sudah berusaha minta tolong kepada BKSDA untuk mengatasi harimau tersebut. Namun upaya dari BKSDA untuk mengatasi gangguan Harimau tersebut, tidak sesuai dengan yang mereka harapkan. Menurut mereka, Harimau tersebut terlihat sering muncul pada jam 4 sore, terutama pada bulan April yang lalu. Kecemasan warga semakin bertambah setelah adanya seorang warga yang kembali di terkam oleh Harimau tersebut. Selain itu, Harimau juga disebutkan menyerang dan memakan anjing warga setempat.

Karena faktor-faktor di atas, maka ada sekelompok warga yang berinisiatif memasang kabel setrum untuk menghalangi Harimau tersebut agar tidak masuk kedalam kampung. Akhirnya pada malam di antara tanggal 31 Agustus 2003 yang lalu, satu individu Harimau tersebut mati terkena setrum.

Harian lokal Sriwijaya Post pada tanggal 4 November 2003 memuat berita tentang Harimau di TN Sembilang. Tetapi pihak Harian Sriwijaya Post tidak menyebutkan tanggal yang pasti atas kejadian tersebut, padahal kejadian tersebut telah terjadi sebulan yang lalu (31 Agustus 2003). Pemberitaan tersebut mengakibatkan timbulnya kerancuan bagi pihak-pihak yang terkait di TN Sembilang, karena mereka mengira telah terjadi serangan Harimau yang baru. Padahal kejadian yang disebutkan dalam pemberitaan tersebut terjadi hampir satu bulan yang lalu.

Gajah Elephas maximus

Seorang warga pemukiman Ngirawan melaporkan bahwa ia pernah melihat 1 individu Gajah setahun yang lalu (2002?) di bagian hulu Sungai Ngirawan. Saat itu ia hendak mengambil air tawar (minum), namun tidak diperoleh informasi lebih detail mengenai temuan tersebut..

REPTILIA Biawak Varanus salvator

Hanya 1 ind. Biawak ditemui selama pemantauan, yaitu yang teramati di sekitar Pulau Betet.

Ular Punti Masak Boiga dendrophyla

Dua individu Ular punti masak di Sungai Simpang Ngirawan teramati dengan baik dari atas speed-boat oleh tim pemantauan.

Buaya Muara Crocodylus porosus

Anak buaya yang ditangkap oleh masyarakat nelayan di Simpang Batu yang ditemui oleh tim Pemantauan ke-7 masih dipelihara oleh penduduk setempat. Saat tim Pemantauan ke-8 datang kelokasi tersebut, anak buaya tersebut terlihat sudah lebih besar dari sebelumnya dan terlihat lebih ganas. Tim Pemantauan ke-8 sendiri setidaknya mengamati 3 individu buaya selama kegiatan berlangsung. Semua pengamatan tersebut terjadi di Sungai Benu.

Tim pemantauan ke-8 mendapat laporan dari masyarakat Sungai Ngirawan bahwa sekitar seminggu sebelum tim pemantauan ke-8 mengunjungi pemukiman mereka, ada sekelompok nelayan yang menangkap anak buaya. Nelayan tersebut berasal dari Mariana-Palembang. Mereka menjual anak buaya tersebut dengan harga Rp 25.000-30.000 satu individunya, sedangkan untuk buaya yang besar mereka menjualnya seharga Rp 5.000 persatu inch-nya. Buaya-buaya tersebut mereka jual ke Palembang. Tidak di dapat keterangan di mana tepatnya tempat buaya-buaya tersebut mereka jual ke Palembang. Anak-anak buaya yang mereka tangkap tersebut dapat mencapai 100 individu. Aktifitas penangkapan buaya ini cukup sulit dilacak, karena pada siang hari mereka menjadi nelayan biasa sedangkan pada malam harinya barulah mereka menjadi penangkap buaya.

FAUNA LAINNYA Lebah

Sekitar 11,8 km dari Muara Sungai Simpang Satu, tim pemantauan mengamati sebelas (11) buah sarang lebah dalam satu pohon bakau.

V. DISKUSI DAN EVALUASI

Kondisi Kawasan

Kegiatan Monitoring dan Evaluasi kawasan di TN Sembilang sudah 8 kali dilaksanakan, dan teramati aktifitas-aktifitas yang mengancam kelestarian kawasan masih terus berlanjut. Pemantauan singkat ini tidak bisa menjangkau seluruh kawasan TN Sembilang, dan hal ini mengakibatkan tidak seluruh aktifitas-aktifitas manusia yang berdampak negatif terhadap kawasan dapat diamati.

Biaya transportasi air dan logistik yang mahal merupakan suatu kendala klasik yang dihadapi petugas dalam melakukan pemantauan dan pengamanan kawasan. Beberapa kawasan yang sudah lama tidak dipantau dalam kegiatan pemantauan ini seperti Sungai Benu, telah mebuat tidak teramatinya kegiatan pabrik tampa di kawasan ini. Lain halnya di Bakurendo, walaupun tim pemantauan selalu masuk ke sungai ini setiap kali kegiatan pemantauan, tetapi keberadaan illegal logging di hulu sungai selalu teramati pada setiap kali pemantauan. Dua kasus ini memberi gambaran bahwa pemantauan rutin dengan skala jangkauan yang lebih luas merupakan bagian penting dalam pengamanan kawasan.

Pengambilan Kayu Illegal dan Pabrik Tampa

Pengambilan kayu illegal yang teramati pada kegiatan pemantauan ke-8 ini termasuk cukup tinggi dibanding pemantauan sebelumnya.Kelompok Mamat Tanjung dan adiknya Jahari serta Haji Pek merupakan kelompok yang sudah sering mengambil kayu di TN Sembilang secara illegal. Kelompok-kelompok ini tampaknya harus diberi peringatan secara keras.

Adapun dalam pengambilan kayu yang dilakukan oleh Dalek di Sungai Terusan Dalam, maka hal ini perlu penanganan khusus. Kelompok ini selain hanya mengambil secara temporal (sewaktu-waktu) juga dikenal sebagai penguasa wilayah perairan/pesisir. Penanganan khusus untuk kelompok ini perlu dilakukan karena jika tidak dilakukan secara hati-hati maka akan membahayakan keselamatan petugas lapangan.

Keberadaan dua pabrik tampa di kawasan TN Sembilang patut untuk diwaspadai. Saat ini pabrik tampa di Sungai Bungin masih dalam keadaan tidak aktif, sedangkan pabrik tampa di Sungai Benu masih tetap aktif berproduksi. Pemantauan dan sebuah tindakan pengamanan perlu dilakukan terhadap dua aktifitas pabrik tampa ini. Keberadaan pabrik tampa ini dapat memicu terjadinya penebangan illegal di kawasan TN Sembilang.

Eksploitasi Nibung

Pada pemantauan ke-8 ini, pengambilan kayu nibung di dalam kawasan masih terus terjadi, walaupun intensitasnya berkurang jika dibanding dengan pemantauan ke-7 sebelumnya (lihat tabel 1 untuk melihat perbandingan jumlah temuan pengambilan nibung selama kegiatan pemantauan berlangsung).

Tujuan pengambilan nibung yang dilakukan oleh masyarakat di dalam kawasan pada dasarnya sama tujuannya dengan pengambilan nibung yang dilakukan pada pemantauan Tujuan pengambilan nibung yang dilakukan oleh masyarakat di dalam kawasan pada dasarnya sama tujuannya dengan pengambilan nibung yang dilakukan pada pemantauan

Pada salah satu kasus pengambilan nibung yang ditemukan diantara Sungai Simpang Satu dan Sungai Sembilang, ada kasus dimana tujuan pengambilan nibung tersebut digunakan untuk dijual kepada salah satu perusahaan pemborong di Palembang. Nibung tersebut akan dijual kepada PT Waskita di Palembang untuk keperluan penahan jalan (cerucuk) dalam rangka pembuatan jalan Tanjung api-api.Kasus ini perlu untuk dicermati karena bukan tidak mungkin dengan semakin meningkatnya aktifitas pembangunan Pelabuhan Tanjung api-api nanti, maka permintaan nibung akan semakin meningkat, dan salah satu tempat untuk mengambil nibung tersebut adalah kawasan TN Sembilang.

Petugas BKSDA sedang menginterogasi penebang liar

Pengamatan Fauna

Keberadaan sekitar 8.000 – 10.000 burung pantai di pesisir Banyuasin pada pemantauan ke-

8 ini tetap merupakan hal yang penting diperhatikan. Seminggu sebelum tim pemantauan ke-

8 mengunjungi kawasan TN sembilang, di Palembang diadakan workdshop mengenai burung pantai migran. Kehadiran 8.000 – 10.000 burung pantai di kawasan TN Sembilang pada pemantauan ini dapat menjadi data tambahan untuk menunjang diajukannya kawasan TN Sembilang sebagai habitat penting bagi burung pantai migran.

Adanya dua pengamatan terhadap jenis burung pemangsa yangberwarna hitam kecoklatan di TN Sembilang pada pemantauan ke-8 kali ini cukup penting untuk dicermati, karena tidak tertutup kemungkinan jenis burung pemangsa yang diamati tersebut adalah Rajawali totol Aquilla clanga, salah satu jenis burung pemangsa terancam punah yang pernah teramati di TN Sembilang.

Perburuan burung kacamata yang terjadi dalam jumlah besar di Pulau Betet dan perburuan anak buaya di sekitar Sungai Simpang Ngirawan merupakan sebuah ancaman serius Perburuan burung kacamata yang terjadi dalam jumlah besar di Pulau Betet dan perburuan anak buaya di sekitar Sungai Simpang Ngirawan merupakan sebuah ancaman serius

Pelaksanaan Kegiatan

Seperti pada pelaksanaan pemantauan ke-7 sebelumnya, kali ini yang menjadi koordinator Tim Pemantauan adalah perwakilan LSM, Kelompok Pengamat Burung Spirit of South- Sumatra (KPB-SOS). Hal ini dilakukan untuk berlangsungnya proses penguatan kaderisasi dalam menunjang pelaksanaan pemantauan pada masa-masa selanjutnya. Adapun lembaga/organisasi yang terlibat dalam pemantauan kali ini yaitu BKSDA SS, Forum Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Banyuasin II (FPPPM), KPB-SOS dan Mahasiswa Jurusan Kehutanan UMP. Tiga orang yang ikut dalam pemantauan ini pernah terlibat dalam pemantauan sebelumnya, tiga peserta lainnya dalam kegiatan pemantauan ini baru pertama kali ikut serta dalam kegiatan pemantauan & evaluasi kawasan TN Sembilang.

Seperti yang telah dibahas dalam laporan pemantauan ke-7 sebelumnya (lihat Iqbal 2003:

17) bahwa selama kegiatan pemantauan telah melibatkan 9 orang staf BKSDA SS, 1 orang Dinas Kehutanan Banyuasin, 5 orang LSM, 2 orang mahasiswa dan 3 staf BSP/WI-IP. Dengan demikian jika ditambah dengan peserta pemantauan ke-8 kali ini maka total seluruh peserta yang pernah mengikuti kegiatan Pemantauan selama kegiatan ini berlangsung adalah sebanyak 23 orang, yaitu 9 orang staf BKSDA SS, 1 orang Dinas Kehutanan Banyuasin, 7 orang LSM, 3 orang mahasiswa dan 3 staf BSP/WI-IP. Adapun lembaga yang terlibat yaitu BSP/WI-IP, BKSDA SS, Dinas Kehutanan Banyuasin, LSM WBH, LSM LEMBAR, LSM LPH-PEM, Forum Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Banyuasin II (FPPPM), KPB-SOS, Universitas Sriwijaya dan Universitas Muhammadiyah Palembang. Dengan makin banyaknya orang dan lembaga yang terlibat dalam kegiatan Pemantauan ini, maka diharapkan akan terjadinya regenerasi dan memperbanyak mitra kerja di lapangan. Selain itu, diharapkan semakin banyak orang yang mengetahui kawasan TN Sembilang secara langsung.

Para peserta pemantauan dalam kegiatan ini telah mampu menggunakan binokuler dengan baik. Adapun dalam penggunaan GPS, karena alatnya yang terbatas (satu unit) dan cukup rumit untuk dipahami secara cepat, maka tidak seluruh anggota tim mampu menggunakan alat ini. Namun, para anggota tim setidaknya sudah mengenal alat ini dan mengetahui kegunaannya.

Pada kesempatan pemantauan ini, Tim Pemantauan juga membagikan leaflet sebagai alat untuk melakukan sosialisasi secara langsung kepada masyarakat dengan cara mengunjungi bagan/permukiman dan jukung-jukung dimana nelayan/masyarakat beraktifitas/bermalam. Hal ini diharapkan akan meningkatkan pemahaman masyarakat sekitar akan kondisi dan status kawasan hutan di sekitar mereka.

Evaluasi harian (diskusi malam) dilakukan setiap malam. Evaluasi pada hari ke 1 dilakukan di pos Babinsa Sembilang, yang juga merupakan tempat Tim Pemantauan menginap. Pada hari ke 2 evaluasi Harian dilakukan di Pemukiman Simpang Ngirawan dan pada hari ke 3-4 evaluasi harian dilakukan di Pos Resort Terusan Dalam. Secara umum, evaluasi harian dapat berjalan baik dan berjalan lancar.

Kegiatan lain di wilayah TN Sembilang

Menyusul kegiatan Monitoring & Evaluasi ini, pada tanggal 31 Oktober hingga 3 November 3003 Dinas Kehutanan & Perkebunan Kab. Banyuasin melakukan kegiatan di daerah aeral bekas HPH PT. Sukses Timber Sungai Ngirawan, Bakorendo, Terusan Dalam dan wilayah sekitarnya. Wilayah ini merupakan wilayah Cabang Dinas Kehutanan dan Perkebunan Banyuasin Ilir. Kegiatan ini bertujuan melakukan pengecekan terhadap pencadangan IUPHHK an PT Sribunian Trading Coy di daerah Ngirawan, serta melakukan pengamanan hutan dan hasil hutan di wilayah Cabang Dinas Kehutanan dan Perkebunan Banyuasin Ilir.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

• Secara umum, kawasan TN Sembilang saat ini masih mengalami berbagai

tekanan/gangguan. Gangguan tersebut terutama disebabkan oleh eksploitasi hasil hutan terutama dari hasil pengambilan kayu secara illegal.

• Para pengambil kayu di kawasan TN Sembilang yang teramati pada pemantauan ke-8 ini adalah orang-orang lama yang sudah pernah mendapat teguran beberapa kali dari

petugas lapangan BKSDA. • Aktifitas perikanan di kawasan TN Sembilang agak berkurang bila dibandingkan dengan

pemantauan sebelumnya. • Dari hasil wawancara dengan beberapa masyarakat yang ditemui di dalam kawasan,

maka ada sebagian warga yang mengetahui status kawasan, tetapi sebagian besar masyarakat di kawasan TN Sembilang belum mengetahuinya.

SARAN

• Peningkatan intensitas pengawasan kawasan di TN Sembilang sangat mendesak untuk dilakukan.

• Sungai-sungai tertentu yang dilaporkan sering merupakan sumber asal kayu seperti

Sungai Bakurendo, Haji Kemad dan Peldes sangat penting untuk dipantau pada masa- masa pemantauan yang akan datang.

• Untuk mengatasi masalah klasik dalam operasional pemantauan, maka pihak-pihak pengelola kawasan sebaiknya mencari sumber-sumber dana baru dalam pemantauan

kawasan dan jika memungkinkan ada baiknya lembaga dana tersebut dikelola secara bersama dengan pihak lainnya.

• Pengamatan fauna pada setiap kali pemantauan sangat terbatas, untuk itu diperlukan perhatian khusus untuk memantau kondisi fauna di TN Sembilang.

PUSTAKA

Gönner, C. & F. Hasudungan. 2001. Sembilang Monitoring Report No. 1 Juli/August 2001. Wetlands International - Asia Pacific Indonesia Programme/Berbak Sembilang Project.

Hasudungan, F. & D. Sutaryo. 2002. Laporan Pemantauan Kawasan Sembilang No. 2, November 2001. Laporan Teknis No. 32. Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak Sembilang. Wetlands International - Asia Pacific Indonesia Programme.

Hasudungan, F & D. Sutaryo. 2002a. Pemantauan Kawasan Sembilang No. 4, Juni 2002. Laporan Teknis No. 50. Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak Sembilang. Wetlands International - Asia Pacific Indonesia Programme.

Hasudungan, F & S. A. Wardoyo. 2002. Pemantauan Kawasan Sembilang No. 3, Februari /Maret 2002. Laporan Teknis No. 38. Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak Sembilang. Wetlands International - Asia Pacific Indonesia Programme.

Iqbal, M. 2003. Melacak Keberadaan Pesut atau Lumba-lumba di TN Sembilang. Warta Konservasi Lahan Basah vol 11. no. 2 April 2003 : 15.

Iqbal, M. 2003a. Pemantauan Kawasan Sembilang No. 7, Juli/Agustus 2003. Laporan Teknis No. 74. Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak Sembilang. Wetlands International - Asia Pacific Indonesia Programme.

MacKinnon, J., Karen Phillipps dan Bas van Ballen. 2000. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Puslitbang Biologi - LIPI.

Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mammalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak dan Brunei Darussalam. Terjemahan Bahasa Indonesia WCS - Indonesia Program.

Sonobe, K. & Usui, S. (eds.). 1993. A Field Guide to the Waterbirds of Asia. Wild Bird Society of Japan, Tokyo.

Suryanto, A. & D. Sutaryo. 2001. Laporan Survei Perikanan di Kawasan CTN Sembilang, 17-24 Juli 2002. Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak Sembilang. Wetlands International - Asia Pacific Indonesia Programme.

van Strien, N.J. 1983. A Guide to the Tracks of Mammals of Western Indonesia. School for Environmental Conservation Management, Ciawi, Indonesia.

Verheught, W.J.M., H. Skov. & F. Danielsen. 1993. Notes on the Birds of the Tidal Lowlands and Floodplains of South Sumatera Province, Indonesia. Kukila 6 : 53-84.

LAMPIRAN 1. Data Koordinat Lokasi Pemantauan Kode

Deksripsi

Longitude

Latitude Hari WIB (+7)

001 Teramati 11 individu Bangau Tongtong.

-2º 11' 12" 21-Oct 7:50 002

104º 54' 25"

-2º 05' 38" 21-Oct 8:06 003

Sekitar Muara Sungai Apung

104º 53' 38"

-2º 04' 46" 21-Oct 8:15 004

Sekitar S. Dinding

104º 53' 23"

-2º 00' 54" 21-Oct 8:39 005

Sekitar Sungai Jentolo

104º 50' 53"

-2º 00' 12" 21-Oct 8:46 006

Sekitar Sungai Tengkorak

104º 49' 42"

-2º 00' 03" 21-Oct 9:10 007

104º 47' 21"

-1º 59' 51" 21-Oct 9:35 008

104º 46' 27"

-2º 06' 27" 22-Oct 2:05 009

Akhir Muara Simpang Satu

104º 43' 42"

-2º 07' 07" 22-Oct 2:35 010

Tempat ketemu Elang hitam

104º 45' 35"

-1º 53' 22" 22-Oct 7:22 011

Akhir Sungai Bangko

104º 34' 48"

-1º 52' 13" 23-Oct 4:03 ANVEG

Akhir Sungai Ngirawan

104º 21' 53"

-1º 47' 22" 24-Oct 7:00 BRGBSR

Tempat Dial Analisa vegetasi di Terusan Dalam

104º 28' 42"

-2º 08' 07" 21-Oct 8:00 BRGKCL

Sungai Barong Besar

104º 54' 12"

-2º 09' 57" 21-Oct 7:54 KAYU-1

Sungai Barong kecil

104º 54' 31"

-1º 59' 09" 22-Oct 10:27 KAYU-2

Bagan kayu Mamat Tanjung

104º 21' 33"

-1º 58' 46" 22-Oct 10:12 KAYU3

Bagan kayu Jahari

104º 22' 06"

-1º 41' 06" 24-Oct 2:48 MAPUNG

Bekas Penimbul kayu di M. Terusan Luar

104º 21' 05"

-2º 13' 14" 21-Oct 7:40 MBAKUR

Muara Sungai Apung

104º 52' 23"

-1º 54' 44" 22-Oct 9:01 MBANGK

Muara Sungai Bakurendo

104º 28' 21"

-1º 57' 47" 22-Oct 6:35 MBENU

Muara Sungai Bangko

104º 36' 34"

-1º 40' 07" 24-Oct 1:38 MBUNGI

Muara Sungai Benu

104º 29' 35"

-2º 14' 57" 21-Oct 5:17 MBUNTU

Muara Sungai Bungin

104º 50' 02"

-2º 11' 51" 21-Oct 7:47 MDERIN

Muara Solok Buntu

104º 54' 04"

-1º 51' 51" 23-Oct 3:31 MSBATU

Muara Sungai Deringgo

104º 28' 14"

-2º 00' 29" 22-Oct 7:46 MSNGIR

Bagan Simpang Batu

104º 36' 05"

-1º 54' 31" 23-Oct 0:43 MSS1

Muara Sungai Ngirawan

104º 27' 57"

-2º 02' 46" 22-Oct 1:46 MTDL

Muara Sungai Simpang Satu

104º 41' 26"

-1º 48' 12" 23-Oct 4:36 MTL

Muara Sungai Terusan Dalam

104º 30' 07"

-1º 42' 53" 24-Oct 6:33 NIBUNG

Muara Sungai Terusan Luar

104º 31' 26"

-1º 58' 57" 25-Oct 0:19 PBETET

Temuan Nibung di Sembilang

104º 41' 34"

-1º 47' 02" 24-Oct 0:23 PNIBNG

Pulau Betet

104º 32' 42"

-2º 01' 59" 22-Oct 4:12 PPBSR

Temuan Nibung di S. Sp. Satu-Sembilang

104º 40' 47"

-1º 59' 14" 22-Oct 10:15 PRTBGN

Pompong Besar di Bakurendo

104º 21' 43"

-2º 12' 57" 21-Oct 7:18 S9

Parit di Sungai Bungin

104º 48' 28"

-2º 00' 02" 21-Oct 9:51 SBUNTU

Sembilang

104º 41' 10"

-2º 11' 29" 25-Oct 2:29 SDBENU

Solok Buntu

104º 53' 43"

-1º 39' 25" 24-Oct 5:12 SSIPUT

Akhir Sungai Benu

104º 28' 53"

-2º 06' 17" 21-Oct 8:05 SSNG2

Sungai Siput

104º 53' 49"

-2º 21' 56" 21-Oct 4:42 STC

Sungsang

104º 54' 02"

-1º 55' 50" 23-Oct 1:12 TAMPAH

Basecamp STC

104º 19' 04"

-2º 14' 46" 21-Oct 6:09 TJCRT

Pabrik Tampa Sungai Bungin

104º 49' 51"

-2º 17' 04" 21-Oct 5:04 ULUBGN

Tanjung Carat

104º 54' 58"

-2º 11' 11" 21-Oct 6:38 WKL

Titik Akhir Sungai Bungin

104º 47' 49"

Basecamp WKL

104º 21' 48"

-1º 48' 54" 23-Oct 9:51

Monitoring & Evaluasi Kawasan Sembilang Ke-8, Oktober 2003 22

Lampiran 2. Detail Aktifitas Terhadap Pengamatan Manusia

Lokasi/Waktu

Temuan/Keterangan

Pulau Gundul (dekat Upang)

• Teramati 14 individu Bangau Tongtong yang sedang terbang melayang

21 Oktober 2003

Sekitar Parit 9

• Sekelompok dari 7 individu Bangau Tongtong terlihat terbang melintas

21 Oktober 2003 Tanjung Carat –

• Kondisi pasang yang tinggi di Tanjung Carat, tidak teramati satu pun individu burung

Sungsang

air teramati.

21 Oktober 2003

• Sungsang (makan siang)

Sungai Bungin,

• Ke Bagan dekat Muara Sungai Bungin untuk memantau kondisi pabrik tampa Pak

21 Oktpber 2003

Dul, sekaligus untuk makan siang. • Di sekitar Muara Solok Buntu (001), teramati 11 individu Bangau Tongtong.

Semenanjung

• Sekitar Muara Sungai Apung (002), teramati 24 ind Bangau Tongtong, 19 ind

Banyuasin,

gajahan dan 11 ind Itik Benjut.

21 Oktober 2003

• Sekitar Sungai Dinding (Titik 003), ditemukan 1 ind Cangak Abu, 140 ind kuntul, 7 Ibis cucuk besi, kurang lebih 100 ind gajahan dan 800 ind burung pantai. • Sekitar Sungai Jentolo (Titik 004), teramati 18 ind Bangau Bluwok, 11 ind gajahan

dan 5 ind Kuntul. • Titik 005 (Sekitar Sungai Tengkorak), teramati 1 ind burung pemangsa berwarna hitam kecoklatan, tetapi tidak bisa diidentifikasi ke tingkat jenis. Selain itu, teramati 8

ind Bangau Bluwok, 6 ind Bangau Tongtong dan 2 ind Elang Bondol. • Pesisir antara S. Tengkorak – S. Sembilang (Titik 006 – 008 ).