INTERACTION BETWEEN Li + CATION WITH CROWN ETHERS OF Bz15C5, DBz16C5 AND DBz18C6: MOLECULAR MODELING BASE ON MNDO d SEMIEMPIRICAL METHOD | Pranowo | Indonesian Journal of Chemistry 21906 40993 1 PB

55

Indonesian Journal of Chemistry, 2003, 3 (1), 55-66

INTERACTION BETWEEN Li+ CATION WITH CROWN ETHERS OF Bz15C5,
DBz16C5 AND DBz18C6: MOLECULAR MODELING BASE ON MNDO/d
SEMIEMPIRICAL METHOD
Pemodelan Interaksi Ion Li+ dengan Eter Mahkota Bz15C5, DBz16C5 dan DBz18C6
berdasarkan Metode Semiempiris MNDO/d
Harno Dwi Pranowo, Chairil Anwar
Austrian-Indonesian Centre for Computational Chemistry
Chemistry Department, Faculty of Mathematics and Natural Sciences
Gadjah Mada University, Yogyakarta
ABSTRACT
The aim of this research is to find information about the substituent effect to the structure of crown
ether benzo-15-crown-5 (Bz15C5), dibenzo-16-crown-5 (DBz16C5) and dibenzo-18-crown-6 (DBz18C6),
and also crown ether selectivity to coordinate a Li+ metal cation. The presence of substituent could change
the conformations flexibility of crown ether during interact with metal cation.
In this research semi empirical MNDO/d method was used for calculations. Firstly, geometry
optimization was conducted to crown ethers structure using MNDO/d methods. The next steps were running
the geometry optimization of complexes between cation Li+ with crown ethers. Data were produced from

these calculation are the parameter of crown ether structures, structures of the complexes, and the binding
energy of the cation-crown ethers.
The presence of electron-withdrawing substituents decreased the binding energy while that of
electron-donating one increase the binding energy (value of ΔE more negative). The substituents which are
increase the degree of symmetry of the cation-crown ether complexes could give the increase of crown
ether selectivity to bind the cation. Selectivity of crown ether to bind the cation depends on the structural
match between ionic radii of crown ether cavity (the ion-cavity size concept). Bz15C5 what has higher
selectivity to bind Li+ than DBz16C5 and DBz18C6.
Keywords: selectivity, crown ether, MNDO/d.
PENDAHULUAN
Kimia makrosiklik menjadi suatu bidang kajian
yang sangat banyak diminati oleh para peneliti dan
telah diakui kegunaannya dengan diberikannya
hadiah Nobel bidang Kimia untuk Pedersen, Cram
dan Lehn pada tahun 1987. Salah satu kelompok
makrosiklik adalah eter mahkota (Crown ether).
Eter mahkota dapat digunakan sebagai pereaksi
pengompleks suatu kation yang bersifat selektif.
Hasil penelitian tentang kemampuan eter mahkota
sebagai pengompleks ion menunjukkan bahwa ada

korelasi antara radius kavitas (cavity) dengan jejari
kation logam alkali dan alkali tanah [1].
Bradshaw dan Izatt [2], telah melakukan
sintesis beberapa eter mahkota yang diarahkan
pada sifat selektivitasnya dalam meng-komplekskan
kation tertentu. Eter mahkota yang hanya
mengandung atom donor oksigen netral sangat baik
digunakan untuk mengkompleks kation logam alkali
dan alkali tanah.

Harno Dwi Pranowo & Chairil Anwar.

Kajian eksperimental tentang penggunaan eter
mahkota sebagai pengompleks ion biasanya
didasarkan pada tetapan kesetimbangan atau
tetapan kestabilan kompleks. Analisis perubahan
konformasi eter mahkota ketika berinteraksi dengan
ion belum dapat dipelajari secara eksperimental.
Hal lain yang menarik adalah keberadaan
substituen pada eter mahkota akan mempengaruhi

derajat kebebasan molekul eter mahkota untuk
menyesuaikan konformasinya ketika berinteraksi
dengan ion logam.
More dkk. [3], telah melakukan penelitian
tentang kompleks kation-eter dalam fasa gas. Salah
satu kompleks yang dipelajari adalah K+.(12-crown4). Penggunaan dua unit eter mahkota telah
digunakan untuk mengkompleks ion logam
bervalensi dua seperti Mg2+, Ca2+, Sr2+ dan Ba2+.
Penelitian ini dilakukan oleh Ushakov dkk. [4]
dengan menggunakan senyawa yang mengandung
dua gugus benzo-15-mahkota-5 yang dianalisis
secara spektrofotometri.

56

Indonesian Journal of Chemistry, 2003, 3 (1), 55-66

Konsep yang penting dalam memahami
selektivitas suatu makro-molekul terhadap ion
adalah ketentuan bahwa untuk pengompleksan

yang efektif, ligan harus preorganized. Dengan kata
lain, dalam upaya memimimalkan energi penataan
ulang konformasi ligan pada kompleks ligan-ion,
konformasi ligan pada keadaan bebas haruslah
berdekatan dengan konformasi kompleks [5]. Cara
yang sangat berguna untuk mendapatkan ligan
yang preorganized adalah mengupayakan rigiditas
yang tinggi pada kerangka makrosiklik seperti pada
makrosiklis aza.
Selain penelitian eksperimental, perkembangan
yang cepat juga terjadi pada penelitian eter
mahkota secara teoritis dengan meng-gunakan
pendekatan semi empiris maupun ab initio orbital
molekul. Yeh dan Su [6] melakukan perhitungan ab
initio terhadap kompleks Na+.[12-mahkota-4] dan
langsung membandingkan data teoritis tersebut
dengan data fotoionisasi.
Metode kimia komputasi yang digunakan dalam
menganalisis
sifat

eter
mahkota
sebagai
pengompleks ion tidak hanya metode ab initio saja.
Hal ini disebabkan karena pada umumnya eter
mahkota terdiri dari banyak atom yang
memungkinkan waktu operasi yang lama jika
digunakan metode ab initio. Anderson dkk. [7] telah
menggunakan
beberapa
metode
mekanika
molekular dan semiempiris untuk menen-tukan
konformasi yang stabil pada senyawa 9-mahkota-3.
Nicholas dan Hay [8] melakukan kajian teoritis
dengan meng-gunakan metode ab initio terhadap
ikatan antara ion logam alkali dengan anisol. Anisol
ini digunakan sebagai model untuk senyawa eter
mahkota kaliksarena dan sferand.
Penelitian teoritis dengan pendekatan kimia

komputasi ini penting untuk menentukan kaitan
antara struktur eter mahkota dengan kemampuan
eter mahkota sebagai pereaksi pengompleks
selektif untuk ion tertentu. Untuk mendapatkan
kejelasan teoritis tentang selektivitas eter mahkota
maka data panjang ikatan dan struktur kompleks
yang terbentuk harus dapat ditentukan. Jika sudah
didapatkan data bahwa ion tertentu dapat diikat
secara baik oleh suatu eter mahkota tertentu, maka
pengetahuan ini dapat dilanjutkan ke penelitian
eksperimen. Hal ini sangat bermanfaat untuk
ekstraksi ion logam berbahaya (logam berat) di
lingkungan yang tercemar.
Penelitian ini akan difokuskan pada interaksi
antara ion Li+ dengan beberapa eter mahkota yaitu
Bz15C5, DBz16C5, dan DBz18C6 yang disubstitusi
dengan gugus pemberi dan penarik elektron.
Analisis akan didasarkan pada energi interaksi,
jarak Li-O, dan muatan bersih ion Li+ dan O eter
mahkota.


Harno Dwi Pranowo & Chairil Anwar.

PROSEDUR PENELITIAN
Penelitian ini merupakan kajian teoritis dengan
menggunakan perhitungan kimia komputasi,
sehingga data eksperimental digunakan sebagai
data sekunder dalam membandingkan data yang
diperoleh dari analisis kimia komputasi. Data
parameter struktur senyawa eter mahkota
dikumpulkan dari data base yang tersedia di
internet dan beberapa publikasi ilmiah yang
tersedia di kepustakaan.
Perhitungan teoritis yang dilakukan dalam
penelitian ini menggu-nakan program HyperChem
6.0 dengan tahapan perhitungan sebagai berikut:
Optimasi Struktur Eter Mahkota
Struktur senyawa digambarkan dalam bentuk
3D menggunakan program HyperChem versi 6.
Optimasi struktur eter mahkota dilakukan untuk

mendapatkan konformasi struktur yang paling
stabil. Metode semiempiris yang digunakan
MNDO/d dengan batas konvergensi ditentukan
sampai gradien 0,001 kkal/mol. Ketepatan metode
semi-empiris ditentukan atas dasar kesesuaian
hasil perhitungan dengan data eksperimental yang
diperoleh dari kepustakaan maupun di internet.
Struktur eter mahkota yang diteliti adalah
Bz15C5, DBz16C5, dan DBz18C6
dengan
substituen antara lain -Br; -CH=CH2; -CHO; COOH, -COOC2H5; -CH=CH-COOH; - CO-CH3; dan
-CH(OH)CH3.
Interaksi Eter
Logam Li+

Mahkota

Terhadap

Kation


Struktur eter mahkota yang telah dioptimasi
diinteraksikan dengan ion logam Li+ dengan
program HyperChem. Ion logam diletakkan pada
posisi tengah kavitas eter mahkota dan selanjutnya
dilakukan optimasi struktur sampai didapatkan
kompleks ion-eter mahkota yang paling stabil.
Penentuan energi interaksi kation dengan eter
mahkota menggunakan persamaan :

ΔEint eraksi = E kation −eter mahkorta − E kation − Eeter mahkota
HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode yang digunakan dalam menentukan
kesesuaian antara ukuran ion dengan kavitas eter
mahkota adalah metode semiempiris MNDO/d.
Metode ini dipilih atas dasar kemampuannya dalam
menghitung energi interaksi antara suatu senyawa
organik dengan spesies berbentuk ion [10].
Kesesuaian hasil perhitungan dengan data
eksperimen seperti parameter panjang ikatan,


57

Indonesian Journal of Chemistry, 2003, 3 (1), 55-66

muatan bersih atom dan energi pembentukan
merupakan
salah
satu
parameter
untuk
menentukan kualitas dari metode teoritis yang
digunakan.
Pada molekul eter mahkota terdapat gugus
hidrofilik dan gugus lipofilik. Gugus hidrofilik berasal
dari atom oksigen sedangkan gugus lipofilik berasal
dari gugus etilen. Eter mahkota dapat larut dalam
pelarut polar seperti air dan alkohol, tetapi juga
dapat larut dalam pelarut non polar seperti benzena
dan kloroform. Jenis media yang melarutkan eter

mahkota tersebut dapat mempengaruhi konformasi
geometri dari eter mahkota tersebut. Dalam media
hidrofilik, atom oksigen akan tertarik ke luar bidang
eter mahkota yang akan menyebabkan gugus
metilen masuk ke dalam menuju rongga.
Sebaliknya dalam media lipofilik atom oksigen akan
tertekan ke dalam rongga sedangkan gugus metilen
yang bersifat non polar akan menuju ke luar bidang
eter mahkota [10].
Pada penelitian ini pemodelan molekul
dilakukan dengan meng-asumsikan eter mahkota
berada dalam media yang bersifat lipofilik, sehingga
atom oksigen yang mempunyai elektronegativitas
yang tinggi akan berada di bagian dalam rongga
sehingga mengakibatkan rongga eter mahkota
tersebut kaya akan elektron. Kondisi ini akan
mengun-tungkan jika eter mahkota akan mengikat
kation logam.
Untuk mendapatkan konformasi yang paling
stabil dari struktur suatu senyawa, harus dilakukan
langkah optimasi dengan meng-gunakan metode
yang sesuai [11]. Langkah optimasi dilakukan
dengan meletakkan kation di tengah kavitas eter
mahkota. Ikatan antar atom dalam eter mahkota
akan berubah selama terjadinya optimasi.

a

Harno Dwi Pranowo & Chairil Anwar.

Kompleks Li+.[Bz15C5] Tersubstitusi
Konformasi 15C5 sebelum berikatan dengan
kation (Gambar 1a) menunjukkan bahwa kelima
atom oksigen eter mahkota tidak berada pada satu
bidang. Konformasi eter mahkota akan mengalami
penyesuaian sesuai dengan jejari kation yang
diikatnya. Berdasarkan percobaan eksperimental
[2], jejari ion Na+ bersesuaian untuk 15C5 dan hasil
perhitungan teoritis menunjukkan hal tersebut
(gambar 3.1b). Jika digunakan ion dengan ukuran
yang lebih kecil seperti Li+ (jejari ion 1,2 Å) dan Zn2+
(jejari ion 1,0 Å) secara visual dapat diamati bahwa
ion tersebut tidak menempati kavitas secara
simetris (Gambar 1c) atau eter mahkota harus
mengubah konformasinya sedemikian hingga
mengorbankan kesimetrisan struktur (Gambar 1d).
Jika diperhatikan konformasi 15C5 sebelum
dan sesudah disisipi ion logam (Gambar 2), maka
terlihat tidak adanya perubahan konformasi struktur
yang besar, karena memang perbedaan antara
kavitas 15C5 dengan jejari kation Li tidak terlalu
besar. Walaupun demikian dapat pula diamati
(Gambar 2 b) bahwa ion Li tidak dapat terikat
secara penuh dengan atom oksigen dari eter
mahkota [12].
Penambahan gugus fenil pada 15C5
umumnya dimaksudkan untuk dapat dengan mudah
memvariasi gugus yang akan disubsti-tusikan ke
dalam cincin benzena sehingga selektivitas eter
mahkota dapat diatur atas dasar sifat dari
substituen. Penambahan gugus fenil pada satu sisi
eter mahkota 15C5 ternyata menurunkan
kesimetrisan Bz15C5 (Gambar 2 c) sehingga dapat
diduga merupakan faktor yang menyebabkan
penurunan energi interaksi eter mahkota dengan
ion Li+ (Gambar 3).

b

58

Indonesian Journal of Chemistry, 2003, 3 (1), 55-66

c
d
Gambar 1 Struktur kompleks a. 15C5, b. Li+.[15C5], c. Na+.[15C5], dan d. Zn2+.[15C5]

b
a

d

c

Gambar 2 Struktur kompleks hasil optimasi dengan metode semi empiris MNDO/d untuk a. Li+.[15C5] dari
samping, b. Li+.[15C5] dari atas, c. Li+.[Bz15C5] dari samping, d. Li+.[Bz15C5] dari atas
98.0

-E int

96.0
94.0
92.0
90.0

5
B
O

C

H
C

O
H

O
B

B
H
O
O
C

C

H

C

H

z1
5C

z1
5C
5

5
z1
5C

5
z1
5C

C

H

3B

B

z1
5C

5
Bz
15
C

5
O

H

z1
5C

5
O

C

H3
B

15
C

5

88.0

Gambar 3 Energi interaksi (kkal mol-1) dari Li+ dengan Bz15C5 tersubstitusi

Harno Dwi Pranowo & Chairil Anwar.

59

Indonesian Journal of Chemistry, 2003, 3 (1), 55-66

Gugus yang mengandung atom halogen,
oksigen dan nitrogen dapat mendeaktivasi cincin
benzen dengan menarik kerapatan elektron dari
cincin akibat efek induksi [13]. Gugus elektronegatif
akan mengurangi kerapatan elektron cincin
benzena dan defisiensi elektron ini dapat
diteruskan ke atom-atom oksigen dari eter
mahkota. Deaktivasi pada cincin benzena akan
mempengaruhi
molekul
Bz15C5
secara
keseluruhan karena benzena terikat langsung pada
cincin eter mahkota. Hal ini akan menyebabkan
eter mahkota kurang menarik bagi sebuah elektrofil
yang akan masuk. Dalam kaitannya dengan
selektivitas eter mahkota dalam mengompleks ion,
kompleks akan lebih stabil dengan semakin
kuatnya ikatan antara ligan dengan ion logam.
Dengan berkurangnya elektronegativitas cincin
benzena maka kemampuan ligan untuk mengikat
ion logam akan berkurang, sehingga energi total
ikatannya akan turun (harga energi semakin
positif).
Energi interaksi didefinisikan sebagai beda
energi dari kompleks Li+-[Bz15C5] dengan energi
dari Li+ bebas dan energi Bz15C5 bebas. Ikatan
yang kuat antara ion dengan eter mahkota ditandai
oleh energi interaksi yang semakin negatif.
Gugus -OH, -OCH3, -CH3 adalah gugus
pemberi elektron yang dapat mengaktivasi cincin
benzena, sehingga menjadi lebih elektronegatif
dan akan menarik bagi elektrofil yang akan masuk.
Sifat elektronegatif dari cincin benzena yang
teraktivasi tersebut dapat berpengaruh langsung
pada molekul eter mahkota secara keseluruhan,
sehingga kemampuan ligan dalam mengikat ion
logam juga akan meningkat. Hal ini terlihat dengan
menguatnya energi interaksi pada eter mahkota

dengan adanya substituen pengaktif cincin cincin
benzena.
Penambahan gugus penarik elektron seperti -Br,
-CO2H, -CHO dan -CH=CHCO2H pada gugus fenil
akan menyebabkan defisiensi kepadatan elektron
pada atom oksigen eter mahkota sehingga akan
menyebabkan kurang efektif dalam mengikat ion Li+.
Hal ini ditandai dengan semakin positifnya harga
energi interaksi ion Li+ dengan eter mahkota
(Gambar 3).
Jarak Li-O eter mahkota untuk kompleks
Li+.[15C5]
dan
Li+.[Bz15C5]
mempunyai
keseragaman. Jika dikaitkan dengan bentuk
geometri dari kompleks tersebut, keseragaman jarak
Li-O dimungkinkan karena kesimetrisan yang tinggi
dari kompleks tersebut karena kompleks Li+.[15C5]
mempunyai momen dipol sebesar 0,076 D.
Salah satu parameter untuk menyatakan
selektivitas senyawa eter mahkota dengan ion
tertentu adalah kesesuaian jejari ion dengan jejari
kavitas eter mahkota. Jari-jari kavitas diperoleh
dengan cara menjumlahkan jarak ikatan masingmasing atom oksigen dari molekul DB15C5 dengan
ion Li+ dan selanjutnya dibagi dengan 5.
Hasil perhitungan dinyatakan dalam gambar 5.
Jika dikaitkan dengan ukuran ion Li+ sebesar 1,2 Å,
maka rerata jejari kavitas 15C5 sebesar 2,23 Å
memang masih terlalu besar. Untuk dapat mengikat
ion Li+ yang mempunyai jejari ion yang kecil, eter
mahkota Bz15C5 harus mengubah konformasinya
sedemikian hingga mampu secara efektif mengikat
ion. Hal ini akan mengorbankan kesimetrisan
senyawa eter mahkota itu sendiri seperti dapat
diamati pada Bz15C5 tersubstitusi yang kelima atom
oksigennya tidak terletak pada satu bidang datar.
Hal ini menyebabkan selektivitas senyawa eter
mahkota menjadi kecil.

jarak Li-O

2.40

2.20

Bz
15
C5
CH
3B
z1
5C
5
CH
Bz
CH
15
CO
C
5
O
H
Bz
15
C5
CH
O
Bz
15
CO
C
5
O
HB
z1
5C
5

z1
5C
5

O
H

O
C

H3
B

15
C5

2.00

Gambar 4 Jarak Li-O (Å) eter mahkota dalam kompleks Li+.[Bz15C5] tersubstitusi

Harno Dwi Pranowo & Chairil Anwar.

60

Indonesian Journal of Chemistry, 2003, 3 (1), 55-66

rerata jejari

2.270
2.260
2.250
2.240
2.230

5
O
B
z1
5C
C
5
O
O
H
B
z1
5C
5

H
C

C
H

O
O

H

B

B

z1
5C

z1
5C
5

z1
5C

5

C

H
C

O

O

C
H

H

3B

Bz
15
C

5
z1
5C

5
15
C

C
H3
B

5

2.220

Gambar 5 Rerata jejari eter mahkota dalam dalam kompleks Li+.[Bz15C5] tersubstitusi

muatan Li

0.34

0.32

5

O
O
H

B

Bz
15
HO

C

HC

H

C

C

CO

z1
5C

C5

5
Bz
15

O
H

B

H3
B

z1
5C

C

5

5
z1
5C

5
z1
5C

C

O
C

H

O
H

B

3B

z1

15
C

5C

5

5

0.30

Gambar 6 Muatan bersih atom Li dalam kompleks Li+.[Bz15C5] tersubstitusi
0.40

- muatan O

0.30

0.20

0.10

5
B

z1
5C

z1
5C

5

5

O

H

O
H

O
B
C

C
H
C

H

C

C

O
O

H

B

B

z1
5C

z1
5C

5

5
z1
5C
3B

H
O

C
H

O

C

H3
B

15
C

z1
5C

5

5

Bz
15
C
5

0.00

Gambar 7 Muatan atom O eter mahkota dalam kompleks Li+.[Bz15C5] tersubstitusi
Sebelum
dilakukan
optimasi
terhadap
kompleks Li+.[15C5] dan Li+.[Bz15C5] tersubstitusi,
Li diatur agar mempunyai muatan +1. Setelah
dilakukan optimasi terhadap kompleks, ternyata
didapatkan fakta bahwa muatan Na+ mengalami

Harno Dwi Pranowo & Chairil Anwar.

penurunan sampai pada seperempat dari muatan
awalnya (Gambar 6). Hal ini menunjukkan bahwa
interaksi antara eter mahkota dengan kation Na+
bukan hanya disebabkan oleh interaksi ion-dipol
antara ion Li yang bermuatan positif dengan atom

61

Indonesian Journal of Chemistry, 2003, 3 (1), 55-66

oksigen eter mahkota saja tetapi kemungkinan
juga terjadi ikatan van der Waals yang
menyebabkan pergeseran muatan negatif dari
atom oksigen eter mahkota ke arah Na+. Teramati
dari grafik pada Gambar 6 bahwa muatan bersih
Na pada kompleks Li+.[Bz15C5] paling besar di
antara kompleks Li+.[Bz15C5] tersubstitusi yang
lainnya. Jika dikaitkan dengan panjang ikatan Li-O
dari eter mahkota, ternyata pada kompleks
Li+.[Bz15C5] mempunyai panjang ikatan Li-O
paling
besar
(Gambar
5),
yang
dapat
menyebabkan tarikan van der Waals dari atom
oksigen eter mahkota terhadap ion Li+ kurang
efektif, sehingga muatan positif dari ion Li+ masih
dapat dipertahankan.
Muatan atom oksigen eter mahkota dalam
kompleks
Li+.[Bz15C5]
tersubstitusi
dapat
digunakan untuk
menjelaskan kesimetrisan
konformasi senyawa. Energi interaksi yang paling
kuat dari kompleks Li+.[15C5] diduga karena
kesimetrisan yang tinggi dari konformasi kompleks
tersebut, hal ini didukung oleh fakta bahwa muatan
bersih atom oksigen eter mahkota pada kompleks
Li+.[15C5] yang hampir sama (Gambar 7).
Sementara kompleks Li+.[Bz15C5] tersubstitusi
yang lain mempunyai dua kelompok muatan bersih
atom oksigen.
Kompleks Li+.[DBz16C5] Tersubstitusi
Eter mahkota 16C5 mempunyai jumlah atom
oksigen yang sama dengan eter mahkota 15C5
dan berbeda hanya pada jumlah atom karbon.
Akibat adanya tiga atom karbon yang terletak di
antara
dua
atom
oksigen,
menyebabkan
peningkatan fleksibilitas perubahan konformasi
struktur. Pada Gambar 8a diperlihatkan struktur
DBz16C5 tanpa adanya kation dan terlihat bahwa

a

kelima atom oksigen tidak secara tepat berada pada
bidang yang sama.
Konformasi kompleks Li+.[DBz16C5] dan
+
Li .[CHODBz16C5] pada Gambar 8 menunjukkan
bahwa ion Li+ tidak dapat berada di tengah-tengah
kavitas eter mahkota. Walaupun sudah mendapat
tambahan gugus samping, tapi ternyata tidak
mampu membantu agar ion Li+ tepat di tengahtengah kavitas eter mahkota. Hal ini dimungkinkan
karena kecilnya jejari ion Li+ relatif terhadap jejari
kavitas eter mahkota.
Ditinjau dari pengaruh gugus yang terikat pada
benzena, terlihat bahwa gugus pemberi elektron
seperti -COOH, -Br, -CH=CHCO2H, -COOC2H5, CHO dan -CH=CHCO2C2H5 memberikan penurunan
energi interaksi antara eter mahkota dengan ion Li+
(Gambar 9). Gugus pemberi elektron seperti CH(OH)CH3 memberikan efek kenaikan energi
interaksi. Hal ini berkaitan dengan peningkatan
ketersediaan elektron pada atom oksigen eter
mahkota akibat adanya aliran elektron dari gugus
pemberi elektron, sehingga menaikkan efektivitas
atom oksigen dalam mengikat ion logam.
Panjang ikatan Li-O pada Gambar 10
menunjukkan variasi yang cukup tinggi dan ini
menunjukkan rendahnya kesimetrisan kompleks
Li+.[DBz16C5] tersubstitusi. Urutan pertama dan
kedua adalah jarak Li-O dari eter mahkota yang
gugus etilennya mengikat benzena sebelah kanan
(Gambar 9), urutan ketiga adalah Li-O dari eter
mahkota yang gugus etilennya tidak mengikat
benzena, dan dua yang lain adalah dari atom
oksigen eter mahkota yang mengikat gugus
benzena yang lain. Terlihat bahwa walaupun gugus
benzena tersubtitusi secara identik ternyata tidak
memiliki jarak Li-O yang identik. Hal ini menunjukkan
bahwa eter mahkota mengorbankan kesimetrisan
struktur dalam upaya mengikat secara efektif ion Li+.

b

d
c
Gambar 8 Struktur kompleks hasil optimasi dengan metode semi empiris MNDO/d untuk a. DBz16C5

Harno Dwi Pranowo & Chairil Anwar.

62

Indonesian Journal of Chemistry, 2003, 3 (1), 55-66

b. Li+.[DBz16C5], c. Li+.[DBz16C5] dari samping, d. Li+-[DBz16C5] dari depan
96

- E int

92

88
84

C
H
(O
H
)C
H
3

D
B
16
C
5

C
H
C
O
H
=C
H
C
O
O
C
2H
5

C
O
O
C
2H
5

C
O
O
H

B
r
C
H
=C
H
C
O
O
H

80

Gambar 9 Energi interaksi (kkal mol-1) dari Li+ dengan DBz16C5 tersubstitusi

jarak Li-O

2.30

2.25
2.20

3
H)
C

H(
O

C

H=
C
C

C

H

C5

5
D

CO

O
C

B1
6

2H

HO
C
H

C

H=
C

H

O
O
C

CO

2H
5

O
H

r
B

C

O
O
H

2.15

Gambar 10 Jarak Li-O (Å) eter mahkota dalam kompleks Li+.[DBz16C5] tersubstitusi

rerata jejari

2.250
2.240
2.230
2.220

3
H
H)
C

H(
O

D

B1
6

C

H
C

H=
C

C5

5

CO

O
C

2H

HO
C

O
O
C
C

CO
H
H=
C
C

2H
5

O
H

r
B

C

O
O
H

2.210

Gambar 11 Rerata jejari eter mahkota dalam dalam kompleks Li+.[DBz16C5] tersubstitusi

Harno Dwi Pranowo & Chairil Anwar.

63

Indonesian Journal of Chemistry, 2003, 3 (1), 55-66

muatan Li

0.35

0.30

3
(O
H
)C

16
C

H

5

5
B
D

O

H

C
C

H

C

=C
H

C

C

H

O
C
2H

O
H
C

O

=C
H

C

C

O
C

O

2H

5

O
H

r
B

O

O
H

0.25

Gambar 12 Muatan bersih atom Li dalam kompleks Li2+.[DBz16C5] tersubstitusi
Gambar 11. Jika dilengkapi dengan informasi pada
Gambar 10 tentang rerata jarak Li-O, maka dapat
diamati bahwa semakin panjang jarak Li-O, maka
muatan bersih ion Li akan semakin besar (semakin
positif) karena tarikan elektron oleh gugus sangat
bergantung pada jarak interaksinya.

Rerata jejari eter mahkota DBz16C5 yang telah
mengikat ion Li+ sebesar 2,225 Å tidak terlalu jauh
dibandingkan dengan jejari Bz15C5 yang sebesar
2,23 Å. Hal ini tentu berkaitan dengan perbedaan
satu gugus metilen antara 15C5 dan 16C5.
Efek pergeseran elektron dari atom oksigen
eter mahkota ke arah ion Li+ dapat diamati pada

-muatan O

0.40
0.30
0.20
0.10

3
H
(O
H

)C

16
C
B

C

H

C

H

D

O
C
O
H

=C

5

5
2H

O
H
C
C

O
C

C

H

=C

H

C

C

O
C

O

2H

5

O
H

r
B

O

O
H

0.00

Gambar 13 Muatan atom O eter mahkota dalam kompleks Li+.[DBz16C5] tersubstitusi

a

Harno Dwi Pranowo & Chairil Anwar.

b

64

Indonesian Journal of Chemistry, 2003, 3 (1), 55-66

d
c
Gambar 14 Struktur kompleks hasil optimasi dengan metode semi empiris MNDO/d untuk a. DBz18C6,
b. Li+.[DBz18C6], c. Li+.[DBz18C6], d. Li+.[COOHDBz18C6]
Efek pergeseran elektron ini ternyata
memberikan gambaran yang berbeda jika dilihat
dari muatan bersih atom oksigen eter mahkota
DBz16C5. Gambar 13 menunjukkan bahwa
keempat atom oksigen eter mahkota mempunyai
muatan bersih atom oksigen yang sama, dan
hanya berbeda pada satu atom oksigen saja, yaitu
salah satu atom oksigen yang gugus etilennya
mengikat gugus benzena.

terhadap ion tertentu. Selain itu gugus samping ini
juga dimaksudkan untuk menaikkan kepadatan
elektron pada atom oksigen eter mahkota sehingga
tarikan dipol-ion yang terjadi antara eter mahkota
dengan ion akan lebih efektif.
Walaupun konformasi eter mahkota DBz18C6
dan turunannya tidak sesuai untuk mengkompleks
ion logam Li+, namun pengaruh gugus penarik dan
pemberi elektron melalui efek induksi tetap dapat
diamati. Gugus -COOH, -Br, -CHO, -COCH3, CH=CHCO2H dan -CH=CHCO2H sebagai gugus
penarik
elektron
(induksi
negatif)
ternyata
memberikan efek penurunan energi interaksi eter
mahkota DBz18C6 dengan ion logam Li+ (Gambar
15). Gugus -C2H5 dan -CH(OH)CH3 memberikan
efek induksi positif sehingga akan mendorong
kepadatan elektron ke arah atom oksigen eter
mahkota dan berakibat terhadap kenaikan energi
interaksi eter mahkota dengan ion logam Li+. Gugus
etil yang efek induksi positifnya kecil hanya
memberikan beda energi ikat yang kecil, sementara
gugus -CH(OH)CH3 memberikan pengaruh yang
lebih besar.

Kompleks Li+.[DBz18C6] Tersubstitusi

H3

C2
H5

z1
8C
6

OH
C
CH

CO

DB

2C
2H
5

2H
CH

=C
H

=C
H

CO

CH
3
CH

CO

O
CH

CO

Br

100
98
96
94
92
90
88
86
OH

-E int

Gambar 14 menunjukkan konformasi stabil dari
kompleks Li+.[DBz18C6], Li+.[DBz18C6] dan
Li+.[COOHDBz18C6]. Keberadaan gugus yang
terikat pada benzena tidak dapat membantu
mempermudah eter mahkota dalam mengikat ion
logam Li+. Hal ini dimungkinkan karena terlalu
kecilnya jejari ion Li+ dibandingkan dengan jejari
kavitas eter mahkota. Pada umumnya gugus yang
disubstitusikan ke cincin benzena dimaksudkan
untuk membuat agar konformasi eter mahkota
tidak terlalu mudah berubah sehingga selektif

Gambar 15 Energi interaksi (kkal mol-1) dari Li+ dengan DBz18C6 tersubstitusi

Harno Dwi Pranowo & Chairil Anwar.

65

Indonesian Journal of Chemistry, 2003, 3 (1), 55-66

2.50

jarak Li-O

2.40
2.30
2.20
2.10

H3

C2
H5

CH

O
HC

5

z1
8C
6
DB

2C
2H

2H

HC
O

HC
O
CH

=C

CH

=C

CO

CH
3

O
CH

CO

Br

O
H

2.00

Gambar 16 Jarak Li-O (Å) eter mahkota dalam kompleks Li+.[DBz18C6] tersubstitusi
2.311

rerata jejari

2.310
2.309
2.308
2.307
2.306
2.305

3
H

5
H

O
H

C

C

2H

z1
8C

C

D

O

C

H

C

=C

H

H

C

=C

B

2C

C
H

O
C

6

5
2H

2H
O

CH

3

O
H

C

C

O

B

r

O
H

2.304

Gambar 17 Rerata jejari eter mahkota dalam dalam kompleks Li+.[DBz18C6] tersubstitusi
0.35

-muatan O

0.30
0.25
0.20
0.15
0.10
0.05

3
H

5
HO

HC

2H
C

C

8C
6

5
D

2C

C

H=
C

H

CO

H
H=
C

Bz
1

2H

2H
CO

H3
O
C
C

C

r
B

HO
C

C

O
O
H

0.00

Gambar 18 Muatan atom O eter mahkota dalam kompleks Li+.[DBz18C6] tersubstitusi
Konformasi
kompleks
Li+.[DBz18C6]
tersubstitusi hasil optimasi menunjukkan adanya
penekukan gugus etilen yang cukup besar dan hal
ini tercermin dari variasi yang cukup besar pada
jarak antara atom oksigen eter mahkota dengan

Harno Dwi Pranowo & Chairil Anwar.

ion Li+ (Gambar 16). Dua macam jarak ikatan Li-O
yang pendek (urutan ketiga dan kelima pada
Gambar 16) adalah jarak ikatan antara Li dengan
atom oksigen yang tidak mengikat gugus benzena.
Hal ini dapat dipahami dari adanya efek sterik yang

66

Indonesian Journal of Chemistry, 2003, 3 (1), 55-66

tinggi akibat adanya gugus benzena tersubstitusi
yang terikat pada gugus etilen eter mahkota
sehingga menyebabkan jarak ikatan Li dan O
memanjang (urutan ke 1, 2 dan 4, 5 pada Gambar
16) dalam upaya memperkecil efek sterik tersebut.
Ketidaksimetrisan struktur kompleks juga teramati
pada perbedaan jarak ikatan Li-O dari bagian eter
mahkota
yang
mengikat
gugus
benzena
tersubstitusi yaitu 2,33 Å untuk urutan ke 1 dan 2,
sedangkan untuk urutan 4 dan 5 pada gambar 16
sebesar 2,41 Å.
Jejari kavitas eter mahkota menunjukkan
besarnya ukuran rongga suatu eter mahkota
tersebut. Jejari kavitas ini dapat menen-tukan
selektivitas suatu eter mahkota terhadap suatu ion
tertentu. Jika kavitas DBz18C6 digunakan sebagai
pembanding, maka hampir seluruh turunan dari
DBz18C6 menyebabkan kenaikan jejari kavitas
eter mahkota. Hal ini dimungkinkan karena
keberadaan
substituen
pada
benzena
menyebabkan eter mahkota harus meminimalkan
interaksi sterik dengan cara memperlebar
kavitasnya. Rerata jejari kavitas DBz18C6 dan
turunannya yang telah mengikat ion logam Li+
sebesar 2,309 Å.
Menarik untuk diamati bahwa ada kesesuaian
antara jarak ikatan Li-O dengan muatan atom
oksigen eter mahkota (gambar 18). Atom oksigen
yang mempunyai jarak berjauhan dengan ion Li
ternyata mempunyai muatan atom bersih yang
lebih negatif dari atom oksigen yang jarak Li-O nya
kecil. Hal ini menunjukkan adanya efek induksi dari
ion Li+ yang menarik kepadatan elektron dari atom
oksigen eter mahkota yang bergantung pada jarak.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Gugus pemberi elektron akan meningkatkan
kemampuan eter mahkota dalam mengikat
kation melalui efek induksi, sedangkan gugus
penarik elektron akan menurunkan efektivitas
eter mahkota dalam mengikat ion tertentu.
2. Gugus yang terikat pada benzena yang dapat
meningkatkan kesimetrisan kompleks antara
kation dengan eter mahkota akan menaikkan
selektivitas eter mahkota dalam mengikat
kation.
3. Selektivitas eter mahkota terhadap ion tertentu
disebabkan oleh faktor kesesuaian antara
besarnya jejari ion dengan kavitas eter
mahkota. Eter mahkota Bz15C5 mempunyai
selektifitas tinggi dalam mengikat ion Li+
dibandingkan dengan eter mahkota DBz16C5
dan DBz18C6
4. Salah satu faktor penentu dalam menentukan
selektivitas eter mahkota dalam mengikat ion

Harno Dwi Pranowo & Chairil Anwar.

tertentu adalah adanya faktor pelarut. Pada
umumnya eter mahkota dilarutkan dalam
campuran pelarut berair sehingga ada
kemungkinan terjadi ikatan antara kation dengan
molekul air. Untuk itu perlu dilakukan penelitian
tentang pengaruh interaksi antara molekul air
pelarut dengan kation dalam kompleks katio
logam-eter mahkota.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lamb, J. D., Izatt, R. M., Christensen, J. J., and
Eatough, D. J., 1979, Coordination Chemistry of
Macrocyclic Compounds, Plenum, New York.
2. Bradshaw, J. S., and Izatt R. M., 1997, Acc.
Chem. Res., 30, 338-345.
3. More, M. B., Ray D., and Armentrout, P. B.,
1997, J. Phys. Chem. A, 101, 4254-4262.
4. Ushakov E. N., Gromov S. P., Fedorova O. A.,
Pershina Y. V., Alfimov, M. V., Barigelletti, F.,
Flamigni, L., and Balzani, V., 1999, J. Phys.
Chem., 103, 11188-11193.
5. Zolotov, A.A., 1997, Macrocyclic Compounds in
Analytical Chemistry, John Wiley & Sons, Inc.,
New York.
6. Yeh T.-S., and Su T.-M., 1998, J. Phys. Chem.,
A. 102, 6017-6024.

Indonesian Journal of Chemistry, 2003, 3 (1), 55-66

7. Anderson, W. P., Behm, Jr. P., Glennon, T. M.,
and Zerner, M. C., 1997, J. Phys. Chem. A.,
101, 1920-1926.
8. Nicholas, J. B., and Hay, B. P., 1999, J. Phys.
Chem., A, 103, 9815-9820.
9. Ford, G. P., and Wang, B., 1993, J. Comp.
Chem., 14, 1101.
10. Vogtle, F., 1993, Supramolecular Chemistry,
John Wiley and Sons Ltd., Chichester
11. Baker, J., 1993, J. Comp. Chem., 14, 1085.
12. Colton R., Mitchell, S., and Traeger J.C., 1995,
Inorg.Chem.Act., 231, 87-93.
13. Fessenden R. J, and Fessenden J.S., 1986,
Organic Chemistry, edisi ke-3, Wadsworth,
Inc., Massachuset

Harno Dwi Pranowo & Chairil Anwar.

67

Dokumen yang terkait

AB INITIO INVESTIGATION OF 12-CROWN-4 AND BENZO-12-CROWN-4 COMPLEXES WITH Li + , Na + , K + , Zn 2+ , Cd 2+ , AND Hg 2+ | Yahmin | Indonesian Journal of Chemistry 21488 40574 1 PB

0 0 4

THEORETICAL STUDY ON 15-CROWN-5 COMPLEX WITH SOME METAL CATIONS | Yahmin | Indonesian Journal of Chemistry 21353 40439 1 PB

0 0 6

DETERMINATION OF MANY-BODY EFFECT OF [Co(NH 3 ) n ] 2+ (n=1-6) COMPLEXES BASE ON AB INITIO CALCULATIONS | Pranowo | Indonesian Journal of Chemistry 21926 41013 1 PB

0 0 7

THE INTERACTION OF Co 2+ -AMMONIA MODELLING: THE COMPARATIVE STUDY BETWEEN AB INITIO AND ELECTRON CORRELATION METHODS | Pranowo | Indonesian Journal of Chemistry 21916 41003 1 PB

0 0 7

SPECTROSCOPIC AND PHYSICOCHEMICAL METHODS FOR STUDYING THE INTERACTION OF METALLOPORPHYRIN WITH DNA | Inoue | Indonesian Journal of Chemistry 21907 40994 1 PB

0 0 4

THEORETICAL STUDY OF THE EFFECT OF WATER MOLECULE ADDITION ON THE CONFORMATION OF SUBSTITUTED DIBENZO-18-CROWN-6 ETHER IN ITS COMPLEXATION WITH Na + CATION USING SEMI EMPIRICAL METHOD MNDO d | Pranowo | Indonesian Journal of Chemistry 21894 40981 1 PB

0 1 7

INTERACTION OF IRON(II) MIXED-LIGAND COMPLEXES WITH DNA: BASE-PAIR SPECIFICITY AND THERMAL DENATURATION STUDIES | Mudasir | Indonesian Journal of Chemistry 21849 40936 1 PB

0 0 6

STRUCTURE AND THERMAL STABILITY OF THE BENZO-15-CROWN-5 WITH LANTHANUM (III) BROMIDE COMPLEX | Saleh | Indonesian Journal of Chemistry 21843 40930 1 PB

0 0 6

MOLECULAR MODELLING OF Mn + .[DBz16C5] COMPLEXES, M = Li + , Na + AND Zn 2+ BASED ON MNDO d SEMIEMPIRICAL METHOD | Pranowo | Indonesian Journal of Chemistry 21750 40836 1 PB

0 0 6

this PDF file Physical Mixture Interaction of with Naringenin | Abd Malek | Indonesian Journal of Chemistry 3 PB

0 0 8