FORDA - Jurnal

Kata Pengantar

PENANGGUNG JAWAB:
Ir. Tjuk Sasmito Hadi, MSc
DEWAN REDAKSI:
Dr. Acep Akbar
Marinus K. Harun, MSc
Adnan Ardana, S.Sos
REDAKSI PELAKSANA:
Winingtyas W, S.Hut, MT, MSc
Noorliani, S.Hut

Salam rimbawan

Fauziah, S. Hut
Agus Fitrianto, S. Hut

Setelah sekian lama menghilang, Bekantan terbit lagi, tapi
dalam kemasan yang berbeda. Berita Kehutanan Kalimantan yang

DESAIN GRAFIS DAN LAYOUT:


disingkat

Purwanto Budi S

Reboisasi (nama Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru pada masa

Bekantan awalnya merupakan tabloid Balai Teknologi

Sukma Alamnsyah

itu). Sekarang Bekantan terbit dalam bentuk majalah dengan

Henda Ambo Basiang

bahasan yang lebih padat dan tampilan yang lebih menarik.

ALAMAT REDAKSI:

Nasalis larvatus adalah sejenis primata berhidung panjang dengan


Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru

rambut berwarna coklat kemerahan dan merupakan satu dari dua

Jl. A. Yani Km 28,7 Landasan Ulin

spesies dalam genus tunggal monyet Nasalis. Binantang yang

Banjarbaru - Kalimantan Selatan 70721

merupakan maskot fauna Propinsi Kalimantan Selatan ini hidup di

Phone. (0511) 4707872,

pulau Kalimantan di hutan bakau, rawa dan pantai. Identik dengan

Fax. (0511) 4707872

Bekantan, majalah ini diharapkan dapat menjadi majalah populer


E-mail : bekantan_bpkbanjarbaru@yahoo.id

dan aktual yang mengangkat pembangunan kehutanan khususnya

DIPA BPK Banjarbaru 2013

di Kalimantan.

Berbicara mengenai Bekantan, sebenarnya

Bekantan

atau

Dalam terbitan perdana kali ini Bekantan mengangkat KPH
sebagai tajuk utamanya. KPH diharapkan menjadi benteng terakhir
kehutanan di Indonesia, yang saat ini kondisinya tak kunjung
membaik akibat praktek pengelolaan hutan yang tidak tepat. Selain
itu diulas pula beberapa peluang menguntungkan yang timbul

dengan menerapkan pengelolaan hutan berbasis KPH. Rubrik profil
menampilkan rimbawan senior faounding father BPK Banjarbaru, Ir
APS Sagala, yang begitu konsern dengan pengelolaan hutan yang
lestari. Hasil-hasil penelitian yang inovatif dan aplikatif, dituangkan
dalam rubrik artikel. Rona kekayaan alam khas Kalimantan mendapat
tempat dalam rubrik lansekap yang kali ini akan bercerita tentang
Foto Cover:
Lahan tambang di sekitar KHDTK Rantau
(Hendra AB)

pengelolaan KHDTK Tumbang Nusa. Bekantan juga menyediakan
rubrik khusus yang mengulas pengenalan jenis tanaman khas
Kalimantan dan rubrik-rubrik lain yang dikemas secara menarik bagi
pembaca sekalian.
Akhir kata, kami ucapkan selamat menikmati persembahan
perdana dari Majalah Bekantan BPK Banjarbaru.

Daftar Isi

02


Salam Redaksi

04

Lansekap

Membangkitkan Primadona Yang Mulai Langka:
Kayu Kuku (Pericopsis mooniana Thw)
Mengenal KHDTK Tumbang Nusa Sebagai Stasiun
Penelitian Hutan Rawa Gambut

13

Proil

Porkas Sagala Sang Pioner

15


Fokus

Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH):
Benteng Terakhir Rimbawan Mewujudkan Pengelolaan
Hutan Lestari
KPH dan Perdagangan Karbon

22

Lintas Peristiwa

23

Lensa

32

Artikel

KHDTK Rantau Sebagai Benteng Terakhir Hutan

Menghadapi Gerusan Areal Tambang di Rantau
Kompos dari Gulma Lahan Gambut
Peningkatan Kualitas Penelitian Melalui Pembangunan
Data Base

40

Berita

Ekspose Hasil Penelitian BPK Banjarbaru
Diskusi Ilmiah dan Kunjungan Perhimpunan Alumni
Hannseidel Indonesia (PAHSI)

BEKANTAN Vol. I/No. 1/2013

3

LANSEKAP

MEMBANGKITKAN PRIMADONA YANG MULAI LLANGKA:

ANGKA:

KAYU KUKU
(Pericopsis mooniana Thw)
Oleh: Dr. Acep Akbar dan Rusmana, S.Hut.
Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru/BPK Banjarbaru

Pendahuluan
Pohon kayu kuku merupakan salah satu komponen
vegetasi penyusun hutan hujan tropis Indonesia dari

album), dahu (Dracontomelon spp), johar (Cassia siamea),
kupang (Ormosia spp), Lasi (Adinauclea fagifolia Ridsed),
mahoni (Swietenia

spp), melur (Dacridium junghuhnii

4.000 jenis kayu yang diperkirakan tumbuh. Kayu kuku

Miq), membacang (Mangifera spp), mindi (Melia azdarah),


merupakan jenis pohon hutan hujan dataran rendah yang

dan nyirih (Xylocarpus granatum Konig).

tumbuh tidak jauh dari pantai atau rawa hingga ketinggian

Mengingat pentingnya upaya pelestarian jenis kayu

100 meter dari permukaan laut. Kayu kuku pernah menjadi

kuku, maka upaya pengenalan jenis ini sangat diperlukan

primadona di Kalimantan Selatan dan telah dieksploitasi

baik dari aspek status ekologi dan sifat-sifat kayunya

sejak jaman kolonial Belanda. Saat ini tidak teridentifikasi

maupun pola pengembangan budidayanya. Tulisan ini


eksploitasi kayu kuku baik yang dilakukan oleh perusahaan

membahas karakteristik kayu kuku, penyebaran secara

maupun masyarakat. Kondisi tersebut menunjukkan

alami dan teknik budidayanya.

bahwa dalam komunitas hutan Kalimantan Selatan
jenis pohon kuku telah mengalami kelangkaan bahkan

Penyebaran di Hutan Alam di Dalam dan Luar Negeri

mungkin potensi keberadaan pada habitatnya telah habis

Nama komersil kayu ini adalah kayu kuku, sedangkan

sama sekali. Kelangkaan kayu kuku juga diperkuat oleh


di Sulawesi disebut kayu besi papua, dan di Papua

laporan Rain Forest Action tahun 2004 dalam Munandar

bernama nani laut. Penyebaran kayu kuku meliputi:

(2010) yang menyatakan bahwa kayu kuku digolongkan

Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

sebagai tanaman hutan yang terancam punah. Penyebab

Penyebaran kayu kuku di Sumatera utamanya di Sumatera

kelangkaan, kemungkinannya adalah telah terjadinya

Selatan (Banyu Asin). Di pulau Kalimantan pohon kuku

overeksploitasi yang tidak termonitor, dan tidak diimbangi

tersebar di bagian selatan, tenggara, dan timur. Di Pulau

dengan peremajaannya baik secara alami maupun buatan.

Sulawesi kayu kuku menyebar di bagian tengah dan utara.

Berdasarkan berbagai penelitian dan pengelompokan kayu

Selain itu kayu kuku terdapat pula di Maluku, dan pulau

di dalam SK Menteri Kehutanan nomor 163/Kpts-II/2003,

Halmahera. Distribusi penyebaran habitat kayu kuku di luar

kayu kuku dikelompokkan kedalam kayu indah dua atau

negeri adalah meliputi Sri Lanka (Asia Selatan), Malaysia,

termasuk juga jenis kayu mewah setara dengan kayu

Indonesia, Philipina, Myanmar (Asia Tenggara), Papua New

bongin (Irvingia malayana Oliv), bungur (Lagerstroemia

guinea (Oceania) hingga ke Aprika (Prosea, 1994; Yuniarti

speciosa), cempaka (Michelia spp), cendana (Santalum

dan Syamsuwida,2011).

4

BEKANTAN Vol. I/No. 1/2013

Karakteristik, Kegunaan Kayu Kuku dan Data Produksi

air dan tidak kekurangan udara, maka ia tahan sampai

Habitus pohon kayu kuku di alam seperti uraian

15 tahun. Apalagi jika digunakan di bawah atap, tidak

berikut. Tinggi batangnya dapat mencapai 30-40 meter,

berhubungan dengan tanah lembab dan tidak kekurangan

dengan tinggi batang bebas cabang (clear bole) dapat

udara maka keawetannya tak terbatas. Di sisi lain kayu kuku

mencapai ¾ bagian dari tinggi totalnya. Kayu gubal

jarang diserang rayap dan bubuk kayu kering. Penampilan

berwarna lebih cerah daripada kayu terasnya yang

kayu berwarna coklat muda merah, dengan tekstur agak

berwarna coklat kemerahan. Permukaan kayunya licin

halus. Arah serat berpadu atau tidak teratur. Kesan raba

dan mengkilap. Kayu kuku dapat digunakan untuk mebel

licin, kekerasan bersifat keras dengan sifat pengerjaan

(furniture), lantai (flooring), papan dinding (panelling),

agak sukar. Kayu kuku termasuk kelas kuat 1 (satu) yang

perkapalan (shipbuilding), dan finir mewah (fancy veneer).

ditentukan oleh berat jenis, keteguhan lengkung mutlak

Berat jenis kayu= 0,87 dan memiliki kelas awet II, artinya

dan keteguhan tekan mutlak. Kayu kuku juga mempunyai

jika didalam penggunaannya selalu berhubungan dengan

nilai estetika dengan warna dekoratif sehingga biasanya

tanah lembab, maka kayu kuku tahan hingga 5 (lima)

disamakan dengan kayu jati. Dari segi taksonomi,

tahun. Jika hanya dipengaruhi cuaca tetapi tidak terendam

kayu kuku termasuk kedalam famili Papilionaceae.
Kelangkaan tegakan di hutan terutama Kalimantan Selatan
menyebabkan tidak ada data produksi kayu bulat maupun
olahan. Data produksi yang sempat tercatat adalah dari
Sulawesi Tenggara itupun terjadi pada tahun 1972 s/d
1974. Di daerah tersebut tercatat 1.433, 51m3 dengan nilai
devisa 139.354,49 US $ (Munandar, 2010). Penampilan
buah, bibit, pohon, dan kayu kuku disajikan di gambar 1.
Teknik Budidaya
Pembangunan tanaman jenis kayu kuku perlu
dilakukan baik dalam bentuk hutan tanaman untuk
industri, kebun benih dan kebun plasma nutfah maupun
dalam bentuk hutan kota dan arboretum agar kelestarian
kayu mewah tersebut dapat dipertahankan. Teknik
budidaya kayu kuku yang meliputi teknik pemanenan,
pengelolaan benih, produksi bibit, penanaman, dan
perlindungan tanaman dapat diperoleh dari teknologi
yang telah diperoleh Badan Litbang Kehutanan. IPTEK
budidaya kayu kuku yang telah diketahui seperti uraian
berikut. Pertama, jenis pohon kayu kuku berbuah setiap
tahun yaitu pada bulan September dan Oktober. Kedua,
pengumpulan benih kayu kuku dapat dilakukan dengan
cara memanjat atau mengunduh buah secara langsung
dari pohon. Ketiga, ciri-ciri kematangan fisiologis buah

Gambar 1. Tampilan buah, semai, tegakan hutan alam, tanaman,
arboretum, pohon penaung dan serat kayu kuku.

Keterangan Gambar 1:
1. Benih kayu kuku,
2. Buah kayu kuku,
3. Bibit kayu kuku,
4. Tegakan alam Kuku,
5. Arboretum Kayu Kuku di Kantor BPK Banjarbaru, Guntung payung,
6. Tanaman Kayu Kuku di BPK Banjarnaru,
7. Kayu Kuku sebagai pohon Penaung di BPK Banjarbaru,
8. Serat kayu kuku yang dekoratif
(Sumber: Fotograi Acep Akbar, 2013)
BEKANTAN Vol. I/No. 1/2013

5

polong kayu kuku adalah berwarna coklat
dengan biji berbentuk kancing, berdiameter
1 cm dan tebal 4 mm.
Keempat, buah dijemur selama 2-3 hari
sebelum diekstraksi atau dikeluarkan bijinya
dari buah yang telah merekah. Kelima,
cara mengecambahkan benih kayu kuku
diberi perlakuan awal dengan perendaman
dalam asam sulfat 0,1 M selama 20 menit.
Media

kecambah

dapat

menggunakan

pasir sungai. Keenam, pembiakan vegetatif
dapat dilakukan dengan cara stek batang.
Ketujuh, hama yang menyerang benih di
persemaian yaitu serangga Brachytrypes
portentosus. Penanggulangannya dengan
penyemprotan

pestisida.

Kedelapan,

setelah kecambah berumur 1-2 bulan
atau tinggi semai 5 cm, kemudian disapih di bedeng
persemaian dengan menggunakan polybag 20x10 cm,

Pohon Kayu Kuku yang banyak dijumpai di wilayah Sumatera, Kalimantan,
Maluku, Halmahera dan Papua.

bagian bawah dilubangi. Kesembilan, setelah tinggi bibit
16-20 cm atau 5-7 helai daun, bibit siap ditanam di areal
tanam. Kesepuluh, penanaman kayu kuku di lahan alang-

perubahan iklim (climate change) seyogyanya memasukan

alang (Imperata cylindrica) dimulai dengan persiapan

jenis kuku menjadi salah satu jenis pohon yang ditanam.

lahan secara mekanis atau menggunakan herbisida. Jarak

Dalam rangka pelestarian, pendidikan, dan penelitian,

tanam dapat dibuat 3x3 meter dan ukuran lubang tanam

saat ini Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru, Kalimantan

30x30x40 cm. Waktu penanaman dilakukan pada awal

Selatan telah memiliki lebih 50 batang pohon kayu kuku

musim hujan (Nopember s/d Januari). Umur tanaman

yang ditanam di sekitar halaman Kantor Landasan Ulin.

satu bulan baru menunjukkan pertambahan tinggi rata-

Pohon tersebut ditanam dalam bentuk arboretum, plot

rata 0,5 cm. Kesebelas, tanaman rentan serangan ulat

hutan tanaman, dan sebagai tanaman penaung serta

daun dengan gejala berlubang pada daun. Perlakuan

estetika.

insektisida hanya dilakukan pada tanaman yang terserang
menggunakan insktisida dengan bahan aktif diazinon.

Pustaka
Anonimous, 1979. Pedoman Teknis Penanaman Kayu Kuku

Penutup
Sebaran alami kayu kuku cukup luas walaupun

(Pericopsis mooniana Thw). Deptan. Dirjen Kehutanan.
Jakarta

keberadaannya mulai langka yaitu meliputi dalam dan

Munandar, 2010. Budidaya Tanaman Kehutanan Jenis

luar negeri Indonesia. Sebaran kayu kuku di dalam negeri

Kuku (Pericopsis mooniana Thwaites). Diakses dari

meliputi Sumatera utamanya di Sumatera Selatan (Banyu

mounandar.blogspot.com/2010/06/budidaya-

Asin), pulau Kalimantan terutama di bagian selatan,

tanaman-kehutanan-jenis-kuku.html

tenggara, dan timur, pulau Sulawesi utamanya di bagian

tanggal

7

September 2013.

tengah dan utara, pulau Maluku, Halmahera, dan Papua.

Kartasujana I.dan A.Martawijaya, 1979. Kayu Perdagangan

Sebaran kayu kuku di luar negeri meliputi Sri Lanka (Asia

Indonesia, Sifat dan Kegunaannya. Lembaga Penelitian

Selatan), Malaysia, Indonesia, Philipina, Myanmar (Asia

Hasil Hutan. Bogor.

Tenggara), Papua New guinea (Oceania) hingga ke Aprika.
Upaya pelestarian kayu kuku dapat ditempuh dengan

Prosea, 1994. Timber Trees : Major Commercial Timbers.
Plant Resources of South East Asia No. 5(2).

menginventarisir kembali tegakan di hutan yang menjadi

Yuniarti N. dan D. Syamsuwida. 2011. Kayu Kuku. Dalam

habitat kayu kuku dan membangun tanaman dalam bentuk

Buharman, Dharmawati F.D.,N.Widyani, dan Sudradjat

hutan tanaman untuk industri, kebun benih, kebun flasma

S. (2011), Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia. Vol.5

nutfah, hutan kota, dan arboretum. Adanya program

N0.1. Bogor.

penanaman massal melalui Program OMOT (one man one
tree) dan OBIT (one billion trees) dalam rangka mitigasi

6

BEKANTAN Vol. I/No. 1/2013

LANSEKAP

Pendahuluan
Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Banjarbaru memiliki
Hutan Penelitian di lahan rawa gambut Tumbang
Nusa sejak tahun 1998. Status hukum Hutan Penelitian
adalah Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK)

MENGENAL KHDTK
TUMBANG NUSA
SEBAGAI STASIUN
PENELITIAN HUTAN
RAWA GAMBUT

berdasarkan SK penunjukan Menteri Kehutanan No. 76/
Menhut-II/2005 tanggal 31 Maret 2005. Luas KHDTK
Tumbang Nusa 5.000 hektar, terletak di dalam kawasan
hutan produksi tetap wilayah propinsi Kalimantan Tengah
(Kalteng).
Propinsi Kalteng memiliki hutan rawa gambut seluas
1,987 juta ha. Di dalam kawasan hutan tersebut terdapat
kawasan Proyek Lahan Gambut (PLG) seluas 1.457.100
ha walaupun tidak semuanya lahan bergambut (Sayuto,
2004). Diantara kawasan tersebut terdapat hutan yang
sudah rusak terutama berada di antara sungai Sebangau
hingga sungai Barito (Limin, 2004).

Oleh : Riswan Ariani, Acep Akbar

KHDTK Tumbang Nusa ini sebelumnya merupakan
bagian dari kawasan HPH PT. Arjuna Wiwaha berdasarkan
SK.08/Kpts/Um/6/1978 tanggal 4 Januari 1978 seluas
92.000 ha, yang izinnya telah berakhir pada 4 Januari
1998.

KHDTK

Tumbang

Nusa

adalah

satu-satunya

hutan penelitian rawa gambut Badan Penelitian dan
BEKANTAN Vol. I/No. 1/2013

7

Pengembangan Kehutanan (Badan litbang Kehutanan) dari

Sejarah

33 KHDTK yang ada di Indonesia.

Tahun 1993-1996 :

Dalam jangka panjang, KHDTK Tumbang Nusa

Tahun 1993 Balai Teknologi Reboisasi Banjarbaru

diharapkan menjadi sumber informasi :

(BTR) Banjarbaru (nama lama BPK Banjarbaru) bekerjasama

1.

2.

Ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendukung

dengan HPH PT. Kahayan Lumber di Maliku, melakukan

ragam pemanfaatan dan pendayagunaan hutan rawa

ujicoba bidang silvikultur hutan alam rawa gambut

gambut (HRG) untuk kesejahteraan masyarakat.

terdegradasi. Tahun 1996 kegiatan ujicoba berhenti karena

Pengembangan teknologi rehabilitasi yang sesuai

aktivitas eksploitasi hutan tidak lagi dilakukan oleh PT.

dalam rangka mengembalikan fungsi hutan rawa

Kahayan Lumber dan jalan rel / lori dibongkar perusahaan.

gambut

terdegradasi,

termasuk

perlindungan

terhadap kebakaran.
3.

4.
5.

Tahun 1996-2000 :

Pengembangan model hutan tanaman rawa gambut

Pihak

manajemen

BTR

Banjarbaru

melakukan

dengan jenis-jenis pohon yang sesuai habitatnya dan

penjajakan lokasi baru untuk kegiatan litbang di HPH

bentuk-bentuk partisipasi masyarakat sekitar HRG.

PT. Arjuna Wiwaha Teluk Umpan, desa Tumbang Nusa,

Pengembangan teknologi persemaian jenis-jenis

selanjutnya dilakukan aktivitas litbang. Tahun 1998

pohon rawa gambut.

kegiatan litbang berpindah ke lokasi dekat jalan propinsi

KHDTK Tumbang Nusa juga dapat dijadikan tempat

trans Kalimantan di Km 30 dari kota Palangka Raya yaitu

pelatihan dan pendidikan lapangan pengelolaan

pada lahan rawa gambut pasca kebakaran tahun 1997.

hutan rawa gambut bagi mahasiswa/siswa dan
pengguna lainnya khususnya di Kalimantan.

4

2

1

5

3

6

Tahun 2004-sekarang :

7

X8

9

10

Wiwaha (5.000 hektar) kepada Gubernur Kalteng dengan

Seiring dengan perubahan nama Balai Teknologi

surat Nomor : 392a/IX-BTR/2000 untuk dijadikan stasiun

Reboisasi menjadi Balai Litbang Hutan Tanaman Indonesia

penelitian HRG. Permohonan tersebut direspon oleh

Bagian Timur, maka kegiatan litbang rawa gambut didasari

Gubernur melalui surat Nomor : 522/134/Ek pada tanggal

oleh Rencana Strategis Badan Litbang Kehutanan tahun

5 Pebruari 2001. Selain itu, BTR Banjarbaru menerima

2003-2009 dengan tujuan menghasilkan paket teknologi

tembusan surat Nomor : 17/Kwl-6/2001 tanggal 10 Januari

rehabilitasi hutan rawa gambut terdegradasi. Kegiatan

2001 dari Kanwil Kehutanan dan Perkebunan Propinsi

litbang hutan rawa gambut menjadi riset utama ”Core

Kalteng dan tembusan surat Nomor : 522/1/5746/2.09/

research”, dengan demikian upaya peningkatan status

XII/2000 tanggal 6 Desember 2000 dari Dinas Kehutanan

hutan penelitian semakin diperlukan.

Propinsi Kalteng yang ditujukan kepada Gubernur Propinsi
Banjarbaru

Kalteng dengan isi surat ”Bapak Gubernur Kalteng dan

mengajukan permohonan areal eks HPH PT. Arjuna

Tanggal

Kanwil Kehutanan Propinsi Kalteng serta Dinas Kehutanan

8

12

September

BEKANTAN Vol. I/No. 1/2013

2000,

BPK

Propinsi Kalteng menyambut baik dan mendukung BTR

ORDO HISTOSOL dengan pH tanah 3,5. Areal KHDTK

Banjarbaru untuk mendapatkan areal seluas 5.000 hektar

Tumbang Nusa berdasarkan Peta Citra ALOS tahun 2007

guna melaksanakan berbagai penelitian pada ekosistem

dan Peta RTRWP Kalteng tahun 2008 dapat dikelompokkan

hutan dan lahan rawa gambut. Melalui proses peningkatan

dalam lima tipe kondisi suksesi yaitu : hutan lebat 80 %,

kekuatan hukum lokasi tersebut, akhirnya terbit SK Menteri

vegetasi jarang 9 %, semak belukar 5 %, padang kelakai 4

Kehutanan No. 76/Menhut-II/2005 tanggal 31 Maret 2005

%, dan vegetasi sedang 2 %.

yang menyatakan Hutan Penelitian Tumbang Nusa seluas
5.000 hektar ditunjuk sebagai KHDTK.

Vegetasi tumbuhan bawah didominasi oleh pakispakisan dan kelakai, karamunting, epatorium, dan jenis
rumputan lainnya. Jenis permudaan alam dari tingkat
semai hingga tingkat pohon, diantaranya adalah : Meranti

Kondisi Umum Lokasi
Secara administratif pemerintahan, KHDTK Tumbang

bunga (Shorea teysmanniana), Merapat (Combretocarpus

Nusa terletak di desa Tumbang Nusa dan desa Tanjung

rotundus), Nyatoh (Palaquium cochlearia), Meranti batu/

Taruna, Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau,

tembaga (Shorea parvifolia), Ramin (Gonystylus bancanus),

Propinsi Kalimantan Tengah. Berdasarkan Tata Guna Hutan

Terentang (Campnosperma auriculata), Malam-malam

Kesepakatan areal KHDTK Tumbang Nusa termasuk dalam

(Diospyros malam), Bintangur (Calophyllum kunstleri),

wilayah kerja Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten

Keruing (Dipterocarpus caudiferus), Mandarah (Horsfieldia

Pulang Pisau, Propinsi Kalimantan Tengah dan berada

sp),

dalam wilayah hukum Kepolisian Resort Pulang Pisau.

telur (Stemonurus scorpiodes), Pantung/jelutung (Dyera

Gerunggang

(Crotoxylon

Secara geografis terletak pada titik koordinat 02°18’37” -

polyphylla), dan jenis non komersil lainnya.

arborescens),

Medang

02°22’34” LS dan 114°02’48” - 114°06’46” BT. Jarak tempuh
KHDTK Tumbang Nusa dari BPK Banjarbaru adalah 200 km

Obyek Penelitian

sedangkan jarak tempuh dari kota Palangka Raya adalah
35 km.

Ruang lingkup kegiatan penelitian yang telah dan
sedang dilakukan, diantaranya :

KHDTK Tumbang Nusa menurut klasifikasi iklim

1.

Kesesuaian jenis dengan tapak

Schmidt dan Ferguson termasuk tipe A. Data cuaca tahun

2.

Teknik budidaya jenis-jenis pohon HRG

1998-2008 adalah suhu rata-rata 27°C, suhu minimum

3.

Teknik persiapan lahan di rawa gambut

23°C dan suhu maksimum 33°C (Anonim, 2008). Rata-rata

4.

Teknologi agroforestry

curah hujan tahun 1998-2012 adalah 3.383 mm/tahun,

5.

Kajian sosial ekonomi

curah hujan tahun 2011, 6.848 mm, dan tahun 2012,

6.

Teknik pemeliharaan permudaan alam

6.678 mm. Bulan kering terjadi antara bulan Juli hingga

7.

Teknologi dan aplikasi mikroba tanah

September (tahun 1997-2012).

8.

Dinamika tegakan hutan rawa gambut

9.

Teknik pengendalian kebakaran hutan

Ketinggian tempat KHDTK Tumbang Nusa antara
0 - 5 m dpl dengan elevasi antara 0 - 18 %, sedangkan

10. Studi sumber benih jenis-jenis rawa gambut

kedalaman gambut ≥ 3 m. Jika musim hujan, ketinggian

11. Plot-plot penelitian jenis tanaman HRG yang dapat

air mencapai 25 cm di atas permukaan tanah. Jenis tanah

dijumpai di KHDTK Tumbang Nusa, antara lain :

23 25
11
12

14

24 26

15
16
21
22

13

17 19
18 20

BEKANTAN Vol. I/No. 1/2013

9

- Kahui (Shorea belangeran) 2004 (tegakan jalur

di permudaan alam)

terbuka di permudaan alam)

- Kahui (Shorea belangeran) 2008 (tegakan jalur di

- Ramin (Gonystylus bancanus) 2005 (tegakan jalur

kelakai/pakis)

terbuka di permudaan alam)

- Nyatoh (Palaquium cochlearia) 2009 (tegakan jalur

- Punak (Tetrameristra glabra) 2005 (tegakan jalur

di kelakai/pakis)

terbuka di permudaan alam)

- Pulai rawa (Alstonia pneumatophora) 2009 (tegakan

- Pantung (Dyera polyphylla) 2005 (tegakan jalur

jalur di kelakai/pakis)

terbuka di permudaan alam)

- Ramin ITTO (Gonystylus bancanus) 2009 (tegakan

- Nyatoh (Palaquium cochlearia) 2006 (tegakan jalur

jalur terbuka di per-mudaan alam)

terbuka di permudaan alam)
- Medang

telur

- Ramin kebun pangkasan (Gonystylus bancanus)

(Stemonurus

scorpiodes)

2006

2010 (tegakan jalur terbuka di permudaan alam)

(tegakan jalur terbuka di per-mudaan alam)

- Ramin

- Bintangur (Calophyllum kunstleri) 2006 (tegakan

- Pantung (Dyera polyphylla) 2010 (tegakan rumpang

macrocarpum)

2007

di permudaan alam)

(tegakan jalur terbuka di per-mudaan alam)

- Ramin kebun pangkas (Gonystylus bancanus) 2011

- Alau (Dacridium becarii) 2008 (tegakan jalur terbuka

(tegakan rumpang di permudaan alam)

27

30

33

36

28

31

34

37 39

29

32

35

38

- Kapur naga (Calophyllum macrocarpum) 2011

3.

Cotylilebium sp

4.

Krasikarpa (Acacia crassicarpa)

- Ramin 2011 (tegakan rumpang di permudaan alam)

5.

Kahui (Shorea belangeran)

- Bintangur (Calophyllum kunsthori) 2012 (tegakan

6.

Rotan manau (Calamus manan)

7.

Rotan taman (Calamus caesius)

8.

Rotan irit (Calamus tracycoleus)

9.

Ilatung (Dacmonorops sp)

(tegakan rumpang di permudaan alam)

rumpang di permudaan alam)
telur

(Stemonurus

scorpiodes)

2012

(tegakan rumpang di per-mudaan alam)

10. Gaharu (Aquilaria sp)
Jenis Pohon yang Ditanam
Beberapa jenis pohon HRG dan beberapa jenis pohon

11. Gemor (Nothaphoebe coriacea)
12. Gerunggang (Cratoxylon arborescens)

lahan kering mineral telah ditanam di KHDTK Tumbang

13. Kapur naga (Calophyllum macrocarpum)

Nusa. Jenis-jenis tanaman tersebut adalah :

14. Ketiau (Palaquium sp)

1.

Alau (Dacridium becarii)

15. Mangium (Acacia mangium)

2.

Bintangur (Calophyllum kunstleri)

16. Medang telur (Stemonurus scorpiodes)

10

BEKANTAN Vol. I/No. 1/2013

2010

di permudaan alam)

terbuka di per-mudaan alam)

- Medang

bancanus)

- Kahui (Shorea belangeran) 2010 (tegakan rumpang

- Meranti batu (Shorea parvifolia) 2007 (tegakan jalur
(Calophyllum

(Gonystylus

(tegakan jalur terbuka di permudaan alam)

jalur terbuka di per-mudaan alam)

- Kapurnaga

genepool

40 42

41 43

17. Meranti (Shorea pauciflora)

4.

Punak (Tetramerista glabra)

18. Meranti batu (Shorea parvifolia)

5.

Ramin (Gonystylus bancanus)

19. Meranti bunga (Shorea teysmanniana)

6.

Medang telur (Stemonurus scorpiodes)

20. Nyatoh (Palaquium cochlearia)

7.

Bintangur (Calophyllum kunstleri)

21. Pantung (Dyera polyphylla)
22. Pulai rawa (Alstonia pneumathophora)

Luas Tanaman dan Permudaan Alam

23. Punak (Tetramerista glabra)

(31 Desember 2012)
1.
Plot penelitian & eks penelitian,
dan tanaman (pilot plantation)
......................................................................
2.
Plot permudaan alam merapat dan
jenis pioner ..............................................
3.
Tegakan benih teridentifikasi (lihat
Tabel 1) ......................................................
JUMLAH

24. Ramin (Gonystylus bancanus)
25. Jingah (Gluta renghas)
26. Resak (Vatica rassak)
27. Terentang (Campnosperma auriculata)
Jenis Pohon yang Paling Potensial
Berdasarkan hasil uji tanaman di lahan gambut, maka
tujuh jenis diketahui sangat potensial dikembangkan dan
ditanam di lahan rawa gambut, yaitu :
1.

Pantung/Jelutung (Dyera polyphylla)

2.

Kahui (Shorea belangeran)

3.

Kapurnaga (Calophyllum macrocarpum)

= 67,15 Ha
= 24,30 Ha
= 5,00 Ha
= 96,45 Ha

Potensi Jenis Pohon Induk (Desember 2012)
Tiga puluh empat jenis pohon induk yang dapat
berperan dalam perkembangan suksesi alam sebagaimana
disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Pengamatan masa berbuah jenis pohon induk tegakan benih teridentiikasi dari tahun 2010 s/d 2012 di KHDTK Tumbang Nusa, Kalteng.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34

Nama Lokal
Meranti Bunga
Merapat
Nyatoh
Ramin
Terentang
Malam-malam
Mertibu
Jambu-jambu
Pantung
Mandarah
Gerunggang
Pisang-Pisang
Medang telor
Rahanjang
Meranti batu
Bintangur
Keruing
Maharuang
Kapurnaga jangkar
Perupuk
Lilin-lilin
Punak
Kapurnaga banyu
Rambutan hutan
Galam tikus
Kempas
Resak
Kahui
Palawan
Tampang
Gemor
Kayu bawang
Nangka-nangka
Papung

Nama Latin
Shorea teysmanniana
Combretocarpus rotundatus
Palaquium cochlearia
Gonystylus bancanus
Campnosperma auriculata
Diospyros malam
Eugenia sp
Eugenia sp
Dyera polyphylla
Horsfieldia sp
Cratoxylon arborescens
Microcos saccifera
Stemonurus scorpiodes
Xylopia sp
Shorea parvifolia
Calophyllum kunstleri
Dipterocarpus caudiferus
Diospyros sp
Calophyllum macrocarpum
Meliocope sp
Paratocarpus triandus
Tetramerista glabra
Calophyllum sp
Naphelium sp
Eugenia sp
Koompassia malaccensis
Vatica resak
Shorea belangeran
Tristaniopsis maingayi
Nothaphoebe coriacea
Neoscortechimia kinggi
Sandoricum bornensis
JUMLAH

Jumlah (btg)
66
37
28
25
22
27
26
19
17
13
12
13
9
9
10
7
9
7
7
7
7
7
4
5
3
3
4
3
1
2
1
1
1
1
414

Persentase (%)
15,9
8,9
6,8
6,0
5,3
6,5
6.3
4,6
4,3
3,1
2,9
3,1
2,2
2,2
2,4
1,7
2,2
1,7
1,7
1,7
1,7
1,7
1,0
1,2
0,7
0,7
1,0
0,7
0,2
0,5
0.2
0.2
0.2
0.2
100

Berbuah (bulan)
(4) (8) (12)
(11)
(3) (10)
(4) (8) (12)
(8)
(12)
(2) (12)
(4) (8)
(4) (6) (8) (12)
(4) (8) (12)
(8) (12)
(4) (8) (12)
(11) (12)
(4) (8) (12)
(4) (8) (12)
(4) (8) (12)
(4) (8)

(7) (12)

BEKANTAN Vol. I/No. 1/2013

11

Sarana Prasarana

Penutup

Aktivitas penelitian di KHDTK Tumbang Nusa telah



KHDTK Tumbang Nusa telah menjadi tempat ideal

ditunjang oleh sarana prasarana penelitian yang disajikan

bagi penelitian rehabilitasi dan konservasi hutan rawa

dalam Gambar 1 sebagai berikut :

gambut. KHDTK tersebut dikelola oleh Balai Penelitian

1.

Pondok kerja / camp

Kehutanan Banjarbaru sebagai unit pelaksana teknis

2.

Jembatan dan jalan titian

Badan Litbang Kehutanan.

3.

Jalan induk dan jalan cabang

4.

Sekat bakar dan sumur gali

Tumbang Nusa adalah pengembangan jenis pohon

5.

Generator listrik

rawa gambut, agroforestry lahan gambut, perlakuan

6.

Gudang

silvikultur, pengendalian kebakaran hutan, silvikultur

7.

Sumur bor

teknik pemeliharaan permudaan alam, teknologi

8.

Persemaian permanen dan kantor

pembibitan pohon jenis rawa gambut, dan penelitian

9.

Shelter



Aktivitas

penelitian

yang

dilakukan

di

KHDTK

karbon hutan.

10. Gerobak



Status hukum KHDTK Tumbang Nusa adalah Surat

11. Mesin pemadam kebakaran

Keputusan Penunjukan Menteri Kehutanan No. 76/

12. Kendaraan dinas roda dua

Menhut-II/2005 tanggal 31 Maret 2005 dengan luas

13. Handy receiver

total KHDTK 5.000 hektar yang terletak pada kawasan
Hutan Produksi Tetap. Status kawasan telah diperkuat
menjadi

kawasan Hutan Lindung berdasarkan SK

Menhut Nomor: 529/Menhut-II/2012 tanggal 28
September 2012.

47
48
44

45
46
49
50

Keterangan Foto:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

Pondok kerja / camp
MCK
Jalan titian kayu
KHDTK Tumbang Nusa
Gudang
Kamar tidur
Generator listrik
Tandon penampungan air
Mesin pompa air
Jembatan
Pengukur curah hujan
Persemaian permanen
Pengukur suhu
Pengukur tinggi air gambut
Jalan induk
Shelter
Tetramerista glabra umur 9
tahun ( jalur terbuka)
Gonystylus bancanus umur
7,5 tahun ( jalur terbuka)

19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.

12

BEKANTAN Vol. I/No. 1/2013

Gonystylus bancanus umur 9
tahun ( jalur terbuka)
Kebun pangkasan Gonystylus
bancanus umur 3 tahun.
Jalan cabang
Dyera polyphylla umur 4,5
tahun ( jalur terbuka).
Dyera polyphylla umur 10,5
tahun (terbuka).
Dacridium becarii umur 12
tahun (rumpang)
Shorea sp umur 9 tahun
Pemadaman kebakaran di
lahan rawa gambut .
Kunjungan kerja Sekbadan
Litbang Kehutanan RI.
Burung cicakrowo salah satu
jenis burung di KHDTK.
Patok batas KHDTK dengan
APL.
Sekat bakar ( jalur terbuka)

31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.

Kunjungan kerja Kapus
KP3HKA Kehutanan RI.
Kunjungan kerja Kapus
Produktivitas Hutan
Kehutanan RI.
Unit mesin pompa pemadam
kebakaran.
Ular salah satu jenis fauna
melata di KHDTK.
Palaquium cochlearia umur
3,5 tahun ( jalur terbuka)
Shorea balangeran umur 3,5
tahun (rumpang).
Dyera polyphylla umur 3,5
tahun (rumpang).
Bangkai orang utan (Pongo
pigmaeus)
Sarang orang utan (Pongo
pigmaeus) pada pohon induk
pisang-pisang.

40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.

Buah/benih Calophyllum
macrocarpum
Ketergenangan air gambut
musim hujan.
Kekeringan musim kemarau.
Shorea balangeran umur 1,5
tahun (terbuka).
Pohon induk Tetramerista
glabra.
Buah/benih Dyera polyphylla
dari APB.
Buah/benih Calophyllum
kunstleri
Sumber air (sumur)
pemadaman kebakaran.
Pengunduhan buah
Nothaphoebe coriacea
Pohon induk Gonystylus
bancanus
Kunjungan kerja Menteri
Kehutanan RI.

PROFIL

ARIF PORKAS SIHULAMBU SAGALA

SANG PIONER!

A

rif Porkas Sihulambu Sagala lahir tidak

Field Manager Project Reforestation and Tropical Forest

jauh dari batas hutan lindung Gunung

Management Kerjasama RI-Finlandia di Kalsel (ATA-

Sibualbuali di Tanah Batak. Tamat SMA Negeri

267). Selama perjalanan karirnya, beliau sudah banyak

Sipirok, kemudian melanjutkan pendidikan

mengunjungi beberapa negara untuk melakukan studi

di Universitas Indonesia di Bogor Tahun 1961, dan tamat

banding, workshop maupun seminar internasional. Beliau

dari Fakultas Kehutanan IPB tahun 1969. Tahun 1973-1978

juga dikenal sebagai pekerja keras, tak jarang ke pelosok

bertugas sebagai counterpart proyek Pengembangan

hutan sekalipun didatangi untuk melihat dan mengikuti

Kehutanan Indonesia kerjasama RI-FAO di Bogor (Proyek

kegiatan lapangan yang sedang dikerjakan. Di lapangan,

INS/054). Tahun 1979-1983 bertugas sebagai C0-Project

beliau sering mengajak diskusi dan mengarahkan para

Manager Proyek Reboisasi Mekanis lahan alang-alang di

peneliti dan teknisi agar kegiatan di lapangan dapat

Benakat Kerjasama RI-Jepang (Proyek ATA-186). Tahun

berjalan dengan baik. Pak Sagala juga menulis beberapa

1983-1997, selama 14 tahun beliau

bertugas sebagai

ide dan pendapat beliau di beberapa kesempatan. Salah

Kepala Balai Teknologi Reboisasi Banjarbaru merangkap

satu buku yang beliau telah dihasilkan adalah “Desain
BEKANTAN Vol. I/No. 1/2013

13

Kehutanan Holistik” yang diterbitkan oleh Yayasan Obor

pengelolaan. Seorang manajer yang sukses adalah mereka

Indonesia. Kontribusi pemikiran beliau untuk kelestarian

yang paham untuk mengelola. Mengelola hutan, artinya

hutan produksi alam dan

yang cukup dikenal adalah

harus ada obyek yang harus ditingkatkan mutu secara terus

“tebang rumpang”. Selama berkarya, beliau juga sebagai

menerus. Jadi, mengelola terdiri dari 3 elemen yaitu obyek,

peneliti selama 20 tahun dengan spesialisasi penelitian

hasil dan proses. Obyek harus bisa diukur atau terukur,

tentang aspek manajemen hutan. Meski sudah pensiun,

sehingga harus homogen. Yang heterogen tidak bisa

dengan gaya

diukur atau dikelola. Sehingga untuk mengelola sesuatu,

bicara yang lugas

beliau masih

aktif

menyuarakan gagasan tentang pengelolaan kehutanan.

harus dibagi pada unit-unit yang homogen atau yang
disebut sebagai basis perencanaan. Hasil adalah obyek

Menurut bapak, siapakah Porkas Sagala itu ?

yang sudah ditingkatkan mutunya dan masih akan terus

Saya adalah seorang yang dilahirkan di tengah hutan,

ditingkatkan lagi. Hasil dan obyek harus dituangkan dalam

dan bekerja dan mengabdikan hidupnya untuk hutan dan

rencana desain (spek). Dalam ilmu membuat tegakan,

itu adalah saya.

menurut saya terdapat 3 kesalahan yaitu: pertama, tidak
mempunyai obyek sehingga basis perencanaan

Mengapa bapak masih istiqomah
terhadap kehutanan Indonesia?
Saya

ingin

kehutanan

melihat

ditangani

tidak dapat dibuat dan sistem perencanaan
tidak jelas. Kedua, tidak mempunyai spek
(rencana desain) sehingga standar

bahwa

mutu pekerjaan tidak jelas, evaluasi

dengan

sulit dilakukan. Ketiga, hasilnya

baik, baik untuk produksi dan
kelestariannya.

Saya

heterogen,

yakin

tidak bisa dibuat.

menangani kehutanan ini.

Apa yang Bapak maksud
manajemen terukur?

Dalam
tulisan
dan
statement bapak di
beberapa
pertemuan
sering
mengatakan
bahwa ilmu kehutanan
salah, apa maksudnya
pak ?
praktik

tidak

terukur, identitas dan database

tidak banyak orang yang tahu

Dalam

sehingga

Manajemen

terukur

maksudnya hutan yang akan
dikelola dibagi berdasarkan
bagian-bagian yang dapat
di

manajemen

seperti

manajemen tingkat tegakan

ilmu

rumpang

kehutanan di lapangan, obyek

petak

yang jelas adalah suatu keharusan,

atau

dan

dalam

kuvio,tingkat
satu

unit

pengelolaan.

objek harus terukur standarnya
(besteknya) dan peningkatan mutu

Apa beda rumpang dan kuvio?

terus menerus (continual development).

Rumpang dan kuvio sama, kalau

Contohnya adalah HTI, sebelum melakukan

rumpang dari istilah bahasa Indonesia, sedang

penananam harus sudah ditentukan besteknya,
berapa pertumbuhannya per tahun, berapa hasil

kuvio dari bahasa finlandia.

panennya dsb. Selama ini fakultas kehutanan mengajarkan
ilmu ukur dan silvikutur namun tidak mengajarkan apa saja
yang harus diukur dan membaginya berdasarkan bestek.
Harusnya ilmu kehutanan mengikuti ilmu kedokteran yang

Apa cita-cita Bapak yang selama ini diidamkan
tentang hutan Indonesia?
Saya

ingin

hutan

Indonesia

dikelola

dengan

membagi ilmunya berdasarkan bagian-bagian yang bisa

manajemen yang terukur, dibagi berdasarkan bestek yang

terukur seperti penyakit jantung, anak, dalam, THT, dll.

sama. Sehingga dapat diukur dan dikelola dengan baik.

Bapak sering mengatakan hutan harus dikelola,
apa arti mengelola itu pak?

Apa pesan-pesan Bapak untuk para rimbawan
saat ini?

Pada abad 18 lahir ilmu manajemen yang berfungsi

Saya

ingin

semua

rimbawan

bekerja

dengan

merencanakan, mengkoordinasikan, mengarahkan, dan

manajemen yang terukur, sehingga hutan dapat terkelola

mengawasi pekerjaan. Dalam manajemen, juga dilakukan

dengan baik.

14

BEKANTAN Vol. I/No. 1/2013

FOKUS

KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN ( KPH) :

tapak, (d) ketidakjelasan perbedaan tupoksi antara institusi

BENTENG TERAKHIR
RIMBAWAN
MEWUJUDKAN
PENGELOLAAN
HUTAN LESTARI

pelestari dengan institusi pemanfaat dan (e) orientasi

Oleh:
Marinus Kristiadi Harun, S.Hut., M.Si.

adalah merupakan areal/wilayah yang didominasi oleh

pengelola hanya pada areal yang menghasilkan kayu.
Kelima faktor tersebut menyebabkan kegiatan kehutanan,
seperti pengamanan areal hutan dan praktek-praktek
silvikultur lainnya, serta rehabilitasi hutan dan lahan tidak
berhasil. Berdasarkan kondisi tersebut maka diperlukan
sistem pengelolaan hutan di Indonesia yang mampu
menjawab kelemahan tersebut. Sistem yang diharapkan
mampu menjawab permasalahan di atas adalah Kesatuan
Pengelolaan Hutan (KPH). Pengertian KPH secara umum
hutan dan mempunyai batas yang jelas, yang dikelola
untuk memenuhi serangkaian tujuan yang ditetapkan

Pendahuluan

C

secara eksplisit sesuai dengan rencana pengelolaan jangka

ita-cita mewujudkan Pengelolaan Hutan Lestari

panjang. Keseluruhan wilayah KPH akan mempunyai batas

(PHL) pada sebagian besar kawasan hutan

yang jelas baik di lapangan maupun di peta. Suatu KPH

khususnya di luar Pulau Jawa sampai saat

mempunyai tujuan yang luas bagi keseluruhan unit KPH

ini masih belum tercapai. Faktor-faktor yang

dan dalam sub-sub unit KPH dimungkinkan untuk dikelola

menyebabkan belum tercapainya cita-cita mewujudkan

dalam regime manajemen yang berbeda dan terpisah

PHL antara lain adalah (Sirang, 2008): (a) lemahnya

(Sirang, 2008).

peranan dan fungsi lembaga pengelola di tingkat tapak,

Melalui pembangunan KPH diharapkan dapat dicapai

(b) belum adanya kepastian batas lokasi yang diketahui

sasaran-sasaran berikut: (1) mengurangi degradasi hutan;

dan diakui dengan baik oleh masyarakat sehingga status

(2) tercapainya PHL; (3) meningkatnya kesejahteraan

kawasan kurang jelas, (c) ketiadaan manajemen di tingkat

masyarakat lokal; (4) stabilisasi penyediaan hasil hutan; (5)
BEKANTAN Vol. I/No. 1/2013

15

mengembangkan tata pemerintahan

kelestarian lingkungan (environmetal

yang baik dalam pengelolaan hutan;

sustainability).

(6)

aspirasi

percepatan

rehabilitasi

dan

Secara

konseptual,

swasta/daerah, organisasi-organisasi
non

pemerintah,

dan

lembaga-

tersebut

lembaga penyuluh. Pada prinsipnya,

reforestasi; (7) memfasilitasi akses

memberikan kesan positif bahwa

jika para pihak memiliki komitmen,

pada pasar karbon. Namun dalam

KPHP Model Banjar sebaiknya dikelola

maka komitmen itulah yang akan

implementasinya,

dengan

membuka

pembangunan

para

pihak

pendekatan

Pengelolaan

banyak

peluang

bagi

KPH tersebut (khususnya di luar

Hutan Berbasis Ekosistem. Kedua,

semua

Pulau

menghadapi

Dinas Kehutanan Kabupaten Banjar

jawaban-jawaban

permasalahan. Berdasarkan uraian

telah memiliki modal awal bagi

terhadap

tersebut

ini

suatu proses pembentukan KPHP

pengurusan

dibahas prospek dan tantangan KPH

Model Banjar. Hal ini ditunjukkan

Banjar. Hal ini termasuk komitmen

sebagai benteng terakhir rimbawan

dengan

yang

seluruh pihak yang berada dan terkait

dalam mewujudkan PHL.

kuat dari para pihak yang terlibat

dengan penggunaan ruang dalam

(stakeholders), yang telah berhasil

setiap kesatuan ekosistem (DAS)

Jawa)

masih

maka

pada

tulisan

adanya

komitmen

pihak

untuk

mengetahui

yang

skenario
hutan

tepat

harmonisasi
di

Kabupaten

Hasil Penelitian BPK Banjarbaru

untuk mempertahankan tata ruang

Terkait dengan KPH

yang

Beberapa hasil penelitian terkait

sudah

disepakati

bersama

secara

konsisten.

dengan KPH (dengan studi kasus

sampai

sejauhmana

Persoalannya

KPHP Model Banjar) yang telah

kompromi para pihak bisa ditemukan

kompromi-

pada suatu muara untuk mencapai
PHL. Keempat, dalam perspektif
multipihak, stakeholder yang terlibat
tersebut

diskenariokan

sebagai

para penentu kebijakan sehingga

memetakan

permasalahan

dan

memiliki harapan-harapan ke arah
pengurusan hutan yang efektif dan
efisien

yang

berlandaskan

pada

aspek ekonomi, sosial, lingkungan
dilakukan oleh
Kehutanan

Balai Penelitian

(BPK)

Banjarbaru

dan

tatanan

kebijakan

yang

Ketiga,

realita

menunjukkan

bahwa

mendukungnya.

dapat dijelaskan sebagai berikut.

yang

Pertama, orientasi dari para pihak

banyak pihak yang berkepentingan

yang terlibat dalam pembentukan

dengan

KPHP Model Banjar mencerminkan

Model Banjar, yakni: masyarakat,

memunculkan posisi peranan semua

harapan bahwa pengelolaan hutan

aparat

pihak dalam suatu proses konsultasi

sebaiknya

menyeluruh

DPRD, Pemerintah Daerah, Dinas

dan

(komprehensif) dengan berlandaskan

Kehutanan, Dinas Pertanian, Dinas

perumusan unit (kawasan), rencana

pada dimensi kelestarian ekonomi

Perkebunan, Dinas Pertambangan,

dan pengelola secara detail terhadap

(economic sustainability), kelestarian

Dinas Permukiman dan Transmigrasi,

areal-areal yang terkait pada calon

sosial

Litbang

unit-unit pengelolaan. Kelima, dalam

16

bersifat

(social

sustainability)

BEKANTAN Vol. I/No. 1/2013

dan

ada

pembentukan
desa,

pemerintah

Kehutanan,

KPHP
pusat,

perusahaan

partisipasi

dalam

setiap

perspektif kelembagaan, suatu analisis

lahan baik masyarakat lokal maupun

terhadap

diperlukan

negara tidak dapat dibuktikan secara

untuk tujuan menemukenali pihak

legal yang disepakati bersama, (c)

Model

mana saja yang berhak dan/atau

praktek pemanfaatan sumberdaya

merupakan kawasan milik negara

memiliki minat atas hutan. Analisis

alam khususnya hasil hutan kayu

(state

tersebut diarahkan pada hak (right),

dan non kayu cenderung eksploitatif

pemukiman

tanggungjawab

sedangkan

desa di dalam kawasan yang belum

stakeholder

(responsibilities),

pengelolaan

lahan

Model Banjar sebagai berikut.
lahan

Pertama,
Banjar

hutan

secara

property),

de

namun

warga

KPHP

yang

jure

adanya
berupa

pendapatan (return), dan hubungan

bersifat ekstensif, (d) pengaturan

dilakukan

(relationships) antar mereka sehingga

hak-hak sumberdaya alam dalam

status state property yang close access

model kelembagaan dan aturan/tata

kawasan hutan merupakan sistem

secara de jure berubah menjadi

nilai dapat ditentukan berdasarkan

kelembagaan masyarakat lokal yang

open acces secara de facto. Kondisi

pertimbangan

kolaboratif

bersifat dinamis sesuai perkembangan

ini menimbulkan opportunity sets

(Budiningsih, 2008; Budiningsih et al.

yang terjadi di masyarakat, (e) konflik

ikut mengambil sumberdaya lahan

2010).

lahan terjadi antar warga desa, antar

tersebut.

Hasil

penelitian

enclave,

menyebabkan

Budiningsih

desa, desa dengan perusahaan, desa

Kedua, isu pokok dalam konflik

et al. (2010) yang menganalisis

dengan desa tetangganya, antar

lahan di KPHP Model Banjar ada 5,

tentang pengaruh hak atas lahan

warga desa dengan pendatang dan

yakni: (a) dualisme administrasi (satu

(land tenure) dalam pembangunan

(f) Penyelesaian konflik sumberdaya

tapak dua kewenangan), (b) IUPHHK

KPHP Model Banjar menyebutkan

cenderung bersifat normatif yang

tidak

beberapa hal berikut: (a) masyarakat

berarti penyelesaian konflik dilakukan

ekonomi

lokal secara de facto “menguasai”

oleh aparat desa yang didampingi

(d) potensi Pendapatan Asli Daerah

sumberdaya alam (kayu maupun

oleh tokoh masyarakat.

(PAD) dan (e) penegakan hukum

aktif,

(c)

pemberdayaan

masyarakat

terabaikan,

masih lemah.

non kayu) termasuk sumberdaya

Terkait dengan adanya konflik

lahan di dalam kawasan hutan, (b)

lahan, Harun et al (2012) menjelaskan

Ketiga, masalah yang timbul

kepastian

karakteristik konflik lahan di KPHP

dalam konflik lahan di KPHP Model

kepemilikan

hak

atas

BEKANTAN Vol. I/No. 1/2013

17

Banjar

merupakan

masalah

atau

konflik struktural, yakni aktor yang

stakeholders tersebut.

institusi; (4) communication, upaya
kebijakan

pembentukan KPHP Model Banjar

terlibat tidak berada pada tataran

pembentukan KPHP Model Banjar

secara nyata hadir setelah sebagian

yang

sesuai

besar hutan alam produksi telah

sama.

Konflik

struktural

analisis

Kelima,
dengan

metode

ROCCIPI

(structural conflict) adalah keadaan

adalah seperti uraian berikut:

dimana secara struktural atau keadaan

rule, point penting dari peraturan

mewujudkannya diperlukan berbagai

di luar kemampuan kontrolnya pihak-

perundangan terkait dengan KPH

strategi. Dalam hubungan ini dikenal

pihak yang berurusan mempunyai

adalah: (a) seluruh kawasan hutan

strategi pembentukan KPHP melalui

perbedaan status kekuatan, otoritas,

di Indonesia akan terbagi dalam

2 (dua) pendekatan atau alternatif,

kelas atau kondisi fisik yang tidak

wilayah-wilayah

akan

yakni: (a) alternatif komunikasi berupa

berimbang.

menjadi

KPH,

HPH,

sehingga

untuk

penguatan

deliniasi hutan produksi yang ada

sistem pengurusan hutan nasional,

di setiap kabupaten/kota se Provinsi

belas) stakeholders yang memiliki

provinsi, kabupaten/kota, (b) pada

Kalimantan Selatan ke dalam calon-

kepentingan dan pengaruh dalam

setiap wilayah KPH dibentuk institusi

calon unit KPHP dan (b) alternatif

pengelolaan

pengelola

komunikasi yang dilakukan untuk

terdapat

15

kawasan

hutan

di

KPHP Model Banjar yang dapat

jawab

dibedakan
yaitu

dalam

kelompok

dari

dibebani

(lima

Keempat,

bagian

serta

(1)

yang

terhadap

bertanggung
penyelenggaraan

mengantisipasi

kondisi

IUPHHK

berjalan,

dengan

tiga

kelompok

pengelolaan hutan. Institusi penge-

yang

yang

mewakili

lola ini merupakan Organisasi tingkat

prioritas kepada: IUPHHK yang telah

pemerintah,

tengah

dunia

tapak, (c) pemerintah, pemerintah

diperpanjang masa ijinnya, IUPHHK

usaha, dan masyarakat. Kebanyakan

provinsi dan pemerintah kab/kota,

yang

berada

stakeholders

pengelolaannya

diserahkan

pada

posisi

sesuai kewenangannya bertanggung

kepada BUMN, IUPHHK yang atas

atau

pihak

jawab terhadap pembangunan KPH

keinginan

yang menentang kuat terjadinya

dan infrastrukturnya; (2) opportunity,

pembentukan KPHP terkait pada

perambahan lahan yang terjadi pada

pembangunan KPHP Model Banjar

areal kerjanya dan IUPHHK yang

pengelolaan lahan di KPHP Model

mempunyai peluang untuk resolusi

akan berakhir masa ijinnya, tetapi

Banjar, stakeholders tersebut yakni:

konflik

pertimbangan

dinilai masih layak untuk diusahakan

Polsek, Polhut, Dinas Pertambangan,

KPH dibangun dan dibentuk “lokal

kembali; (5) interest, pengelolaan

Kementerian Transmigrasi, IUPHHK,

specifik”, sehingga diharapkan dapat

hutan produksi ke dalam sistem KPHP

UPT KPHP Model Banjar (Dinas

lebih mengakomodasi kepentingan

adalah merupakan penyempurnaan

Kehutanan Kabupaten Banjar), BPKH,

masyarakat sekitar. Selain itu, KPH

dari

Penyuluh Kehutanan, dan Bapedda.

dapat

rutin

pengaturan tegakan, dan pengaturan

Posisi strong suports ditempati oleh

dengan

setempat,

kelembagaan yang dapat mendukung

Peladang

Kades/Pambakal.

sehingga diharapkan dapat segera

terwujudnya

mendukung

mengetahui dan merespon inspirasi

hutan

lapangan

dari masyarakat sekitar dan para

berwawasan

pihak

proceess,

stakeholders
strong

opponent

dan

Stakeholders
permasalahan
disebabkan

ini
riil

di

karena

menikmati

dengan

menjalin

komunikasi

masyarakat

terkait.

KPH

diharapkan

sendiri

melaksanakan

pengaturan

kawasan,

suatu

yang

pengelolaan

berkelanjutan
lingkungan;

pembentukan

dan
(6)
KPHP

keuntungan secara ekonomi. Pada

mampu

menciptakan

alternatif

dilakukan melalui kegiatan-kegiatan:

posisi weak supports hanya ditempati

peluang

pemberdayaan

ekonomi

identifikasi dan deliniasi kawasan

oleh

LSM,

pada

dasarnya

LSM

lokal;

(3)

titik

berat

hutan,

pembentukan

mendukung terhadap penyelesaian

pengelolaan KPHP Model Banjar

Bangun

KPHP,

capacity,

Rancang

penetapan

KPHP,

masalah yang terjadi pada konflik

adalah profesionalisme di bidang

penataan hutan, dan pembuatan

lahan KPHP Model Banjar dengan

kehutanan. Hal ini adalah salah satu

Rencana Karya Pengusahaan Hutan;

catatan ada win-win solution. LSM

syarat yang diperlukan untuk dapat

(7) ideology, kebijakan pembentukan

mempunyai kewenangan rendah dari

terwujudnya

KPHP Model Banjar tidak akan ada

sisi kebijakan untuk menyelesaikan

hutan yang lestari. Oleh karena itu,

pengaruhnya

kasus

Perguruan

dalam suatu KPHP, organisasi atau

pengelolaan

Tinggi, FKAD dan Camat merupakan

kelembagaan yang akan ditempatkan

dilandasi oleh moral yang baik.

stakeholders yang menentang tetapi

hendaknya

sekurang-kurangnya

Moral adalah aspek normatif yang

kekuatannya lemah di sebabkan tidak

dapat memenuhi 3 (tiga) kapasitas

sangat penting dalam menjamin

mempunyai kapasitas yang cukup

pokok, yaitu: pengaturan kawasan,

aspek positif dari suatu kebijakan dan

sehubungan dengan Tupoksi dari

pengaturan tegakan, dan pengaturan

moral menjadi spirit of soul dalam

18

yang

terjadi.

BEKANTAN Vol. I/No. 1/2013

suatu

pengelolaan

dalam
hutan

perbaikan

apabila

tidak

pengelolaan hutan. Kerusakan hutan

kinerja Dinas Kehutanan Kabupaten

penyusunan program pembangunan

di Indonesia yang meningkat selama

Banjar dan BPKH (UPT Kemenhut).

mengingat potensi yang besar dari

ini dipengaruhi oleh pelaksanaan

Isu

pemberdayaan

masyarakat

pengelolaan KPHP Model Banjar.

kebijakan tanpa moral, oleh karena

yang

terbaikan

pemerintah

itu moral hazard merupakan titik awal

dipengaruhi oleh lemahnya kinerja

masih lemah merupakan akibat dari

kerusakan hutan.

aparat pemerintah yakni: Kades/

kinerja aparat keamanan (POLHUT)

Keenam, resolusi konflik yang
ditawarkan

dalam

penelitian

oleh

Isu

penegakan

hukum

yang

Pambakal, Camat dan Bappeda. Akibat

yang buruk yang berakibat pada

ini

isu 2 ini peladang menjadi pihak yang

perambahan

lahan

hutan

dan

adalah upaya “mengubah konflik

paling dipengaruhi karena kondisi

kegiatan ilegal lainnya. Gambar 1

menjadi kemitraan yang sejajar”,

ekonomi dan tingkat pendidikan

tersebut juga dapat mengidentifikasi

hal ini dilakukan dengan langkah-

mereka yang rendah menyebabkan

hubungan antar isu pokok sehingga

langkah berikut: (a) membangun

tidak

dapat

kepercayaan

(trust

bekerja di sektor pertanian subsisten

tersebut

menumbuh

kembangkan

(perladangan

perkebunan

dipengaruhi oleh isu yang lain.

building),

(b)

Forum

ada

alternatif
dan

lain

selain

diketahui

bagaimana

isu

mempengaruhi

atau

berkepentingan

Cara ini akan memudahkan untuk

yang

dengan isu ini berkaitan dengan visi

memilah dan menata bagaimana

independen, (d) komunikasi yang

dan misi mereka untuk mendorong

memprioritaskan isu tersebut untuk

efektif dan (e) regulasi yang disepakati

pemberdayaan masyarakat.

dapat diatasi dan diselesaikan melalui

Kehutanan
(c)

Antar

menyiapkan

Desa
tim

(FKAD),

ahli

tradisional).

LSM

Asli

program at