Kajian Karakteristik Laboratorium Aspal Porus dengan Menggunakan Crumb Rubber Sebagai Bahan Tambahan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 UMUM
Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan
aspal. Dalam campuran beraspal, agregat berperan sebagai tulangan sedangkan aspal
berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat. Sifat-sifat mekanis dalam
campuran beraspal diperoleh dari friksi dan kohesi dari bahan-bahan pembentuknya.
Friksi agregat diperoleh dari ikatan antar butir agregat (interlocking), dan
kekuatannya tergantung pada gradasi, tekstur permukaan, bentuk butiran dan ukuran
agregat maksimum yang digunakan. Suhu pencampuran ditentukan berdasarkan jenis
aspal yang digunakan, jika digunakan aspal keras (AC) maka suhu pencampuran
umumnya berkisar antara 1450-1550 C, sehingga disebut campuran beraspal panas
atau dikenal dengan nama Hotmix.
Campuran aspal porus merupakan campuran beraspal yang sedang
dikembangkan untuk konstruksi wearing course . Jenis konstruksi ini direncanakan
khusus supaya sesudah penghamparan dan pemadatan dilapangan mempunyai rongga
udara sebesar 15%-25%, sehingga jenis konstruksi ini memiliki sifat permeabilitas
yang baik. Biasanya aspal porus dipakai untuk lapisan permukaan dan dihamparkan
diatas lapisan perkerasan yang kedap air. Persentase rongga udara yang sangat besar
merupakan jaringan drainase didalam lapisan perkerasan, yang dapat mengalirkan air

hujan mulai dari turun hujan sampai meresap ke dalam perkerasan dan mengalir ke
saluran samping ( Zulkarnain Nurazwar 2001 ).

Universitas Sumatera Utara

Campuran aspal porus memiliki syarat-syarat yang dijadikan parameter pada
saat penentuan layak atau tidak campuran aspal porus tersebut digunakan sesuai
dengan ketentuan yang ada. Ketentuan tersebut dapat dilihat pada tabel II.1.
Tabel II.1 Ketentuan Campuran Aspal Porus
No.
Kriteria Perencanaan
1
Uji Cantabro Loss (%)
2
Uji Aliran Aspal Kebawah (%)
3
Kadar Rongga di Dalam Campuran (VIM %)
4
Stabilitas Marshall (kg)
5

Kelelehan Marshall (mm)
6
Jumlah Tumbukan Perbidang
Sumber : Australian Asphalt Pavement Association, 2004

Nilai
Maks. 35
Maks. 0,3
18 - 25
Min. 500
2-6
75

Perbedaan material aspal porus dengan campuran aspal konvensional terletak
pada gradasi agregat yang digunakan. Pada campuran aspal konvensional, gradasi
agregat menggunakan gradasi rapat (dense graded), sedangkan pada campuran aspal
porus, gradasi agregat yang digunakan adalah gradasi terbuka (open graded).
Perbedaan kedua gradasi agregat tersebut dapat dilihat pada gambar II.1.
GRADASI RAPAT


GRADASI TERBUKA

Gambar II.1 Perbedaan Antara Gradasi Rapat dan Gradasi Terbuka

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Louisiana University Of Tennessee Knoxville,
menjelaskan tentang keunggulan Crumb Rubber asphalt :

Universitas Sumatera Utara

Asphalt-Rubber bukan solusi dari penyelesaian limbah ban, tetapi ketika

dimanfaatkan oleh lembaga rekayasa lebih bermanfaat dalam meningkatkan
karakteristik jalan seperti Durabilitas, Flexsibilitas, dan ketahanan terhadap retak. Itu
dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pengurangan limbah ban.

II.2 Dasar Teori
II.2.1 Struktur Perkerasan Jalan
Pada mulanya perkerasan dikelompokkan menjadi perkerasan lentur (flexible
pavement) dan perkerasan kaku (rigid pavement), kemudiaan ada berbagai perkerasan


baru seperti :perkerasan komposit, perkerasan beton prestress, dan lain-lain
Perkerasan lentur merupakan jenis perkerasan yang paling banyak digunakan di
Indonesia. Dimana struktur perkerasan lentur terdiri dari
Jenis Perkerasan

Metode

Lapis permukaan

Surface Course :

 Wearing Course
 Binder Course
Lapisan pondasi

 Base Course
 Subbase Course

Tanah dasar


Subgrade

Sumber : Rekayasa Jalan

a. Lapis Permukaan (Surface Course)

Universitas Sumatera Utara

Lapis permukaan adalah lapisan perkerasan yang terletak paling atas, yang
terdiri dari lapis aus (Wearing Course) dan lapisan antara (Binder Course).
Fungsi lapis permukaan adalah :
1. Menerima beban langsung dari lalu lintas dan menyebarkan untuk
mengurangi tegangan pada lapis bawah lapisan perkerasan jalan.
2. Menyediakan permukaan jalan yang rata, aman, dan kesat(anti slip).
3. Menyediakan drainase yang baik dari permukaan kedap air, sehingga
melindungi struktur perkerasan jalan dari perubahan cuaca.
4. Menahan gaya geser dari beban roda kendaraan.
5. Sebagai lapisan aus, yaitu lapisan yang dapat asu yang selanjutnya dapat
diganti dengan yang baru.
b. Lapisan pondasi Atas (Base course)

Lapisan pondasi atas adalah bagian dari oerkerasan yang terletak antara lapis
permukaan dan lapis pondasi bawah atau dengan tanah dasar apabila tidak
menggunakan lapis pondasi bawah. Fungsi lapis pondasi atas antara lain
sebagai :
1. Lapis pendukung bagilapis permukaan.
2. Pemikul beban horizontal dan vertikal.
3. Lapis perkerasan bagi pondasi bawah.
c. Lapis Pondasi Bawah (Subbase Course)
Lapis pondasi bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis
pondasi atas dan tanah dasar, yang berfungsi sebagai :
1. Lapis pencegah masuknya tanah dasar ke lapis pondasi atas.
2. Lapis pertama pada pembuatan perkerasan.
3. Mengurangi tebal lapisan diatasnya yang llebih mahal.

Universitas Sumatera Utara

4. Melindungi lapis tanah dasar langsung setelah tertekan udara.
d. Tanah Dasar
Tanah dasar (Sub Grade) adalah permukaan tanah semula, permukaan tanah
galian atau permukaan tanah yang setelah dipadatkan dan merupakan

permukaan tanah dasar untuk perletakan bagian-bangian perkerasan lainnya,
yang berfungsi :
1. Memberi daya dukung terhadap lapisan diatasnya.
2. Sebagai tempat perletakkan pondasi jalan.
II.2.2 Aspal Porus
Aspal porus merupakan campuran panas antara agregat bergradasi terbuka
dengan aspal berviskositas tinggi pada perbandingan tertentu. Agregat bergradasi
terbuka (open graded aggregat) adalah distribusi butiran agregat dari yang kasar
sampai halus, dengan fraksi kasar lebih banyak dibandingkan fraksi halus. Aspal
berviskositas tinggi adalah aspal hasil modifikasi, yaitu penambahan suatu additive
kedalam aspal, pada perbandingan tertentu.
Banyak negara telah menggunakan jenis campuran ini. Seperti di Inggris mulai
tahun 1967, Belanda tahun 1971, Kanada tahun 1974, Spanyol tahun 1980, Belgia dan
Prancis tahun 1990 dan Italia tahun 1989. Untuk Asia, penggunaan campuran ini
masih dikatagorikan baru, seperti Jepang dan Korea selatan yang menggunakan
campuran ini tahun tahun 1990. Banyak faktor yang menyebabkan jenis campuran ini
lambat dalam perkembangannya, terutama sekali jenis perkerasan ini tergolong
mahal, baik dalam pembangunannya maupun perawatannya ( Hardiman 2004 )
Aspal porus digunakan sebagai lapisan permukaan jalan raya yang melayani
lalu lintas ringan sampai sedang. Aspal porus berfungsi sebagai pendukung beban lalu


Universitas Sumatera Utara

lintas, dan drainase, dan juga aspal porus diletakan pada permukaan lapis perkerasan
yang kedap air (M.Affan) .
Secara struktural ditampilkan pada gambar II.2

Gambar II.2 Komposisi Susunan Perkerasan Lentur
Dikutip dari penelitian Zulkarnain Nurazwan,dkk (2001). Dalam media teknik
sipil, aspal porus mempunyai beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan aspal
beton antara lain :
a. Air hujan dapat segera mengalir melalui rongga yang ada sehingga
kemungkinan terjadinya genangan air sangat kecil, dan terjadinya aquaplaning
dapat terhindari.
b. Faktor gesekan yang baik untuk kecepatan tinggi.
c. Mereduksi suara kendaraan bermotor.
d. Mengurangi silau yang ditimbulkan pada jalan yang permukaannya basah.

II.2.3 Crumb Rubber


Universitas Sumatera Utara

Crumb Rubber adalah karet kering, dengan bahan baku yang paling dominan

adalah ban bekas karena pengelolahan Crumb Rubber bertujuan untuk
mengangkat derajat bahan baku mutu rendah menjadi produk yang lebih bermutu.
Penggunaan Crumb Rubber dengan ukuran terlalu kasar sering terjadi kesulitan
untuk mendapatkan campuran yang homogen, sementara penggunaan Crumb
Rubber dengan ukuran halus dapat tercampur dengan rata dan dapat meningkatkan

kinerja aspal.
II.2.4 Crumb Rubber Asphalt
Crumb Rubber asphalt adalah sistem modifikasi bitumen dengan penambahan
crumb rubber sebagai bahan modifikasi. Crumb Rubber asphalt telah berhasil

digunakan dalam beberapa tahun terakhir di beberapa negara maju di dunia.
Penambahan crumb rubber dapat meningkatkan karakteristik dari aspal dan juga
dapat digunakan dalam skala besar.
Berdasarkan artikel Wright Asphalt Product Co. Keuntungan utama dari Crumb
Rubber asphalt adalah mengurangi limbah ban bekas dan dengan komposisi yang


tepat dapat meningkatkan kinerja aspal antara lain :






Mengurangi deformasi pada perkerasan
Meningkatkan kelekatan
Meningkatkan ketahanan terhadap retak

Dalam pencampuraan crumb rubber dengan aspal ada 2 cara yang telah
dikenal di dunia yaitu :
a. Wet Process ( proses basah )

Dalam wet process, crumb rubber dan bitumen dicampur bersamaan
dalam suhu tinggi untuk menghasilkan crumb rubber asphalt. Crumb

Universitas Sumatera Utara


rubber asphalt ditambahkan kedalam agregat di mixxing plant seperti

pada aspal konvensional.
b. Dry process ( proses kering)

Dalam dry process, partikel kering crumb rubber

langsung

ditambahkan kedalam agregat dan bitumen. Biasanya crumb rubber
dicampur dengan agregat terlebih dahulu sebelum dicampur dengan
bitumen, tetapi masih dianggap sebagai binder.
Wet process memiliki keuntungan memperbaiki karakteristik aspal, sedangkan dry
processe mempunyai keuntungan mudah diaplikasikan oleh pabrik aspal. Saat ini dry
process lebih sering digunakan dan telah terbukti berhasil dalam aplikasi perkerasan

jalan.
temperatur tinggi

ataupun temperatur rendah Persyaratan aspal konvensional

penetrasi 60/70 dan aspal polimer (Crumb Rubber Asphalt) dapat dilihat pada tabel
II.2 dan II.3

Universitas Sumatera Utara

Tabel II.2 Persyaratan Aspal Penetrasi 60/70
No.

Jenis Pengujian

Metode

Persyaratan

1

Penetrasi, 25 ºC, 100 gr, 5 detik; 0,1 mm

SNI 06-2456-1991

60 – 70

2

Titik Lembek; ºC

SNI 06-2434-1991

≥ 48

3

Titik Nyala; ºC

SNI 06-2433-1991

≥ 232

4

Daktilitas, 25 ºC; cm

SNI 06-2432-1991

≥ 100

5

Berat jenis

SNI 06-2441-1991

≥ 1,0

6

Kelarutan dalam Trichlor Ethylen; % berat

AASHTO T44-03

≥ 99

7

Penurunan Berat (dengan TFOT); % berat

SNI 06-2440-1991

≤ 0,8

8

Penetrasi setelah penurunan berat; % asli

SNI 06-2456-1991

≥ 54

9

Daktilitas setelah penurunan berat; % asli

SNI 06-2432-1991

≥ 100

Sumber : Spesifikasi Umum 2010 revisi II
II.2.5 Lateks Alam
Lateks merupakan salah satu polimer organik yang memperlihatkan resiliensi
(daya pegas) atau kemampuan meregang dan kembali ke keadaan semula dengan
cepat. Karet alam termasuk salah satu polimer jenis elastomer yang ketersediannya
cukup berlimpah diindonesia karena merupakan salah satu komoditas unggulan hasil
perkebunan dalam negri. Sebagai produsen karet alam indonesia perlu membuka
potensi penggunaan karet alam baru, seperti lateks alam sebagai bahan tambahan pada
bahan pengikat aspal. Namun selama ini penggunaan lateks alam sebagai aditif masih
terbatas karena terdapat kelemahan dari lateks alam, disebabkan lateks mudah
menggumpal ketika dicampur dengan aspal, kadar air lateks pekat yaitu jenis lateks
alam dalam perdagangan masih tinggi, selain itu bobot molekul karetnya yang tinggi,

Universitas Sumatera Utara

sehingga sulit untuk diaplikasikan dengan cara penyemprotan (spraying). (Rizky
Pradana Trisilvana)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Madi Hermadi (2015), menjelaskan
bahwa Lateks alam belum banyak digunakan sebagai bahan modiikasi aspal. Namun
pengkajian terhadap aspal yang dimodifikasi lateks alam sudah dilakukan, misalnya
oleh Robinson (2004). Hasil kajian robinson tersebut menunjukkan bahwa
penambahan lateks alam dapat meningkatkan sifat mekanik dan struktural aspal,
yaitu:
1. Meningkatkan kekerasan aspal sehingga lebih tahan terhadap rutting.
2. Menurunkan kekakuan sehingga lebih tahan terhadap retak.
3. Mengurangi kerentanan terhadap dilapangan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Madi Hermadi (2015), menyimpulkan bahwa
Lateks Alam dapat digunakan sebagai bahan tambahan untuk meningkatkan kualitas
aspal minyak agar memiliki sifat reologi yang lebih baik, yaitu lebih elastis, lebih
kaku, lebih tahan terhadap rutting, dan lebih tahan tehadap retak.

Universitas Sumatera Utara

Tabel II.3 Persyaratan Aspal Polimer/Modifikasi
No.

Jenis Pengujian

Metode

Persyaratan

1

Penetrasi, 25 ºC, 100 gr, 5 detik; 0,1 mm

SNI 2456-2011

50-70

2

Titik Lembek; ºC

SNI 2434-2011

-

3

Titik Nyala; ºC

SNI 2433-2011

≥ 232

4

Daktilitas, 25 ºC; cm

SNI 06-2432-1991

≥ 100

5

Berat jenis

SNI 2441-2011

≥ 1,0

6

Kelarutan dalam Trichlor Ethylen; % berat

SNI 06-2438-1991

≥ 99

7

Penurunan Berat (dengan TFOT); % berat

SNI 06-2440-1991

≤ 0,8

8

Perbedaan Penetrasi setelah TFOT; % asli

SNI 06-2456-1991

≥54

9

Daktilitas pada 25 ºC; cm

SNI 06-2432-1991

≥ 100

Sumber : Spesifikasi Umum 2010 revisi II
II.2.6 Bahan penyusun Lapisan Aspal Porus
Material campuran aspal porus hampir sama dengan campuran aspal
konvensional. Agrega, aspal serta bahan tambahan (binder modifier ) merupakan
bahan dasar dari campuran tersebut, sehingga kualitas campuran aspal porus sangat
ditentukan oleh mutu dari kedua bahan tersebut.
II.2.6.1 Bahan Pengikat
Bahan pengikat yang digunakan pada perkerasan lentur adalah aspal. Aspal
didefinisikan sebagai material perekat ( cementitious ), berwarna hitam atau coklat
tua, dengan unsur utama bitumen, oleh karna itu bitumen seringkali disebut pula
sebagai aspal. Aspal dapat diperoleh di alam ataupun merupakan residu dari pengilang
minyak bumi.

Universitas Sumatera Utara

Aspal adalah material yang pada suhu ruangan berbentuk padat samapi agak
padat, dan bersifat termoplastis. Jadi aspal akan mencair jika dipanaskan, dan kembali
membeku jika suhu di turun. Bersama dengan agregat, aspal merupakan bahan
pembentuk campuran perkerasan lentur. Banyaknya aspal dalam campuran perkerasan
berkisar antara 4-10% berdasarkan berat campuran, atau 10-15% berdasarkan volume
campuran. (silvia Sukirman 2012)
Jenis aspal berdasarkan bahan dasar dibagi menjadi 3 (tiga) macam yaitu :
a. Aspal Keras (asphalt cement)
Pada proses destilasi fraksi ringan yang terkandung dalam minyak bumi
dipisahkan dengan destilasi sederhana hingga menyisakan suatu residu yang
dikenal dengan nama aspal keras. Dalam proses destilasi ini, aspal keras baru
dihasilkan melalui proses destilasi hampa pada temperatur sekitar 4800C.
Temperatur ini bervariasi tergantung pada sumber minyak mentah yang
disuling atau tingkat aspal keras yang akan dihasilkan.
b. Aspal Cair (cutback asphalt)
Aspal cair dihasilkan dengan melarutkan aspal keras dengan bahan pelarut
berbasis minyak. Aspal ini dapat juga dihasilkan secara langsung dari proses
destilasi, dimana dalam proses ini fraksi minyak ringan yang terkandung
dalam minyak mentah tidak seluruhnya dikeluarkan.
Berdasarkan bahan pencair aspal cair dapat dibedakan dalam tiga macam,
yaitu :

Universitas Sumatera Utara



Aspal cair cepat mantap (RC = rapid curing), yaitu aspal cair yang bahan
pelarutnya cepat menguap. Pelarut yang digunakan pada aspal jenis ini
biasanya bensin.



Aspal cair mantap sedang (MC = medium curing), yaitu aspal cair yang
bahan pelarutnya tidak begitu cepat menguap. Pelarut yang digunakan
pada aspal jenis ini biasanya minyak tanah.



Aspal cair lambat mantap (SC = slow curing), yaitu aspal cair yang bahan
pelarutnya lambat menguap. Pelarut yang digunakan pada aspal jenis ini
biasanya solar.

c. Aspal emulsi (emulsified asphalt)
Aspal emulsi merupakan campuran dari aspal keras, cair, dan emulsifier.
Aspal ini digunakan dalam keadaan dingin atau pada penyemprotan dingin.
II.2.6.2 Aspal Modifikasi
Aspal adalah bahan yang komplekss dan terdiri dari beberapa komponen untuk
jenis aspal yang tidak mempunyai titik lembek pasti. Oleh karena itu harus ditentukan
setiap aspal , bila diinginkan tahan pada suhu yang tinggi agar tidak terjadi deformasi
maka sebaiknya dipilih polimer . Aspal yang sudah ditambahkan dengan polimer biasa
disebut dengan sebutaan aspal modifikasi. Penambahan bahan aditif jenis polimer
dalam jumah kecil kedalam aspal terbukti dapat meningkatkan kinerja aspal dan
memperpanjang umur kekuatan/masa layan perkerasan tersebut. Dan polimer dapat
meningkatkan daya tahan perkerasan terhadap berbagai kerusakan, seperti deformasi
permanen, retak akibat perubahan suhu, fantigue damage, serta pemisahan/pelepasan
material ( Mita Amalia 2012). Antara lain berdasarkan sifatnya, ada dua jenis bahan
polymer yang biasanya digunakan untuk tujuan ini, yaitu polymer elastomer dan
polymer plastomer .

Universitas Sumatera Utara

II.2.6.2.1 Aspal Polymer Elastomer
SBS (Styrene Butadine Styrene), SBR (Styrene Butadine Rubber ), SIS
(Styrene Isoprene Styrene) dan karet adalah jenis-jenis polymer elastomer yang
biasanya digunakan sebagai bahan pencampur aspal keras. Penambahan polymer jenis
ini dimaksudkan untuk memperbaiki sifat-sifat rheologi aspal, antara lain penetrasi,
kekentalan, titik lembek dan elastisitas aspal keras. Campuran beraspal yang dibuat
dengan aspal polymer elastomer akan memiliki tingkat elastisitas yang lebih tinggi
dari campuran beraspal yang dibuat dengan aspal keras. Persentase penambahan
bahan tambah (additive) pada pembuatan aspal polymer harus ditentukan berdasarkan
pengujian laboratorium karena penambahan bahan tambah sampai dengan batas
tertentu memang dapat memperbaiki sifat-sifat rheologi aspal dan campuran tetapi
penambahan yang berlebihan justru akan memberikan pengaruh yang negatif.
II.2.6.2.2 Aspal Polymer Plastomer
Seperti halnya dengan aspal polymer elastomer , penambahan bahan polymer
plastomer pada aspal keras juga dimaksudkan untuk meningkatkan sifat rheologi baik

pada aspal keras dan sifat fisik campuran beraspal. Jenis polymer plastomer yang
telah banyak digunakan antara lain adalah EVA (Ethylene Vinyl Acetate),
polypropilene dan polyethilene. Persentase penambahan polymer ini ke dalam aspal

keras juga harus ditentukan berdasarkan pengujian laboratorium karena sampai
dengan batas tertentu penambahan ini dapat memperbaiki sifat-sifat rheologi aspal
dan campuran tetapi penambahan yang berlebihan justru akan memberikan pengaruh
yang negatif.

Universitas Sumatera Utara

II.2.6.3 Agregat
Agregat adalah material berbutir keras dan kompak, yang termasuk
didalamnya antara lain batu bulat, batu pecah hasil pemecahan oleh stone crusher , abu
batu dan pasir. Agregat merupakan komponen utama dan mempunyai peranan yang
sangat penting pada lapisan perkerasan jalan. Agregat menempati proporsi terbesar
dalam campuran, umumnya berkisar antara 90-95% dari berat total campuran.
II.2.6.3.1 Agregat Kasar
Agregat kasar pada campuran beraspal berfungsi memberikan kekuatan yang
pada akhirnya mempengaruhi stabilitas dalam campuran, dengan kondisi saling
mengunci (interlocking ) dari masing-masing partikel agregat. Agregat kasar
mempunyai peranan sebagai pengembang volume, menjadikan campuran lebih
ekonomis, meningkatkan ketahanan terhadap kelelehan (flow) dan meningkatkan
stabilitas.

Universitas Sumatera Utara

Tabel II.4 Persyaratan dan Sifat-sifat Teknis Agregat Kasar
Pengujian

Standar

Nilai

SNI 3407-2008

Maks.12 %

Abrasi dengan mesin Los Angeles

SNI 2417-2008

Maks. 40%

Kelekatan agregat terhadap aspal

SNI 2439-2011

Min. 95%

Kekekalan bentuk agregat terhadap
larutan natrium dan magnesium sulfat

Angularitas (kedalam dari permukaan

DoT’s

Pennsylvania 95/90(*)

1,0. Penetrasi pada suhu 25oC adalah 47. Pengujian
penetrasi setelah RTFOT pada suhu 25oC; 30oC dan 35oC diperoleh penetrasi sisa
sebesar 89,4%; 95,7% dan 78,2% dan hasil uji kehilangan berat adalah 0,2%. Hasil
pengujian titik lembek sebelum dan sesudah RTFOT adalah 71oC dan 72oC, jauh
lebih besar dari aspal pen. 60/70 dengan titik lembek pada rentang 48oC-58oC. Hasil
pengujian daktilitas sebelum dan sesudah RTFOT adalah 36 cm dan 35 cm < 100 cm.
Hasil pengujian propertis aspal menunjukan bahwa HBA-80 kurang peka terhadap
pengaruh temperatur dan lebih kental serta lebih getas bila dibandingkan dengan aspal
pen. 60/70. Merujuk pada suhu pencampuran dan suhu pemadatan HBA-80 yang
sangat tinggi, hal tersebut sangat menyulitkan pelaksanaannya di lapangan dan bahan

Universitas Sumatera Utara

dasar HBA-80 dari aspal pen. 60/70 akan rusak karena suhu pencampuran dan
pemadatan yang tinggi.
Pada pemeriksaan karakteristik aspal porus, kadar aspal optimum metode
Australia sebesar 5,31% dengan kepadatan 2,208 gram/cm3, kadar aspal optimum
berdasarkan metode Jepang sebesar 5,5% dengan kepadatan 2,172 gram/cm3.
Penentuan KAO berdasarkan metode Marshall, stabilitas maksimum yang diperoleh
190,06 kg dan kekakuan 46,98 kg/mm tidak memenuhi persyaratan minimal 500 kg.
Jadi KAO tidak dapat dihitung, berarti metode Marshall yang biasa dipakai untuk
menentukan KAO beton aspal gradasi padat tidak cocok untuk aspal porus yang
bergradasi terbuka.
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa aspal porus yang direncanakan
dengan metode Australia dan Jepang tidak mempunyai perbedaan yang cukup berarti,
sedangkan metode Marshall tidak cocok untuk aspal porus yang bergradasi terbuka.
Kemampuan aspal porus menyerap dan mengalirkan air hujan sangat tinggi, sehingga
kekesatan permukaan jalan dapat dipertahankan pada musim hujan dan kapasitas jalan
meningkat dengan keselamatan lalu-lintas yang lebih baik.

Ir.M.Affan, AS, melakukan penelitian tentang perilaku Aspal porus di uji

Dengan alat Marshall dan Wheel Tracking Machine, pada penelitian ini ingin
diketahui perilaku aspal aspal porus. Agregat yang digunakan adalah agregat pecah
begradasi terbuka. Sebagai bahan pengikat ( binder ) di pakai rubberized asphalt .
variasi kuantitas rubberized asphalt yang di campur kedalam agregat adalah 3%,
3.5%, 4%, 4,5%, 5%, 5,5,% dan 6% terhadap berat total campuran.pembuatan benda
uji dengan alat marshall mengikuti prosedur AASHTO t-254-74. Benda uji di
padatkan sebanyak 2 x 50 tumbukan. Berdasarkan optimum binder contant (OBC)

Universitas Sumatera Utara

dibuat enam buah benda uji, masing-masing 3 benda uji untuk pengujian dengan
wheel tracking machine, dan tiga benda uji untuk pengujian permeabilitas. Sebagai
pembanding dibuat benda uji-benda uji dengan menggunakan agregat dan gradasi
yang sama, dengan binder aspal penetrasi 60/70 berdasarkan pengujian aspal porus
dengan alat marshall di peroleh nilai rata-rata stabilitas marshall 744 kg, kelelehan
3.10 mm, dan vim 22,80% pada OBC 4.75%. nilai indek permeabilitas rata-rata
0,1298 cm/detik. Pengujian dengan wheel tracking machine menghasilkan dynamic
stabilitas rata-rata 5815,13 NP/mm dan rate of deformation 0,00736 mm/menit.
Dibandingkan dengan aspal porus menggunakan binder aspal penetrasi 60/70,
penggunaan rubberized asphalt dapat meningkatkan nilai stabilitas marshall sebesar
17,35%.

Universitas Sumatera Utara