AMERTA 8 - Repositori Institusi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Berkala Arkeologi

AMERTA

penerbit
PUSAT P E N E L I T I A N A R K E O L O G I NASIONAL
1984

Gambar sampul muka : Garuda dengan G u c i A m e r t a ,
Candi K i d a l , abad ke-13 M.

AMERTA
Berkala Arkeologi

8

Proyek Penelitian Purbakala J a k a r t a
Departemen

Pendidikan dan
1984


Kebudayaan

Copyright
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional
1984

DEWAN

REDAKSI

Penasehat

R.P. Soejono

Pemimpin R e d a k s i /
Penanggung J a w a b

Satyawati Suleiman


Staf Redaksi

Soejatmi Satari
Nies A . Subagus
Ratna Indraningsih P.

Percetakan R A K A N O F F S E T
TIDAK UNTUK DIPERDAGANGKAN

ii

PRAKATA

Masalah S r i w i j a y a senantiasa menarik untuk kita ketahui, terutama yang berkenaan dengan hasil
penelitian terakhir. Pendapat para sarjana dari dalam dan luar negeri masih terus membuka wawasan
baru yang perlu dikaji lebih mendalam.

Masalah S r i w i j a y a yang diuraikan dalam nomor ini dibuka dengan makalahzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZ
Prof. Dr. S. Sartono
yang mengupas kegiatan tambang dan perdagangan emas pada masa lampau di Sumatera. Selanjutnya

Dr. Pierre-Yves Manguin mengemukakan penelitiannya mengenai garis pantai Sumatera di Selat Bangka
yang menunjang pendapat bahwa sejak abad ke-14 muara dan jalur pelayaran yang menghubungkan
Palembang dengan laut tidak begitu banyak berubah.
menulis tentang
Masih berkisar soal bukti arkeologis di daerah Sumatera, Sumarah Adhyatman
temuan keramik yang banyak ditemukan di B u k i t Siguntang, Palembang. Analisis temuan keramik dari
daerah ini sangat penting untuk segera disebarluaskan, sekaligus membantah pendapat yang mengatakan bahwa di daerah ini tidak ditemukan pecahan keramik yang lebih tua dari masa Y u a n ( 1 2 8 0 1 3 6 8 ) , sehingga disimpulkan pula bahwa kerajaan S r i w i j a y a tidak berlokasi di Palembang (Bronson
1975).
Sebagai penutup disampaikan hasil penelitian terakhir mengenai situs-situs arkeologi di daerah tepi
sungai Batanghari. Selain situs-situs yang lama, dikemukakan pula oleh Bambang Budi Utomo d k k .
beberapa situs yang baru dan hasil penelitian geologi di daerah ini. A k h i r n y a kami harapkan rangkaian
tulisan ini dapat menambah khasanah pengetahuan kita bersama.
Selamat membaca.
Redaksi

iii

DAFTAR

ISI


1.

E M A S DI S U M A T E R A K A L A P U R B A

S.

2.

GARIS PANTAI
S U M A T E R A DI
SELAT
BANGKA:
SEBUAH BUKTI BARU TENTANG KEADAAN YANG PERMANEN PADA
MASA S E J A R A H

Pierre- Yves

KUNJUNGAN
PALEMBANG,


Sumarah

3.

4.

IV

KE
BUKIT
SIGUNTANG
SUMATERA
SELATAN

SITUS-SITUS ARKEOLOGI
DI
TEPI SUNGAI
BATANGHARI


Sartono

Manguin

Adhyatman

DAERAH
Bambang Budi
Utomo;
Jahdi Zaim dan
Hadiwisastra
Sapri

1

AMERTA, 8, 1984

EMAS DI SUMATERA K A L A PURBA *)

S. Sartorio


Pendahuluan

cukup rapi. Hal itu menunjukkan bahwa ratusan,
bahkan ribuan, orang dipekerjakan dalam kegiatan
penambangan logam mulia tersebut dengan hasil
yang c u k u p banyak. Namun demikian angka-angka
produksi logam emas yang ditambang dengan cara
itu tidak pernah dilaporkan.

E m a s merupakan logam mulia yang paling awal
dikenal di Indonesia. Logam berharga itu telah ditambang berabad-abad yang lalu di Sumatera dan
juga di Kalimantan. Berbagai laporan berasal dari
orang Cina dan orang-orang beragama Hindu
Penambangan emas oleh penduduk setempat
mengutarakan bahwa terutama Sumatera merupadilihat dari segi ekonomi modern seperti sekarang
kan pulau yang kaya akan emas. Memang sejak
ini tidak menguntungkan. Kemungkinan besar pada
jaman dulu Pulau Sumatera terkenal sebagai Pulau
jaman dulu upah buruh tambang, w a k t u yang diEmas. T i d a k diketahui dengan pasti bila kegiatan

perlukan untuk penambangan, serta ekstraksi emas
penambangan emas dimulai di pulau tersebut, tebukan merupakan faktor yang penting sehingga
tapi yang pasti hal itu telah dilakukan jauh sebelum
bijih emas yang pada w a k t u itu secara ekonomi kakedatangan orang-orang Portugis dan Belanda bedarnya tidak tinggi dapat ditambang juga.
serta perkumpulan dagangnya yang diberi nama zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYWVUTSRPONMLKJIHGFEDCB
Vereenigde Oost-lndische
Compagnie ( V O C ) pada
permulaan abad ke-17. Salah satu petunjuk kegiat- Data Sejarah Tentang Emas
an itu adalah penambangan emas yang dilakukan
Dalam K i t a b Perjanjian L a m a ( A l k i t a b , Surat
V O C di daerah Salida ( B e n g k u l u ) , yang sebenarnya Raja-Raja Pertama 9 : 26-8 dan 10: 10-3) disebutdidasarkan penambangan emas di daerah sama yang kan tentang Raja Sulaiman yang membangun badilakukan oleh penduduk setempat.
nyak kapal di Ezion-Jeber, dekat E lot di tepi pantai L a u t K o l z o m , di negeri E d o m . Raja itu pernah
Banyak sisa-sisa tambang emas penduduk semengirimkan ekspedisi ke Ofir (Ophir) bersama detempat ditemukan di sepanjang pegunungan B u k i t
ngan awak kapal Raja H i r a m . Dari situ ekspedisi
Barisan Sumatera, dimulai dari daerah Bengkulu di
membawa 4 2 0 talenta emas (1 talenta Attica = 26
bagian selatan, melalui Minangkabau dan Tapanuli
pon, 1 talenta Attica besar = 28% pon, dan 1 tasampai ke A c e h di ujung barat laut pulau itu.
lenta Mesir/Corinthia
= 4 3 % pon). E m a s yang diBerbagai cerita lama, baik tertulis maupun peroleh itu kemudian diserahkan kepada raja S u lisan, menunjukkan aktivitas penambangan yang laiman. Dari Ofir Raja Hiram membawa pula

luas di jaman kuno dengan susunan organisasi yang banyak batu mulia dan k a y u cendana. Dalam tahun
9 4 5 S . M . Raja Sulaiman mengirimkan lagi kapal* ) Terjemahan makalah yang diajukan pada "Consultative Workkapalnya ke Ofir untuk mencari emas.
shop on Archaeological And Environmental Studies on Sriw i j a y a " tahun 1982.
Lokasi Ofir yang tepat tidak diketahui, namun
1

diperkirakan berada di A f r i k a atau di Asia. Ofir dikenal sebagai daerah yang k a y a akan emas, dan
juga dianggap sebagai suatu daerah emas milik
Raja Sulaiman. Sekarang di daerah Tapanuli Selatan terdapat pegunungan bernama Ophir ( O f i r ) ,
yang letaknya di sebelah barat L u b u k Sikaping.
Puncak Pegunungan Ophir yang dinamakan T a l a man dengan ketinggian 2.912 m, menjulang di atas
dataran tinggi bernama Pasemah dengan ketinggian
2.190 m. Puncak lain pada dataran tinggi itu disebut Nilam. Di sebelah timur Ophir ditemukan gunung lain yang disebut Gunung A m a s (Gunung
E m a s ) . Di samping emas di daerah-daerah itu ditemukan timbal ( P b ) , besi ( F e ) , belerang ( S ) , nikel
( N i ) , dan oker.
Dalam cerita Ramayana telah disinggung usul
kepada orang-orang untuk mencari serta menemukan negara J a w a d w i p a yang terdiri dari tujuh kerajaan, semuanya kaya akan emas dan perak. J a w a
sendiri merupakan sebagian dari J a w a d w i p a yang
sebetulnya terdiri dari Sumatra bagian selatan sampai J a m b i serta J a w a , masing-masing disebut lava
Mayor dan lava Minor. Selat Sunda yang kini memisahkan J a w a dari Sumatra rupanya belum dikenal sebelum abad ke-12 (Obdeyn 1 9 4 1 : 3 3 7 41).


Kerajaan Minangkabau yang disebut pula sebagai " K a w a s a n E m a s " , mencakup Pariaman, Palembang, dan seluruh Sumatera Selatan. Dalam
kerajaan itu terdapat pegunungan dengan puncaknya yang tinggi-tinggi dan mengandung emas dalam
jumlah yang lebih banyak j i k a dibandingkan
dengan yang terdapat di daerah-daerah rendah.
Raja Minangkabau yang pertama bernama Manacambin yang dinobatkan sebagai rajadiraja pada
tahun 1 0 3 9 S . M . bertepatan dengan w a k t u Raja
Sulaiman giat membangun istana, candi, dan berbagai bangunan lainnya. Raja Minangkabau yang
lain bernama Rajagaro (Raja Garo) membawahi seorang syahbandar yang kaya-raya dengan berdagang emas. Di rumah syahbandar itu emas ditimbang dengan alat yang biasa digunakan untuk menimbang padi, kemudian disimpan dalam tempayan
(martaban).
Pusat kerajaan Minangkabau terletak
di tengah-tengah galian emas (tambang emas), sedangkan Kampar yang merupakan pelabuhan ekspor emas terletak di sisi sungai besar yang bermula
di daerah Pangkalan Kapas, atau dinamakan juga
Sunetrat (Sungai Daras, Sungai Deras, Sungai Dareh). Pelabuhan ekspor emas lainnya adalah Indragiri, Pariaman, T i k u s , Barus, dan Pedir.

Pada w a k t u dulu kegiatan serta usaha penduduk
setempat untuk mendapatkan emas di daerah
Banyak dokumen orang A r a b (Obdeyn 1 9 4 1 :
Bengkulu
antaranya dipaparkan oleh Hovig ( 1 9 1 2 :

3 2 5 ) menyebutkan kerajaan bernamazyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYWVUTSRPONMLKJIHGFEDCBA
Zabag (Muara Sabak) dan Zarbosa. Kedua kerajaan itu terletak 9 8 - - 1 1 2 ) . Dari berbagai ungkapan lisan yang ia perdi tepi teluk besar, malahan yang terbesar di se- oleh dari penduduk setempat dilaporkannya bahwa
luruh pulau, yang menjorok sedalam 50 parassang raja Pagar R u y u n g (Pageruyung, Minangkabau) ber(sekitar 6 0 k m ) ke arah daratan. Dalam daerah ke- nama Sultan Mahkuta A l a m s y a h , yang merupakan
kuasaan kedua kerajaan itu ditambang emas dan keturunan Raja Iskandar Zulkarnaen dari Macedoperak dalam jumlah yang demikian besarnya se- nia, menguasai sebagian besar pulau S u m a t r a . Pada
hingga 2 0 0 - 3 0 0 orang diperlukan untuk membawa suatu hari raja itu memerintahkan bawahannya
emas itu untuk diserahkan pada raja. Raja memiliki untuk melakukan perjalanan ke daerah K o r i n c h i
tempat penyimpanan harta kerajaan berupa kolam ( K e r i n c i ) dan J a m b i sambil mencari emas. Usaha
mereka a k h i r n y a berhasil dengan menemukan emas
dan setiap hari dilemparkannya emas sebesar bata
dalam
jumlah begitu besar, terutama di daerah
ke kolam tersebut. Hingga sekarang daerah Muara
Sabak masih merupakan daerah penghasil emas Rejang dan Bengkulu. Sebagai akibat penemuan
emas itu, raja tersebut memindahkan banyak pen(Simons 1 9 5 9 ) .
d u d u k n y a ke berbagai daerah penghasil emas, sekaligus membuat pemukiman baru. Hingga kini
Berbagai sumber berasal dari orang A r a b melogam emas di daerah Bengkulu, terutama di sekingatakan tentang adanya emas di Sumatra. Antara
tar Rejang dan Lebong, masih juga ditambang baik
lain disebutkan bahwa pulau Nias k a y a akan emas.
oleh penduduk setempat maupun oleh pemerintah.
Pedagang bangsa Portugis berusaha pula mencari
emas di pulau itu (Stibbe 1 9 1 7 : 8 0 7 ) . Sumber PorPada abad ke-16 para pelaut Portugis tiba di
tugis itu menyebutkan pula bahwa Barus (Baros),
India.
Pada w a k t u itu mereka juga mendengar
Pedir, T i k i m , Indragiri, Pariaman, dan Kampar
adanya llha de Ouro 'Pulau E m a s ' . Dalam peta laut
merupakan pelabuhan ekspor emas ke negeri Poryang mereka gunakan dan dibuat dalam tahun
tugal. Orang Cina menamakan Sumatera juga se1502 telah tergambar pula letak Pulau Sumatera.
bagai Kintcheou (Pulau E m a s ) .

2

Fernao Lopes de Castañeda melaporkan bahwa
pedagang bangsa Portugis tiba di Sumatera pada
tahun 1B09. la menyebutkan pula bahwa kerajaan
Minangkabau memiliki banyak sekali tambang
emas dan tempat pendulangan emas. Dalam perjalanan itu seorang jendral Portugis bernama Diogo
Lopes de Sequira melakukan perdagangan emas
dengan raja Pedir dan raja Pasai.

dan arusnya sangat deras sehingga tempat lokasi
emas itu sangat berbahaya untuk dilayari. Emas
dan perak dari Minangkabau mencapai Kerajaan
Kampar melalui sungai J a m b i . Di kerajaan itu ada
tempat berdagang milik Permaisuri Sheba yang
dikelola oleh seorang bernama Nausem. Nausem
mengirim banyak sekali emas kepada Permaisuri
Sheba yang pada gilirannya meneruskannya kepada Raja Sulaiman untuk membiayai pembangunan istana, candi, serta berbagai bangunan lainnya.

Pada tahun 1511 seorang ahli obat-obatan
bangsa Portugis bernama T o m e Pires meninggalkan
India untuk menuju Malaka, la melaporkan pula
Menurut J o a o de Barros (1496--1S70) dalam
bahwa Pariaman, T i k u s , dan Pancur (Bagus) meLuisaden,
Camoes menggunakan nama Samatra
rupakan pelabuhan ekspor emas yang berasal dari
untuk pulau Sumatera. Diperkirakan olehnya bahw a di pulau itu terdapat Gunung Ofir yang medaerah Minangkabau. E m a s tersebut antara lain diekspor ke Malaka dalam jumlah rata-rata antara
mungkinkan Raja Sulaiman mampu membangun
12-15 kuintal setiap tahun. Ketiga pelabuhan ter
istana, candi, serta berbagai bangunan lainnya,
sebut sepanjang tahun dikunjungi oleh para pela menyebutkan pula bahwa di tahun 1B20--21
dagang dari Parsi, Gujarat, A r a b , Keling, dan Bengsuatu ekspedisi dikirimkan ke Sumatra untuk
gala. Daerah kekuasaan ketiga kota pelabuhan itu
mencari emas di O f i r , yang juga dinamakan kawasdi sebelah timur berbatasan dengan Kerajaan Mian emas Raja S u l a i m a n . Ofir itu diperkirakan menangkabau yang daerah kekuasaannya meluas lebih
rupakan suatu gunung.
ke arah t i m u r lagi sampai J a m b i . Daerah MinangDuarte Barbosa, dalam laporannya pada tahun
kabau disebut pula sebagai " s u a t u kawasan yang
1518 menyebutkan bahwa Minangkabau merupadiberkahi oleh T u h a n untuk memiliki emas yang
kan daerah penghasil emas terpenting di S u m a t r a ,
t e r b a i k " . Pusat kegiatan penambangan emas terla menyebutkan pula bahwa penduduk setempat
dapat di sepanjang Sungai Ninje, sedangkan emas
dengan mudah dapat mengumpulkan emas seterdapat pula di Muara Pelangi (Muara Sipongi?).
panjang sungai-sungai besar maupun kecil.
Semua kegiatan penambangan emas dikuasai oleh
J a n Huygens van Linschoten (1563—1611)
raja Minangkabau. Hasil produksi emas itu menyang menulis buku berjudul Itinerario
Voyage ofte
capai lebih dari duazyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYWVUTSRPONMLKJIHGFEDCBA
bahar setahun.
Schipvaert naer Oost ofte Portugaleels Indie, menamakan Sumatera sebagai Taprobana dan pulau
Emas dari daerah Minangkabau memasuki K e itu disebutkannya juga k a y a akan emas, perak, berrajaan Kampar melalui Sungai J a m b i . Dalam
bagai logam mulia lainnya, serta batu mulia.
tahun 1 5 1 5 , ketika Malaka yang dikuasai orang
Portugis dilanda kelaparan, Jorge Botelho ditunjuk
Manuel Godinho de Eredia ( 1 B 6 3 - 1 6 2 3 ) yang
untuk memimpin ekspedisi berlayar ke arah hulu
menulis buku berjudul Informacao de Aurea CherSungai Siak guna mengumpulkan bahan makanan. soneso ou Peninsula, e das iIhas Auri f eras, CarDalam perjalanannya ia bermaksud pula untuk
bunculas es Aromaticas,
menyebutkan juga bahwa
bertemu dengan raja Minangkabau, penguasa
kerajaan Pedir, Pasai, G o r i , A n c a c a n , Rokas, T i k u s ,
tambang-tambang emas, yang pada w a k t u itu bedan Barus (Pancur) berada di bawah kekuasaan
lum memeluk agama Islam. Diberitakan pula
kerajaan A c e h (Mills 1 9 3 0 ) .
bahwa dalam perjalanan itu para pelaut Portugis
Henrique Dias, salah seorang dari 700 awak
tersebut melakukan dagang-tukar (barter) tekstil
kapal yang selamat dari kapal bernama Sao Paulo
serta pakaian dengan emas milik penduduk setemyang tenggelam dekat pantai barat Sumatera, mepat dalam jumlah yang begitu banyak sampaingemukakan bahwa di pulau itu terdapat banyak
sampai pakaian dalam mereka i k u t dipertukarkan
raja akan tetapi yang paling berkuasa adalah Raja
juga.
A c e h . la mengatakan pula bahwa dari kerajaan
Fernao Mendes Pinto, seorang petualang Por- Minangkabau setiap tahun dikirimkan 12-1B kuintal (1 kuintal = sekitar 100 kg) emas ke Malaka.
tugis yang menjelajahi Sumatra melaporkan pada
seorang jenderal Portugis bernama Peo de Faria
bahwa emas ditemukan di muara Sungai Calander
yang terdapat kira-kira B° di sebelah selatan khatulistiwa. Di tempat itu banyak terdapat air terjun

Ferrand ( 1 9 2 2 ) melaporkan bahwa pada jaman
S r i w i j a y a , Sumatera dinamakan Suwarnadwipa
P u l a u E m a s ' , Suwarnabhumi 'Negeri E m a s ' , atau
Suwarnapura ' K o t a E m a s ' .

3

Dalam perkembangan sejarah agama diberitakan oleh T h a h i r ( 1 9 5 8 : 2 9 ) bahwa hubungan kerajaan Nabi Daud dan Suleman tidak hanya terbatas antara Palestina dan S u r i a ( F u n i s i a ) serta
Mesir saja, tetapi meluas sampai jauh di Indonesia.
Kapal-kapal Mesir yang memiliki layar telah mencapai Indonesia, kemudian disusul pula oleh kapalkapal bangsa Funisia (Suria). Orang Mesir dan F u nisia itu datang di Indonesia antaranya untuk mencari emas, mutiara, dan rempah-rempah. Mereka
juga mengusahakan sendiri tambang-tambang emas
bersama bangsa Indonesia. Gunung Ophir atau
Ophaz merupakan suatu kawasan tempat Nabi S u leman mendapatkan emas untuk d i k i r i m k a n n y a ke
Palestina. Bekas-bekas tambang tersebut banyak
terdapat di S u m a t r a , antaranya di daerah Logas
di Sumatra Tengah. Daerah itu hingga kini masih
menghasilkan emas dan merupakan tempat tinggal
orang Funisia yang berasal dari Logas di negeri F u nisia.

Foto 1. Lumpang batu serta penggerusnya berbentuk bola untuk
menghancurkan batuan pengandung emas (Hovig 19121.

Penambangan EmasutrponmlkihgedbaYUTSRPONMLKJIHGEDBA
Jaman Kuno

Pada u m u m n y a kegiatan penambangan emas di
jaman kuno dilakukan baik terhadap endapan a l u vium maupun endapan sungai yang mengandungnya. E m a s demikian bersifat sekunder dan disebut zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYWVUTSRPONMLKJIHGFEDCB
plaser. Emas sekunder itu berasal dari suatu batuan
yang elevasinya tinggi, misalnya di suatu pegunungan. Y a n g tersebut akhir ini kemudian dipengaruhi
Foto 2. Tempat pendulangan emas di Sungai Lasi di Sumatra Teoleh proses pelapukan serta kikisan dan hasil kengah.
dua proses itu terbawa atau dihanyutkan air hujan
ke tempat yang lebih rendah, yang biasanya lalu
terkumpul di suatu dataran. Dengan cara begitu
maka di tempat yang datar dapat ditemukan konsentrasi emas yang tinggi, yang dapat ditambang
secara sederhana dengan pendulangan. E m a s primer
juga ditambang pada w a k t u jaman k u n o , meskipun
caranya lebih sukar dan rumit, y a k n i dengan membuat terowongan, sumuran, penggalian, saluran air,
serta berbagai bendungan. U n t u k menghancurkan
dan menggerus batuan pengandung emas primer
digunakan lumpang terbuat dari batuan andesit»
Foto 3. Cara pendulangan emas di Sungai Lasi di Sumatra Tengah.
serta penumbuknya dari batuan yang sama ( F o t o
1). Untuk mengumpulkan bijih emasnya kemudian
nya dengan kata Zam tersebut, la selanjutnya medigunakan cara pendulangan pula ( F o t o 2 dan 3 ) . ngemukakan bahwa ekspedisi untuk mengumpulOuiving melaporkan bahwa di bawah kekuasaan Raja Tutmosis I I I dan Raja Ramses I I I bangsa
Mesir mengadakan ekspedisi dan eksplorasi untuk
mencari emas di ujung selatan benua A f r i k a , Z i m babwe, A f r i k a Selatan, Katanga, dan Zambesi (Zam
berarti 'emas sungai' atau 'emas diambil dari sungai'). Samatra (Sumatra) mungkin ada hubungan-

4

kan emas itu menggunakan kapal-kapal yang dibuat
dari k a y u araz yang panjangnya hingga mencapai
67 meter. A w a k kapalnya dapat mencapai jumlah
10.000 orang. Sisa-sisa kegiatan pertambangan
ekspedisi itu tersebar di berbagai daerah tersebut.
Rupa-rupanya sisa penambangan emas orang Mesir
ditemukan pula di S u m a t r a , yang mungkin dilaksanakan antara tahun 1 5 0 0 - 1 2 0 0 S . M .

Suatu laporan yang dibuat oleh Manuel G o dinho de Ereda tentang pendulangan emas di S u matra, yang diterbitkan di Lisboa pada tahun
1 8 0 7 , menyebutkan sebagai berikut: " S e t i a p pagi
sekelompok penduduk dari Kerajaan Kampar
masing-masing membawa ayakan halus untuk
mengayak pasir dari Sungai Sunetrat (Sungai Daras,
Sungai Dareh). Dengan cara ini butiran emas sebesar biji-bijian atau seukuran sisik ikan kecil dapa tertinggal dalam ayakan itu. Butiran yang lebih
besar didapat dari tanah yang berasal dari sumur
galian di tepi sungai itu yang kemudian dijemur di
bawah terik matahari. Karena panas matahari maka
tanah tersebut pecah dan hancur, sehingga butiran
emas tersingkap dan dapat d i k u m p u l k a n . Segenggam tanah dapat diremas dengan tangan secara
mudah dan dengan cara itu butiran emas dapat diambil serta dikumpulkan secara m u d a h " .
Kegiatan penambangan emas di jaman kuno dilaporkan terdapat di daerah Sapat (Muara L a b u h ) ,
sekitar 40 k m sebelah tenggara A l a h a n Panjang di
Sumatra bagian tengah. Sungai terpenting di daerah
itu adalah Sungai Bergoyo, Sungai Pantuan, dan
Sungai Sapat, yang kesemuanya merupakan cabang
Sungai G u m a n t i . Di daerah itu begitu banyak terdapat sisa-sisa pertambangan emas jaman kuno sehingga tempat tersebut dinamakan " K a w a s a n dengan 1300 tambang e m a s " (Boomgaart 1 9 4 7 ) .

menurun sejak 1 8 4 0 . la mengemukakan pula
bahwa emas tersebut ditemukan dalam batu sabak
dan u m u m n y a berdekatan dengan korok kuarsa.
U n t u k mengumpulkan bijih emas, dibuat suatu
sistem pengairan yang rumit dengan banyak bendungan di lereng-lereng pegunungan yang bermula
dari tempat korok kuarsa pengandung emas menuju ke bawah ke daerah yang lebih rendah tempat
terdapat air. Batu sabak di sekeliling korok kuarsa
dibuang, kecuali yang berdekatan sekali dengannya
yang biasanya telah lapuk. T a n a h pelapukan batu
sabak itu dikumpulkan dan dimasukkan dalam
saluran air. Bagian luar korok kuarsa kemudian dibersihkan dengan jeriji k a y u , sedangkan lempung
yang melekat dalam lubang-lubang korok dibersihkan juga. Lempung itu bersama dengan tanah yang
dikumpulkan dari dinding korok kuarsa dimasukkan juga ke dalam saluran air. J i k a bahan-bahan
batuan tersebut telah cukup terkumpul dalam saluran air i t u , pecahan batu sabak yang masih segar
dan keras yang terbawa ke dalam saluran air dibuang, sedangkan lempung yang melekat dimasukkan kembali ke dalam saluran air tersebut, untuk
kemudian dicampur lagi dengan air. A k h i r n y a campuran itu dimasukkan dalam berbagai saluran berbentuk paparan lalu diaduk-aduk. Dengan cara begitu bijih emas yang lebih erat dapat dipisahkan
dari lempung yang lebih ringan.

Marsden (1811) memberi laporan tentang keSelama penambangan, kegiatan mengikuti arah
giatan penambangan emas di daerah Minangkabau.
korok kuarsa baik ke sebelah kanan maupun ke seBerdasarkan tempat asalnya, bijih emas dibagi menbelah kiri untuk mendapatkan batu sabak lapuk
jadi 2 golongan, y a k n i yang disebutzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYWVUTSRPONMLKJIHGFEDCBA
emas supayang
serta lempung yang melekat padanya atau yang ter'emas primer' dan emas sungai abu 'emas sekuntinggal dalam berbagai lubang pada korok kuarsa
der', la selanjutnya mengemukakan (hal. 1 6 5 - 1 7 2 )
itu. Batu sabak yang masih segar dan belum lapuk
bahwa menurut perkiraan penduduk setempat
tidak ditambang. J i k a korok kuarsa menjadi terlalu
jumlah lokasi emas yang demikian di Minangkabau
besar dan amat lebar, kegiatan penambangannya
tidak kurang dari 1.200. Tentang peralatan yang didihentikan karena penggalian tanah penutup korok
gunakan dalam penambangan itu disebutkan antasedemikian akan terlalu sukar dan berat untuk diranya besi pengungkit (linggis?), sekop, palu besi
kerjakan. Penggalian tanah itu dapat mencapai panbesar penghancur batuan pengandung bijih emas,
jang hingga 75 meter dan lebar 10 meter dengan
lumpang batu, dan tempat pengumpul batuan pekedalaman berkisar antara 1 - 1 0 meter tergantung
ngandung bijih emas yang telah hancur berbentuk
dari posisi geologi korok kuarsa pengandung bijih
perahu (lesung?) dengan seutas tali di ujungnya unemas itu sendiri. Penampang saluran yang tergali
tuk penarik. Setelah penuh, tempat berbentuk peitu mempunyai bentuk huruf U. Dekat dengan terahu itu ditarik keluar dari terowongan tambang
bing sungai yang permukaan tanahnya datar, dinke suatu tempat yang berair. A i r itu digunakan
ding saluran demikian itu diperkuat oleh dinding
untuk memisahkan butiran emas dari batuan k u yang terbuat dari tumpukan bongkah kuarsa dan
arsa pengandungnya yang telah ditumbuk halus.
batu sabak. Dua dinding semacam itu yang terletak
Menurut Schelle ( 1 8 7 6 : 3 0 - 5 ) , sebelum tahun
1840 banyak emas ditambang di sekitar Sungai
A b u dan Sungai Talang, cabang Sungai Pantuan
dan Sungai Bergoyo. Kegiatan penambangan itu

sejajar dengan rongga di tengahnya sering diisi dengan batu untuk kemudian digunakan sebagai saluran air pula. A r a h saluran penambangan dapat
bercabang ke berbagai arah, tergantung dari arah
5

singkapan korok

kuarsa pengandung bijih emas.

U n t u k mengalirkan air yang diperlukan dalam
kegiatan penambangan emas itu dibangun suatu sistem saluran yang rumit seperti bendungan, akuaduk, saluran, dan parit. Suatu peninggalan akuaduk
sepanjang hampir 2 k m ditemukan dengan lebar sekitar 1 meter dan kedalaman kira-kira 0.6 meter.
Bendungan air dapat mencapai ukuran 20 hingga
30 meter persegi dengan kedalaman sekitar 7 meter.
T e r o w o n g a n , sumuran, dan bentuk sistem
penggalian lain juga banyak sekali ditemukan,
dan semua arahnya juga mengikuti korok kuarsa
pengandung emas. Sudut kemiringan berbagai
bentuk penggalian tersebut dapat berkisar dari
sangat terjal hingga 60° dengan garis tengah
antara T - 2 meter. Kedalaman berbagai penggalian
tersebut dapat mencapai 8 -10 meter.
Kegiatan pertambangan penduduk setempat
pada w a k t u kini banyak yang dihentikan karena
telah habis cadangan emasnya, atau karena sebab
lain. Dilihat dari sudut evaluasi ekonomi jaman
sekarang, kebanyakan tambang emas tersebut secara ekonomis tidak menguntungkan, kecuali yang
berada dekat dengan korok kuarsa atau tempat
lain yang proses pencuciannya telah terjadi secara
alamiah. Dengan kata lain, bijih emas sebagian atau
seluruhnya telah terpisahkan dari batuan induknya
oleh proses pelapukan serta transportasi oleh air
hujan atau oleh air yang mengalir dari tempat yang
lebih tinggi sehingga terjadi konsentrasi bijih emas
yang tinggi di tempat-tempat demikian. Dengan begitu biaya eksplorasi serta eksploitasinya dapat ditekan serendah mungkin. Itulah sebabnya mengapa
pada w a k t u kini eksploitasi tambang emas secara
besar-besaran tidak mungkin dilakukan terhadap
sebagian besar tambang penduduk setempat.

Gambar 1. Lokasi daerah emas dan kerajaan di Sumatra

duduk tersebut dikabarkan pernah menemukan segumpal emas seberat 0,5 kilogram.
Emas dan Pusat-pusat Kerajaan di Sumatra
Para ahli sejarah kebanyakan berpendapat bahwa pusat kerajaan S r i w i j a y a terletak di sekitar kota
Palembang. Namun berbagai penelitian arkeologi
pada tahun-tahun akhir mempertanyakan lokasi
ibukota S r i w i j a y a itu. Berbagai pendapat menyatakan bahwa pusat kerajaan S r i w i j a y a terletak sekitar
K o t a J a m b i , yang lain menempatkannya di daerah
sekitar Sungai Kampar atau di sekitar Muara T a k u s
di daerah Sungai S i a k , semuanya terletak di Pulau
Sumatra. A d a peneliti lain, khususnya yang melakukan penelitian di luar Indonesia, menempatkan
pusat kerajaan S r i w i j a y a di Negeri T h a i atau di S e menanjung Melayu. Bagaimanapun, sebutan S r i wijaya telah ada dalam abad ke-5. Kerajaan itu telah merupakan kekuatan politik yang menentukan di kawasan Indonesia Barat dan telah mempunyai hubungan dengan berbagai kerajaan di Asia
T i m u r dan Asia Barat. Hubungan itu meliputi pula
perdagangan emas di samping hasil perkebunan,
pertanian, dan pertambangan lainnya seperti perak
dan batu mulia.

Namun d e m i k i a n , sekarang masih banyak daerah penghasil emas di Sumatra yang memberikan
harapan menggembirakan. Berbagai daerah yang
mempunyai prospek yang baik itu berada pada tahap eksplorasi maupun eksploitasi (gambar 1).
Bahwa banyak daerah penghasil emas yang prospektif di Sumatra dibuktikan oleh suatu laporan
dalam surat kabarzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYWVUTSRPONMLKJIHGFEDCBA
Surabaya Pos tanggal 18 Agustus
Tetapi apakah logam emas belum dikenal se1982 pada halaman 4 , yang menyatakan bahwa
penduduk setempat di daerah Tapanuli Selatan belum masa S r i w i j a y a ? A t a u k a h emas sebenarnya
yang pekerjaannya pada w a k t u senggang mendu- bukan logam yang dihasilkan oleh pulau Sumatra
lang emas di sungai Batang Natal dan sungai Batang sendiri, dengan kata lain apakah emas merupakan
Gadis di sekitar Ko'tanopan masih dapat berpeng- komoditi impor? J i k a emas sudah dikenal sebelum
hasilan
antara
R p . 2 0 0 . 0 0 0 , 0 0 hingga
R p . masa S r i w i j a y a , kerajaan atau pusat politik di S u 3 0 0 . 0 0 0 , 0 0 setiap bulan. Seorang di antara pen- matra yang manakah telah mengenal logam mulia
6

itu

sebagai salah satu sarana untuk menegakkan

kekuasaannya?
Catatan sejarah tentang adanya satu, atau lebih,
kerajaan di Sumatra sebelum S r i w i j a y a sedikit sekali atau malahan tidak ada. Namun kemungkinan
itu dikemukakan pula oleh Sartono ( 1 9 8 2 : 3 2 - 8 )
berdasarkaan anggapan bahwa tidak mungkin dapat
berdiri suatu kerajaan yang kuat dengan begitu
tiba-tiba seperti S r i w i j a y a dalam abad k e - 5 . Pasti
sebelum itu ada suatu kerajaan atau pusat-pusat
politik lainnya di Sumatra yang mendahului, atau
merupakan pendahulu, kerajaan S r i w i j a y a .
Tentang adanya suatu kerajaan sebelum S r i w i jaya dikemukakan pula oleh Muljana ( 1 9 8 1 ) . la
memperkirakan bahwa kerajaan pendahulu itu bernama Kuntala (Kan-da-li, Kan-to-li) dan terletak
di daerah J a m b i . Kuntala mulai mengirim duta ke
negeri Cina pada tahun 4 4 1 dan yang terakhir pada
tahun 5 2 0 . Setelah tahun itu Kuntala tidak mengirim lagi duta ke negeri Cina. Berdasarkan ini dikemukakan dugaan bahwa Kuntala mulai berkurang kekuasaannya dan mungkin diganti oleh
S r i w i j a y a , karena kerajaan S r i w i j a y a (Shih-li-foshih) mengirim duta-dutanya ke negeri Cina pada
abad ke-7 dan ke-8.

Sesungguhnya logam emas telah dikenal sebelum jaman S r i w i j a y a , meskipun belum jelas kerajaan apakah yang ada di Sumatra sebelum S r i w i j a y a ,
kecuali Kuntala seperti diperkirakan oleh Muljana
( 1 9 8 1 ) . N a m u n , dalam abad ke-2 telah ada semacam organisasi politik di S u m a t r a yang telah terdengar serta terkenal di India, Y u n a n i , dan Cina
( Y a m i n 1 9 5 1 : 1 2 7 ) . Kegiatan perdagangan Sumatra
sampai abad ke-3 tidak melampaui India dan S r i langka, sedangkan dari abad ke-4 hingga ke-6 perdagangan itu sudah dapat diperluas sampai negeri
A r a b , Pakistan, dan Po-ssi 'Persia'. Baru pada abad
ke-7 S r i w i j a y a mengambil alih kegiatan itu dengan
secara aktif melakukan perdagangan tidak hanya ke
daerah-daerah sebelah barat seperti A r a b , Pakistan,
Persia, India, dan Srilangka, akan tetapi juga ke
arah t i m u r dan utara hingga ke negeri Cina. Bahwa
perdagangan dalam abad-abad ke-1 hingga ke-3
telah meliputi pula emas, diungkapkan juga dalam
cerita Jataka yang mengutarakan perjalanan yang
berbahaya menuju ke Suvannabhumi
(Suwarnabhumi 'Negeri E m a s ' ) . Kiskindha Kanda juga menyebutkan Suwarnadvipa
(Suwarnadwipa)
seperti
diutarakan oleh Wolters ( 1 9 6 7 : 3 2 ) . Jadi dalam
abad-abad pertama Sumatra telah terkenal dengan
sebutan negeri penghasil emas.

Kelanjutan perkembangan sejarah kerajaankerajaan di Sumatra Tengah, Barat, dan Selatan
Sebetulnya sebelum abad-abad tersebut di atas
yang mencapai puncaknya pada jaman Raja A d i - kawasan Indonesia telah terkenal akan kekayaan
tyawarman yang berpusat di Minangkabau hingga emas, perak, serta banyaknya tambang emas dan
keruntuhannya, begitu pula hubungan berbagai
juga hasil perundagian emas. Hal ini dibuktikan dekerajaan di pulau itu dengan kerajaan yang ada di
ngan apa yang diuraikan dalam kitab Ramayana
J a w a diuraikan dengan jelas oleh Suleiman ( 1 9 7 7 ) . Sansekerta yang ditulis oleh pujangga besar WalDalam tulisan itu berkali-kali disebutkan hasil permiki kira-kira dalam tahun 150 S . M . Dalam buku
undagian emas dalam bentuk lempengan emas,
itu antaranya disebutkan ( Y a m i n 1 9 5 1 : 8 2 ) :
benang emas, lembaran emas bertulis, kalung, dan
Yatnavanto
/avadvipam
patung berlapis emas, yang membuktikan bahwa
sap
tara/yopachohitam
logam emas memang banyak digunakan dalam keSuvarnarupyakadvipam
hidupan sehari-hari di jaman itu. Ditambah dengan
su
varnakaramanditam.
berbagai penemuan patung perunggu yang begitu
bagus menunjukkan bahwa teknik pengecoran lo- artinya:
gam telah dikuasai dengan sempurna. Meskipun
Jelajahilah tanah J a w a d w i p a ,
pusat kerajaan berada di Minangkabau, A d i t y a tujuh kerajaan menjadi hias;
warman tidak pernah menyebut daerah kekuasaitulah nusa Merah dan P u t i h ,
annya sebagai kerajaan Minangkabau seperti dibanyak bertambang berpandai emas.
kemukakan oleh Moens ( 1 9 3 7 ) atau menamakan
Dalam Mahanidesa, penjelasan dari Atthawarga, didirinya sebagai raja Minangkabau; ia menggelari
sebutkan juga tentang Y a w a d w i p a dalam abad kedirinya sebagaizyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYWVUTSRPONMLKJIHGFEDCBA
Kanaka-medinindra
'Penguasa Ne1--3 (Wolters 1 9 6 7 : 3 2 ) .
Suwarnabhumi,
geri E m a s ' atau Suwarnadwipa,
Sumatra. Dengan begitu ia menganggap pula diriKalau dalam abad-abad menjelang dan lewat
nya sebagai penguasa daerah-daerah yang dulu
permulaan tahun Masehi emas sudah dikenal di S u menjadi daerah kekuasaan S r i w i j a y a (Suleiman
matra, laporan tentang ekspedisi raja Sulaiman ke
1977:9).
Offir untuk mencari logam mulia itu sangat mena-

7

rik karena itu dilakukan sekitar tahun 1500 S . M .
Ini berarti bahwa Sumatra telah terkenal akan kekayaan emasnya pada kurun w a k t u itu.
Tradisi megalitik di Asia Tenggara telah mengenal teknologi mencampur timbal (Pb) dan timah
(Sn) serta timah tembaga (Cu) yang menghasilkan
perunggu. Kemampuan untuk mengolah logam itu
telah dikenal kira-kira antara 3000--2000 S . M . ,
misalnya seperti ditemukan di Non Nok T h a (Muangthai) berumur 3 0 0 0 S . M . , di Filipina berumur
4 0 0 S . M . , dan di Indonesia pasti dalam beberapa
abad sebelum Masehi. Pada w a k t u itu selain perunggu telah dikenal pula emas dalam bentuk berbagai perhiasan yang sering ditemukan dalam daerah kubur tradisi megalitik bersama dengan bendabenda perunggu, manik-manik, dan kadang-kadang
juga keramik.

(Pannai, Pane). Catatan yang menyebutkan adanya
kerajaan itu terdapat pada prasasti T a n j o r e yang
dibuat oleh raja Rajendra I dari Cola bertarikh
1 0 3 0 / 1 0 3 1 A D (Muljana 1 9 8 0 ) . Prasasti itu menguraikan serangan lewat laut terhadap raja Sanggrama Wijayottunggawarman, raja kerajaan Kadaram
dari wangsa Sailendra. Selanjutnya diuraikan pula
bahwa " P a n n a i diairi oleh sungai". Karena Pannai
dalam bahasa T a m i l berarti 'tanah atau daerah yang
diolah' (Wheatly 1 9 6 1 : 1 9 9 ) , kemungkinan besar
kerajaan Panai merupakan suatu daerah m a k m u r
dengan banyak sawah yang diairi dengan air sungai.
Dengan lain perkataan, kerajaan Panai telah memiliki pertanian yang maju. A d a beberapa peneliti
yang memperkirakan bahwa kerajaan Panai telah
ada dalam abad ke-5 atau ke-6 dan mencapai punc a k n y a dalam abad ke-10.

Menurut catatan yang berasal dari orang-orang
Tradisi megalitik menurut Perry ( 1 9 1 8 ) masuk
di Indonesia dari Mesir sewaktu orang-orang Mesir Cina bertarikh abad ke-8, S r i w i j a y a terdiri dari dua
mencari emas dan logam lainnya. Menurut Heine- kerajaan dengan pengaturan administrasi yang terGeldern ( 1 9 2 8 ) , tradisi megalitik masuk kawasan pisah (Mulia 1 9 8 0 : 2 ) . Kerajaan yang di barat di(Barus) yang banyak
Asia Tenggara antara 2 5 0 0 - 2 5 0 0 S . M . , y a k n i yang namakan Lang-p'o-lu-ssu
disebut tradisi megalitik t u a , dan kemudian antara menghasilkan emas, air raksa ( H g ) , kapur barus
abad k e - 4 - 3 S . M . yaitu yang dinamakan tradisi me- (p'o-lu), dan damar (Wolters 1 9 6 7 : 1 9 1 ) . Lempengan emas ditemukan oleh Schitger ( 1 9 3 6 ) dalam
galitik muda. Sisa-sisa tradisi megalitik tua ditemucandi utama A e k Sangkilon, yang menunjukkan
kan di Nias, sedangkan dari yang muda ditemukan
tulisan mirip dengan yang didapat di Muara T a k u s
di antara suku B a t a k , Minangkabau, D a y a k , T o r a j a ,
(Stutterheim 1937: 159) dari akhir abad ke-14.
Ngada, S u m b a , dan di pulau-pulau lain di IndoneLempengan emas lain ditemukan di T a n d i h e t bersia T i m u r . Di tempat-tempat tersebut kehidupan
ukuran 4 , 5 x 1 2 , 5 cm yang menurut Stutterheim
tradisi megalitik masih dihayati hingga k i n i . Pulau
( 1 9 3 7 ) melukiskan bagaimana cara menirukan keNias merupakan satu-satunya tempat tradisi megatawa
para pengikut kepercayaan T a n t r i yang dilalitik tua masih dijalankan sampai sekarang. Dalam
kukan dalam upacara kebaktiannya.
pestazyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYWVUTSRPONMLKJIHGFEDCBA
(owasa) yang diadakan oleh penduduk Nias,
emas selalu memegang peranan penting dalam upaSelama kurun tradisi megalitik, y a k n i dalam
cara di samping babi, kerbau, dan lain sebagainya.
tradisi Logam awal kira-kira menjelang permulaan
Emas dan perhiasan amat diperlukan untuk mengtarikh Masehi, terjadi berbagai kelompok politik
adakan owasa, dan emas dianggap mempunyai hudalam bentuk desa-desa otonom dengan para kebungan erat dengan " D u n i a A t a s " (alam baka) dan
tuanya masing-masing untuk membicarakan persebagai "Pemberi H i d u p " ( S u z u k i 1 9 5 9 ) . Dari emas
soalan-persoalan yang menyangkut diri mereka. Di
dianggap bersinar cahaya kuat yang magis. Setiap
samping itu desa-desa tersebut dapat bersatu atau
kesempatan owasa, apa pun tujuannya, seringkah
disatukan di bawah kekuasaan seorang kepala. Daeberhubungan dengan pendirian berbagai monumen
rah tertentu memiliki pula sistem marga patrilineal.
batu besar atau k e c i l , dan untuk itu selalu diperluDalam kelompok masyarakat kaya dapat terbenkan emas sehingga tradisi megalitik dan benda emas tuk kelas berkuasa yang lebih banyak memiliki ketidak dapat dipisahkan (Harrison 1 9 7 0 ) . Demikian
kayaan daripada kelas yang lebih lemah, sehingga
juga di Nias yang pandangan penduduknya ditentu- dapat terbentuk kelas dan kelompok bangsawan
kan oleh hubungan kepercayaan keagamaan dan yang sekaligus berfungsi sebagai pengatur; dengan
ekspresi material yang dituangkan dalam bentuk
kata lain mereka menjadi ketua, kepala, panglima,
monumen batu melalui owasa dan emas serta ter- dan raja atau malahan rajadiraja.
nak.
Para penguasa yang tinggal di daerah pegunungDi sebelah timur Sibolga, di sekitar Padang L a - an dengan sendirinya menguasai hasil daerah kewas di Sumatra Utara, terdapat kerajaan Panai kuasaannya berupa padi; berbagai hasil hutan se8

perti k a y u , kapurbarus, damar dan lain-lain; berbagai hewan seperti harimau dan cula badak; dan
juga hasil tambang seperti emas ( A u ) , perak ( S n ) ,
tembaga ( C u ) , timah ( S n ) , timbal ( P b ) , air raksa
(Hg), dan berbagai zat warna seperti oker, hematit,
dan manghan ( M n 0 2 ) .
Para penguasa yang tinggal di daerah-daerah dekat pantai dan muara sungai atau sepanjang sungai
besar memiliki serta menguasai perahu-perahu, dan
dengan begitu dapat menguasai arus perdagangan
yang melalui daerah mereka masing-masing, dan
malahan dapat memegang monopolinya.
Ketidakseimbangan antara para penguasa di daerah pedalaman (pegunungan) dan daerah pantai
dapat menimbulkan ketidakseimbangan pula dalam
pembagian pendapatan masing-masing, yang kemudian dapat menimbulkan peperangan antar mereka.
Dalam perselisihan itu dapat terjadi penghabluran
berbagai daerah kekuasaan menjadi satu kawasan
yang diatur dan dikuasai oleh seseorang yang paling
kuat yang kemudian dapat diangkat menjadi raja di
antara mereka masing-masing.
Begitulah kurang lebih gambaran keadaan Indonesia bagian barat beberapa abad sebelum dan sesudah tarikh Masehi. A k h i r n y a pada abad ke-5 dan
seterusnya berdirilah kerajaan-kerajaan seperti K e rajaan Panai di sekitar Padang Lawas, Minangkabau
di sekitar Muara T a k u s , A c e h , J a m b i , dan Palembang.
Dari berbagai data seperti diuraikan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa emas telah dikenal
dalam abad-abad sebelum kerajaan S r i w i j a y a berdiri di Sumatra. Logam mulia tersebut sudah dikenal pula dalam beberapa abad pertama tarikh
Masehi. Perdagangan antara kerajaan-kerajaan S u matra dengan India, Srilangka, Persia, A r a b , dan
malahan hingga Y u n a n i telah berlangsung, antaranya mencakup perdagangan emas. Lebih awal dari
jaman itu emas telah juga memegang peranan penting dalam keagamaan dan tentunya dalam perdagangannya pula, yaitu mulai dikenal penggunaannya dalam jaman tradisi megalitik sekitar 2 5 0 0 1500 tahun sebelum Masehi. Dengan ini, apa yang
diuraikan dalam K i t a b Perjanjian L a m a tentang
ekspedisi raja Sulaiman dan raja Hiram ke Ofir untuk mencari emas pada sekitar 1 5 0 0 - 1 0 0 0 sebelum
Masehi, besar kemungkinan mengandung kebenaran, karena Gunung Ofir terletak di tengah-tengah
daerah penghasil emas di Tapanuli Selatan, tempat
kerajaan Panai yang mulai dikenal dalam abad ke-6
setelah Masehi. Lebih awal dari tradisi megalitik
tidak terdapat data maupun keterangan lain ten-

tang emas. Hal ini dapat dimengerti karena lebih
awal dari tradisi megalitik penduduk yang menghuni pulau Sumatra masih hidup dalam tradisi paleolitik atau neolitik, dengan cara hidup mereka
masih bercorak berburu serta mengumpulkan makanan atau bercocok tanam secara primitif. K e mungkinan besar karena mereka belum mengetahui
kegunaan logam emas, maka bijih maupun butiranbutiran emas gemerlapan yang mereka jumpai di
antara pasir sungai pada w a k t u mencari ikan dan
remis maupun hewan santapan lainnya tidak mereka hiraukan. Baru setelah pada w a k t u tradisi megalitik mereka mengenal kegunaan logam serta tahu
cara mencampur berbagai logam dan mengecornya,
misalnya menjadi benda perunggu, maka emas m u lai dikerjakan pula menjadi berbagai hiasan atau
benda lain.
Tradisi megalitik yang diperkirakan dibawa
masuk ke kawasan Indonesia oleh manusia ras mongoloid pada sekitar 3 0 0 0 - 2 0 0 0 S . M . ditandai oleh
kehidupan bercocok tanam khususnya padi, membuat minuman tuak dari beras, beternak babi dan
ternak lain untuk keperluan upacara korban, membuat gerabah, pakaiannya dibuat dari kulit k a y u ,
rumahnya berdiri di atas tiang-tiang, mempunyai
kebiasaan memenggal kepala orang atau kepala
musuhnya, mendirikan monumen megalitik besar
atau kecil untuk memperingati upacara, pesta
korban, atau untuk memperingati arwah anggota
keluarganya yang telah meninggal, dan membuat
benda-benda dari perunggu dan emas (Heine G e l dern 1 9 4 5 : 1 4 1 ) . Dapat ditambahkan di sini babwa
ada keraguan di antara sementara ahli arkeologi
yang mengemukakan bahwa tradisi bercocok tanam padi bukanlah suatu kebiasaan yang dibawa
mauk ke Indonesia dari luar, akan tetapi merupakan tradisi yang berakar dan berkembang di kawasan Indonesia sendiri selama berabad-abad.

Khususnya tentang bercocok tanam padi dapat
dikemukakan bahwa tanaman padi memerlukan
banyak air, dan hal ini hanya ditemukan di daerah
dataran di tengah pegununganzyxwvutsrqponmlkjihgfedcb
(intra
mountain)
yang sebagian dapat berbentuk rawa, atau dekat
muara sungai yang tidak terganggu oleh air asin
dari laut. Padi dan beras memang diperlukan untuk
makan orang, dan dalam jumlah besar dapat merupakan komoditi yang vital dan strategis bagi kelangsungan hidup suatu kelompok penduduk besar
atau kecil.
J i k a kekayaan akan beras itu dikombinasi dengan kekayaan emas dan logam lain atau berbagai
hasil hutan, kelompok penduduk yang memiliki9

n y a , yang dalam hal ini dapat berupa suatu kerajaan, dapat memiliki bahan-bahan yang vital serta
strategis untuk menjadikannya sebagai kerajaan
yang kuat. Kerajaan semacam ini dapat mempunyai
ambisi untuk melebarkan daerah kekuasaannya
dengan m e n a k l u k k a n , mempengaruhi, atau memaksakan upeti dari kerajaan-kerajaan lain. A d a kejadian bahwa kerajaan yang berambisi tersebut memerlukan suatu pelabuhan di sisi suatu sungai atau di
tepi pantai baik untuk keperluan jual beli, ekspor
hasil kerajaannya, maupun untuk gerakan ekspansi.
Dalam hal ini kerajaan tersebut melebarkan sayapnya ke arah pantai untuk menaklukkan berbagai
kerajaan pantai. A d a petunjuk yang kuat bahwa
memang kerajaan-kerajaan yang kuat dan besar
semula berdiri di pedalaman di tengah-tengah pegunungan yang tanahnya subur untuk menanam
padi serta menghasilkan berbagai hasil hutan dan
logam, antaranya emas untuk diperdagangkan.
Dengan demikian kerajaan tersebut menjadi kaya
dan dapat menghidupi penduduk serta tentaranya
yang besar, yang kemudian dapat disebut kerajaan
yang kuat. Setelah tahap itu tercapai, kerajaan di
pegunungan itu pasti melakukan ekspansi dengan
melebarkan kekuasaannya dan menduduki kerajaan
pantai yang kurang kuat untuk kegunaan perdagangan ekspor hasil negaranya atau monopoli jalur
perdagangan. A d a kemungkinan pula bahwa kemudian kerajaan taklukan di pantai tersebut dapat
menjadi lebih kaya dan kuat daripada kerajaan
p e n a k l u k n y a ; dalam hal ini kerajaan pantai dapat
berbalik dan malahan dapat menaklukkan kerajaan
di pedalaman.

dikit kemungkinan berada di tepi pantai seperti
misalnya di J a m b i atau di muara Sungai Kampar
yang kurang subur.
T i d a k banyak diketahui tentang kerajaan-kerajaan di S u m a t r a sebelum S r i w i j a y a menjadi kerajaan utama di pulau ini dalam abad ke-7. Namun demikian, catatan orang Cina dan A r a b menyebutkan
adanya kerajaan-kerajaan di Sumatra dalam abad
ke-6 di antaranya M e l a y u , Tulangbawang, K e n d a r i ,
Panai, dan L a m u r i . Dari abad-abad pertama setelah
Masehi tidak ada catatan tentang adanya kerajaan
di S u m a t r a , meskipun telah ada perdagangan yang
ramai antara Sumatra dengan kawasan sebelah baratnya seperti India, Srilangka, Persia, dan A r a b .
Dari ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
abad-abad pertama setelah Masehi paling tidak telah ada semacam kerajaan kota atau kelompok-kelompok politik di S u m a t r a . Dari kawasan Pasemah
terdapat sisa-sisa tradisi megalitik dengan ukiran
mirip seperti yang dihasilkan oleh dinasti Han di
Cina kira-kira 150 setelah Masehi (Suleiman 1 9 8 1 :
8 ) . Oleh Muljana ( 1 9 8 1 ) diusulkan adanya kerajaan
K u n t a l a di daerah J a m b i sebelum adanya S r i w i j a y a
di Palembang.

Catatan orang Cina menyebutkan kerajaan
Koying dengan sebuah gunung api di utaranya,
terletak dekat teluk Wen, yaitu suatu T e l u k W e n ,
sangat dalam menjorok ke arah daratan dan memisahkan Y a v a Minor (Sumatra Utara) dari Y a v a
Mayor (Sumatra Selatan beserta J a w a ) di daerah
J a m b i hingga Muaratebo. Kerajaan itu menghasilkan emas, berbagai batu mulia seperti kumala dan
kristal, areca dan mutiara, K o y i n g merupakan suaSyarat utama untuk mendirikan suatu kerajaan
tu pelabuhan dan melakukan perdagangan dengan
yang kuat adalah adanya kawasan-belakangzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYWVUTSRPONMLKJIHGFEDCBA
(hinterCina dan India. Dari keterangan itu dapat disimpulland) yang kaya dan makmur untuk menghidupi
kan bahwa Koying terletak di tepi pantai T e l u k
penduduknya yang besar, disertai pengaturan tataWen yang menjorok ke arah B u k i t Barisan dengan
negara yang baik. Sehubungan dengan itu sangat
sebuah gunung api.
kebetulan bahwa kerajaan-kerajaan yang besar dan
Catatan lain berasal dari orang Cina menyebutkuat berada di tengah Pegunungan B u k i t Barisan
kan
pula tentang Chupo yang letaknya di sebelah
yang subur dan juga di dekat atau di tengah-tengah
barat K o y i n g . Di utara dan selatan Chupo terdapat
kawasan penghasil emas serta logam lainnya pula
gunung api. Dari catatan itu dapat ditarik kesimseperti tembaga dan timbal atau rimah untuk mempulan bahwa Chupo betul-betul terletak di tengah
buat bahan senjata (Gambar 1). Sebagai contoh
B u k i t Barisan, dan kemungkinan besar kedua guadalah kerajaan Pasai, Panai, dan Minangkabau denung api tersebut masing-masing adalah G . Marapi
ngan pelabuhan ekspornya masing-masing, yaitu
dan G . K e r i n c i .
antaranya Meulaboh, Barus, Pariaman, Bengkulu,
Kemudian ada laporan tentang Zabag (Muara
Palembang, dan J a m b i . Dengan demikian dapat diSabak) dan Sarboza yang terletak di kawasan sama
ambil kesimpulan bahwa jika memang ada suatu
dengan K o y i n g . Kedua tempat tersebut juga mekerajaan yang lebih tua dari S r i w i j a y a di daerah
rupakan pelabuhan ekspor emas. Dari sini dapat diPalembang, kerajaan yang lebih tua itu kemungkinan besar letaknya di pedalaman di tengah B u k i t
simpulkan bahwa K o y i n g , Zabag, dan Sarboza terBarisan yang subur serta sehat udaranya, dan seletak di tepi pantai barat T e l u k Wen yang jauh men10

jorok ke B u k i t Barisan. Di sebelah baratnya terdapat Chupo yang lebih terletak di pedalaman B u kit Barisan dengan gunung apinya (gambar 2 ) .

Gambar Z

Kawasan Teluk Wen dengan pusat berbagal kera/aan dan
daerah penghasil emas (Obdeyn 1941).

T i d a k diketahui sampai sekarang hubungan an-

an luas yang teraduk-aduk tanahnya maupun gundukan-gundukan tanah galian, serta terowongan
dan berbagai saluran air dan bendungan pengatur
aliran air.
Dalam catatan orang India disebutkan bahwa
Y a w a k o t i merupakan suatu kota yang memiliki
tembok keliling kota serta pintu gerbang kota terbuat dari emas dan terletak di ujung J a w a . Catatan
tersebut diperkuat oleh laporan K e r n tentang prasasti Sansekerta tahun 6 5 4 Saka (= 7 3 2 A D ) yang
antaranya menyebutkan (Obdeyn 1 9 4 5 : M.1): " E r
is een overgelijkelijk eiland Y a v a genaamd, uitmuntend (vruchtbaar) in koren en andere zaden, rijk
aan goudmijnen". D i k e m u k a k a n selanjutnya adanya kemungkinan bahwa Y a w a d w i p a sebetulnya
adalah J a w a . Mungkin juga S u m a t r a , atau sebagian
dari pulau itu, yaitu Sumatra Selatan sampai J a m b i
serta J a w a menjadi satu dan dinamakan J a w a dwipa. Penamaan lava Mayor dan lava Minor mengingatkan kepada kedua kemungkinan itu, meskipun
kadang-kadang ada kesalahan penyebutan, y a k n i
lava Mayor adalah pulau J a w a ditambah Sumatra
Selatan sampai J a m b i , sedangkan lava Minor meliputi Tapanuli sampai A c e h .

tara Chupo dan K u n t a l a .
Sehubungan dengan nama lava Mayor dan lava
Perihal kekayaan Sumatra yang melimpah akan
Minor, oleh Hovig ( 1 9 2 8 ) dikemukakan kemungemas dan perak telah diungkapkan oleh berbagai
kinan bahwa pulau emas bukanlah Sumatra tetapi
laporan maupun catatan yang dibuat oleh orangJawa.
orang India, Y u n a n i , A r a b , dan C i n a . Nama Suwarnadwipa 'Pulau E m a s ' dan J a w a d w i p a 'Pulau Padi'
Disinggung juga olehnya tentang catatan pertelah disebut pula sehubungan dengan kedua logam
jalanan
S i r J o h n Mandeville (Jean de Mandeville)
mulia tersebut dalam bukuzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYWVUTSRPONMLKJIHGFEDCBA
Ramayana. Ptolomeus,
dalam
abad
ke-14 yang menyebutkan suatu istana
seorang ahli matematika dan geografi dari Aleksanraja Yaua yang seluruhnya terbuat dari emas serta
dria yang hidup dalam abad ke-2, serta P l i n i u s d a n
" r i c h e r than any in t