PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN VISUALIZATION, AUDITORY, KINESTETIC (VAK) TERHADAP KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MA AL-IKHLAS TLOGOWUNGU PATI TAHUN AJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

BAB II
Pengaruh Model Pembealajaran Visualization, Auditory, Kinestethic (VAK)
Terhadap Kemampuan Psikomotorik Siswa

A. Landasan Teori
1. Model Pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK)
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk
mewujudkan suatu proses, seperti penilaian kebutuhan, pemilihan
media, dan evaluasi.1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
diungkapkan bahwa setidaknya ada empat makna atau arti dari model,
antara lain sebagai berikut:
1) Model merupakan pola yang menjadi contoh, acuan dan ragam.
2) Model adalah orang yang pekerjaanya memperagakan contoh
pakaian yang akan dipasarkan.
3) Model merupakan barang tiruan yang kecil dengan bentuk rupa
persis yang ditiru, misalnya model pesawat terbang.2
Istilah pembelajaran berasal dari kata dasar belajar, yaitu suatu
aktivitas

atau


meningkatkan

suatu

proses

keterampilan,

untuk

memperoleh

memperbaiki

perilaku,

pengetahuan,
sikap


dan

mengukuhkan kepribadian.3 Menurut Rahil Mahyuddin yang dikutip
oleh Sitiatava Rizema Putra pembelajaran ialah perubahan tingkah
laku yang melibatkan keterampilan kognitif, yaitu penguasaan ilmu
dan

perkembangan

kemahiran

intelektual.4

Sedangkan

model

pembelajaran adalah suatu desain yang mengambarkan proses rincian
dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa
1


Muhammad Rahman dan Sofan Amri, Strategi & Desain Pengembangan Sistem
Pembelajaran, Prestasi Pustakarya, Jakarta, 2013, hlm. 197.
2
Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2013,
hlm. 35.
3
M. Fadillah, Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTs &
SMA/MA, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2014 hlm. 172.
4
Sitiatava Rizema Putra, Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains, Diva Press,
Jogjakarta, 2013, hlm. 16.

11

12

berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri
siswa.5
Dahlan (1990) menjelaskan, model pembelajaran merupakan

suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum,
mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di
kelas dalam setting pengajaran atau dalam setting lainnya. Toeti
Soekamto dan Udin Saripudin Winataputra (1997) mengartikan model
pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi
para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Dari beberapa pendapat tersebut bahwa model pembelajaran
dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan
prosedur sistematik dalam pengorganisasian pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu. Model pembelajaran menggambarkan
keseluruhan urutan alur atau langkah-langkah yang pada umumnya
diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran. Dalam model
pembelajaran ditunjukan secara jelas kegiatan-kegiatan apa saja yang
harus dilakukan oleh guru atau peserta didik, bagaimana urutan
kegiatan tersebut dan tugas-tugas khusus apa yang perlu dilakukan
oleh peserta didik. 6
b. Pengertian


Model

Pembelajaran

Visualization,

Auditory,

Kinestetic (VAK)
Model pembelajaran visual, auditory, kinestetic atau VAK
adalah model pembelajaran yang mengoptimalkan ketiga modalitas
belajar tersebut untuk menjadikan si belajar merasa nyaman. Model
pembelajaran (VAK) merupakan anak dari model pembelajaran
Quantum yang berprinsip menjadikan situasi belajar menjadi lebih
5
6

58.


Muhammad Rahman dan Sofan Amri, Op Cit, hlm.197.
Sobry Sutikno, Metode & Model-model Pembelajaran, Holistika, Lombok, 2014, hlm. 57-

13

nyaman dan menjanjikan kesuksesan bagi pembelajarannya di masa
depan. VAK merupakan tiga modalitas yang dimiliki oleh setiap
manusia. Ketiga modalitas tersebut kemudian dikenal sebagai gaya
belajar. Gaya belajar merupakan kombinasi dari bagaimana seseorang
dapat menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi.
Pembelajaran dengan model ini mementingkan pengalaman
belajar secara langsung dan menyenangkan bagi siswa. Pengalaman
belajar secara langsung dengan cara belajar dengan mengingat (visual),
belajar dengan mendengar (auditory), dan belajar dengan gerak dan
emosi (kinestethic). Menurut Herdian, model pembelajaran VAK
merupakan suatu model pembelajaran yang menganggap pelajaran
akan efektif dengan memerhatikan ketiga hal tersebut (visual, auditory,
kinestetic) dan dapat diartikan bahwa pembelajaran dilaksanakan
dengan memanfaatkan potensi siswa yang telah dimilikinya dengan
melatih


dan

mengembangkannya.

Dengan

demikian,

dapat

disimpulkan bahwa model ini memberikan kesempatan kepada siswa
untuk belajar langsung dengan bebas menggunakan modalitas yang
dimiliknya untuk mencapai pemahaman dan pembelajaran yang
efektif.7
Pemanfaatan

dan

pengembangan


potensi

siswa

dalam

pembelajaran ini harus memerhatikan kebutuhan dan gaya belajar
siswa. Bagi siswa visual, akan mudah belajar dengan bantuan media
dua dimensi seperti mengggunakan grafik, gambar, cart, model, dan
sebagainya. Siswa auditori, akan lebih mudah belajar melalui
pendengaran atau sesuatu yang dicapkan atau dengan media audio.
Sementara siswa dengan tipe kinestetik, akan mudah belajar sambil
melakukan kegiatan tertentu, misalnya eksperimen, bongkar pasang,

7

Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruzz Media,
Yogyakarta, 2014, hlm. 226.


14

membuat

model, memanipulasi

berhubungan dengan sistem gerak.
Jadi model

benda, dan sebagainya

yang

8

pembelajaran visualization, auditory, kinestetik

(VAK) adalah model pembelajaran yang pada intinya membangun dan
mengembangkan lingkungan belajar yang positif dan kondusif. Karena
model pembelajaran visualization, auditory, kinestetik (VAK) ini

memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar langsung dengan
bebas menggunakan modalitas yang dimilikinya untuk mencapai
pemahaman dan pembelajaran yang efektif. Dan dapat menjadikan
wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar.
Sehingga dalam pembelajaran siswa lebih mengingat dan memahami
apa yang dilihat, didengar dan dilakukannya.
Pada awal pengalaman belajar, salah satu diantara langkahlangkah pertama kita adalah mengenali modalitas seseorang sebagai
modalitas visual, auditorial, atau kinestetik (V-A-K). Seperti istilahistilah ini, orang visual belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar
auditorial melakukannya melalui apa yang mereka dengar, dan pelajar
kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan.9
1) Visual
Modalitas visual mengakses citra visual yang diciptakan
maupun diingat, seperti warna, hubungan ruang, potret mental, dan
gambar. Seorang siswa yang visual sangat mungkin memiliki ciriciri berikut ini: a) teratur, memperhatikan segala sesuatu dan
menjaga penampilan; b) mengingat dengan gambar, lebih suka
membaca daripada dibacakan; dan c) membutuhkan gambaran dan
tujuan yang menyeluruh untuk bisa menangkap detail atau
mengingat apa yang dilihat.

8


Ibid, hlm. 227.
Bobbi DePorter, Quantum Learning
Menyenangkan), Kaifa, Bandung, 1999, hlm. 112.
9

(Membiasakan

Belajar

Nyaman

dan

15

2) Auditoris
Modalitas ini mengakses segala jenis bunyi dan kata yang
diciptakan maupun diingat. Seperti musik, nada, irama, dialog
internal, dan suara. Seorang siswa yang sangat auditoris dapat
dicirikan sebagai berikut: a) perhatiannya mudah rendah; b)
berbicara dengan pola berirama; c) belajar dengan cara
mendengarkan; d) berdialog secara internel dan eksternal.
3) Kinestetik
Modalitas ini mengakses segala jenis gerak dan emosi yang
diciptakan maupun diingat. Seperti koordinasi, irama, tanggapan,
emosional, dan kenyamanan fisik. Seorang siswa yang cenderung
kinestetik dapat dicirikan sebagai berikut: a) menyentuh orang dan
berdiri berdekatan, banyak gerak; b) belajar sambil bekerja,
menunjukan tulisan saat membaca, menanggapi secara fisik; c)
mengingat sambil berjalan dan melihat.10
c. Karakteristik Pelajar Visual, Auditorial, Kinestetik (VAK)
Banyak

ciri-ciri

perilaku

lain

merupakan

petunjuk

kecenderungan belajar anda. Ciri-ciri berikut ini akan membantu anda
menyesuaikan dengan modalitas belajar anda yang terbaik. Adapun
ciri-ciri perilaku tersebut antara lain:
1) Orang-orang visual
a) Rapi dan teratur
b) Berbicara dengan cepat
c) Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik
d) Teliti terhadap detail
e) Mementingkan penampilan, baik dalam pakaian maupun
presentasi
f) Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya
dalam pikiran mereka
10

Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran (Isu-Isu Metodis dan
Paradigmatis), Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hlm. 287-288.

16

g) Mengingat apa yang dilihat, daripada didengar
h) Mengingat dengan asosiasi visual
i) Biasanya tidak terganggu oleh keributan
j) Mempunyai masalah untuk mengingat intruksi verbal kecuali
jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk
mengulanginya11
2) Orang-orang auditorial
a) Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja
b) Mudah terganggu oleh keributan
c) Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku
ketika membaca
d) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
e) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama, dan
warna suara
f) Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita
g) Biasanya pembicara yang fasih
h) Lebih suka musik daripada seni
i) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang
didiskusikan daripada yang dilihat
j) Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu
panjang lebar12
3) Orang-orang kinestetik
a) Berbicara dengan perlahan
b) Menanggapi perhatian fisik
c) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka
d) Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang
e) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak gerak
f) Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar
g) Belajar melalui manipulasi dan praktik
11
12

Bobbi DePorter, Op.Cit, hlm. 116.
Ibid, hlm. 118.

17

h) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
i) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca
j) Banyak menggunakan isyarat tubuh13
Adapun tip-tip yang dapat dilakukan oleh guru terkait dengan
gaya belajar visual, auditory, kinestetic (VAK) antara lain:
1) Pelajar visual
Dorong pelajar visual membuat banyak simbol dan gambar
dalam catatan mereka. Peta pikiran dapat menjadi alat yang bagus
bagi para pelajar visual dalam rangka mata pelajaran apapun.
Karena para pelajar visual belajar tebaik saat mereka mulai dengan
“gambaran keseluruhan”, melakukan tinjauan umum mengenai
bahan pelajaran akan sangat membantu. Membaca bahan secara
sekilas, misalnya memberikan gambaran umum mengenai bahan
bacaan sebelum mereka terjun ke dalam perinciannya.
2) Pelajar auditorial
Mendengarkan kuliah, contoh dan cerita serta mengulang
informasi adalah cara-cara utama belajar mereka. Para pelajar
auditorial mungkin lebih suka merekam pada kaset daripada
mencatat, karena mereka suka mendengarkan informasi berulangulang. Ada pelajar auditorial yang suka mendengarkan musik
sambil belajar, ada yang menganggapnya sebagai gangguan.
Pelajar auditorial harus diperbolehkan berbicara dengan suara
perlahan pada diri mereka sendiri sambil bekerja.
3) Pelajar kinestetik
Pelajar-pelajar ini menyukai proyek terapan. Lakon pendek
dan lucu terbukti dapat membantu. Para pelajar kinestetik suka
belajar melalui gerakan dan paling baik menghafal informasi

13

Ibid, hlm. 118.

18

dengan mengasosiasikan gerakan dengan setiap fakta. Tunjukkan
caranya kepada mereka.14
d. Langkah-langkah model pembelajaran Visual, Auditory, Kinestetik
(VAK) antara lain sebagai berikut:
1) Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)
Pada kegiatan pendahuluan, guru memberikan motivasi
untuk membangkitkan siswa dalam belajar, memberikan perasaan
positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang kepada
siswa, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk
menjadikan siswa lebih siap dalam menerima pelajaran.
2) Tahap penyampaian (kegiatan inti pada eksplorasi)
Pada kegiatan ini, guru mengarahkan siswa untuk
menemukan

materi

pelajaran

yang

baru

secara

mandiri,

menyenangkan, relevan, melibatkan panca indra yang sesuai
dengan gaya belajar VAK. Tahap ini biasa disebut ekplorasi.
3) Tahap pelatihan (kegiatan inti pada elaborasi)
Pada tahap pelatihan guru membantu siswa untuk
mengintegrasi dan menyerap pengetahuan serta keterampilan baru
dengan berbagi cara yang disesuaikan dengan gaya belajar VAK.
4) Tahap penampilan hasil (kegiatan inti pada konfirmasi)
Tahap penampilan hasil merupakan tahap seorang guru
membantu siswa dalam menerapkan dan memperluas pengetahuan
maupun keterampilan baru yang mereka dapatkan, pada kegiatan
belajar sehingga hasil belajar mengalami peningkatan.15
e. Kelebihan Model Pembelajaran Visual, Auditory, Kinesthetik
(VAK)
Adapun kelebihan dari model pembelajaran visual, auditory,
kinestetic (VAK) ini diantaranya:

14

Bobbi DePorter, dkk, Quantum Teaching (Mempraktikan Qutantum Learning di
Ruang-Ruang Kelas), Kaifa PT Mizan Pustaka, Bandung, 2004, 168.
15
Aris Shoimin, Op.Cit, hlm. 227-228.

19

1) Pembelajaran akan lebih efektif karena mengkombinasikan ketiga
gaya belajar.
2) Mampu melatih dan mengembangkan potensi siswa yang telah
dimiliki oleh pribadi masing-masing.
3) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa.
4) Mampu melibatkan siswa secara maksimal dalam menemukan dan
memahami

suatu

konsep

melalui

kegiatan

fisik,

seperti

demonstrasi, percobaan, observasi, dan diskusi aktif.
5) Mampu menjangkau setiap gaya pembelajaran siswa.
6) Siswa yang memiliki kemampuan bagus tidak akan terhambat oleh
siswa yang lemah belajar karena model ini mampu melayani
kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.16
f. Kelemahan Model Pembelajaran Visual, Auditory, Kinestetik
(VAK)
Adapun kelemahan dari model pembelajaran visual, auditory,
kinestetic (VAK) yaitu tidak banyak orang mampu mengkombinasikan
ketiga gaya belajar tersebut. Dengan demikian, orang yang hanya
mampu menggunakan satu gaya belajar, hanya akan mampu
menangkap

materi

jika

menggunakan

metode

yang

lebih

memfokuskan kesalah satu gaya belajar yang didominasi. 17
Berdasarkan

penjelasan

diatas,

maka

penulis

dapat

menyimpulkan bahwa model pembelajaran visual, auditory, kinestetic
(VAK) ini bisa menjadikan pendidik dan peserta didik sama-sama aktif
dalam kegiatan belajar mengajar dan bisa memudahkan peserta didik
untuk mampu memahami materi pelajaran fiqih secara maksimal.
2. Psikomotorik
a. Pengertian Psikomotorik
Kecakapan psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang konkret
dan mudah diamati baik kuantitasnya maupun kualitasnya, karena
16
17

Ibid, hlm. 228.
Ibid, hlm. 228.

20

sifatnya yang terbuka. Namun disamping kecakapan psikomotor itu
tidak terlepas dari kecakapan kognitif, ia juga banyak terikat oleh
kecakapan afektif. Jadi, kecakapan psikomotor siswa merupakan
manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran serta sikap
mentalnya.18
Gerakan-gerakan

motor

siswa

akan

terus

meningkat

keanekaragaman, keseimbangan dan kekuatannya ketika ia menduduki
bangku SLTP dan SLTA. Namun peningkatan kualitas bawaan siswa
ini justru membawa konsekuensi sendiri, yakni perlunya pengadaan
guru yang lebih piawai dan terampil. Kepiawaian guru dalam hal ini
bukan hanya yang menyangkut cara melatih ketrampilan para siswa
melainkan juga kepiawaian yang berhubungan dengan penyampaian
ilmu tentang alas an dan cara ketrampilan tersebut dilakukan.19
Banyak contoh yang membuktikan bahwa kecakapan kognitif itu
berpengaruh besar terhadap berkembangnya kecakapan psikomotor.
Para siswa yang berprestasi baik dalam arti yang luas dan ideal dalam
bidang pelajaran agama misalnya sudah tentu akan lebih rajin
beribadah sholat, puasa, dan mengaji. Dia juga tidak akan segan-segan
memberi pertolongan atau bantuan kepada orang yang memerlukan.
Sebab ia merasa memberi bantuan itu adalah kebajikan (afektif),
sedangkan perasaan yang berkaitan dengan kebajikan tersebut berasal
dari pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran agama
yang ia terima dari gurunya (kognitif). Dari uraian di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa upaya guru dalam mengembangkan ketrampilan
ranah kognitif para siswanya merupakan hal yang sangat penting jika
guru tersebut menginginkan siswanya aktif mengembangkan sendiri
ketrampilan ranah-ranah psikologis lainnya.20 Sementara itu, perilaku
psikomotor merupakan perilaku yang menyangkut aspek keterampilan
18

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 54.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT Remaja
Roesdakarya, Bandung, 2010, hlm. 61.
20
Muhibbin Syah, Op.Cit, hlm. 54.
19

21

atau gerakan. Rumusan kompetensi mencakup perilaku ranah
psikomotorik yang dilakukan berdasarkan pemahaman kognitif dan
dilakukan

perilaku

psikomotorik
keterampilan

afektif

merupakan
atau

sesuai.21

yang
perilaku

gerakan.

Untuk

yang

Jadi

kemampuan

menyangkut

menghasilkan

aspek

kemampuan

psikomotorik ini juga dipengaruhi oleh pemahaman kognitif dan
dilakukan perilaku afektif yang sesuai. Dalam belajar psikomotorik
rangkaian gerakan dilaksanakan secara pelan-pelan dahulu, sampai
semua gerakan mulai berlangsung lebih lancar dan akhirnya
keseluruhan urutan gerakan berjalan dengan lancar yang baru berakhir
bila gerak jasmani berjalan otomatis.
Jalan yang bisa dilalui untuk membimbing anak belajar
ketrampilan motorik ini ialah:
1) Pemahaman
Mula-mula orang dewasa memberi penjelasan mengenai
gerakan-gerakan apa yang harus mereka lakukan dan urutanurutannya, bila perlu dilengkapi dengan gambar-gambar serta
demonstrasi

sampai

mereka

memperoleh

pengertian

dan

pemahaman yang jelas.
2) Latihan awal
Pada tahap ini yang perlu mendapat perhatian adalah urutan
gerak, ketepatan, ketelitian dan kecermatan. Untuk sementara
kecepatan tidak perlu dihiraukan.
3) Latihan lanjutan
Setelah latihan awal memperoleh hasil sesuai dengan tujuan
sementara yang telah ditetapkan, barulah anak secara perlahanlahan dibimbing dan diajak menambah kecepatan aktivitas ini terus
dilakukan sampai ketrampilan tersebut lancar tanpa memikirkan
lagi urutan gerak, luwes dan cepat.22
21
22

Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 2013, hlm. 52.
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008, hlm. 42.

22

b. Klasifikasi Tujuan Psikomotorik
Moh. Uzer Usman mengklasifikasikan tujuan psikomotor
terbagi menjadi lima kategori sebagai berikut:
1) Peniruan, tejadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai
memberi respon serupa dengan yang diamati. Mengurangi
koordinasi dan kontrol otot-otot syaraf. Peniruan ini pada
umumnya berbentuk global dan tidak sempurna.
2) Manipulasi, menekankan perkembangan kemampuan mengikuti
pengarahan,

penampilan,

gerakan-gerakan

pilihan

yang

menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini
siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak
hanya meniru tingkah laku saja.
3) Ketetapan, memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang
lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan
kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.
4) Artikulasi, menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan
dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan
atau konsistensi internal diantara gerakan-gerakan yang berbeda.
5) Pengalamiahan, menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan
paling sedikit energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan
secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan
tertinggi dalam dominan psikomotorik.23
Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa ranah psikomotor meliputi:
a) Mengindra. Hal ini bisa berbentuk mendengarkan, melihat,
meraba, mencecap dan membau.
b) Kesiagaan diri. Meliputi konsentrasi mental, berpose badan, dan
mengembangkan perasaan.
c) Bertindak secara terpimpin. Meliputi gerakan menirukan, dan
mencoba melakukan tindakan.
23

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Roesdakarya, Bandung, 2009,
hlm. 36-37.

23

d) Bertindak secara kompleks. Ini adalah taraf mahir, dan gerak/
ketrampilan sudah disertai berbagai improvisasi.24
Menurut W.S Winkel menyebutkan bahwa ada hal-hal yang
berkaitan dengan psikomotor antara lain:
1) Persepsi, yaitu mencakup kemampuan untuk membedakan secara
tepat dua perangsang atau lebih, berdasarkan ciri-ciri fisik yang
khas dari masing-masing perangsang tersebut. Kata-kata kerja
operasional yang bisa digunakan untuk merumuskan TIK jenjang
persepsi

ialah

memilih,

membedakan,

mempersiapkan,

menunjukan, mengidentifikasikan dan menghubungkan.
2) Kesiapan, yaitu mencakup kemampuan untuk menempatkan
dirinya dalam memulai suatu gerakan atau serangkaian gerakan,
baik secara jasmani maupun mental. Kata-kata jerja operasional
yang bisa digunakan untuk merumuskan TIK jenjang kesiapan
ialah

memulai,

bereaksi,

mempersiapkan,

memprakarsai,

menanggapi dan menunjukan.
3) Gerakan yang terbimbing, yaitu mencakup kemampuan menirukan
serangkain gerakan yang dicontohkan. Kemampuan ini dinyatakan
dalam menggerakan anggota badan menurut contoh yang
dinyatakan dalam menggerakan anggota badan menurut contoh
yang

diperlihatkan

atau

diperdengarkan.

Kata-kata

kerja

operasional yang bisa digunakan untuk menyusun TIK jenjang
gerakan yang terbimbing ialah mempraktekan, memainkan,
mengikuti, membuat, mencoba, memperlihatkan, memasang dan
membongkar.25
4) Gerakan yang terbiasa, yaitu mencakup kemampuan untuk
melakukan

serangkaian

gerakan

dengan

lancar,

tanpa

memperhatikan lagi contoh yang pernah diberikan karena sudah
terlatih secukupnya. Kata-kata kerja opeasional yang digunakan
24
25

Mustaqim, Op.Cit, hlm. 39.
W.S Winkel, Psikologi Pengajaran, Media Abadi, Yogyakarta, 2004, hlm. 278.

24

untuk menyusun TIK jenjang gerakan yang terbiasa ialah
mengoprasikan,
memperbaiki,

membangun,
menyusun,

memasang,

menggunakan,

membongkar,

memainkan

dan

menangani.
5) Gerakan yang kompleks, yaitu mencakup kemampuan suatu
ketrampilan, yang terdiri dari beberapa komponen dengan lancar,
tepat dan efisien. Kata-kata kerja operasional yang bisa digunakan
untuk merumuskan TIK jenjang gerakan yang kompleks ialah sama
dengan kemampuan nomor 4.
6) Penyesuaian pola gerakan yaitu mencakup kemampuan untuk
mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerakan dengan
kondisi setempat atau dengan persyaratan khusus yang berlaku.
Kata-kata

kerja

operasional

yang

bisa

digunakan

untuk

merumuskan TIK jenjang penyesuain pola gerakan ini ialah
mengubah, mengadaptasikan, mengatur kembali dan membuat
variasi.
7) Kreativitas, yaitu mencakup kemampuan melahirkan pola-pola
gerakan yang baru, yang sepenuhnya berdasarkan prakarsanya
sendiri. Kata-kata kerja operasional yang bisa digunakan untuk
merumuskan TIK jenjang kerativitas ialah merancang, menyusun,
menciptakan, mendesain (merancang bangun), mengkombinasikan,
mengatur dan merencanakan.26
Klasifikasi

ini

mengandung suatu

urutan

dalam

taraf

ketrampilan dan pada umumnya, cenderung mengikuti urusan dari fase
dalam proses belajar motorik. Kalau diindahkan keharusan untuk
sedapat

mungkin

menggunakan

kata-kata

operasional

dalam

perumusan TIK. Dari perbuatan siswa (performance), dapat diketahui
apakah siswa telah memperoleh kemampuan internal tertentu, sesuai

26

Ibid, hlm. 278-279

25

dengan

kategori

pengklasifikasian.

yang

bersangkutan

dalam

sistematika

27

Dalam melatihkan kemampuan psikomotor, ada sejumlah
langkah

yang

wajib

dilakukan

agar

pembelajaran

mampu

menghasilkan kinerja yang optimal. Henry Robert Mills (1972)
menyatakan bahwa langkah-langkah untuk mengajarkan praktik
meliputi: a) menentukan tujuan dalam bentuk perbuatan, b)
menganalisis

ketrampilan

secara

rinci

dan

berurutan,

c)

mendemonstrasikan ketrampilan disertai dengan penjelasan singkat
sambil memberikan perhatian kepada butir-butir kunci termasuk
kompetensi kunci yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dan
bagian-bagian yang sukar, d) memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mencoba melakukan praktik dengan pengawasan dan
bimbingan, e) memberikan penilaian terhadap seluruh usaha peserta
didik.28
c. Aspek-Aspek Penilaian Psikomotorik
Pengukuran ranah psikomotorik dilakukan terhadap hasil-hasil
belajar yang berupa penampilan. Menurut Ngalim Purwanto, yang
dimaksud tes perbuatan adalah tes dimana respon atau jawaban yang
dituntut dari peserta didik berupa perbuatan, tingkah laku konkrit. Alat
yang dapat digunakan untuk melakukan tes ini adalah observasi atau
pengamatan terhadap tingkah laku tersebut. Tes digunakan untuk
mengukur perubahan sikap peserta didik, kemampuan dalam
meragakan atau mengaplikasikan jenis ketrampilan tertentu. Bentuk tes
ini berupa petunjuk-petunjuk atau perintah-perintah baik secara lisan
atau secara tertulis, baik berupa penyediaan situasi dimana peserta
didik diminta untuk bereaksi terhadap situasi tersebut, baik dengan
disengaja ataupun tidak.29
27

Ibid, hlm. 279.
Ismet Basuki dan Hariyanto, Asesmen Pembelajaran, PT Remaja Roesdakarya, Bandung,
2014, hlm. 217.
29
Sulistyorini, Evaluasi Pendidikan, Teras, Yogyakarta, 2009, hlm.113.
28

26

Menurut Leighbody dan Kidd menjelaskan bahwa penilaian
hasil belajar psikomotor meliputi:
1) Kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja
2) Kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun uruturutan pekerjaan
3) Kecepatan mengerjakan tugas
4) Keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau kriteria yang
telah ditentukan.
Dalam hal ini Ryan dengan penekanan kepada kapan penilaian
dilaksanakan, menjelaskan bahwa hasil belajar psikomotorik dapat
diukur melalui:
1) Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik
selama proses pembelajaran praktik berlangsung.
2) Sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan cara memberikan
tes

kepada

peserta

didik

untuk

mengukur

pengetahuan,

ketrampilan, dan sikap.
3) Memberikan penilaian kepada peserta didik beberapa waktu
berselang setelah pembelajaran usai.
Untuk melaksanakan pengukuran hasil belajar psikomotor, ada dua
hal yang perlu dilakukan, yaitu membuat soal dan membuat perangkat
instrumen untuk mengamati kinerja peserta didik. Soal untuk hasil
belajar psikomotor dapat berupa lembar kerja, lembar tugas, perintah
kerja dan lembar eksperimen. Instrumen untuk mengamati kinerja
peserta didik dapat berupa lembar observasi atau portofolio. Lembar
observasi adalah lembar yang digunakan untuk mengamati keberadaan
suatu benda atau kemunulan aspek-aspek ketrampilan yang diamati.30
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk ketrampilan
(skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada tingkatan ketrampilan,
yakni:

30

Ismet Basuki dan Hariyanto, Op.Cit, hlm. 217-218.

27

1) Ketrampilan

bergerak

dan

bertindak,

artinya

dapat

mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh
lainnya.
2) Kecakapan ekspresi verbal, artinya dapat mengucapkan, membuat
mimik dan gerakan jasmani. Hasil belajar ranah psikomotorik
tampak dalam bentuk ketrampilan (skill) dan kemampuan
bertindak individu. Ada enam tingkatan ketrampilan yaitu:
a) Gerakan reflek (ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar)
b) Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar
c) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan
visual, auditif, motoris, dan lain-lain.
d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan
dan ketetapan.
e) Gerakan-gerakan skill mulai dari ketrampilan yang sederhana
sampai pada ketrampilan yang kompleks
f) Kemampuan

yang berkenaan

dengan komunikasi

non-

decursive seperti gerakan ekspresif dan interpresif.
Hasil belajar yang ditentukan diatas sebenarnya tidak berdiri
sendiri, tetapi selalu berhubungan satu sama lain, bahkan ada
dalam kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat kognisinya
sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan
perilakunya.31
Tipe hasil belajar ranah psikomotoris berkenaan dengan
ketrampilan atau kemampuan bertindak setelah ia menerima
pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ini sebenarnya tahap
lanjutan dari hasil belajar afektif yang baru tampak dalam
kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku. Berikut ini akan
dijelaskan contoh dari hasil belajar psikomotoris yaitu:

31

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Roesdakarya,
Bandung, 2009, hlm. 30-31.

28

1) Segera memasuki kelas pada waktu guru datang dan duduk
dipaling depan dengan mempersiapkan kebutuhan belajar.
2) Mencatat bahan pelajaran dengan baik dan sistematis.
3) Sopan, ramah dan hormat kepada guru pada saat guru
menjelaskan pelajaran.
4) Mengangkat tangan dan bertanya kepada gurur mengenai
bahan pelajaran yang belum jelas.
5) Ke perpustakaan untuk belajar lebih lanjut atau meminta
informasi kepada guru tentang buku yang harus dipelajari, atau
segera membentuk kelompok untuk diskusi.
6) Melakukan

latihan

diri

dalam

memecahkan

masalah

berdasarkan konsep bahan yang telah diperolehnya atau
menggunakannya dalam praktek kehidupannya.
7) Akrab dan mau bergaul, mau berkomunikasi dengan guru, dan
bertanya atau meminta saran bagaimana mempelajari mata
pelajaran yang diajarkannya.32
d. Penyusunan Instrumen Penilaian Psikomotor
Instrumen penilaian psikomotor terdiri dari soal atau perintah dan
pedoman pemberian skor untuk menilai kinerja peserta didik dalam
melakukan perintah/ soal tersebut. Sebelum hal tersebut dilaksanakan,
penilai harus menyusun kisi-kisi (grid) penilaian terlebih dahulu. Kisikisi merupakan matriks yang berisi spesifikasi soal yang akan dibuat.
Kisi-kisi merupakan acuan bagi penulisan soal sehingga siapapun yang
menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitannya
relatif sama.
Setelah membuat kisi-kisi, langkah berikutnya yang harus
dilakukan adalah mencermati kisi-kisi istrumen yang telah dibuat.
Langkah selanjutnya membuat soal dengan mengacu pada kisi-kisi
yang telah dibuat tersebut. Instrumen berikutnya yang harus disiapkan
adalah pedoman pemberian skor. Pedoman ini dapat berupa daftar cek
32

Ibid, hlm. 31-32.

29

observasi atau skala penilaian yang harus mengacu kepada soal. Soal/
lembar kerja/lembar tugas/ perintah kerja yang diacu ini selanjutnya
dijabarkan menjadi aspek-aspek ketrampilan yang diamati.33
Usaha

yang

dilakukan

untuk

meningkatkan

kemampuan

psikomotorik siswa merupakan kunci utama dalam keberhasilan
pembelajaran. Apabila kemampuan psikomotorik siswa tersebut
diupayakan dengan baik, maka akan memberikan hasil yang baik pula
pada aspek kognitif dan afektif. Namun sebaliknya apabila
kemampuan psikomotorik tidak diupayakan dengan baik oleh guru dan
siswa, maka hasilnyapun tidak baik.
3. Materi Fiqih
a. Pengertian Fiqih
Fiqih yaitu suatu ilmu yang membahas tentang hukum atau
perundangan Islam, berdasarkan atas al-Qur’an, hadist, ijma’, dan
qiyas. Fiqih berhubungan dengan hukum perbuatan setiap mukallaf,
yaitu hukum (wajib, haram, mubah, makruh, sah atau tidak, berdosa,
berpahala dan sebagainya). Keputusan pikiran yang didapat melalui
pemikiran dan pemahaman hukum agama harus selalu berkembang
sesuai dengan perkembangan zaman, tempat, dan tidak boleh/pernah
berhenti atau membeku. Mereka yang ahli dalam hal hukum fiqih
disebut fuqaha.34
Menurut istilah para ahli hukum Islam, fiqih diartikan sebagai
hukum-hukum

syar’iyah

yang

bersifat

amaliah,

yang

telah

diistimbatkan oleh para mujtahid dari dalil-dalil syar’i yang
terperinci.35 Dalam istilah syar’i fiqih adalah ilmu yang berbicara
tentang hukum-hukum syar’i amali (praktis) yang penetapannya
diupayakan melalui pemahaman yang mendalam terhadap dalildalilnya yang terperinci dalam nash (al-Qur’an dan hadits). Dalam
versi lain, fiqih juga disebut sebagai koleksi (majmu’) hukum-hukum
33

Ismet Basuki dan Hariyanto, Op. Cit, hlm. 218-219.
M. Shodiq, Kamus Istilah Agama, CV Scientarama, Jakarta, 1990, hlm. 93.
35
Chaerul Uman, dkk, Ushul Fiqih 1, CV Pustaka Setia, Bandung, 1998, hlm. 15.
34

30

syariat yang berkaitan dengan pebuatan mukallaf dan diambil dari
dalil-dalilnya yang tafshili. Dengan sendirinya ilmu fiqih dapat
dikatakan sebagai ilmu yang bicara tentang hukum sebagaimana
disebutkan itu. 36
Ada juga ulama yang memberi batasan fiqih sebagai berikut:
‫مجمو عة االحكام العملية المشروعة في االسالم‬
Artinya : “Fiqih adalah koleksi hukum-hukum perbuatan yang
disyari’atkan dalam Islam.”
Definisi yang kedua ini mengisyaratkan bahwa fiqih itu hasil
ijtihad para mujtahid yang berimplikasi bahwa fiqih itu telah selesai.
Umat Islam tinggal melaksanakan hasil ijtihad para mujtahid yang
telah terangkum dalam karya-karya mereka. 37
Jadi mata pelajaran fiqih di MA Al-Ikhlas Tlogowungu Pati
merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) yang membahas cara-cara manusia melaksanakan ibadah
kepada Allah SWT. Selain itu juga mengatur kehidupan sesama
manusia dan alam sekitarnya. Mata pelajaran fiqih di MA Al-Ikhlas
Tlogowungu

Pati

diarahkan

untuk

mendorong,

membimbing,

mengembangkan, dan membina peserta didik untuk memahami,
mengetahui, menghayati syari’at Islam agar dapat diamalkan dan
dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari secara sederhana.
b. Dasar-Dasar Fiqih
Fiqih Islam merupakan kumpulan yang digali oleh para
mujtahid dari dalil-dalil syara’ yang rinci. Maka sumber-sumber Fiqih
itu terdiri dari beberapa dasar, yaitu:
a. Bentuk Naqli, yaitu:
1) Al-Qur’an
Al-Qur’an ialah wahyu Allah SWT yang merupakan
mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.
36
37

Aladin Koto, Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm.2.
Yasin & Solikhul Hadi, Fiqih Ibadah, Buku Daros, STAIN Kudus, Kudus, 2008, hlm. 6.

31

Sebagai sumber hukum dan pedoman hidup bagi pemeluk Islam,
jika dibaca menjadi ibadah kepada Allah.38
2) Sunnah
Sunnah identik dengan hadis yaitu semua yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad Saw baik perkataan, perbuatan
ataupun

ketetapannya

sabagai

manusia

biasa

termasuk

akhlaknya baik sebelum atau sesudah menjadi Rasul.39
3) Ijma’
Imam Al-Ghazali merumuskan ijma’ adalah kesepakatan
umat Muhammad secara khusus tentang suatu masalah agama.40
4) Bentuk Aqli (Qiyas)
Menurut istilah qiyas ialah menetapkan sesuatu perbuatan
yang belum ada ketentuan hukumnya, berdasarkan sesuatu
hukum yang sudah ditentukan oleh nash, disebabkan adanya
persamaan diantara keduanya.41
c. Ruang Lingkup Fiqih
Para ulama’ membagi fiqih sesuai ruang lingkup bahasan
menjadi dua bagian besar yaitu: fiqih ibadah dan fiqih muamalah.
1) Fiqih Ibadah: Norma-norma ajaran agama Allah yang mengatur
hubungan manusia dengan Tuhannya (vertical).
2) Fiqih Muamalah: Norma-norma ajaran agama Allah yang
mengatur hubungan manusia dengan sesama dan lingkungannya
(horizontal).42
Objek kajian ilmu fiqih adalah perbuatan mukallaf, ditinjau dari
segi hukum syara’ yang tetap baginya. Seorang fiqih membahas
tentang jual beli mukallaf, sewa-menyewa, pegadaian, perwakilan,
shalat, puasa, haji, pembunuhan, tuduhan terhadap ziana, pencurian,

Moh. Rifa’i, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, PT Karya Toha Putra, Semarang, 1978, hlm. 17.
Chaerul Umam, dkk, Op.Cit, hlm. 60.
40
Ibid, hlm. 74.
41
Moh. Rifa’i, Op.Cit, hlm. 40.
42
Yasin & Sholikul Hadi, Op.Cit, hlm. 9-10.

38

39

32

ikrar dan wakaf yang dilakukan mukallaf, supaya ia mengerti tentang
hukum syara’ dalam segala perbuatan itu.43
Dalam pembelajaran Fiqih mempunyai beberapa materi yang
diajarkan yang meliputi:
a) Fiqih Ibadah
Fiqih adalah suatu tata aturan yang umum yang mencakup
mengatur hubungan manusia dengan khaliq-Nya, sebagaimana
mengatur hubungan manusia dengan sesamanya. Materi Fiqih
ibadah meliputi: hikmah bersuci, beberapa hal dalam shalat,
hikmah sholat, beberapa masalah dalam puasa, hikmah puasa,
beberapa masalah dalam zakat, shadaqah dan infaq, hikmah zakat,
haji dan umroh serta hikmahnya, qurban dan aqiqah, kewajiban
terhadap jenazah, kewajiban terhadap harta peninggalan mayat,
ta’ziayah, ziarah kubur, dan pemeliharaan anak yatim.44
b) Fiqih Muamalah
Fiqih muamalah sebagai hasil dari pengolahan potensi
insani dalam meraih sebanyak mungkin nilai-nilai ilahiyah, yang
berkenaan dengan tata aturan hubungan antara manusia, yang
secara keseluruhan merupakan suatu disiplin ilmu yang tidak
mudah untuk dipahami. Karenanaya, diperlukan suatu kajian yang
mendalam agar dapat memahami tata aturan Islam tentang
hubungan manusia yang sesungguhnya. Materi Fiqih muamalah
meliputi : hikmah jual beli dan khiyar, bentuk perekonomian dalam
Islam, perbankan syariah, gadai, utang piutang, salm (pesanan)
persewaan, peminjaman dan kepemilikan harta.45
c) Fiqih Munakahat
Fiqih yang berkaitan dengan kekeluargaan atau disebut
fiqih munakahat, seperti nikah, talak, ruju’, hubungan darah, halhal yang terkait, yang dalam istilah baru dinamakan hukum
43

Totok Jumantoro & Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Fikih, Amzah, 2005, hlm. 66.
Ahmad Falah, Materi dan Pembelajaran Fiqih MTs-MA, STAIN Kudus, 2009, hlm. 3.
45
Ibid, hlm. 4.

44

33

keluarga. Materi fiqh munakahat meliputi pernikahan dalam Islam,
hikmah nikah, ruju’ khuluk dan fasakh, hokum perkawinan di
Indonesia.
d) Fiqih Jinayah
Fiqih jinayah

yaitu fiqih
yang

perbuatan-perbuatan

yang membahas tentang

dilarang

syara’

dan

dapat

mengakibatkan hukuman had, atau ta’zir seperti zina, pencurian,
pembunuhan

dan

lainnya.

Materi

fiqih

jinayah

meliputi

pembunuhan, qishash, diyat, kifarat dan hudud.
e) Fiqih Siyasah
Fiqih siyasah adalah fiqih yang membahas tentang
khilafah/sistem pemerintahan dan peradilan (qadha). Materi fiqih
siyasah meliputi pengertian dasar dan tujuan pemerintahan,
kepemimpinan dan tata cara pengangkatan, dan majlis syura dan
ahlul halli wal aqdi.46
d. Hukum Mempelajari Fiqih
Hukum mempelajari ilmu fiqih itu terbagi kepada dua bagian:
1) Ada ilmu fiqih yang wajib dipelajari oleh seluruh umat Islam yang
mukallaf, seperti mempelajari masalah shalat, puasa dan lainnya.
2) Ada ilmu fiqih yang wajib dipelajari oleh sebagian orang yang ada
dalam kelompok mereka (umat Islam), seperti mengetahui masalah
pasakh, ruju’, syarat-syarat menjadi qadhi atau wali hakim dan lainlainnya.
Hukum mempelajari fiqih itu ialah untuk keselematan di dunia
dan akhirat. Dalam uraian diatas dapat dipahami bahwa pokok
bahasan dalam ilmu fiqih adalah perbuatan mukallaf menurut apa
yang telah ditetapkan syara’ tentang ketentuan hukumnya. Karena itu
dalam ilmu fiqih yang dibicarakan tentang perbuatan-perbuatan yang
menyangkut hubungannya dengan Tuhannya yang dinamakan
“ibadah” dalam berbagai aspeknya, hubungan manusia sesamanya
46

Ibid, hlm. 5-6.

34

baik dalam hubungan keluarga, hubungan dengan orang lain, dalam
kebendaan dan sebagainya.47
e. Tujuan dan Fungsi Mempelajari Ilmu Fiqih
Fiqih dalam Islam sangat penting, karena ia menuntun manusia
kepada kebaikan dan bertaqwa kepada Allah. Setiap saat manusia itu
mencari atau mempelajari keutamaan fiqih, karena fiqih menunjukkan
kita kepada sunnah Rasul serta memelihara manusia dari bahayabahaya dalam kehidupan. Seorang yang mengetahui dan mengamalkan
fiqih akan dapat menjaga diri dari kecemaran dan lebih takut dan
disegani oleh musuhnya.48
Tujuan ilmu fiqih adalah menerapkan hukum-hukum syariat
terhadap perbuatan dan ucapan manusia. Jadi, ilmu fiqih itu adalah
tempat kembali sesorang hakim dalam keputusannya, tempat kembali
seorang mufti dalam fatwanya, dan tempat kembali mukallaf untuk
mengetahui hukum syra’ yang berkenaan dengan ucapan dan
perbuatan yang muncul dari dirinya.49 Jelasnya tujuan mempelajari
ilmu fiqih adalah menerapkan hukum syara’ pada setiap perkataan dan
perbuatan mukallaf, karena itu ketentuan-ketentuan fiqih itulah yang
dipergunakan untuk memutuskan segala perkara dan yang menjadi
dasar fatwa, dan bagi setiap mukallaf akan mengetahui hukum syara’
pada setiap perbuatan atau perkataan yang mereka lakukan.50
4. Pengaruh Model Pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestetic
(VAK) Terhadap Kemampuan Psikomotorik Siswa Pada Mata
Pelajaran Fiqih
Usaha-usaha pendidik dalam membelajarkan peserta didik
merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan
tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh karena itu, pemilihan
berbagai

komponen

pembelajaran

termasuk

model

pembelajaran

Syafi’i Karim, Fiqih-Ushul Fiqih, CV Pustaka Setia, Bandung, 1997.hlm. 48.
Ibid, hlm. 55.
49
Totok Jumantoro & Samsul Munir Amin, Op. Cit, hlm. 67.
50
Syafi’i Karim, Op.Cit, hlm. 55-56.

47
48

35

merupakan suatu hal yang utama. Jika model pembelajaran yang
digunakan sudah tepat dan sesuai dengan materi yng diajarkan maka
hasilnyapun akan maksimal.
Model pembelajaran merupakan suatu rencana yang digunakan
sebagai

pedoman

dalam

melakukan

suatu

kegiatan,

sedangkan

pembelajaran adalah proses pembimbingan menuju peningkatan kognitif,
afektif dan psikomotorik. Jadi model pembelajaran adalah alat bantu yang
digunakan dalam meningkatkan kognitif, afektif dan psikomotorik peserta
didik. Model pembelajaran merupakan unsur terpenting dalam proses
belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan membantu guru dalam
menyampaikan pesan kepada peserta didik.
Hasil belajar ranah kognitif, afektif dan psikomotorik akan
mengalami peningkatan jika kegiatan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran yang tepat. Pembelajaran fiqih harus menggunakan model
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar yang baik.
Model

pembelajaran

digunakan

untuk

menjabarkan

isi

materi,

meyampaikan pesan-pesan dan menggambarkan materi pelajaran fiqih
agar mudah dipahami oleh peserta didik. Salah satunya model
pembelajaran visualization, auditory, kinestetik (VAK) mempunyai fungsi
untuk menggerakkan psikomotorik peserta didik, sehingga pemahaman
peserta didik menjadi lebih konkert dan lebih berkesan untuk ingatannya.
Model pembelajaran visualization, auditory, kinestetik (VAK)
memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada siswa untuk
mementingkan pengalaman belajar secara langsung dan menyenangkan,
karena siswa dapat belajar langsung dengan cara mendengar, melihat dan
gerak. Tujuan dari model pembelajaran ini adalah untuk mengarahkan
peserta didik dari yang tidak bisa menjadi bisa, jadi yang tidak paham
menjadi paham dan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Sedangkan
kelebihan model pembelajaran ini salah satunya yaitu untuk melatih dan
mengembangkan potensi siswa yang telah dimiliki oleh pribadi masing-

36

masing.51 Hal ini dapat diartikan bahwa pembelajaran dilaksanakan
dengan memanfaatkan potensi siswa yang telah dimilikinya dengan
melatih dan mengembangkannya untuk mencapai pemahaman dan
pembelajaran yang efektif.
Pembelajaran model visualization, auditory, kinestetik (VAK)
melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan mempunyai
ketrampilan. Ketrampilan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam
kehidupan dimasyarakat. Oleh sebab itu guru perlu membekali siswa agar
mempunyai kertampilan dengan memanfaatkan pendengaran, penglihatan
dan gerak. Karena dengan mengoptimalkan ketiga modalitas tersebut
dalam belajar maka dapat membawa siswa untuk tidak hanya memiliki
pengetahuan saja tetapi juga mempunyai ketrampilan.
Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran visualization,
auditory, kinestetik (VAK) sangat berpengaruh terhadap hasil belajar
peserta didik. Oleh karena itu, tidak hanya siswa aktif, akan tetapi akan
terwujudnya interaksi dan ketrampilan yang baik dengan temannya dan
saling berbagi materi dan pengalaman dari berbagai sumber. Berdasarkan
pemaparan penulis diatas bahwa model pembelajaran visualization,
auditory,

kinestetik

mengembangkan

(VAK)

kemampuan

merupakan

sebuah

sarana

untuk

psikomotorik

siswa

melalui

proses

pembelajaran fiqih.

B. Penelitian Terdahulu
Sebagaimana pada pokok permasalahan, peneliti akan memusatkan
penelitiannya

tentang

visualization,

auditory,

bagaimana
kinestetic

pengaruh

model

pembelajaran

(VAK)

terhadap

kemampuan

psikomotorik siswa pada mata pelajaran fiqih. Adapun yang berkaitan
dengan konsep pembelajaran visualization, auditory, kinestetic (VAK)
telah banyak dilakukan. Hal ini dapat digunakan sebagai gambaran bagi
penulis dalam melakukan penelitian. Adapun penelitian itu diantaranya:
51

Aris Shoimin, Op.Cit, hlm. 228.

37

1. Edi Purnomo “Pengaruh Model Pembelajaran Visual, Auditory,
Kinestetic (VAK) Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa dalam
Penerapan Pembelajaran Fiqih di MTs NU Nurul Ulum Jekulo Kudus
Tahun Ajaran 2013/2014”
Hasil

penelitian

menunjukan

bahwa:

Pengggunaan

model

pembelajaran visual, auditory, kinestetic (VAK) sangat berpengaruh
dalam meningkatkan kemampuan kognitif siswa dalam hal ini
penerpan-penerapan materi fiqih di MTs NU Nurul Ulum Jekulo
Kudus Tahun Ajaran 2013/2014. Ini dibuktikan dengan hasil sebagai
berikut:
a. Pada taraf signifikan 1% untuk responden berjumlah N= 187
didapat pada tabel adalah rt = 0,181 sedangakan ro= 0,238 yang
berarti ro lebih besar dari rt (ro > rt). Dengan demikian pada taraf
signifikasi 1% hasilnya adalah signifikan, yang berarti ada
pengaruh yang positif antara kedua variabel.
b. Pada taraf signifikasi 5% untuk responden berjumlah N= 187
didapat pada tabel adalah rt = 0,138 sedangakan ro= 0,238 yang
berarti ro lebih besar dari rt (ro > rt). Dengan demikian pada taraf
signifikasi 5% hasilnya adalah signifikan, yang berarti ada
pengaruh yang positif antara kedua variabel.
Berdasarkan analisis diatas membuktikan bahwa pada taraf 1% dan
taraf 5%

signifikan. Berarti benar-benar ada pengaruh model

pembelajaran visual, auditory, kinestetik (VAK) terhadap kemampuan
kognitif siswa dalam penerapan pembelajaran fiqih di MTs NU Nurul
Ulum Jekulo Kudus Tahun 2013/2014. 52
2. Tri Mardiana Cahyani “Penerapan Model Pembelajaran Kinestetik
untuk Meningkatkan Minat Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa
Kelas XII di SMK Negeri 6 Yogyakarta.” Skripsi. Yogyakarta: Jurusan
52

Edi Purnomo, Pengaruh Model Pembelajaran Visual, Auditory, Kinestetic (VAK)
Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa dalam Penerapan Pembelajaran Fiqih di MTs NU Nurul
Ulum Jekulo Kudus Tahun Ajaran 2013/2014, Tersedia di Perpustakaan STAIN Kudus, diambil
Tanggal 25 Februari 2016.

38

Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sunan Kalijaga, 2013.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan tiap aspek,
aspek keterlibatan siswa pada siklus I ada empat siswa yang bertanya
mengenai materi pembelajaran, pada siklus II ada enam siswa yang
bertanya dan pada siklus III ada tujuh siswa yang bertanya. Pada setiap
siklus siswa sangat antusias mengerjakan tugas dari peneliti serta
mengumpulkan tugas dengan tepat waktu. Aspek ketercapaian
kompetensi pada siklus I cukup, siklus II cukup baik dan siklus III baik
dengan dibuktikan tidak ada siswa yang memperolah nilai di bawah
enam. Aspek kelancaran proses, pada siklus I pembelajaran cukup
lancar, siklus II pembelajaran lancar, dan pada siklus III pembelajaran
berjalan lancar dan kondusif. Aspek ketepatan waktu selama
pembelajaran, pada siklus I kekurangan waktu, siklus II tepat waktu
dan pada siklus III sangat tepat waktu. 53
3. Kartika Hartanti “Pengaruh Model Pembelajaran VAK (Visualization,
Auditory, Kinestetic) Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama
Islam Pada Siswa di SDN Tlogomulyo Temanggung” Fakultas Ilmu
Tarbiyah & Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta 2014.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan pada hasil belajar Pendidikan Agama Islam sebelum dan
sesudah penerapan model pembelajaran VAK. Hal ini ditunjukan
dengan diperolehnya nilai t hitung . t tabel yakni 8,276 . 2,060 dengan
taraf signifikasi 0,05 dan adanya peningkatan perolehan nilai rata-rata
sebelum penerapan model VAK (pre test) 87,3. Hal ini menunjukan
adanya peningkatan rata-rata nilai sebesar 15,4. Dengan melihat
perbedaan skor dari hasil pre test dan posttest tersebut, menunjukan
53

Tri Mardiana Cahyani, Penerapan Model Pembelajaran Kinestetik untuk Meningkatkan
Minat Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas XII di SMK Negeri 6 Yogyakarta, Tersedia
di
http://digilib.uin-suka.ac.id/11183/1/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf,
diunduh Tanggal 25 Februari 2016.

39

bahwa model pembelajaran VAK merupakan salah satu model
pembelajaran yang efektif untuk pembelajaran PAI. 54
4. Ni Luh Putu Ariastini “Pengaruh Model Pembelajaran Quantum Tipe
VAK (Visual, Auditory, Kinesthetic) Terhadap Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas V SD Negeri 2 Sesetan Kecamatan Denpasar Selatan
Tahun Ajaran 2012/2013.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh model
pembelajaran quantum tipe VAK (Visual, Audiotory, Kinesthetic)
terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 2 Sesetan. Dengan
perolehan nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih besar dari
kelas kontrol yaitu sebesar 77,72 ≥ 69,75. Dibuktikan dengan hasil
thitung ≥ ttabel yaitu sebesar 3,0419 ≥ 1,980 Hasil penelitian menunjukan
bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Kuantum tipe VAK
(Visual, Audiotory, Kinesthetic) terhadap hasil belajar IPA siswa kelas
V SD Negeri 2 Sesetan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran quantum tipe VAK (Visual,
Audiotory, Kinesthetic) memberikan pengaruh positif terhadap hasil
belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 2 Sesetan, Keacamatan Denpasar
Selatan Tahun Ajaran 2012/2013. 55
Skripsi yang telah ada tersebut akan memberikan gambaran umum
tentang sasaran yang akan peneliti sajikan nantinya. Dengan melihat posisi
diantara skripsi yang telah ada tersebut, peneliti dapat menghindari
kesamaan dengan skripsi sebelumnya. Karena dalam penelitian yang akan
peneliti kaji nantinya lebih menekankan pada penerapan model
pembelajaran visualization, auditory, kinestetic (VAK) yang lebih
Kartika Hartanti “Pengaruh Model Pembelajaran VAK (Visualization, Auditory,
Kinestetic) Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Siswa di SDN Tlogomulyo
Temanggung” Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta 2014, Tersedia di http://digilib.uin-suka.ac.id/14774/2/10411007_bab-i_iv-atauv_daftar-pustaka%283%29.pdf, di unduh Tanggal 25 Februari 216.
55
Ni Luh Putu Ariastini, Pengaruh Model Pembelajaran

Dokumen yang terkait

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING DAN QUESTIONS STUDENTS HAVE TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MTS. MIFTAHUL FALAH PUNCEL DUKUHSETI PATI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

1 1 29

ANALISIS PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR BERBASIS LINGKUNGAN PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MA WALISONGO KAYEN PATI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 0 11

ANALISIS PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR BERBASIS LINGKUNGAN PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MA WALISONGO KAYEN PATI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 5 38

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN VAK (VISUAL, AUDITORY, KINESTHETIC) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FQIH DI MA MADARIJUL HUDA KEMBANG DUKUHSETI PATI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 0 9

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN VAK (VISUAL, AUDITORY, KINESTHETIC) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FQIH DI MA MADARIJUL HUDA KEMBANG DUKUHSETI PATI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 0 25

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BUZZ GROUP PADA MATA PELAJARAN FIQIH KELAS XI DI MA PIM MUJAHIDIN BAGENG GEMBONG PATI TAHUN AJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 0 7

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BUZZ GROUP PADA MATA PELAJARAN FIQIH KELAS XI DI MA PIM MUJAHIDIN BAGENG GEMBONG PATI TAHUN AJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 0 20

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BUZZ GROUP PADA MATA PELAJARAN FIQIH KELAS XI DI MA PIM MUJAHIDIN BAGENG GEMBONG PATI TAHUN AJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 0 8

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BUZZ GROUP PADA MATA PELAJARAN FIQIH KELAS XI DI MA PIM MUJAHIDIN BAGENG GEMBONG PATI TAHUN AJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

1 1 44

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN VISUALIZATION, AUDITORY, KINESTETIC (VAK) TERHADAP KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MA AL-IKHLAS TLOGOWUNGU PATI TAHUN AJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 0 10