Home Jurnal. Jurnal

ARTIKEL

ALAM BALI KINI

I GEDE DALEM SUARDITA

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT SENI INDONESIADENPASAR
DENPASAR
2017

ALAM BALI KINI
I Gede Dalem Suardita
Pasca Sarjana, Institut Seni Indonesia Denpasar, Jl. Nusa Indah, Denpasar, 80235, Indonesia
E-mail : kepakisandalem@gmail.com
ABSTRAK

Alam Bali yang indah membuat para wisatawan datang mengunjungi Bali. Keindahan alam Bali
dapat di nikmati dari dataran tinggi hingga dataran rendah. Sawah Ceking, Pantai Kuta, hingga gunung Batur
merupakan beberapa objek wisata alam yang terdapat di Bali. Bali yang terkenal akan keindahan alamnya
mendorong wisatawan datang ke Bali. Perkembangan pariwisata di Bali sangat signifikan yang berdampak

terhadap kesejahteraan masyarakatnya. Namun dibalik gemerlap pariwisata Bali terjadi dampak yang
merusak kelestarian lingkungan. Rusaknya lingkungan hidup di Bali diiringi dengan pembangunan besarbesaran untuk menunjang sarana pariwisata. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan konsep Tri Hita
Karana yang menjadi landasan masyarakat Bali. Konsep Tri Hita Karana tersebut salah satunya menyatakan
hubungan manusia dengan lingkungan. Berbagai permasalahan yang timbul divisualkan dalam karya foto
yang memiliki nilai estetik dengan konsep fotografi ekspresi. Adapun landasan yang dipakai dalam
menciptakan karya antara lain, teori keindahan untuk mendapatkan hasil karya yang memiliki nilai estetika
baik secara ideational maupun teknikal dan juga teori semiotika untuk menghasilkan karya yang kuat akan
penyampaian pesan. Tahap penciptaan selanjutnya adalah tahap eksplorasi yaitu melakukan pengamatan
tentang kerusakan alam di Bali dampak dari pariwisata, tahap berikutnya adalah tahap perancangan disini
pencipta menuangkan idenya kedalam sketsa, setelah tahap tersebut dilakukan tahap perwujudan, mulai dari
pemotretan, editing, hingga pencetakan karya. Fenomena kerusakan lingkungan yang terjadi membuat
pencipta ingin menciptakan sebuah konsep seni yang bertajuk Alam Bali Kini. Karya foto yang di ciptakan
berupa fotografi ekspresi dengan menggunakan teknik digital imaging. Aliran surealisme di pilih pencipta
guna menghasilkan karya foto yang menarik, unik dan kreatif.Dalam konsep karya ini pencipta ingin
menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga lingkungan agar tetap lestari.
Kata Kunci: Alam Bali Kini, Tri Hita Karana, Digital Imaging, Surealis
I.

PENDAHULUAN
Alam mencakup segala materi hidup dan materi bukan hidup yang berada secara alami di


bumi. Dalam pengertian yang paling murni, alam adalah lingkungan yang tanpa kegiatan manusia.
Alam Bali yang indah membuat para wisatawan datang mengunjungi Bali. Keindahan alam Bali
dapat di nikmati dari dataran tinggi hingga dataran rendah. Sawah Ceking, Pantai Kuta, hingga
gunung Batur merupakan beberapa objek wisata alam yang terdapat di Bali.
Bali sebagai daerah tujuan wisata utama di Indonesia karena memiliki kekayaan dan
keindahan alam, serta keunikan seni budayanya menjadi daya tarik utama. Sebagian masyarakat di
Bali bekerja dan mempertaruhkan nasibnya pada bidang-bidang yang berkaitan dengan pariwisata,
sehingga dampak positif dari pariwisata tersebut dapat membantu kesejahteraan masyarakat yang
ada di Bali pada umumnya. Pariwisata dapat menciptakan lapangan pekerjaan terkait pariwisata,

terhadap masyarakat adat yang memiliki kesenian-kesenian yang khas dimasing-masing daerah
untuk memperkenalkan dan sekaligus menjadikan sebagai suatu penghasilan bagi masyarakat
daerah tersebut.
Gegap gempita pariwisata Bali juga berdampak negatif terhadap lingkungan. Pembangunan
pariwisata selalu mengesampingkan dampak terhadap lingkungan. Konsep Tri Hita Karana seakan
tidak bermakna, hubungan manusia dengan alam tak ada timbal balik. Banyaknya kerusakan
lingkungan akibat kegiatan pariwisata yang tidak terkendali. Sebagaimana dinyatakan oleh Fridgen
(1996) bahwa “tourism is often the cause of environmental degradation”. Dijelaskan lebih lanjut
bahwa pariwisata telah menyebabkan adanya polusi udara, air, suara dan visual, masalah

pengolahan limbah, alih fungsi lahan untuk menyediakan fasilitas wisata, serta kerusakan lain
termasuk situs arkeologi dan sejarah.
Banyaknya pembangunan fisik yang mengikuti jalan raya, berdirinya bangunan-bangunan
tinggi. Konversi lahan pertanian ke non-pertanian menyebabkan lahan pertanian dan perkebunan
semakin sempit. Hal tersebut terjadi dikarenakan keinginan para investor (baik asing maupun
domestik) untuk memenuhi persaingan pasar, berebutan ingin meraih keuntungan tanpa
memperhatikan dengan seksama apa yang telah mereka perbuat secara tidak langsung kepada
lingkungan sekitarnya.
Kerusakan alam di Bali semakin tidak terbendung selama 10 tahun terakhir, seperti abrasi
pantai mencapai 91,070 km dari total 436 km panjang garis pantai yang ada, lahan kritis seluas
286.938 hektar, dan bahkan suhu udara naik mencapai 33 derajat celcius. Penyebab kerusakan ini
diperkirakan antara lain dampak dari pembangunan pariwisata sejak 1970-an yang kian tidak
terkontrol sampai sekarang di seluruh wilayah Bali (Ayuni, 2009).
Permasalahan lingkungan sudah sangat sering terjadi, masalah yang timbul sering kali di
abaikan, dikerjakan tetapi mangkrak. Berdasarkan fenomena yang terjadi terhadap kerusakan alam
Bali, menggugah pencipta untuk menciptakan karya fotografi ekspresi yang memvisualkan tentang
keadaan alam bali saat ini dimana pembangunan sarana pariwisata yang merusak ekosistem dan
alam Bali. Upaya ini dilakukan agar dapat memberi kritik terhadap dampak negatif dari pariwisata
tersebut dan menggugah masyarakat Bali untuk menjaga lingkungannya, disaat pariwisata
mengeksploitasi alam Bali.

Adapun hasil karya berupa foto berwarna yang nantinya di cetak diatas media kertas,
proses pemotretan dilakukan di beberapa daerah di Bali. Ada pula proses editing yang
menggunakan software Adobe Photoshop CS3 dimana pencipta menciptakan dan menggabungkan

beberapa foto sehingga menghasilkan foto yang sesuai dengan yang diinginkan. Karya foto yang
diciptakan merupakan kontradiksi dari Tri Hita Karana. Pada setiap karya foto yang diciptakan
akan dimuatkan warna Tridatu yang mempunyai makna sebagai penyelamat. Dalam konsep karya
tersebut pencipta ingin menyampaikan pesan tentang kerusakan alam Bali saat ini terutama dampak
dari pariwisata. Pencipta ingin menggugah masyarakat Bali untuk lebih peduli terhadap
lingkungannya.
II.

METODE DAN PROSES PERANCANGAN
Proses penciptaan menurut Gustami (2007: 329) secara metodologis melalui tiga tahapan

utama, yaitu (1) ekplorasi, yang meliputi langkah pengembaraan jiwa, dan penjelajahan dalam
menggali sumber ide. Dari kegiatan ini akan ditemukan tema dan berbagai persoalan. Langkah
kedua adalah menggali landasan teori, sumber dan referensi serta acuan visual untuk memperoleh
konsep pemecahan masalah. (2) Perancangan, yang terdiri dari kegiatan dimensional atau desain.
Hasil perancangan tersebut selanjutnya diwujudkan dalam bentuk karya, dan (3) Perwujudan, yang

merupakan perwujudan menjadi karya. Dari semua tahapan dan langkah yang telah dilakukan perlu
dilakukan evaluasi untuk mengetahui secara menyeluruh terhadap kesesuaian antara gagasan
dengan karya yang diciptakan.
.

Gambar 1. Diagram Metode
Dok. I Gede Dalem Suardita, 2016

III. WUJUD KARYA

Karya fotografi yang tercipta merupakan sebuah pesan kerusakan lingkungan yang
disebabkan oleh dampak perkembangan dan pembangunan sarana penunjang pariwisata. Wujud
dari karya fotografi tersebut adalah fotografi ekspresi yang beraliran surealis.

1. Karya foto dengan judul “Disana Rumahku”
Pada
karya
tersebut
menceritakan tentang terganggunya
ekosistem dari satwa liar. Setiap

elemen mengandung nilai semiotika
yang dijelaskan dengan teori semiotika
dari Carles Sandra Pierce yang
menyatakan bahwa semiotika didasari
atas logika (Sobur, 2006: 41). Dengan
teknik digital imaging karya dengan
aliran surealis tersebut lebih mudah
diciptakan.

Gambar 2. Karya Foto “Disana Rumahku”
Dok. I Gede Dalem Suardita, 2016

2. Karya foto dengan judul “Terhalang Sampah”
Pada
karya
tersebut
menceritakan tentang kondisi pantai
yang banyak terdapat sampah, yang
mengganggu kelestarian dan keindahan
pantai. Elemen pada foto dijelaskan

dengan teori semiotik dari Greenlee
dan Cassirer yang menyatakan bahwa
manusia sendiri mencari makna yang
terkadung
dalam
simbol-simbol
tersebut. Dengan teknik digital imaging
karya dengan aliran surealis tersebut
lebih mudah diciptakan.

Gambar 3. Karya Foto “Terhalang Sampah”
Dok. I Gede Dalem Suardita, 2016

3. Karya foto dengan judul “Asap Pariwisata”
Pada
karya
tersebut
menceritakan
tentang
kondisi

lingkungan Bali yang mulai tercemar
akan emisi dari kendaraan penunjang
pariwisata.
Elemen-elemen
yang
terdapat pada karya tersebut dijelaskan
menggunakan teori semiotika dari
Carles Sander Pierre yang menyatakan
bahwa semiotika didasari oleh logika.
(Sobur, 2006: 41). Dengan teknik
digital imaging karya dengan aliran
surealis
tersebut
lebih
mudah
diciptakan.

Gambar 4. Karya Foto “Asap Pariwisata”
Dok. I Gede Dalem Suardita, 2016


4. Karya foto dengan judul “Jejak Perusak”
Pada
karya
tersebut
menceritakan
tentang
maraknya
investor yang datang ke Bali untuk
membangun hotel, tanpa memikirkan
tentang kelestarian lingkungan di Bali.
Dengan teknik digital imaging karya
dengan aliran surealis tersebut lebih
mudah diciptakan.

Gambar 5. Karya Foto “Jejak Perusak”
Dok. I Gede Dalem Suardita, 2016

5. Karya foto dengan judul “Eksploitasi Bali
Pada
karya

tersebut
menceritakan tentang ekploitasi yang
terjadi di tanah Bali. dalam karya
tersebut
unsur
fotografi
yang
diterapkan adalah kerumitan. semiotik
sebagai tanda yang memiliki makna
tertentu, merupakan hal-hal yang
dirasakan
dan
dipikirkan
yang
kemudian dilakukan ataupun diciptakan
melalui bentuk-bentuk tertentu oleh
manusia
dalam
kehidupannya.
(Soedjono, 2007: 36) Dengan teknik

digital imaging karya dengan aliran
surealis
tersebut
lebih
mudah
diciptakan.
Gambar 6. Karya Foto “Eksploitasi Bali”
Dok. I Gede Dalem Suardita, 2016

6. Karya foto dengan judul “Tangisan Pohon”
Pada
karya
tersebut
menceritakan tentang makin sedikitnya
pepohonan di daerah Bali, terutama di
Bali selatan. Elemen-elemen yang
digunakan pada foto tersebut di foto
pencipta di daerah Bali. makna dari
beberapa elemen dijelaskan dengan
teori Greenlee dan Cassirer dalam hal
tersebut manusia mengetahui adanya
perbedaan
antara
melihat
dan
mengenali suatu objek. (Soedjono,
2007: 37). Dengan teknik digital
imaging karya dengan aliran surealis
tersebut lebih mudah diciptakan.

Gambar 7. Karya Foto “Tangisan Pohon”
Dok. I Gede Dalem Suardita, 2016

7. Karya foto dengan judul “Polusi Air”

Gambar 8. Karya Foto “Polusi Air”
Dok. I Gede Dalem Suardita, 2016

IV.

Pada
karya
tersebut
menceritakan tentang polusi air yang
terjadi di Bali. air di Bali di
mayoritaskan untuk pariwisata, dan
banyak pula dari hotel-hotel yang
membuang
limbah
sembarangan.
Semiotik sebagai tanda yang memiliki
makna tertentu, merupakan hal-hal
yang dirasakan dan dipikirkan yang
kemudian dilakukan ataupun diciptakan
melalui bentuk-bentuk tertentu oleh
manusia
dalam
kehidupannya
(Soedjono, 2007: 36).Dengan teknik
digital imaging karya dengan aliran
surealis
tersebut
lebih
mudah
diciptakan.

KESIMPULAN
Untuk menginterprestasikan implikasi pariwisata yang menyangkut tentang kerusakan

lingkungan alam yang terjadi di Bali, digunakan beberapa metode, seperti pengumpulan data,
observasi, wawancara, studi pustaka pemotretan, pengolahan, tahap seleksi dan pencetakan.
Pengamatan dilapangan dilakukan untuk mengetahui tentang kerusakan lingkungan yang terjadi
akibat pariwisata. Kemudian mempelajari permasalahn dari kerusakan lingkungan akibat
pariwisata, dan mempersiapkan elemen-elemen pendukung untuk penciptaan karya fotografi
ekspresi.
Melalui fotografi ekspresi, kerusakan lingkungan akibat pariwisata dapat diungkapakan
sesuai dengan konsep dan metode. Berbagai makna dan pesan tentang kerusakan lingkungan akibat
pariwisata divisualkan dalam konsep fotografi ekspresi.
Penyajian karya tentang kerusakan lingkungan akibat dari pariwisata divisualkan dengan
fotografi ekspresi beraliran surealis. Dengan teknik digital imaging karya foto yang tercipta akan
lebih unik, kreatif, dan memiliki daya tarik untuk di nikmati. Dalam proses pengolahana digital
dengan teknik digital imaging di gunakan software Adobe Photoshop CS3, pada software tersebut
pengolahan di awali dengan penyeleksian gambar, pengomposisian objek, pengaturan pencahayaan
serta kontras dari karya yang dibuat.

V. DAFTAR RUJUKAN

Gustami, Sp. Butir-Butir

Mutiara

Estetika

Timur,

Ide Dasar

Penciptaan

Karya.

Prasistwa:Yogyakarta. 2007
Soedjono, Soeprapto. Pot-Pourri Fotografi. Jakarta: Universitas Trisakti, 2007.
Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006
Pariwisata dan Pencemaran Lingkungan Bali. Ayuni Ni Kadek Mas. 11 Maret 2009.
www.cesckadek.wordpress.com. 25 Mei 2016.
Semiotika menurut para Ahli. banggaberbahasa.blogspot.com, 19 November 2016