PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI KATODIK ANODA TUMBAL PADA PIPA BAJA API 5L GRADE B DENGAN VARIASI JUMLAH COATING YANG DIPASANG DI DALAM TANAH
TUGAS AKHIR – TL 141584
PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI KATODIK
ANODA TUMBAL PADA PIPA BAJA API 5L
GRADE B DENGAN VARIASI JUMLAH
COATING YANG DIPASANG DI DALAM
TANAH PRIBADI RIDZKY MULYONO NRP 2713 100 085 Dosen Pembimbing : Tubagus Noor Rohmannudin. ST., M.Sc. Dr. Lukman N, ST., M.Sc (Eng) DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)
FINAL PROJECT – TL 141584
DESIGN SYSTEM OF SACRIFIAL ANODE
CATHODIC PROTECTION IN STEEL PIPE API 5L
GRADE B WITH A COATING NUMBER
VARIATION INSTALLED IN SOIL
PRIBADI RIDZKY MULYONO NRP 2713 100 085 Advisor : Tubagus Noor Rohmannudin. ST., M.Sc.
Dr. Lukman N, ST., M.Sc (Eng) MATERIALS ENGINEERING DEPARTMENT Faculty of Industrial Technology Sepuluh Nopember Institute of Techology Surabaya 2017
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)
PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI KATODIK ANODA
TUMBAL PADA PIPA BAJA API 5L GRADE B DENGAN
VARIASI JUMLAH COATING YANG DIPASANG DI
DALAM TANAH
Nama : Pribadi Ridzky Mulyono NRP : 2713 100 085 Departemen : Teknik Material Dosen Pembimbing : Tubagus Noor R. ST., M.Sc. Dr. Lukman N, ST., M.Sc (Eng) ABSTRAKProteksi katodik anoda tumbal adalah salah satu jenis perlindungan logam dari serangan korosi. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk merancang proteksi katodik pada pipa dengan tipe API 5L dengan variabel coating. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah perbedaan ketebalan coating yaitu 1 layer dan 2 layer. Dimensi panjang pipa API 5L yang digunakan adalah 1,5m, sedangkan jenis coating yang digunakan yaitu base coat dan top coat. Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran resistivitas tanah dan pH pada tanah tempat pipa digunakan. Pada penelitian terhasilkan bahwa Ketebalan Layer Coating mempengaruhi Angka Arus proteksi pada sistem katodik protek anoda korban dengan meningkatnya jumlah layer tingkat kebutuhan arus semakin rendah dimana layer Coating Sekunder dengan 2 lapis membutuhkan arus paling kecil yaitu 0.40 mA dengan nilai yang paling tinggi dengan Coating primer dengan 1.21 mA
Kata-kata kunci: Korosi, Proteksi Katodik, Anoda Korban, SACP, API 5L
(
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)
DESIGN SYSTEM OF SACRIFIAL ANODE CATHODIC
PROTECTION IN STEEL PIPE API 5L GRADE B WITH A
COATING NUMBER VARIATION INSTALLED IN SOIL
Name : Pribadi Ridzky Mulyono NRP : 2713 100 108 Department : Materials Engineering Advisors : Tubagus Noor R. ST., M.Sc. Dr. Lukman N, ST., M.Sc (Eng) ABSTRACTThe sacrificial anode cathodic protection is one type of
metal protection from corrosion attack. The purpose of this
research is to design cathodic protection on pipe with API type 5L
with coating variable. Variable used in this research is difference
of coating thickness that is 1 layer and 2 layer. The 5L API pipe
length dimension used is 1.5m, while the type of coating used is
base coat and top coat. Measurements taken are the measurement
of soil resistivity and pH on the ground where the pipe is used. In
the research result that the thickness of Layer Coating influences
the number of protection current on cathodic system of victim
anode protective with increasing number of layer level of current
requirement is lower where Secondary Coating layer with 2
layers require the smallest current that is 0.40 mA with the
highest value with primary coating With 1.21 mAKeywords: SS 316L, TIG, current, travel speed, microstructure,
hardness.(
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, anugerah, serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir serta menyusun laporan tugas akhir dengan judul
“PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI KATODIK
ANODA TUMBAL PADA PIPA BAJA API 5L GRADE B
DENGAN OPTIMASI POTENSIAL PROTEKSI UNTUK
VARIASI JUMLAH COATING YANG DIPASANG DI
DALAM TANAH”. Laporan tugas akhir ini dibuat untuk melengkapi mata kuliah tugas akhir yang menjadi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T.) di Departemen Teknik Material - Fakultas Teknologi Industri - Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Dalam pengerjaan tugas akhir ini. Tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, laporan tugas akhir ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah memberikan dukungan, bimbingan, dan kesempatan kepada penulis hingga laporan tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik, diantaranya:
1 Orang Tua dan Kerabat yang dengan serta merta menyemangati dan memberi do’a untuk terselesaikannya tugas akhir.
2 Bapak Tubagus Noor R S.T., M.Sc. selaku dosen pembimbing tugas akhir penulis yang telah memberikan ilmu selama pengerjaan tugas akhir.
3 Bapak Dr. Lukman N, ST., M.Sc (Eng) selaku dosen pembimbing tugas akhir penulis yang telah membimbing dan memberikan banyak ilmu selama pengerjaan tugas akhir ini.
4 Bapak Dr. Eng. Hosta Ardhyananta, S.T., M.Sc. selaku Koordinator Tugas Akhir Departemen Teknik Material FTI- ITS.
5 Tim Dosen Penguji seminar dan sidang tugas akhir, serta seluruh bapak dan ibu dosen dan karyawan di lingkungan Departemen Teknik Material FTI-ITS yang tak kenal lelah dalam mendidik putra-putri terbaik bangsa ini.
6 Teman-teman yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.
7 Serta seluruh pihak yang belum bisa dituliskan satu per satu oleh penulis. Terimakasih atas dukungan dan bantuan teman- teman sekalian.
Penulis berharap laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membaca. Penulis menyadari masih terdapat banyak yang dapat di kembangkan dalam penulisan laporan tugas akhir ini, sehingga penulis sangat menerima kritik dan saran dari para pembaca yang dapat membangun demi kesempurnaan laporan tugas akhir ini.
Surabaya, Juli 2017 Penulis,
Pribadi Ridzky Mulyono 2713100085
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN v ABSTRAK vii ABSTRACT ix KATA PENGANTAR xi DAFTAR ISI xii DAFTAR GAMBAR xvii DAFTAR TABEL xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Batasan Masalah
2
1.4 Tujuan Penelitian 3
1.5 Manfaat Penelitian 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Korosi
5
2.2 Elektrokimia dan Redox
8
2.3 Deret Volta
10
2.4 Sel Galvani dan Contohnya12
2.5 Laju Korosi
16
2.5.1 Polarisai
16
2.5.2 Pasivasi17
2.6 Jenis-jenis Korosi 18
2.6.1 Korosi Sumuran
18
2.6.2 Korosi Crevice 19
2.6.3 Korosi Merata 20
2.6.4 Korosi Erosi
21
2.6.5 Korosi Retak Tegang
23
2.7 Korosi Pipa Baja Dalam Tanah
23
2.7.1 Tekstur dan Struktur Tanah
27
2.7.2 Resistivitas
28
2.7.2.1 Uji Resistivitas Tanah
29
2.7.3 Kelembaban Tanah
31
2.7.4 Keasaman Tanah
33
2.7.5 Kelarutan Garam
35
2.7.6 Hubungan Potensia, pH, dan Korosi
36
2.7.7 Pengaruh Lingkungan Terhadap Korosi 37
2.8 Konsep Pengendalian Korosi
40
2.9 Elektroda Referensi
45
2.10 Proteksi Katodik 46
2.11 Proteksi Katodik Anoda Korban
49
2.12 Proteksi Katodik Arus Paksa
51
2.13 Anoda
53
2.14 Kedalaman Tanam Anoda Groundbed
54
2.15 Lapisan Coating 56
2.15.1 Coating Primer
57
2.15.2 Coating Sekunder
58
2.16 Potensial Proteksi 58
2.17 Densitas Arus
62
2.18 Overprotection
62
2.19 Diagram Pourbaix
63
2.20 Parameter Desain Sistem Proteksi Katodik Anoda Korban
67
2.21 Desain Perhitungan Proteksi Katodik Anoda Korban
71
2.22 Penelitian Sebelumnya
74 BAB III METODOLOGI
3.1 Diagram Alir
77
3.2 Bahan Penelitian
78
3.3 Peralatan 78
3.4 Langkah Perangcangan
78 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data
89
4.1.1 Kriteria Desain 89
4.1.2 Standar Desain Perancangan
89
4.2 Pengumpulan Data 89
4.2.1 Data Material
89
4.2.2 Data Tanah
90
4.2.3 Perhitungan Desain
94
4.2.3.1 Menghitung Resistansi Groundbed Anoda
96
4.2.3.2 Arus Keluaran Anoda
97
4.2.4 Data Anoda
97
4.2.5 Data Backfill Anoda
97
4.3 Perhitungan Arus dan Potensial
98
4.4 Hasil Proteksi 104
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 111
5.2 Saran 111
DAFTAR PUSTAKA xxiii LAMPIRAN xxv BIODATA PENULIS xlv
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1Proses Korosi
7 Gambar 2.2 Bagian Sel Volta/Galvani 13
Gambar 2.3
Notasi Sel 14
Gambar 2.4
Sel Kering 15
Gambar 2.5
Mekanisme Korosi Sumuran
19 Gambar 2.6 Contoh Korosi Celah
20 Gambar 2.7 Korosi Merata
21 Gambar 2.8 Korosi Erosi
22 Gambar 2.9 Korosi SCC
23 Gambar 2.10 Laju Korosi pada Penambahan Oxidizer 24
Gambar 2.11
Sirkuit Dasar Metode Wenner
30 Gambar 2.12 Beberapa Jenis Pengukuran Resistivitas Tanah
31 Gambar 2.13 Korosi Logam Tanah dipengaruhi pH
33 Gambar 2.14 Korosi pada Knalpot kendaraan Bermotor
39 Gambar 2.15 Pelapisan dengan Krom
42 Gambar 2.16 Pelapisan dengan Timah
42 Gambar 2.17 Pelapisan dengan Zinc
43 Gambar 2.18 Potensial Elektroda Referensi terhadap SHE
46 Gambar 2.19 Proteksi Katodik
48 Gambar 2.20 Point Deep Well Anode Groundbed
55 Gambar 2.21 Diagram Pourbaix
59 Gambar 2.22 Maksimum Konsentrasi impurities untuk anoda Al dan Zn berdasarkan DNV RP 401
70 Gambar 2.23 Grafik potensial proteksi pipa
75 Gambar 3.1 Diagram alir
77 Gambar 3.2 Pengukuran Resistivitas Tanah
79 Gambar 3.3 Pengukuran pH Tanah
80 Gambar 3.4 Pengukuran diameter Dalam Pipa 83
Gambar 3.5
Pengukuran diameter Luar Pipa
83 Gambar 3.6 Pengukuran pipa baja Api 5L Grade B
84 Gambar 3.7 Pembersihan pipa dari pengotor
84 Gambar 3.8 Pengait kabel pada pipa baja
85
Gambar 3.9
Pemberian Coating dengan Coating Primer 85
Gambar 3.10
Pemberian Coating dengan Coating Sekunder
86 Gambar 3.11 Pengukuran Tegangan Proteksi
87 Gambar 4.1 Hasil Grafik V pipa Proteksi 101
Gambar 4.2
Data Pengujian Arus Pipa 103
Gambar 4.3
Pipa Coating Setelah 30 hari Pemberian Proteksi 105
Gambar 4.4
Pipa Coating Sekunder dengan 2 lapis mulai mengalami keretakan lapisan coating di beberapa daerah 106
Gambar 4.5
Pipa coating dengan 1 lapis sekunder terjadi korosi di titik tertentu 106
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1Konstanta Corrosion Rate Unit Desire 16
Tabel 2.2
Ukuran Partike pada Tekstur Tanah
28 Tabel 2.3 Pengaruh Resistivitas Tanah Terhadap Laju Korosifitas
29 Tabel 2.4 Data Hubungan pH Tanah dengan Sifat Korosif
34 Tabel 2.5 Spesifikasi Anoda
53 Tabel 2.6 Tabel Pourbaix
60 Tabel 2.7 Densitas Arus 62
Tabel 2.8
Kebutuhan Arus Proteksi berdasarkan ISO 15589
68 Tabel 2.9 Komposisi Kimia Anoda Paduan Zn
69 Tabel 2.10
Rule of Thumb Pemilihan Anoda
70 Tabel 4.1 Komposisi Kimia Baja API 5L Grade B
90 Tabel 4.2 Resistivitas Tanah
90 Tabel 4.3 Data pH
92 Tabel 4.4 Dimensi Produk Anoda Zinc 97
Tabel 4.5
Potensial Pipa Pada Tanah
98 Tabel 4.6 Nilai Proteksi Katodik Pipa 100
Tabel 4.7
Data Arus Pengujian
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)
Laporan Tugas Akhir
Jurusan Teknik Material FTI – ITS
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.
Dalam kehidupan sehari-hari, korosi dapat kita jumpai terjadi pada berbagai jenis logam. Bangunan-bangunan maupun peralatan elektronik yang memakai komponen logam seperti seng, tembaga, besi baja, dan sebagainya semuanya dapat terserang oleh korosi ini. Selain pada perkakas logam ukuran besar, korosi ternyata juga mampu menyerang logam pada komponen-komponen renik peralatan elektronik, mulai dari jam digital hingga komputer serta peralatan canggih lainnya yang digunakan dalam berbagai aktivitas umat manusia, baik dalam kegiatan industri maupun di dalam rumah tangga.
Korosi merupakan salah satu masalah utama dalam dunia industri. Tentunya karena korosi menyebabkan kegagalan pada material yang berujung pada kerusakan pada peralatan atau kegagalan pada operasi yang menimbulkan kerugian yang tidak sedikit.Pengendalian korosi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Untuk mengendalikan serangan korosi internal dibagian dalam pipa, dapat dilakukan dengan menggunakan metode lining atau menggunakan inhibitor. Untuk mencegah korosi pada bagian luar pipa dapat dilakukan dengan cara mengubah lingkungan sekitar pipa menjadi tidak korosif. Upaya lain untuk mengendalikan serangan korosi pada bagian luar pipa juga dapat dilakukan dengan menggunakan coating. Selain kedua metode tersebut, pengendalian korosi dapat menggunakan system proteksi katodik. Proteksi katodik dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu metode impressed current dan metode anoda korban (sacrificial/galvanic anode).
Laporan Tugas Akhir
2 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI – ITS
Proses Perlindungan dengan pelapisan logam ini dilakukan dengan sistem electroplating dimana logam pelapis dalam contoh ini nikel bertindak sebagai anoda, sedangkan benda kerja yang dilapisi sebagai katoda. Dalam operasi pelapisan, kondisi operasi perlu diperhatikan karena akan menentukan berhasil tidaknya proses pelapisan serta mutu yang diinginkan, dalam kaitannya dengan tebal lapisan yang terbentuk pada logam dasar, ada beberapa kondisi operasi yang mempengaruhi, diantaranya rapat arus, konsentrasi larutan, temperature.
Lalu untuk perlindungan dengan proteksi katodik anoda korban ini dilakukan dengan system galvanic dimana logam yang mempunya nilai potensial rendah dalam contoh yaitu zinc menjadi anoda dan yang mempunya potensial yang lebih tinggi yaitu logam yang ingin dilindungi
Tugas akhir ini akan membahas sistem proteksi katodik
Sacrificial Anode (anoda korban) yang disimulasikan untuk
mengevaluasi kinerja sistem proteksi katodik Anoda Korban (Sacrificial Anode) sehingga dapat menentukan efektifitas pada sistem proteksi tersebut.
1.2. Perumusan Masalah
Permasalahan yang terdapat pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana mendesain sistem proteksi anoda korban (Sacrifical Anode Cathodic Protection) pada pipa baja API 5l Grade B
2. Apa saja faktor faktor dalam sistem kerja proteksi anoda
korban (sacrificial anode cathodic protection) pada pipa baja yang berada di dalam tanah yang dapat mempengaruhi sistem kerja tersebut.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
Laporan Tugas Akhir
3 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI – ITS
1. Merancang (desain) sistem proteksi anoda korban pada
pipa baja API 5L Grade B yang sesuai dengan nilai standar proteksi pada NACE RP169-2002.
2. Menganalisa faktor faktor yang mempengaruhi sistem
kerja proteksi anoda korban pada pipa baja API 5L grade B pada tanah.
1.4. Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian
Batasan-batasan dari permasalahan yang dibahas didalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Pipa baja yang digunakan pada penelitian ini adalah tipe API 5L grade B
2. Pipa yang digunakan diberikan proses Coating Jenis Epoxy.
3. Pipa tertanam pada tempat Departemen Teknik Material
FTI-ITS
1.5. Manfaat penelitian Penelitian
Penelitian tugas akhir ini dilakukan untuk memberikan
manfaat antara lain antara lain:
1. Menghasilkan rancangan sistem proteksi katodik
anoda korban pada pipa API 5L grade B dengan perbedaan coating2. Dapat mempelajari pengaruh yang mempengaruhi
sistem proteksi anoda korban pada pipa API 5L
grade B dalam tanah4 Laporan Tugas Akhir
Jurusan Teknik Material FTI-ITS
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
Laporan Tugas Akhir
Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI – ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Korosi
Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dengan tingkat curah hujan dan kelembaban yang tinggi serta intensitas sinar matahari yang tinggi pula, dan sebagai Negara berkembang, di Indonesia juga banyak bermunculan industri-industri yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap tingkat pencemaran pada lingkungan. Fenomena alam dan material khususnya logam mempunyai suatu keterikatan dalam suatu sistem dan proses. Hubungan tersebut diimplementasikan dalam suatu proses kerusakan yang dinamakan korosi.
Korosi adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa- senyawa yang tak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida dan karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe 2 O 3 . x H 2 O, suatu zat padat yang berwarna coklat- merah.Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anoda, di mana besi mengalami oksidasi.
Fe(s) ↔ Fe 2 +(aq) + 2e Eº = +0.44 V (2.1) Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain besi itu yang bertindak sebagai katoda, di mana oksigen tereduksi.
O 2 (g) + 2H 2 O(l) + 4e ↔ 4OH-(aq) Eº = +0.40 V (2.2) atau O 2 (g) + 4H+(aq) + 4e ↔ 2H 2 O(l) Eº = +1.23 V (2.3) Adapun syarat terjadinya korosi adalah :
1. Adanya katoda
2. Adanya anoda
3. Adanya lingkungan
Laporan Tugas Akhir
6 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI – ITS
Tanpa adanya salah satu syarat di atas maka korosi tidak akan terjadi. Korosi tidak dapat di hilangkan tetapi hanya dapat di minimalisir pertumbuhannya.
Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap elektrode lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida. Korosi pada besi menimbulkan banyak kerugian, karena barang-barang atau bangunan yang menggunakan besi menjadi tidak awet. Korosi pada besi dapat dicegah dengan membuat besi menjadi baja tahan karat (stainless steel), namun proses ini membutuhkan biaya yang mahal, sehingga tidak sesuai dengan kebanyakan pengunaan besi. Penggunaan struktur yang terbuat dari besi dan baja kini memiliki peranan yang sangat penting dalam dunia industri terutama pada penggunaan untuk saluran air, saluran gas, maupun tiang konstruksi. Struktur yang diaplikasikan pada kegiatan tersebut didesain sedemikian rupa agar dapat dipakai hingga 30-50 tahun.
Namun pada kenyataannya timbul banyak permasalahan yang menyebabkan turunnya kualitas baja tersebut hingga terjadi kerusakan yang sangat parah. Hal ini dikarenakan korosi yang menjadi penyebab utama terhadap kegagalan material dimana dampak yang ditimbulkan akan berimbas pada lingkungan dan ekonomi. Oleh karena itu, berbagai upaya terus dilakukan guna untuk mempertahankan masa pemakaian yang lebih lama dan sesuai standar.
Selain itu, kondisi pada struktur yang dipendam didalam
tanah dapat membuat masalah menjadi lebih kompleks. Pada
umumnya, korosi pada tanah dapat dibatasi dengan pengukuran
resistivitas tanah dan potensial struktur terhadap tanah. Namun
setelah diteliti kembali masih terdapat banyak faktor yang dapat
menyebabkan timbulnya korosi pada tanah, diantaranya ialah
jenis tanah, kelembaban, pH tanah, dan cacat/goresan pada baja
yang dapat menimbulkan korosi sumuran. Pelapisan (Coating)
menjadi solusi untuk menjaga kestabilan dan penghalang terhadap
Laporan Tugas Akhir
7 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI – ITS
lingkungan korosif untuk mengurangi laju degradasi. Lapisan
tambahan diberikan untuk mengisolasi struktur agar terhindar dari
lingkungan luar yang dapat menimbulkan korosi.Pada proses korosi ada dua reaksi yang menyebabkan terjadinya korosi yaitu reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Pada reaksi oksidasi akan terjadi pelepasan elektron oleh material yang lebih bersifat anodik. Sedangkan reaksi reduksi adalah pemakaian elektron oleh material yang lebih bersifat katodik.
Proses korosi secara galvanis dapat kita lihat pada gambar berikut :
Gambar 2.1 Proses KorosiPada reaksi di atas dapat kita lihat dimana Cu bertindak sebagai katoda mengalami pertambahan massa dengan melekatnya electron pada Cu. Sedangkan Zn bertindak sebagai anoda, dimana terjadinya pengurangan massa Zn yang di tandai dengan lepasnya elektron dari Zn. Peristiwa pelepasan dan penerimaan elektron ini harus mempunyai lingkungan, dimana yang menjadi lingkungan adalah asam sulfat. Jika ada dua buah
8 Laporan Tugas Akhir
Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS
unsur yang di celupkan dalam larutan elektrolit yang di hubungkan dengan sumber arus maka yang akan mengalami korosi adalah material yang lebih anodik.(Tretheway,1991)
2.2 Elektrokimia dan Redox
Elektrokimia adalah cabang kimia yang mempelajari reaksi kimia yang berlangsung dalam larutan pada antarmuka konduktor elektron (logam atau semikonduktor) dan konduktor ionik (elektrolit), dan melibatkan perpindahan elektron antara elektroda dan elektrolit atau sejenis dalam larutan.Jika reaksi kimia didorong oleh tegangan eksternal, maka akan seperti elektrolisis, atau jika tegangan yang dibuat oleh reaksi kimia seperti di baterai, maka akan terjadi reaksi elektrokimia. Sebaliknya, reaksi kimia terjadi di mana elektron yang ditransfer antara molekul yang disebut oksidasi / reduksi (redoks) reaksi. Secara umum, elektrokimia berkaitan dengan situasi di mana oksidasi dan reduksi reaksi dipisahkan dalam ruang atau waktu, dihubungkan oleh sebuah sirkuit listrik eksternal.
Ada dua jenis sel elektrokimia, yaitu sel galvanik dan elektrolit. Sel galvanik adalah sel yang menghasilkan tenaga listrik ketika sel mengalami reaksi kimia sedangkan Sel elektrolit adalah sel yang mengalami reaksi kimia ketika tegangan listrik diterapkan. Elektrolisis dan korosi adalah contoh dari proses penting seperti yang ada pada elektrokimia. Prinsip-prinsip dasar elektrokimia didasarkan pada rasio tegangan antara dua zat dan memiliki kemampuan untuk bereaksi satu sama lain. Semakin lama logam dalam elemen galvanik yang terpisah dalam seri tegangan elektrokimia, semakin kuat listrik akan terekstrak. Teori Elektro-kimia dan metode elektrokimia memiliki aplikasi praktis dalam teknologi dan industri dalam banyak cara. Penemuan dan pemahaman reaksi elektrokimia telah memberikan kontribusi untuk mengembangkan sel bahan bakar dan baterai, dan pemahaman logam relatif terhadap satu sama lain dalam elektrolisis dan korosi. Reaksi kimia yang terjadi pada antarmuka konduktor listrik (disebut elektroda yang dapat menjadi logam
Laporan Tugas Akhir
9 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI – ITS
atau semikonduktor) dan konduktor ionik (elektrolit) dapat menjadi solusi dan dalam beberapa kasus khusus, zat padat . Jika reaksi kimia didorong oleh beda potensial maka, secara eksternal disebut elektrolisis. Namun, jika penurunan potensi listrik dibuat sebagai hasil dari reaksi kimia, yang dikenal sebagai "daya baterai", juga disebut sel baterai atau galvanik. Reaksi kimia yang menghasilkan perpindahan elektron antara molekul yang dikenal sebagai reaksi redoks, dan pentingnya dalam elektrokimia sangat penting, karena melalui reaksi tersebut dilakukan proses yang menghasilkan listrik atau sebaliknya, yang diproduksi sebagai konsekuensinya. Secara umum, studi elektrokimia menangani situasi di mana terdapat reaksi oksidasi-reduksi ditemukan dipisahkan secara fisik atau sementara, berada di lingkungan yang terhubung ke sebuah sirkuit listrik. Penelitian yang terakhir adalah kimia analitik dalam subdiscipline dikenal sebagai analisis potensiometri. Ada 2 prinsip sel elektrokimia:
1. Sel yang melakukan kerja dengan melepaskan energi dari reaksi spontan
2. Sel yang melakukan kerja dengan menyerap energi dari sumber listrik untuk menggerakkan reaksi non spontan.
Sel elektrokimia baik yang melepas atau menyerap energi selalu melibatkan perpindahan elektron-elektron dari satu senyawa ke senyawa yang lain dalam suatu reaksi oksidasi reduksi. Oksidasi adalah hilangnya elektron sedangkan reduksi diperolehnya elektron. Zat pengoksidasi adalah spesies yang melakukan oksidasi, mengambil elektron dari zat yang teroksidasi. Zat pereduksi adalah spesies yang melakukan reduksi memberikan elektron kepada zat yang tereduksi. Setelah reaksi zat teroksidasi memiliki bilangan oksidasi lebih tinggi sedangkan zat tereduksi memiliki bilangan oksidasi lebih rendah
Redoks adalah istilah yang menjelaskan berubahnya bilangan oksidasi (keadaan oksidasi) atom-atom dalam sebuah reaksi kimia. Hal ini dapat berupa proses redoks yang sederhana seperti oksidasi karbon yang menghasilkan karbon dioksida, atau reduksi karbon oleh hidrogen menghasilkan metana(CH4),
10 Laporan Tugas Akhir
Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS
ataupun ia dapat berupa proses yang kompleks seperti oksidasi gula pada tubuh manusia melalui rentetan transfer elektron yang rumit. Istilah redoks berasal dari dua konsep, yaitu reduksi dan oksidasi. Ia dapat dijelaskan dengan mudah sebagai berikut:
Oksidasi menjelaskan pelepasan elektron oleh sebuah
molekul, atom, atau ion Reduksi menjelaskan penambahan elektron oleh sebuah
molekul, atom, atau ion.
Oksidasi dan reduksi tepatnya merujuk pada perubahan bilangan oksidasi karena transfer elektron yang sebenarnya tidak akan selalu terjadi. Sehingga oksidasi lebih baik didefinisikan sebagai peningkatan bilangan oksidasi, dan reduksi sebagai penurunan bilangan oksidasi. Dalam praktiknya, transfer elektron akan selalu mengubah bilangan oksidasi, namun terdapat banyak reaksi yang diklasifikasikan sebagai "redoks" walaupun tidak ada transfer elektron dalam reaksi tersebut (misalnya yang melibatkan ikatan kovalen). Reaksi non-redoks yang tidak melibatkan perubahan muatan formal (formal charge) dikenal sebagai reaksi metatesis.
(Day & Underwood,1998)
2.3 Deret Volta
Untuk mengetahui unsur yang lebih anodik dan lebih katodik dapat kita lihat pada deret Volta. Berikut deret Volta :
K – Ca – Na – Mn – Al – Zn – Fe – Sn – Pb – H –
Cu – Hg – Ag – Pt – Au (2.4)
Pada Deret Volta, unsur logam dengan potensial elektrode
lebih negatif ditempatkan di bagian kiri, sedangkan unsur dengan
potensial elektrode yang lebih positif ditempatkan di bagian
kanan.Semakin ke kiri kedudukan suatu logam dalam deret tersebut,
maka
Laporan Tugas Akhir
11 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI – ITS
Logam semakin reaktif (semakin mudah melepas
- elektron) Logam merupakan reduktor yang semakin kuat (semakin
- mudah mengalami oksidasi)
Sebaliknya, semakin ke kanan kedudukan suatu logam dalam
deret tersebut, maka Logam semakin kurang reaktif (semakin sulit melepas - elektron) Logam merupakan oksidator yang semakin kuat (semakin
- mudah mengalami reduksi)
Salah satu metode untuk mencegah korosi antara lain dengan menghubungkan logam (misalnya besi) dengan logam yang letaknya lebih kiri dari logam tersebut dalam deret volta (misalnya magnesium) sehingga logam yang mempunyai potensial elektrode yang lebih negatif lah yang akan mengalami oksidasi. Metode pencegahan karat seperti ini disebut perlindungan katodik. Contoh lain dari perlindungan katodik adalah pipa besi, tiang telepon, dan berbagai barang lain yang dilapisi dengan zink, atau disebut Galvanisasi. Zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif daripada zink (posisinya dalam deret Volta lebih ke kanan), maka besi yang kontak dengan zink akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan demikian besi terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi. Badan mobil-mobil baru pada umumnya telah digalvanisasi, sehingga tahan karat.
Selain contoh reaksi sebelumnya kita juga dapat lihat peristiwa korosi lainnya yaitu pada peristiwa perkaratan (korosi) logam Fe mengalami oksidasi dan oksigen (udara) mengalami reduksi. Rumus kimia dari karat besi adalah Fe 2 O 3 . xH 2 O dan berwarna coklat-merah. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anoda, dimana besi mengalami oksidasi. 2+
Fe(s) —–> Fe (aq) +2e E=+0,44V (2.5) O 2 (g)+2H 2 O(l)+4e—->4OH E=+0,40V (2.6)
12 Laporan Tugas Akhir
Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS
Ion besi (II) yg terbentuk pada anoda selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi (III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi Fe 2 O 3 . xH 2 O. Berdasarkan sifatnya korosi terbagi atas :
1. Korosi Aktif Ciri-ciri dari korosi aktif ini antara lain :
Mudah melepaskan ion
- Mudah menempel di tangan
- Contoh : Paku yang berkarat
2. Korosi Pasif Ciri-ciri dari korosi pasif ini antara lain :
Sulit melepaskan ion
- Sulit menempel di tangan
- Contoh : Korosi pada AL
(Whiten, 2013)
2.4 Sel Galvani dan Contohnya
Sel volta atau sel galvani adalah suatu sel elektrokimia yang terdiri atas dua buah elektrode yang dapat menghasilkan energi listrik akibat terjadinya reaksi redoks secara spontan pada kedua elektroda tersebut. yaitu sel yang mengubah energi kimia menjadi energi listrik. Sel Galvani / Sel Volta disebut juga sel kimia. Sel Galvani dipakai sebagai sumber listrik untuk penerangan, pemanasan, menjalankan motor, dan sebagainya. Reaksi redoks spontan yang dapat mengakibatkan terjadinya energi listrik ini ditemukan oleh Alessandro Guiseppe Volta (1800) dan Luigi Galvani (1780). Deret Volta pada Gambar 1 merupakan deret yang menyatakan unsur-unsur logam berdasarkan potensial elektrode standarnya. Dan ini digunakan sebagai acuan apakah sebuah logam bisa bereaksi dengan ion logam lain (Chang, 2005) Untuk prinsip kerja sel galvani sendiri yaitu:
a) Terdiri atas elektrode dan elektrolit yang dihubungkan
dengan sebuah jembatan garamLaporan Tugas Akhir
13 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI – ITS
b) Pada anode terjadi reaksi oksidasi dan pada katode terjadi
reaksi reduksi c) Arus elektron mengalir dari katode ke anoded) Arus listrik mengalir dari katode ke anode
e) Adanya jembatan garam untuk menyeimbangkan ion-ion
Untuk perlu dipahami juga anoda dan katoda adalah elektroda dengan polaritas yang berlawanan, Pada sel galvani, Anoda adalah elektroda sel kutub negatif (-), sedangkan katoda adalah elektroda sel yang berkutub (+). Anoda mengalami oksidasi (Pelepasan Elektron) yaitu sebagai reduktor sedangkan katoda mengalami reaksi reduksi (mengikat elektron) yaitu sebagai oksidator (Keenan,1980). Bagian – bagian Sel Galvani atau Sel Volta (Gambar 2) yaitu:
1. Voltmeter, untuk menentukan besarnya potensial sel
2. Jembatan garam (salt bridge), untuk menjaga kenetralan
muatan listrik pada larutan
3. Anode, elektrode negatif, tempat terjadinya reaksi
oksidasi. pada gambar, yang bertindak sebagai anode adalah elektrode Zn/seng (zink electrode)
4. Katode, elektrode positif, tempat terjadinya reaksi
reduksi. Pada gambar 2, yang bertindak sebagai katode adalah elektrode Cu/tembaga (copper electrode)Gambar 2.2 Bagian Sel volta/Galvani14 Laporan Tugas Akhir
Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS
Susunan Sel Voltanya dinotasikan dengan Notasi sel: Y | ion Y || ion X | X. Dimana pada bagian kanan menyatakan katode(yang mengalami reduksi), dan bagian kiri menyatakan anode (yang mengalami oksidasi). Pemisahan oleh jembatan garam dinyatakan dengan || sedangkan batas fasa dinyatakan |. Penggambaran notasi sel juga dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 2.3 Notasi SelPada gambar di atas, logam X mempunyai potensial reduksi yang lebih positif dibanding logam Y, sehingga logam Y bertindak sebagai anoda dan logam X bertindak sebagai katoda. Jembatan garam mengandung ion-ion positif dan ion-ion negatif yang berfungsi menetralkan muatan positif dan negatif dalam larutan elektrolit. Contoh Soal Penulisan Notasi Sel : Notasi sel 2+ 2+ 2+ 2+
untuk reaksi Cu +Zn -> Cu + Zn yaitu Zn | Zn || Cu | Cu.
Proses yang terjadi adalah 2+
a) Pada anode, logam Zn melepaskan elektron dan menjadi Zn
- 2+ yang larut. Zn(s) → Zn (aq) + 2e 2+
b) Pada katode, ion Cu menangkap elektron dan mengendap
menjadi logam Cu. 2+ - Cu (aq) + 2e → Cu(s) Hal ini dapat diketahui dari berkurangnya massa logam Zn setelah reksi, sedangkan massa logam Cu bertambah. Reaksi total yang terjadi pada sel galvani adalah: 2+ 2+ Zn(s) + Cu (aq) → Zn (aq) + Cu(s)(Oxtoby,2001)
Laporan Tugas Akhir
15 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI – ITS
Contoh beberapa Sel Galvani dalam kehidupan sehari-hari:
1. Sel Kering (Sel Leclanche) Dikenal sebagai batu baterai. Pada Gambar 4, dapat dilihat
bahwa sel kering terdiri dari katode yang berasal dari karbon
(grafit) dan anode logam zink. Elektrolit yang dipakai berupa
pasta campuran MnO2, serbuk karbon dan NH4Cl.Persamaan reaksinya : Katode : 2MnO
2 + 2H+ + 2e -> Mn
2+ 2 O 3 + H 2 O+
Anode : Zn -> Zn + 2eReaksi sel : 2MnO + 2H + Zn -> Mn O + H O + Z
2 2 3 2 Anode (-) : Logam seng (Zn) yang dipakai sebagai wadah.Katode (+) : Batang karbon (tidak aktif) Elektrolit : Campuran berupa pasta yang terdiri dari MnO , 2 NH 4 Cl, dan sedikit air
Gambar 2.4 Sel Kering2. Sel aki Sel aki disebut juga sebagai sel penyimpan, karena dapat
berfungsi penyimpan listrik dan pada setiap saat dapat
dikeluarkan .Anodenya terbuat dari logam timbal (Pb) dan
katodenya terbuat dari logam timbal yang dilapisi PbO2. Reaksi
penggunaan aki : 2- Anode : Pb + SO4 -> PbSO+ 2-
4 + 2e Katode : PbO 2 + SO4 + 4H + 2e -> PbSO 2- + 4 + 2H 2 O Reaksi sel : Pb + 2SO + PbO + 4H ” 2PbSO + 2H O 4 2 4 2
16 Laporan Tugas Akhir
Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS Reaksi Pengisian aki : 2PbSO 4 + 2H 2 O -> Pb + 2SO 4 2- + PbO 2 + 4H + Anode (-) : Lempeng logam timbal (Pb).
Katode (+) : Lempeng logam oksida timbal (PbO2)
Elektrolit : Larutan asam sulfat (H 2 SO 4 ) encer (Oman, 1999)
2.5 Laju Korosi
Laju korosi diperhitungkan dengan menyatakan berat yang hilang per satuan luas permukaan per satuan waktu. Mengingat laju korosi (mpy) merupakan ekspresi yang terbaik karena merupakan penetrasi korosi tanpa decimal, maka satuan laju korosi ini bias didekati dengan rumus
CR = (K . W) / (A . T . D) Dimana W = berat yang hilang (gram) D = Densitas specimen (g/cm 3 )
A = Luas permukaan specimen (cm 2 ) T = waktu paparan (jam) K = konstanta laju korosi (dapat dilihat pada table)
Tabel 2.1 Konstanta Corrosion Rate Unit DesireCorrosion Rate Unit Desire K Mils per year (mpy) 3,45 x 10 6 Inches per year (ipy) 3,45 x 10 3 Inches per month (ipm) 2,87 x 10 2 Millimetres per year (mm/y) 8,76 x 10 4 Micrometres per year (um/y) 8,76 x 10 7 Picometres per second (pm/s) 2,78 x 10 6 Grams per square meter per hour (g/m 2 .h) 1,00 x 10 4 x D Milligrams per square decimeter per day (mdd)
2,40 x 10 6 x D
Laporan Tugas Akhir
17 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI – ITS
Berikut ini adalah beberapa faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi laju korosi suatu material:
2.5.1 Polarisasi