Anjing dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Maudu‘i) - Repositori UIN Alauddin Makassar

  ANJING DALAM AL- QUR’AN (

  Suatu Kajian Maud}u>>’i) Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Agama (S.Ag.) Jurusan Ilmu Al- Qur’an dan Tafsir pada

  Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik UIN Alauddin Makassar

  Oleh REZKI AFDAL

  NIM: 30300113078

  

FAKULTAS USHULUDDIN, FILSAFAT DAN POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAKASSAR

  KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur atas segala kenikmatan yang diberikan Allah swt. kepada seluruh makhluknya terutama manusia yang bernaung di muka bumi ini. Kenikmatan yang berupa kesehatan, kesempatan merupakan suatu nikmat yang begitu besar yang patut untuk disyukuri. kesyukuran ini, karena penulis masih diberikan kesehatan jasmani maupun rohani sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini, dengan judul

  ‚Anjing dalam al-Qur’an (Kajian Tafsir Maud}u>‘i). Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi besar

  Muhammad saw. Nabi yang telah diberikan wahyu dan Mukjizat oleh Allah berupa al-Qur’an yang akan tetap terjaga hingga akhir zaman. Dialah teladan bagi seluruh umatnya serta dialah pembawa risalah kebenaran dalam menuntun umatnya kejalan keselamatan.

  Penulis sepenuhnya menyadari akan banyaknya pihak yang berpartisipasi secara aktif maupun pasif dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada pihak yang telah membantu maupun yang telah membimbing, mengarahkan, memberikan petunjuk dan motivasi sehingga hambatan-hambatan yang penulis temui dapat teratasi.

  Pertama-tama, ucapan terima kasih yang tak terhingga, kepada kedua orang tua penulis yaitu ayahanda H. Syarifuddin S. Pd. dan ibunda Hj. Ruhania yang selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis, serta telah mengasuh dan mendidik penulis dari kecil hingga saat ini.

  Selanjutnya, penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M. Si., selaku Rektor Universitas Islam Makassar yang telah memimpin UIN Alauddin Makassar yang menjadi tempat penulis memperoleh ilmu, baik dari segi akademik maupun ekstrakurikuler.

  Ucapan terima kasih juga sepatutnya penulis sampaikan kepada Prof. Dr. H. Natsir, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik UIN Alauddin Makassar, Dr. Tasmin Tangngareng, M.Ag, Dr. H. Mahmuddin M. Ag, dan Dr. Abdullah, M.Ag selanu wakil Dekan I, II dan III.

  Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. H. Muh. Sadik Sabry, M.Ag dan Dr. H. Aan Farhani, Lc., M.Ag selaku Ketua dan Sekertaris Jurusan Ilmu al- Qur’an dan Tafsir atas segala ilmu, petunjuk, serta arahannya selama menempuh perkuliahan di UIN Alauddin Makassar.

  Selanjutnya, penulis juga menyatakan terima kasih kepada Dr. H. Muh. Sadik Sabry, M. Ag dan Dr. Muhsin Mahfudz, M. Th,i. . selaku pembimbing I dan II yang

  

senantiasa menyisihkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

  Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya senantiasa penulis ucapkan

kepada saudara saudariku Rasdiana S. Pd. I., Muh. Ihsan, S. H., Ridhayanti S. Kep.,

Mustika, S. Pd. Sri Wahyuni, S. Pd. Suryadi Syarif yang senantiasa memberikan

segenap dukungannya berupa moril dan materil selama penulis menempuh masa

pendidikan.

  Selanjutnya, terima kasih penulis ucapkan juga kepada seluruh Dosen dan

Asisten Dosen serta karyawan dan karyawati di lingkungan Fakultas Ushuluddin,

  

Filsafat dan Politik uin Alauddin Makassar yang telah banyak memberikan kontribusi

ilmu sehingga dapat membuka cakrawala berpikir penulis selama masa studi.

  Penulis juga mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada teman- teman Ilmu al- Qur’an dan Tafsir angkatan 2013 yang banyak memberikan semangat, motivasi, dan masukan terhadap penyelesaian skripsi ini.

  Terakhir penulis sampaikan penghargaan kepada mereka yang membaca dan

berkenan memberikan saran, kritik, atau bahkan koreksi terhadap kekurangan dan

kesalahan yang pasti masih terdapat dalam skripsi ini. Semoga dengan saran dan

kritik tersebut, skripsi ini dapat diterima dikalangan pembaca yang lebih luas lagi di

masa yang akan datang. Semoga karya yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat

bagi pembaca.

  Samata, 16 November 2017 Penyusun, Rezki Afdal NIM: 30300113078

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................................... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iii PERSETUJUAN PENGUJI .......................................................................... iv PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................ v KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................................... ix TRANSLITERASI BAHASA ARAB ............................................................. x ABSTRAK ....................................................................................................... xviii

  BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................. 7 C. Defenisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian ....................... 7 D. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 10 E. Metodologi Penelitian ..................................................................... 13 F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian. .................................................... 15 BAB II HAKIKAT ANJING ...................................................................... 17 A. Pengertian Anjing ............................................................................ 17 B. Term-Term Anjing Dalam Al-Qur’an ............................................ 21 1. al-Klb ......................................................................................... 21 2. Mukalli>bi>n .................................................................................. 25 C. Klasifikasi Kronologi Turunnya Ayat ............................................. 26 1.

  Ayat-Ayat Makkiyyah .............................................................. 27 2. Ayat-Ayat Madaniyyah ............................................................ 29

  BAB III WUJUD ANJING DALAM AL-QUR’AN .................................. 34 A. Anjing Senantiasa Menjulurkan Lidah ............................................ 34 B. Anjing Penjaga ................................................................................. 37 C. Anjing Pemburu ............................................................................... 45 BAB IV HIKMAH PENGUNGKAPAN ANJING DALAM AL-QUR’AN .................................................................................... 50 A. Pentingnya Kesetiaan ........................................................................ 51 B. Hendaknya Menjadi Mahluk yang Bermanfaat ................................ 56 C. Penilaian Allah Terhadap Makhluk-Nya` ......................................... 64 BAB V PENUTUP ...................................................................................... 72 A. Kesimpulan ...................................................................................... 72 B. Implikasi dan Saran ......................................................................... 73

  PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN A.

   Transliterasi Arab-Latin

  Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf latin dapat dilihar pada tabel berikut:

1. Konsonan

  ا

  ذ

  d}ad d} de (dengan titik di bawah)

  ض

  s}ad s} es (dengan titik di bawah)

  ص

  Syin Sy es dan ye

  ش

  Sin S Es

  س

  Zai Z Zet

  ز

  Ra R Er

  ر

  z\al z\ zet (dengan titik di bawah)

  Dal D De

  Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

  د

  Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

  خ

  h}a h} ha (dengan titik di bawah)

  ح

  Jim J Je

  ج

  s\a s\ es (dengan titik di atas)

  ث

  Ta T Te

  ت

  Ba B Be

  ب

  Kha Kh ka dan ha t}a t} te (dengan titik di bawah)

  ط

  z}a z} zet (dengan titik di bawah)

  ظ

  apostrof terbalik ‘ain ‘

  ع

  Gain G Ge

  غ

  Fa F Ef

  ف

  Qaf Q Qi

  ق

  Kaf K Ka

  ك

  Lam L El

  ل

  Mim M Em

  م

  Nun N En

  ن

  Wau W We

  و

  Ha H Ha

  ه

  Hamzah Apostrof ’

  ء

  Ya Y Ye

  ي

  Hamzah ( ) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda

  ء apa pun. Jika ia terletak di tengah atau akhir, maka ditulis dengan tanda (’).

2. Vokal

  Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasi sebagai berikut:

  Tanda Nama Huruf Latin Nama fath}ah a A

  َ ا

  Kasrah i

  I

  َ ا

  d}ammah u U

  َ ا

  Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu: Tanda Nama Huruf Latin Nama ai a dan i fath}ah dan ya>’

  َ ي ى

  fath}ah dan wau au a dan i

  َ و ى

  Contoh: : kaifa

  َ َ ف ي ك

  haula

  ل و ه : 3.

   Maddah

  Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu: Harakat dan Huruf dan

  Nama Nama

  Huruf Tanda a dan garis di atas Fath}ah dan alif atau ya>’ a> ىَ ...ََ ... i dan garis di atas i>

  Kasrah dan ya>’

  ى

  و ى

  Contoh:

  ّ

  Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydi>d (

   Syaddah (Tasydi>d)

  : al-h}ikmah 5.

  َ ة م ك ح ن ا

  : al-madi>nah al-fa\>d}ilah

  َ ة ه ضا فنا

  َ َ م ن ا َ دَ ي ىَ ة َ

  : raud}ah al-at}fa\>l

  َ و ر َ لاف ط لأ اَ ة ض

  Kalau pada kata yang berakhir dengan ta>’ marbu>t}ah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta>’ marbu>t}ah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

  d}ammah dan wau u> u dan garis di atas

  Transliterasi untuk ta>’ marbu>t}ah ada dua, yaitu: ta>’ marbu>t}ah yang hidup atau mendapat harakat fath}ah, kasrah, dan d}ammah, transliterasinya adalah [t]. Sedangkan ta>’ marbu>t}ah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinyaadalah [h].

   Ta>’ marbu>t}ah

  : yamu>tu 4.

  َ يَ م َ و َ ت

  qi>la

  َ قَ ي َ م :

  : rama>

  َ ر َ م ي

  : ma>ta

  َ م َ تا

  Contoh:

  ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.

  : rabbana>

  َ اىَّب ر

  : najjaina>

  َ َ اى يَّج و

  : al-h}aqq

  َ ق ح ن ا

  : nu‘‘ima

  َ َ مّع و

  : ‘aduwwun

  َ و د ع

  Jika huruf ber- tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah

  ى ( ), maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah menjadi i>.

  َ ِ

  Contoh: :

  ‘Ali> (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly)

  َ ي ه ع

  ََ : ‘Arabi> (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby)

  َ ي ب ر ع 6.

   Kata Sandang

  Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ( alif lam ma‘rifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiah maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).

  Contoh: : al-syamsu (bukan asy-syamsu)

  َ س مَّشن ا

  : al-zalzalah (az-zalzalah)

  َ ة ن ز ن َّز ن ا َ

  : al-falsafah

  َ ة ف س ه ف ن ا

  : al-bila>du

  َ د لا ب ن ا 7.

   Hamzah

  Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

  Contoh:

  Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering di tulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata al-Qur’an (dari al-Qur’>an), alhamdulillah, dan munaqasyah. Bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh:

  َ اللا ب

  di>nulla>h

  َ اللَ ه ي د

  Contoh:

  ) Kata ‚Allah‛ yang di dahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnyaatau berkedudukan sebagai mud}a>f ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.

   Lafz} al-Jala>lah ( الله

  Fi Z}ila>l al-Qur’a>n Al-Sunnah qabl al-tadwi>n 9.

   Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia

  َ ن و ر م أ ت

  : umirtu 8.

  َ ت ر م أ

  : syai’un

  َ ء ي ش

  : al-nau‘

  َ ء وَّىن ا

  : ta’muru>na

  billa>h Adapun ta>’ marbu>t}ah di akhir kata yang disandarkan kepada lafaz} al-jala>lah, ditransliterasi dengan huruf [t]. Contoh: hum fi> rah}matilla>h

  َ َ الل َ ة م ح رَ ي فَ م ه 10.

   Huruf Kapital

  Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital ( All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang, (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapitak tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). Contoh:

  Wa ma> Muh}ammad illa rasu>l Inna awwala baitin wudi’a linna>si lallaz\i> bi Bakkata muba>rakan Syahru Ramad}a>n al-laz\i> unzila fih al-Qur’an Nas}i>r al-Di>n al-T}u>si> Abu Nas}r al-Fara>bi> Al-Gaza>li> Al-Munqiz\ min al-D}alal Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abu> (bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:

  Abu al-Walid Muhammad ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abu> al- Wali>d Muhammad (bukan: Rusyd, Abu> al-Walid Muh}ammad Ibnu)

  Nas}r H}a>mid Abu Zai>d, ditulis , menjadi: Abu> Zai>d, Nas}r H}a>mid (bukan: Zaid, Nas}r H}a>mi>d Abu> ) B.

   Daftar Singkatan

  Beberapa singkatan yang dibakukan adalah: swt. = subh}a>nahu> wa ta’a>la> saw. = s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam a.s. =

  ‘alaihi al-sala>m H = Hijrah M = Masehi SM = Sebelum Masehi I.

  = Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja) w. = Wafat tahun QS.../...: 4 = QS al-Baqarah/2: 4 atau QS A<li ‘Imran/3: 4 HR = Hadis Riwayat

  ABSTRAK Nama : Reski Afdal NIM : 30300113078 Judul : Anjing dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Maud}u>‘i ) Skripsi ini membahas tentang anjing. Adapun masalah pokok dari penelitian ini adalah bagaimana hakikat anjing dalam al-Qur’an? bagaimana wujud anjing dalam al-Qur’an? Bagaimana hikmah pengungkapan anjing dalam al-Qur‘an?.

  Adapun tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui hakikat anjing, wujud anjing dalam al-Qur’an, serta hikmah pengungkapan anjing dalam al-Qur‘an Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode tafsir maud}u>’i. Adapun dalam pengumpulan data penulis menggunakan penelitian kepustakaan ( library research), yaitu menelaah berbagai buku-buku yang terkait dengan pembahasan yang akan dikaji. Dan kemudian dalam pengkajian tersebut peneliti menggunakan pendekatan tafsir.

  Berdasarkan hasil penelitian, dapat dinyatakan bahwa anjing tidak dapat selalu dikaitkan dengan hal-hal yang negatif saja, karena di balik kekurangannya, anjing juga memiliki sisi positif. Anjing merupakan hewan yang bermanfaat untuk dipelihara. Anjing dapat memberikan rasa aman terhadap sesuatu yang dijaganya. Anjing dapat berperan penting dalam proses kelangsungan hidup manusia, seperti ketika anjing dijadikan sebagai hewan pemburu, penjaga ladang dan peternakan seperti halnya yang disampaikan al-Qur‘an. Al-Qur‘an mengutarakan tentang anjing ketika membahas tentang manusia pendosa yang diperumpakan seperti anjing yang senatiasa menjulurkan lidahnya, juga ketika al-Qur‘an menyampaikan beberapa manfaat dari seekor anjing yang dapat dijadikan sebagai hewan penjaga dan pemburuh. Pengungkapan anjing dalam al-Qur’an tentunya bukan tanpa sebab, akan tetapi mengandung hikmah yang dapat dijadikan bahan renungan, seperti tentang kesetiannya anjing yang hendaknya dijadikan tauladan bagi manusia, juga memberikan ketegasan bahwasanya hendaknya manusia senantiasa menjadikan dirinya bermanfaat untuk makhluk lain, dengan demikian maka Allah swt. akan memberikan penilaian sebagai hambah yang berpredikat taqwa.

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Al-Qur’an yang secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaan pun sejak manusia al-Qur’an al- mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi

  Kari>m, bacaan sempurna lagi mulia itu.

  Al-Qur’an dapat dibaca oleh ratusan juta orang yang tidak mengerti artinya dan tidak dapat menulis dengan aksaranya. Bahkan dihafal huruf demi huruf oleh orang dewasa, remaja, dan anak anak.

  Al-Qur’an dapat di kaji bukan saja sejarahnya secara umum, tetapi ayat demi ayat, baik dari segi masa, musim, maupun saat turunnya, sampai kepada sebab-sebab serta waktu-waktu turunnya.

  Al-Qur’an yang dipelajari bukan hanya susunan redaksi dan pemilihan kosa katanya, tetapi juga kandungannya yang tersurat, tersirat bahkan sampai kepada kesan yang ditimbulkannya. Semua dituangkan dalam jutaan jilid buku, generasi demi generasi. Kemudian apa yang dituangkan dari sumber yang tak pernah kering itu, berbeda-beda sesuai dengan perbedaan kemampuan dan kecenderungan mereka, namun semua mengandung kebenaran. Al-Qur’an layaknya sebuah permata yang memancarkan cahaya yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang masing-

  1 masing. 1

  2 Pengkajian terhadap al-Qur’an maupun hadis telah banyak dilakukan oleh para ulama melalui gagasan-gagasan dan pikiran mereka yang tertuang dalam kitab-

  2 kitab tafsir, maupun kitab-kitab fikih.

  Dalam al-Qur’an apabila diteliti lebih dalam, maka akan sampai pada titk simpul bahwa al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam dan sebagai sumber ilmu pengetahuan lainnya. Baik pengetahuan agama yaitu hal-hal yang ghaib yang sumber tunggalnya adalah wahyu maupun pengetahuan yang berkaitan dengan aspek kemanusiaan dan hewan seperti al-Qur’an menjelaskan tentang terpisahnya air laut asha>b al- dan air tawar, adanya api di dalam lautan dan adanya anjing dalam kisah kahfi serta masih banyak lagi hal-hal yang dibahas dalam al-Qur’an mengingat al-

  3 Qur’an maha kaya dengan ilmu pengetahuan.

  Salah satu pembahasan yang terdapat dalam al-Qur’an yaitu tentang anjing asha>b al-kahfi, ketika menguraikan kisah sekelompok milik salah satu pemuda pemuda yang menghindar dari penguasa masanya yang hendak menodai aqidah mereka sehingga mereka mengungsi ke gua dan ditidurkan oleh Allah swt. selama tiga ratus tahun lebih lalu dibangunkan lagi. Di sana dinyatakan bahwa ketika itu

  4

  anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Sebagaimana dalam QS. al-Kahfi /18 : 18.

  

ٌطِساَب ْمُهُ بْلَكَو ِلاَمِّشلا َتاَذَو ِينِمَيْلا َتاَذ ْمُهُ بِّلَقُ نَو ٌدوُقُر ْمُهَو اًظاَقْ يَأ ْمُهُ بَسَْتََو

2 اًبْعُر ْمُهْ نِم َتْئِلُمَلَو اًراَرِف ْمُهْ نِم َتْيَّلَوَل ْمِهْيَلَع َتْعَلَّطا ِوَل ِديِصَوْلاِب ِهْيَعاَرِذ 3 Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Cet.II; Jakarta: Amzah, 2009), h. 29.

  Zaghlul al-Najjar, Al-I‘ja>z al-‘Ilmi> Fi> al-Sunnah al-Nabawiyyah, terj. Zidni Ilham Faylasufa, Pembuktian Sains dalam Sunnah, Juz III (Cet. I; Jakarta: Amzah, 2007 M), h. 81 4

  3 Terjemahnya:

  Dan kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka tertidur, dan kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing meraka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan di penuhi dengan ketakutan

  5 terhadap mereka.

  Salah satu pembahasan yang terdapat pada ayat tersebut tentang anjing yang sedang anjing menjaga tuannya, dilihat dari potongan ayatnya yang mengatakan mereka menjulurkan kedua lengannya, ini menunjukkan bagaimana manfaat dari seekor anjing yang dapat dijadikan sebagai penjaga manusia. asha>b al-kahfi terjadi beberapa perbedaan perspektif di

  Terkait anjing milik kalangan para mufasir mengenai nama anjing tersebut. Ada dua nama yang sering asha>b al-kahfi>, yaitu Qitmir dan al- disebut-sebut ketika membahas tentang anjing asha>b al-

  Raqim hanya saja kedua nama ini tidak bisa memastikan identitas anjing Kahfi> yang sebenarnya. Sebab hanya Allah swt. yang paling mengetahui persoalan

  6 ini.

  Anjing adalah hewan yang menyusui, berkaki empat dan berbulu, ada sekitar dua ratus jenis anjing, yang paling kecil chihua-hua hanya sekitar 68 gr dan yang paling besar jenis St. Bernard sekitar 90 kg. Anjing biasanya memiliki sekitar 42 gigi lebih banyak 10 gigi dibandingkan dengan manusia kebanyakan memiliki ujung atau sisi yang tajam, memang bagi anjing menggigit lebih penting dari pada mengunyah,

5 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta : CV. Dua Sehati, 2012), h.

  295. 6

  4 maha suci Allah yang telah memberi organ-organ mahluk-Nya sesuai dengan kebutuhannya.

  Anjing merupakan binatang yang dapat menjadi perantara penyebaran penyakit-penyakit menular, bahkan ia bisa membawa hampir 50 jenis penyakit akibat kandungan hewan-hewan parasit di dalam tubuhnya, dan sebagian besar penyakit ini terdapat di dalam air liurnya. Dari lidah anjing terdapat telur-telur cacing yang menyebar ke tempat-tempat air, piring, dan tangan pemiliknya bahkan di antara cacing ini ada yang masuk ke dalam lambung dan usus-usus mereka. Pada tahap selanjutnya kulit telur-telur ini akan pecah dan diiringi dengan keluarnya anak-anak cacing baru yang akan menyebar ke dalam darah dan lendir. Dari dua organ ini, anak-anak cacing kemudian menyebar ke seluruh anggota tubuh, terutama ke liver, karena liver merupakan filter yang paling utama dalam tubuh. Di dalam anggota tubuh yang dimasuki cacing-cacing ini kemudian dapat tumbuh dan membentuk kantong yang dipenuhi anak-anak baru dan cairan bersih laksana air dari

  7 mata air.

  Anjing adalah salah satu hewan yang berbahaya dalam ranah kesehatan, Rasulullah saw. pun melarang untuk memeliharanya, sebagaimana sabdanya:

  لاِإ ،ا ًبْلَك َنََ تْ قا ِنَم " :َلاَق ،َرَمُع ِنْب ِهَّللا ِدْبَع ْنَع ،ٍراَنيِد ُنْب ِهَّللا ُدْبَع اَنَرَ بْخَأ ،ٌكِلاَم اَنَرَ بْخَأ 8 ِناَطاَيرِق ٍمْوَ ي َّلُك ِهِلَمَع ْنِم َصِقُن ،اًيِراَض ْوَأ ،ٍةَيِشاَم َبْلَك

  Artinya:

7 M. Nizar Daqr, Hidup Sehat Dan Bersih Ala Nabi (Cet. III; Pt Himmah Pustaka:Jakarta2002), h. 241-243.

  8

  5 Abdullah bin Dinar dari Abdullah bin Umar berkata, ‚Malik memberitakan kepada kami bahwa Rasulullah saw. Bersabda: Barang siapa memelihara anjing selain anjing untuk menjaga binatang ternak atau anjing untuk berburu maka pahalanya akan berkurang dua qirat setiap hari.

  Dilarangnya memelihara anjing di dalam rumah bukan berarti manusia diperbolehkan berbuat kasar terhadapnya atau membunuhnya sebab Rasulullah saw. bersabda:

  اَنَرَ بْخَأ ٌمْيَشُه اَنَ ثَّدَح ٍعيِنَم ُنْب ُدَْحَْأ اَنَ ثَّدَح ْنَع ِنَسَْلْا ْنَع ٍدْيَ بُع ُنْب ُسُنوُيَو َناَذاَز ُنْب ُروُصْنَم : َلاَق ٍلَّفَغُم ِنْب ِهَّللا ِدْبَع

  ِمَمُْلْا ْنِم ٌةَّمُأ َب َلَِكْلا َّنَأ َلاْوَل َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص ِهَّللا ُلوُسَر َلاَق

  9 ...

  ٍميَِبَ َدَوْسَأ َّلُك اَه ْ نِم اوُلُ تْ قاَف اَهِّلُك اَهِلْتَقِب ُتْرَمََلْ

  Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani' berkata, telah menceritakan kepada kami Hisyaim berkata, telah mengabarkan kepada kami Manshur bin Zadzan dan Yunus bin Ubaid dari Al Hasan dari Abdullah bin Mughaffal ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sekiranya anjing-anjing itu bukan suatu umat, sungguh aku akan perintahkan untuk membunuh mereka semua. Maka bunuhlah semua anjing yang berwarna hitam pekat..."

  Anjing dapat dididik dengan baik. Al-Qur’an pun mengakui hal ini. Ia dapat dididik untuk menjadi hewan pemburu dan hasil buruannya dapat dimakan seperti yang dipaparkan dalam QS. Al-Ma>idah/5 :4.

  

َينِبِّلَكُم ِحِراَوَْلْا َنِم ْمُتْمَّلَع اَمَو ُتاَبِّيَّطلا ُمُكَل َّلِحُأ ْلُق ْمَُلَ َّلِحُأ اَذاَم َكَنوُلَأْسَي

ُهَ نوُمِّلَعُ ت اوُقَّ تاَو ِهْيَلَع ِهَّللا َمْسا اوُرُكْذاَو ْمُكْيَلَع َنْكَسْمَأ اَِّمِ اوُلُكَف ُهَّللا ُمُكَمَّلَع اَِّمِ َّن ِباَسِْلْا ُعيِرَس َهَّللا َّنِإ َهَّللا

  Terjemahnya: Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang Dihalalkan bagi mereka?".

  Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) 9

  6 oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya) dan bertakwalah kepada Allah,

  10 Sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya.

  Anjing memiliki pendengaran dan penciuman yang sangat tajam lebih dari manusia. Binatang ini sangat setia kepada pemeliharanya baik tuannya melihatnya ataupun tidak. Pandai merayu dan mendekatkan diri kepada tuannya. Betapa pun ia dihardik, dicaci bahkan dipukuli, ia tetap akan kembali dan akan datang ketika dipanggil. Anjing adalah binatang yang paling awas dalam penjagaannya walau ia sangat mengantuk, tidurnya pun tidak nyenyak dan jika ia tidur ia tidak menutup kedua matanya. Anjing sangat tekun belajar bahkan ketika diletakkan sesuatu di atas kepalanya sesuatu yang tidak boleh digerakkan dan dalam saat yang sama dihidangkan untuknya makanan, maka ia tidak akan bergerak kecuali jika sesuatu

  11 itu disingkirkan dari kepalanya.

  Kenyataannya sekarang tidak sedikit manusia yang menghinakan dan mengucilkan anjing bahkan tidak segan-segan untuk menbunuhnya ketika ditemui di halaman rumah, di jalan-jalan, dan di lingkungan sekitarnya khususnya yang beragama Islam dan sekelompok fanatik yang memvonis anjing sebagai hewan bernajis yang dapat menularkan penyakit berbahaya, dengan tidak sadar bahwa masih banyak hewan lain yang mempunyai potensi hampir sama dalam penyebaran penyakitnya seperti kera, kucing, dan tikus. Akan tetapi perlakuan mereka berbeda ketika diperhadapkan dengan anjing, sedangkan anjing memiliki keistimewaan lebih

  10 11 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya , h. 107

  7 yang dapat dimanfaatkan oleh manusia ketika dibandingkan dengan hewan-hewan lainnya tersebut.

  Anjing merupakan hewan yang diciptakan oleh Allah swt. di muka bumi ini sebagai mahluk-Nya yang memiliki kekurangan dan mempunyai banyak keistimewaan-keistimewaan yang bermanfaat bagi makhluk lainnya khususnya manusia.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan pada uraian latar belakang yang telah penulis kemukakan, maka perlu adanya pembatasan masalah supaya lebih terarah dan sistematis dalam pembahasannya. Untuk itu, penulis membatasi permasalahan dalam penulisan skripsi ini dengan tiga sub masalah yaitu:

1. Bagaimana hakikat anjing? 2.

  Bagaiman wujud anjing dalam al-Qur’an? 3. Bagaimana hikmah diungkapkannya anjing dalam al-Qur’an?

C. Pengertian Judul dan Ruang Lingkup Penelitian

  Untuk mendapatkan pemahaman secara eksplisit dalam pembahasan skripsi ini dan menghindari kesalahpahaman dalam pembahasan nantinya, maka penulis merasa perlu untuk memberikan definisi terhadap judul skripsi yang akan penulis Maudhu>i). bahas, yaitu anjing dalam al-Qur’an (Kajian Tafsir 1.

  Anjing kalb diartikan sebagai anjing, kata ini di dalam al-Qur’an di sebut enam Kata mukallibi>n yaitu di dalam QS. al-Ma>’idah/5 :4, kali. Satu kali di dalam bentuk

  8 kalb di sebut lima kali, yaitu satu kali dalam QS. al- sedangkan di dalam bentuk

  A’ra>f/7 :176 satu kali dalam QS. al-Kahfi/18 :18, dan tiga kali pada ayat 22. kalb berasal dari kata kalaba yang pada mulanya

  Secara etimologis kata berarti tergantung kuat. Maksudnya, sesuatu yang tergantung pada sesuatu yang lain

  12

  dengan kuat dan keras, sehingga sulit dilepaskan. Cakar burung elang disebut juga kala>lib karena setiap ia menerkam mangsanya, mangsanya itu tergantung kuat di kalb, karena setiap kukunya. Agaknya inilah yang yang menyebabkan anjing disebut ia dilepas untuk menangkap hewan buruan, ia menerkam dengan taring dan kukunya,

  13 kemudian membawa mangsanya dalam keadaan tergantung di taringnya.

  2. Al-Qur’an qara’a, yaqra’u, qur’anan yang Secara etimologi al-Qur’an berasal dari kata secara harfiah berarti bacaan. Sedangkan secara terminologi, kalangan ulama ushul, muhaddisin dan ahli tata bahasa memberikan definisi yang ahli kalam, fuqaha, beragam pada kata al-Qur’an, di antaranya adalah: a.

  Al-Qur’an adalah lafadh yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. mulai dari surat al-Fatihah sampai akhir surat al-Nas.

  b.

  Al-Qur’an adalah kala>mullah yang mengandung muk’jizat, yang diturunkan al-ami>n Jibril yang tertulis dalam kepada Nabi terakhir, dengan perantara dan bagi yang membacanya akan mushaf, yang disampaikan secara mutawatir

  14 bernilai ibadah. 12 Ahmad bin Fa>ris bin Zakariyya>h Al-Qazwayni> Arrazi>, Mu’jam Maqa>yiz Al-Lugah, Juz V (Beirut: Da>r al-Fikr, 1979 M) h. 133. 13 M.Quraish Shihab Ensiklopedia AL-Qur’an Kajian Kosakata, Jilid II (Cet.I: Jakarta; Lentera Hati, 2007 M), h. 423.

  9

3. Tafsir Maudu>‘i

  Tafsir secara bahasa mengikuti wazan taf’il artinya menjelaskan, menyingkap daraba- dan menerangkan makna-makna rasional. Kata kerjanya mengikuti wazan yadhribu dan nashara-yanshuru. Dikatakan: fasara asy-syai’a-yafsiru dan yafsuru, fasran. Kata al-tafsi>r dan al-fasr mempunyai arti menjelaskan dan menyingkap yang tertutup.

  Secara istilah tafsir adalah ilmu untuk memahami kita>bullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. menerangkan makna-maknanya serta mengeluarkan

  15

  hukum dan hikmah-hikmahnya. Sedangkan maud}u>’i secara bahasa berasal dari kata عضو yang memiliki beberapa arti antara lain, meletakkan, melahirkan, menghina,

  16

  maud}u>’i ialah membahas ayat-ayat al-Qur’an dan berkata dusta. Secara istilah

  17

  maud}u>’i sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan. Adapun pengertian yang secara istilah menurut para ulama adalah menghimpun seluruh ayat al-Qur’an

  

18

yang memiliki tujuan dan tema yang sama.

  maud}u>’i juga disebut dengan metode tematik karena Metode tafsir pembahasannya berdasarkan dengan tema-tema tertentu yang terdapat dalam al-

  Qur’an. Ada dua cara dalam tata kerja metode tafsir maud}u>i: pertama, denga cara menghimpun seluruh ayat al-Qur’an yang berbicara tentang satu masalah (tema) 15 Syaikh Manna>’ al-Qat}t}a>n, Maba>hi>s| fi ulu>m> al-Qur’a>n, Terj. Anunur Rafiq El-Mazni, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an (Cet. IX; Jakarta Timur: Pustaka al-Kautsar, 2013), h. 407. 16 Syarifuddin Ondeng, Teori-teori Pendekatan Metodologi Studi Islam (Cet. I; Makassar: Alauddin University Press, 2013), h. 234. 17 Nashruddin Baidan, Metode Penafsiran al-Qur’an (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), h. 72. 18 Abdul Hayy Al-Farmawi, Bida>yah Fi> al-Tafsi>r al-Maud}u>’i: Dira>sah Manh}ajiyyah

  10 tertentu serta mengarah kepada satu tujuan yang sama, sekalipun turunnya berbeda kedua, penafsiran yang dilakukan dan tersebar dalam berbagai surah al-Qur’an.

  19 berdasarkan surat al-Qur’an.

  Ada juga yang berpendapat bahwa metode ini adalah suatu metode yang mengarahkan pandangan kepada satu tema tertentu, lalu mencari pandangan al- Qur’an tentang tema tersebut dengan jalan menghimpun semua ayat yang membicarakannya, menganalisis, dan memahaminya ayat demi ayat, lalu menghimpunnya dalam benak ayat yang bersifat umum dikaitkan dengan yang

  Mut~laq digandengkan dengan yang Muqayyad, dan lain-lain, sambil khusus, yang memperkaya uraian dengan hadits-hadits yang berkaitan untuk kemudian disimpulkan dalam satu tulisan pandangan menyeluruh dan tuntas menyangkut tema

  20 yang akan dibahas.

D. Kajian Pustaka 1.

  M. Quraish Shihab dalam bukunya, ‚Dia di Mana-mana ‚Tangan‛ Tuhan di Balik setiap Fenomena‛ (Cet. VIII; Jakarta: Lentera Hati, 2013). Buku ini secara umum membahas bukti-bukti kehadiran Allah swt. melalui pendekatan sains. Salah satu sub bahasan tepatnya pada halaman 256 mengungkap tentang keistimewaan anjing di sana dijelaskan bahwa anjing merupakan hewan yang paling setia, dan anjing juga merupakan hewan yang paling was- was dalam penjagaannya. Buku ini belum menguraikan secara khusus 19 tentang keistimewaan anjing. Oleh karena itu dengan pembuatan skripsi ini 20 Abd. Muin Salim, Metodologi Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Teras, 2005), h. 47.

  11 diharap dapat membahas secara rinci dan detail mengenai keistimewaan anjing

  2. Yanuar Arifin dalam bukunya, Misteri Asha>b AL-Kahfi> ‚Menguak Kebenaran 7 Sosok Pemuda Yang Tidur Selama 309 Tahun‛ (Cet. I; Pt Diva Press:Yogyakarta,2015). Buku ini secara umum membahas tentang kisah Ashabul Kahfi, melalui pendekatan sains moderen dan al-Qur’an. Salah satu sub bahasan tepatnya pada halaman 81, mengisahkan tentang anjing milik ashabul kahfi dan mengangkat berbagai pendapat ulama tentang nama anjing tersebut. Buku ini belum membahas mengenai keistimewaan anjing secara umum. Dengan ditulisnya skripsi ini diharap dapat mengkaji dan mengankat secara detail mengenai ke istimewaan anjing

  3. Idhar dalam skripsinya ‚Interpretasi Kontekstual Dalam Memahami Hadis Nabi saw. Tentang Jilatan Anjing‛. Skripsi ini secara umum membahas hadis-hadis tentang jilatan anjing dan cara mensucikannya melalui pendekatan sains dan hadis. Salah satu sub bahasan tepatnya pada halaman 2, mengutarakan bagaimana gambaran al-Qur’an dan hadis mengenai anjing dan jilatannya. Skripsi ini belum membahas secara lengkap tentang keistimewaan anjing. Sehingga dengan penulisan skripsi ini diharap dapat membahas secara tuntas mengenai ke istimewaan anjing.

  4. Muhammad Jawad Mugniyah, dalam kitab Fikih Lima Mazhab Ja’fa>ri Hana>fi Syafi>’i Hamba>li tepatnya pada

  Mali>ki Cet, 23; Pt Lentera: Jakarta,2008 halaman 14, membahas beberapa pendapat lima mazhab Ja,fari, Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali tentang hukum jilatan anjing, yang menarik dalam buku ini menganai pendapat imam Maliki, beliau berpendapat

  12 bahwasanya menyentuh anjing tidaklah najis, bahkan air bekas jilatan anjing pun dianggap tidak najis dan dapat di minum, buku ini belum membahas secara tuntas tentang keistimewaan anjing. Oleh karena itu skripsi ini diharap dapat membahas secara detail tentang keistimewaan anjing.

  5. Syaikh Utsaimin dalam bukunya. Tafsir Al-Kahfi Cet, I; Puastaka as-Sunnah: Jakarta 2005. Dalam buku tersebut membahas keselurhan tentang tafsiran QS. al-Kahfi secara menyeluruh, buku ini tidak menjadikan anjing sebagai titik fokus dalam pembahasan. Sehingga dengan ditulisnya skripsi ini diharap dapat membahas secara detail tetang anjing dalam al-Qur‘an.

  6. Muhammad Taisir Dhabyaan Yordania dalam bukunya. Penemuan Besar Abad Ke 207 Petidur Tiga Abad Kisah-Kisah Ashabul Kahfi Cet, I; CV.

  Toha Putra Semarang 1983. Dalam pembahasan buku tersebut lebih kepada as-ha>b al-kahfi ini. Buku ini belum membahas secara umum bagaimana kisah tentang anjing dalam al-Qur‘an. Sehingga dengan ditulisnya skripsi ini diharap agar dapat membahas secara tuntas tentang anjing dalam al-Qur‘an.

  Setelah menelaah beberapa buku yang menjadi rujukan utama dalam penelitian tentang anjing, buku tersebut penjelasannya lebih kepada bahasan yang secara umum, sekalipun mencantumkan beberapa ayat tetapi tidak memberikan penjelasan yang lebih rinci dalam bentuk tafsiran al-Qur’an. untuk itu, berbeda dalam perspektif al- dengan penelitian ini. Penulis lebih terfokus kepada anjing

  Qur’an (kajian tafsir maud}u’i) yang ulasannya dalam bentuk tafsiran dan bukan hanya memberikan penjelasan-penjelasan singkat bahwa bagaimana hakikat anjing itu sendiri, dan bagaimana gambaran-gambaran anjing dalam kehidupan. Akan

  13 keistimewaan anjing dalam al-Qur’an dan terlebih lagi mengenai masalah penafsirannya dari ayat-ayat yang menyangkut tentang anjing.

E. Metode penelitian

  Dalam menguraikan tulisan ini, penulis menggunakan metode pendekatan, metode pengumpulan data, dan metode pengolahan data serta analisis data.

1. Metode Pendekatan

  Yang dimaksud dengan metode pendekatan adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai yang

  21 dikehendaki.

  Adapun pendekatan yang digunakan dalam objek studi kajian ini adalah ayat- ayat al-Qur’an. Olehnya itu, penulis menggunakan metode pendekatan tafsir. Untuk menganalisa data yang telah terkumpul penulis menggunakan metode tafsir maud}u>‘i>. kerja metode tafsir maud}u>‘i> yaitu menetapkan tema atau judul,

  Adapun prosedur menghimpun ayat-ayat al-Qur’an yang berkenaan dengan judul tersebut sesuai asba>b al-nuzu>l) ayat- kronologi urutan turunnya, menelusuri latar belakang turun ( ayat yang telah dihimpun, meneliti dengan cermat semua kata atau kalimat yang dipakai dalam ayat tersebut, terutama kosa kata yang menjadi pokok permasalahan di dalam ayat. Kemudian mengkaji dari semua aspek yang berkaitan dengannya, muna>sabah, pemakaian kata ganti (d}ami>r), dan seperti bahasa, budaya, sejarah, sebagainya, mengkaji pemahaman ayat-ayat tersebut dari pemahaman berbagai

  22 aliran dan pendapat para mufassir, baik yang klasik mupun yang kontemporer. 21 22 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Edisi III , h. 740.

  14 al-Farmawi merumuskan bahwa secara terinci prosedur yang hendak

  23

  ditempuh untuk menerapkan metode maud}u>‘i> (tematik) adalah sebagai berikut: a.

  Menetapkan masalah yang akan dibahas (topik).

  b.

  Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut.

  c.

  Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya, disertai pengetahuan asba>b al-nuzu>l –nya. tentang d. Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam suratnya masing-masing.

  e.

  Menyusun kerangka dalam pembahasan yang sempurna (outline).

  f.

  Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang relevan dengan pokok bahasan.

  g.