MAKALAH SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA SEBA

MAKALAH SEJARAH PERUMUSAN
PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
“Mata Kuliah Pancasila”

OLEH :

Andi Nasrawati

426 14 005

Reski Kamil

426 14 006

Jurusan Teknik Elektro
Program Studi D4 Teknik Multimedia dan Jaringan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2016

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME. Karena Atas rahmat- Nya yang

diberikan kepada kami, hingga kami dapat menyelesaikan sebuah makalah yang mudahmudahan bermanfaat bagi para pembaca dengan judul “Sejarah Perumusan Pancasila Sebagai
Dasar Negara”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari pengajar mata kuliah
Pancasila.
Kami sebagai penulis dari makalah ini mengucapkan terima kasih sebanyakbanyaknya kepada dosen pengajar mata kuliah Pendidikan Pancasila dan pihak-pihak yang
membantu kami dalam Pencariaan & Pemberian ide tentang proses terbuat hingga
terbentuknya Makalah ini. Dan kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dalam
proses pembelajaran di dalam kelas dan proses pembelajaraan di tahun pembelajaran
berikutnya.
Dan karena tiada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini. Maka dari
itulah kami mengharapkan kritik dan saran yang di berikan kepada kami demi perbaikan
makalah di waktu yang datang.

Makassar,24 Maret 2016

Penulis

Daftar Isi
Sampul
Kata Pengantar.......................................................................................................................
i

Daftar Isi ...............................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................................
..................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................
..................................................................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................................
..................................................................................................................................1
1.4 Batasan Masalah........................................................................................................
..................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Lahirnya Pancasila .......................................................................................
..................................................................................................................................2
2.2 Tokoh-tokoh Nasional Yang Mengusulkan Dasar Negara Indonesia........................
..................................................................................................................................4
2.3 Perumusan Pancasila..................................................................................................
..................................................................................................................................5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................................

..................................................................................................................................9
3.2 Saran ..........................................................................................................................
..................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
10

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia,
yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam
mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil
dan makmur. Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara
seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan
pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga
tak ada satu kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan
bangsa Indonesia. Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila
itu, perlu diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamamalan nilainilai luhur yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap
penyelenggara negara serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di
pusat maupun di daerah.

1.2 Rumusan Masalah
1.

Bagaimana sejarah lahirnya pancasila?

2. Siapa saja tokoh yang terlibat dalam perumusan pancasila?
3. Bagaimana perumusan pancasila?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui sejarah lahirnya.
2. Mengetahui tokoh-tokoh yang terlibat dalam perumusan pancasila.
3. Mengetahui perumusan pancasila
1.4 Batasan Masalah
1. Sejarah lahirnya pancasila.

1

2. Tokoh-tokoh yang terlibat dalam perumusan pancasila.
3. perumusan pancasila

2


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Lahirnya Pancasila
Awal kelahiran Pancasila sebagai dasar negara dimulai pada saat terakhir pendudukan
Fasisme Jepang di Indonesia sekitar tahun 1942. Disaat tentara jepang di Asia tenggara sudah
mulai terdesak oleh tentara sekutu. Tahun 1943 kekuatan tentara jepang sudah mulai rapuh,
sehingga dibeberapa medan pertempuran pihak sekutu dapat memukul mundur tentara jepang
dengan sangat mudahnya. Dalam kondisi yang sangat terdesak seperti ini menimbulkan
jepang berubah sikap politiknya terhadap negeri-negeri yang didudukinya, termasuk terhadap
bangsa Indonesia.
Jepang melancarkan politik merangkul bangsa Asia, dengan memberikan kemerdekaan
kepad bangsa Birma, dan philipina dengan maksud agar kedua negeri tersebut bersedi
mendukung jepang dalam menghadapi tentara sekutu. Dalam kesempatan yang baik ini
dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh bangsa indonesia untuk mendesak pemerintah jepang juga
memberikan kemerdekaan kepada indonesia. Dan desakakn seperti ini ditanggapi secara
serius oleh pemerintah jepang Untuk mewujudkan kesediaanya itu, pada tanggal 7 september
1944 Perdana Menteri Koyso memberikan janji akan menghadiahkan kemerdekaan Indonesia
kelak di kemudian hari. Dan untuk mempersiapkan segala sesuatunya yang berkaitan dengan
janji tersebut, pemerintahan pendudukan jepang di jawa membentuk sebuah badan yang

diberi nama “DOKURITSU ZYUNBI TYOSHAKAI” atau Badan Persiapan Usaha-usaha
Kemerdekan Indonesia (BPUPKI), yang beranggotkan 60 orang ditambah dengan 3 orang
ketua yang salah satunya ada tokoh yang mewakili jepang yang bernama Iti Bangase. Dan
ketua muda dijabat oleh Radjiman Wedyodiningrat dan Raden pandji Soeroso.
Pada tanggl 18 Mei 1945, bertepatan dengan hari kelahiran tenno haika seorang
kaisar jepang BPUPKI dilantik oleh Letnan Jendral Kumakici Harada seorang tentara
keenam belas jepang. Dalam waktu yang relatif singkat sekitar 2 bulan sejak tanggal 18 mei
smpi 17 juli 1945 dengan dua kali masa sidang telah dapat menyelesaiakan tugas berat. Yaitu
berkenan dengan Dasr Negara dan Bentuk Negara.
Dalam setiap sidang bukannya berjalan dengan mulus-mulus saja tapi mereka juga
mengalami rintangan-rintangan dalam diskusinya (dapt dibaca dalam buku Risalah sidang)
3

namun dapat diselesaikan karena mereka berpegang teguh pada prinsip demi persatuan dan
kesatuan dengan jiwa yang amat besar demi kepentingan bangsa dan negara.
Perdebatan terjadi antar dua golongan besar yaitu bung karno ,menyebutnya
dengan golongan Kebangsaan dan golongan islam. Sebuatan seperti ini rasanya kurang
enak maka akan lebih pas jika disebut saja golongan Nasionalis sekuler dan golongan
Nasionalis muslim. Dan harus diakui bahwa sebetulnya semangat nasionalisme ini pertam
kali justru muncul dari kalangan muslim (santri). Dikalangan mereka sudah timbul rasa

patriotisme sejak lama yaitu sejak abad ke XVI (16) sejak kedatangan penjajah.
Ketika itu mereka menganggap bahwa negari eropa datang ke Indonesia selain untuk
mengambil rempah-rempah juga akan menyebarkan agama nasrani kepada penduduk
setempat. Dan kelompok santri tentunya sangat terusik.
Fakta sejarah menunjukkan bahwa kedatangan bangsa eropa yaitu sepanyol,portugis,
inggris, dan belanda kenegeri jajhannya tentu tidak lepas dari tiga motif yaitu: pertama motif
ekonomi dan bentuk eksploitasi kekayaan alm bangsa terjajah, kedua motif politik dalam
rangk melanggengkan kekuasaan dengan politik pecah belah atau sering disebut
politik Devide et impera atau politik belah bambu.dan ketiga motif agama. Sehingga
targetnya pun cukup jelas akan memerangi islam dan mengeruk kekayaan, sehingga bagi
kalangan santri hal ini dianggap sangat berbahaya.
Kedua sistem pendidikan diatas maka mempengaruhi pola pikir kedua golongan
tersebut.sehingga sering terjadi perbedaan sampai pada saat perumusan dasara negara. Yang
termanifestasikan dalam sidang-sidang BPUPKI.terutama dalam pembahasan dasar negara.
Kalangan islam mengusulkan bahwa negara indonesia yang merdekaharus diletakkan pada
diatas lendasan islam dengan disertai alasan bahwa mayoritas masyarakat indonesia
beragama islam. Diantara yang mengusulkan hal ini adalah seorang tokoh Muhammadiyah
yaitu Kibagus hadikusumo (ketua umum Muhammadiyah) dalam salah satu pidatonya
kibagus dengan penuh keyakinan mengusulkan bahwa Islam harus dijadikan dasar negara RI.
Dilain pihak golongan nasionalis, menyatakan bahwa negara indonesia harus

diletakkan diatas dasar kebangsaan, yang oleh supomo dapat dikatakan dapat mengatasi
segala golongan dan segala orang seorang mempersatukan diri dengan lapisan rakyat
seluruhnya. Dan merka berpendapat bahwa antara urusan agama dan urusan negara harus
dipisahkan secara tegas sebagaimana seperti yang diusulkan oleh bung hatta.
Menanggapi usulan dari golongan nasionalis tersebut, ki Bgus Hadikusuma
menangkisnya dengan telak dengan mengutif salah satu kata-kata salah seorang anggota
anggota BPUPKI yang secara terang-terangan memperlihatkan ketidak setujuan terhadap
4

usulan negara yang berdasarkan asas islam. Bahwa dulu ada yang mengatakan agama itu suci
dan luhur dan tinggi sehingga agar tetap suci janganlah agama dicampurnya dengan urusan
negara.
Usulan dasar negara baik yang berasal adari golongan nasionalis dan golongan islam
ini berlangsung dengan perdebatan panjang sampai tanggal 1 Juni 1945. Namun sayangnya
sejarah mengenai hal ini sekarang sudah mulai hilang dari peredaran sehingga sulit untuk
melacaknya.
Pada tanggal 1 juni 1945 tersebut bung karno menyampaikan pidato yang cukup
panjang sekitar 21 halaman dihadapan sidang badan penyelidik. Dalam pidato yang kerap
ditimpali dengan tepuk tangan tersebut untuk pertama kalinya ia memperkenalkan apa yang
disebut “Pancasila” sekaligus beliau menyatakan bahwa pancasila ini dapat dijadikan asas

kefilsafatan.
2.2 Tokoh-tokoh Nasional Yang Mengusulkan Dasar Negara Indonesia
BPUPKI mengadakan sidang pertama tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945. Sidang ini
membicarakan dasar negara Indonesia. Tokoh-tokoh yang mengusulkan dasar negara
diantaranya Mr. Muh Yamin, Prof. Dr. Soepomo dan Ir. Soekarno.
A. Mr. Muh Yamin
Dalam pidatonya tanggal 29 Mei 1945 mengusulkan 2 rumusan dasar negara.
a.

Secara lisan
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

b.

Secara tertulis
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Kebangsaan persatuan Indonesia
5

3. Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan

yang

dipimpin

oleh

hikmat

kebijaksanaan

dalam

permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat.

B. Prof. Dr. Soepomo
Pada sidang tanggal 31 Mei 1945, mengajukan lima rancangan dasar negara yaitu:
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Mufakat dan Demokrasi
4. Musyawarah
5. Keadilan Sosial
C. Ir. Soekarno
Dalam pidatonya tanggal 1 juni mengusulkan rumusan dasar negara, yaitu:
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Peri kemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan
Ir. Soekarno mengusulkan nama Pancasila sebagai dasar negara
menurut Ir. Soekarno nama Pancasila diperoleh dari kawan beliau yang
merupakan seorang ahli bahasa.
2.3 Perumusan Pancasila

6

Dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 29 April 1945
dibentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Periapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
atau Dokuritzu Zyunbi Tyoosakai. Badan ini diketuai oleh bekas ketua Budi Utomo, yaitu
dr. Radjiman Widyodiningrat. Ia didampingi oleh dua wakil ketua, masing-masing
seorang berkebangsaan Indonesia dan seorang berkebangsaan Jepang.
Badan ini bertujuan untuk mempelajari dan mempersiapkan hal-hal penting mengenai
tata pemerintahan Indonesia Merdeka.
1) Sidang Pertama BPUPKI
BPUPKI mengadakan sidang pertama tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945.
Sidang

ini

membicarakan

mengusulkan

dasar

negara

dasar

negara Indonesia. Tokoh-tokoh

diantaranya Mr.

Muh

Yamin, Prof.

yang
Dr.

Soepomo dan Ir. Soekarno.

2) Piagam jakarta
Sesudah sidang pertama BPUPKI, berlangsung pertemuan di luar sidang.
Pertemuan itu dilakukan oleh para anggota BPUPKI yang tinggal di Jakarta. Pada
tanggal 22 Juni 1945. Pertemuan ini dimaksudkan untuk menjembatani perbedaan
antara golongan nasionalis dan Islam. Dalam pertemuan itu, diupayakan
kompromi antara kedua belah pihak mengenai rumusan dasar negara bagi
negara Indonesia.
Pada kesempatan itu sebuah panitia, yang kemudian dikenal dengan Panitia
Sembilan, dibentuk untuk merumuskan kesepakatan antara kedua belah pihak.
Panitia itu beranggotakan sembilan tokoh nasional yang juga tokoh-tokoh
BPUPKI, yaitu Soekarno, Muhammad Hatta, Muhammad Yamin, Subardja, A.A.
Maramis, Abdul Kahar Muzakar, Wachid Hasyim, Abikusno Tjokrosujoso, dan
K.H. Agus Salim.
Setelah mengadakan pembahasan, panitia ini berhasil menetapkan Rancangan
Pembukaan UUD yang kemudian di kenal dengan nama Piagam Jakarta. Pancasila
dalam Piagam Jakarta dirumuskan demikian:
7

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at-syari’at Islam bagi
pemeluk-pemelukNya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan

yang

dipimpin

oleh

hikmat

kebijaksanaan

dalam

permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3) Sidang Kedua BPUPKI
Ketika BPUPKI mengadakan sidang kedua pada tanggal 10 Juli sampai 17 Juli
1945, Soekarno selaku ketua Panitia Sembilan melaporkan usul Pembukaan UUD
di sidang BPUPKI.
Ketua BPUPKI kemudian membentuk Panitia Perancang UUD, diketuai oleh
Soekarno. Pada tanggal 11 Juli 1945, Panitia membicarakan rancangan
Pembukaan UUD. Lalu ketua membentuk Panitia Kecil beranggotakan 7 orang
diketuai oleh Soepomo untuk membentuk rancangan UUD. Hasil kerja Panitia
Kecil dibicarakan pada tanggal 13 Juli 1945 dan diterima oleh Panitia Perancang
UUD.
Pada tanggal 14 Juli 1945 diadakan sidang pleno BPUPKI membicarakan
rancangan Pembukaan UUD dan menerimanya dengan sedikit perubahan.
Pada tanggal 15 Juli 1945, dibicarakan rancangan UUD. Setelah Soekarno dan
Soepomo memberikan penjelasan umum dan pasal demi pasal, masing-masing
anggota memberikan tanggapan.
Mengenai agama, timbul perdebatan sengit. Akan tetapi, pada tanggal 16 Juli
1945 UUD diterima dengan bulat. Dengan demikian tugas BPUPKI selesai dan
badan tersebut dibubarkan.
4) Perumusan Pancasila dalam Peridangan PPKI

8

Pada tanggal 7 Agustus 1945 dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI), terdiri atas 21 orang. Tugas PPKI adalah melaksanakan
kemerdekaan Indonesia dan mengambil langkah-langkah yang perlu untuk
membentuk suatu negara. Soekarno ditunjuk sebagai Ketua dan Muhammad Hatta
sebagai Wakil Ketua.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI bersidang dan mengambil beberapa
keputusan penting, yaitu:
1. Mengesahkan Pembukaan UUD
2. Mengesahkan UUD
3. Memilih Presiden dan Wakil Presiden
4. Menetapkan bahwa untuk sementara waktu Presiden akan dibantu oleh
sebuah Komite Nasional
Diantara kesepakatan mengenai perubahan-perubahan yang
dilakukan, terdapat satu perubahan penting, yaitu mengenai rumusan sila
pertama Piagam Jakarta. Anak kalimat “dengan kewajiban menjalankan
syari’at-syari’at islam bagi pemeluk-pemeluknya” disepakati untuk
dihilangkan. Karena itu sila pertama menjadi “Ketuhanan Yang Maha
Esa”.
Dihilangkannya anak kalimat tersebut disetujui oleh semua
anggota PPKI. Itu dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa di dalam
suatu pernyataan pokok mengenai seluruh bangsa sebaiknya tidak
ditempatkan suatu hal yang hanya mengenai sebagian rakyat Indonesia,
sekalipun bagian yang terbesar. Pencoretan anak kalimat tersebut adalah
untuk menjaga persatuan bangsa dan keutuhan wilayah Indonesia

9

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik
Indonesia. Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara
Republik Indonesia. Maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila
sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan
kengaraan. Oleh karena itu pengalamannya harus dimulai dari setiap warga negara
Indonesia, setiap penyelenggara negara yang secara meluas akan berkembang menjadi
pengalaman Pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan,
baik dipusat maupun di daerah.
3.2 Saran
Berdasarkan uraian di atas kiranya kita dapat menyadari bahwa Pancasila
merupakan falsafah negara kita republik Indonesia, maka kita harus menjungjung
tinggi dan mengamalkan sila-sila dari Pancasila tersebut dengan setulus hati dan
penuh rasa tanggung jawab.

10

Daftar Pustaka
http://olahraga.kompasiana.com/bola/2012/07/03/pancasila-renungan-bung-karno-di-bawahpohon-sukun-di-ende-474225.html (diakses pada tanggal 22 oktober 2013)
http://sosbud.kompasiana.com/2012/12/19/komitmen-terhadap-pancasila-518016.html
(diakses pada tanggal 22 oktober 2013)
http://sosbud.kompasiana.com/2011/06/24/menyoal-relevansi-pancasila-dalam-kekinian375928.html (diakses pada tanggal 22 oktober 2013)
http://info-makalah.blogspot.com/2010/06/makalah-sejarah-pancasila.html (diakses pada
tanggal 22 oktober 2013)
http://politik.kompasiana.com/2012/06/29/menuju-konsolidasi-persatuan-indonesiapancasila-sebagai-akar-jati-diri-bangsa-473460.html (diakses pada tanggal 22 oktober 2013)

11

Lampiran
Maka demikian pula jikalau kita mendirikan negara Indonesia merdeka, Paduka tuan
ketua, timbullah pertanyaan: Apakah Weltanschaung kita, untuk mendirikan negara
Indonesia merdeka di atasnya? Apakah nasional sosialisme ? ataukah historischmaterialisme ?“
Paragraph diatas merupakan penggalan pidato yang disampaikan oleh Bung Karno
pada sidang BPUPKI pada tanggal 1 juni 1945. Dari sidang BPUPKI ini kemudian dibentuk
suatu panitia kecil yang bertugas untuk merumuskan suatu dasar Negara yang dinamakan
Pancasila dan menjadikan dokumen tersebut (rumusan Pancasila-red) sebagai teks untuk
memproklamasikan Indonesia sebagai bangsa yang merdeka.
Ketika itu sempat terjadi pertentangan diantara para peserta sidang mengenai
penamaan dasar negara ini. Sempat tercetus bahwa dasar Negara Indonesia dinamakan Panca
Dharma. Namun nama tersebut ditolak oleh Bung Karno. Argumentasi Bung Karno kala itu
adalah menyangkut kata dharma. Dharma berarti kewajiban, sedangkan yang dibahas adalah
dasar negara. Sehingga disepakatilah nama Pancasila yang berarti 5 dasar.
Pada sidang BPUPKI 1 juni 1945, rumusan sila dalam Pancasila belum seperti
Pancasila seperti yang kita ketahui sekarang. Kelima sila itu secara berutan adalah sebagai
berikut: a) Kebangsaan Indonesia; (b) Internasionalisme atau peri-kemanusiaan; (c) Mufakat
atau domokrasi; (d) Kesejahteraan sosial; (e) KeTuhanan. Baru kemudian pada tanggal 22
juni 1945, butir-butir Pancasila ditetapkan seperti yang kita kenal sekarang. Rumusan
Pancasila tersebut dicantumkan secara eksplisit dalam piagam yang disebut sebagai piagam
Jakarta

yang

sekaligus

menjadi

cikal

bakal

pembukaan

UUD

1945

Terlepas dari sejarah perumusan Pancasila diatas, bolehlah sedikit kita menelaah relevansi
dan implementasi dari Pancasila itu sendiri. Seperti yang kita tahu, Pancasila pada
perjalanannya seolah megalami pengaburan makna. Sebagai grondwet, Pancasila seolah
diabaikan. Dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila seolah tak pernah ada. Padahal para
pendiri bangsa Indonesia tentunya ingin Negara kita mempunyai arah yang jelas.
Ironis, ketika kita menyoal Pancasila ditengah semarak peringatan hari lahir Pancasila I Juni
kemarin. Bahkan para wakil rakyat kita yang terhormat pun masih ada yang tidak hafal
Pancasila. Secara akal sehat, bagaimana mungkin para wakil rakyat bisa menjalankan
tugasnya di pemerintahan dengan baik jika landasan dari arah kebijakan Negara saja mereka
12

tak hafal? Bagaimana mungkin tujuan Negara bias tercapai jika dasar negaranya saja mereka
tidak tahu? Dan dari ketidaktahuan tersebut mungkinkah akan tercipta sebuah pemahaman
yang baik akan tujuan didirikannya bangsa ini?
B.J Habibie dalam pidatonya berkenaan dengan perayaan hari lahir Pancasila,
menyatakan bahwa selama enam puluh enam tahun perjalanan bangsa, Pancasila telah
mengalami berbagai batu ujian dan dinamika sejarah sistem politik, sejak jaman demokrasi
parlementer, demokrasi terpimpin, era Orde Baru hingga demokrasi multipartai di era
reformasi saat ini. Di setiap jaman, Pancasila harus melewati alur dialektika peradaban
yang menguji ketangguhannya sebagai dasar filosofis bangsa Indonesia yang terus
berkembang

dan

tak

pernah

berhenti

di

satu

titik

terminal

sejarah.

Pancasila seolah-olah tenggelam dalam pusaran sejarah masa lalu yang tak lagi relevan
untuk disertakan dalam dialektika reformasi. Pancasila seolah hilang dari memori kolektif
bangsa. Pancasila semakin jarang diucapkan, dikutip, dan dibahas baik dalam konteks
kehidupan ketatanegaraan, kebangsaan maupun kemasyarakatan. Pancasila seperti
tersandar di sebuah lorong sunyi justru di tengah denyut kehidupan bangsa Indonesia yang
semakin

hiruk-pikuk

dengan

demokrasi

dan

kebebasan

berpolitik

Selama ini Pancasila hanya dipidatokan. Pancasila hanya digunakan sebagai indoktrinasi
tanpa diamini oleh sikap kita sehari-hari. Banyak sekali tingkah laku kita yang menyimpang
dari

nilai-nilai

ketuhanan,

kemanusiaan,

persatuan,

musyawarah

dan

keadilan.

Indonesia dan Pancasila adalah harga mati. Dalam kondisi seperti apapun, ideologi negara
Indonesia adalah Pancasila. Jika kemudian ada seseorang yang ingin mengganti Pancasila
dengan ideologi lainnya, maka itu berarti ia mengubah Indonesia menjadi negara lain.
Pancasila akan selalu relevan dengan kehidupan bangsa Indonesia. Karena bukan Pancasila
yang seharusnya mengikuti kehidupan bangsa Indonesia, tetapi bangsa Indonesialah yang
harus

mengimplementasikan

Pancasila

13

dalam

kehidupan

sehari-hari.