BAB V ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL - DOCRPIJM 1504143811BAB V

BAB V ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL RPIJM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung

  dalam hal lingkungan dan sosial untuk meminimalisir pengaruh negatif pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian aspek lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting lingkungan dan sosial, analisis dengan instrumen, serta pemetaan antisipasi dan rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan.

5.1 Aspek Lingkungan

  Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya oleh pemerintah Kota Magelang telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:

  1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:

  “Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)

  ”

  2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

  “Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang

  ”

  3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014: “Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim

  ”

  4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis: Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan.

  5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.

  Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.

  Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

  1. Pemerintah Pusat a. Menetapkan kebijakan nasional.

  b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.

  c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.

  d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL. e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

  f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.

  g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.

  h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup. i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat. j. Menetapkan standar pelayanan minimal.

  2. Pemerintah Provinsi a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.

  b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.

  c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

  d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.

  e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

  f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.

  g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

  3. Pemerintah Kota a. Menetapkan kebijakan tingkat kota.

  b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kota.

  c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL. d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

  e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

5.1.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

  Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

  KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain karena:

  1. RPIJM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.

  2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJM adalah karena RPIJM berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup

  KLHS disusun oleh Tim Satgas RPIJM Kota dengan dibantu oleh Dinas Lingkungan Hidup sebagai instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait langsung dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di kota. Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat mendorong terjadinya transfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan.

A. Tahapan Pelaksanaan KLHS

  Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPIJM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.

  Tahap 1 dilakukan dengan penapisan (screening) dengan menyusun Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Kriteria Penapisan Usulan Program/ Kegiatan Bidang Cipta Karya

  Penilaian Kesimpulan: No. Kriteria Penapisan Uraian (Signifikan/ Pertimbangan* Tidak Signifikan)

  

1. Perubahan Iklim Tidak banyak Tidak signifikan

pengaruh terhadap rencana program kegiatan

  

2. Kerusakan, kemerosotan, Tidak banyak Tidak signifikan

dan/atau kepunahan pengaruh terhadap keanekaragaman hayati rencana program kegiatan

  

3. Peningkatan intensitas dan Tidak banyak Tidak signifikan

cakupan pengaruh terhadap wilayah bencana banjir, longsor, rencana program kekeringan, dan/atau kegiatan kebakaran hutan dan lahan,

  Penilaian Kesimpulan: No. Kriteria Penapisan Uraian (Signifikan/ Pertimbangan* Tidak Signifikan)

  4. Penurunan mutu dan Penggunaan dan Signifikan kelimpahan pemanfatan sumber sumber daya alam air

  5. Peningkatan alih fungsi Terbatasnya lahan Signifikan kawasan ruang terbuka hijau hutan dan/atau lahan, yang dialihfungsikan sebagai lahan perumahan / perindustrian

  

6. Peningkatan jumlah penduduk Tidak banyak Tidak signifikan

miskin pengaruh terhadap atau terancamnya rencana program keberlanjutan penghidupan kegiatan sekelompok masyarakat

  7. Peningkatan risiko terhadap Kualitas air tanah Signifikan kesehatan dan keselamatan yang menurun akibat manusia tercemarnya sumber mata air akibat pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan

  Sumber : hasil analisa 2013

  Tahap ke-2 setelah adanya penapisan teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPIJM didukung dinas lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut:

  1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut: a) Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya.

  Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah: 1) Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan KLHS;

  2) Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

  3) Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh publik;

  4) Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses untuk menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan tentang pembangunan berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS.

Tabel 5.2 Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam Penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya

  Masyarakat dan Pemangku Lembaga Kepentingan Pembuat keputusan

  a. Walikota

  b. DPRD Penyusun kebijakan, rencana Dinas PU-Cipta Karya dan/atau program Instansi a. Dinas PU-Cipta Karya

  b. BPLHD Masyarakat yang memiliki a. Perguruan tinggi atau lembaga informasi dan/atau keahlian penelitian lainnya

  (perorangan/tokoh/ kelompok)

  b. Asosiasi profesi

  c. Forum-forum pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup d. LSM/Pemerhati Lingkungan hidup

  e. Perorangan/tokoh

  f. kelompok yang memiliki data dan informasi berkaitan dengan SDA Masyarakat terkena Dampak

  a. Lembaga Adat

  b. Asosiasi Pengusaha

  c. Tokoh masyarakat

  d. Organisasi masyarakat

  e. Kelompok masyarakat tertentu (pedagang,buruh, petani dll)

  b) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan: 1) penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut; 2) pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan 3) membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

Tabel 5.3 Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya

  Pengelompokan Isu-isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya Penjelasan Singkat* Lingkungan Hidup Permukiman Isu 1: Kecukupan air baku untuk air minum berkurangnya debit air akibat pemanfatan lahan diatas atau lereng Gunung Merapi. Kota Magelang mempunyai sumber air baku dari Mata Air Gunung Merapi dan Merbabu Isu 2: Pencemaran lingkungan oleh infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal pencemaran tanah oleh septictank yang bocor, pencemaran badan air oleh air limbah permukiman Isu 3: dampak kawasan kumuh terhadap kualitas lingkungan kawasan kumuh menyebabkan penurunan kualitas lingkungan

  Ekonomi Isu 4: kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan lingkungan pencemaran air mengurangi kesejahteraan masyarakat perkotaan

  Sosial Isu 5: Pencemaran menyebabkan berkembangnya wabah penyakit menyebarnya penyakit diare di permukiman kumuh

  Hasil analisa

  c) Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)

Tabel 5.4 Tabel Identifikasi KRP

  No. Komponen kebijakan , rencana / program Kegiatan Lokasi (Kelurahan)

  1. Pengembangan Permukiman 1). Program Perencanaan Tata Ruang

  1).Tersedianya dokumen RTRW dan Perda RTRW 2010-2030, dan Perda Kota Magelang

  No. Komponen kebijakan , Kegiatan Lokasi rencana / program (Kelurahan) RDTRK 2010-2020,RTH,dan RTBL, Kawasan Strategis

  Lingkungan Hidup ( Gunung Tidar ) 2).Tersedianya Informasi RTRW Kota Magelang kepada Masyarakat 3).Jumlah Ijin Lokasi yang sesuai dengan peruntukannya

  

2). Program Pengembangan 1).Pengembangan GOR Samapta

wilayah stretegis dan cepat Infrastruktur Kawasan ,Sidotopo, tumbuh Strategis dan Cepat Sentra Ekonomi Tumbuh sebanyak- Lembah banyaknya 4 kawasan Tidar,dan Alun

  • –alun

  2. Penataan Bangunan dan Lingkungan

1). Program Pembangunan 1).Rasio luas lingkungan Tersebar di 3

Perumahan permukiman kumuh Kecamatan (

  2).Rasio jumlah rumah layak Kec. Magelang huni Utara, Magelang 3).Tersedianya norma Tengah, ,standar, Pedoman,dan Magelang

  Kreteria ( NSPK ) Bidang Selatan) Permukiman ( non

  • –fisik ) 2).Program peningkatan 1).Cakupan pelayanan kesiagaan dan bencana kebakaran Pencegahan bahaya 2).Tingkat Waktu tanggap kebakaran daerah layanan Wilayah Manajemen Kebakaran

  3. Pengembangan Air Minum 1).Program Kelembagaan 1).Pendanaan 2).Program aspek 1).Rehabilitasi dan Operasional Optimalisasi

  

2).Pengembangan

  No. Komponen kebijakan , rencana / program Kegiatan Lokasi (Kelurahan) 3).Program aspek Keuangan 4).Program Aspek

  Pelayanan 1).Peningkatan bidang pelayanan pelanggan dan

pemasaran

  4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman 1). Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan

  Persampahan 2). Program pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

  3). Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam 4). Program Pengendalian Polusi 5). Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

  1).Prosentasi Penanganan Sampah ( SPA,TPSA ( Pengolahanitary Landfill) 1).Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB

  2).Pengembangan RTH Publik Pusat Kota ( Kaw. Alun- alun) 1).Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL

  2).Sempadan sungai yang dipakai bangunan liar. 1).Rasio ketersedian IPAL 1).Tersedianya Dokumen

  SLHD 2).Penegakkan Hukum Lingkungan Hidup Hasil analisa 2013

  2. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program untuk mengembangkan berbagai alternatif perbaikan muatan kebijakan, rencana, dan/atau program dan menjamin pembangunan berkelanjutan. Setelah dilakukan kajian, dan disepakati bahwa kebijakan, rencana dan/atau program yang dikaji potensial memberikan dampak negatif pada pembangunan berkelanjutan, maka dilakukan pengembangan beberapa alternatif untuk menyempurnakan rancangan atau merubah kebijakan, rencana dan/atau program yang ada.

  Beberapa alternatif untuk menyempurnakan dan atau mengubah rancangan kebijakan, rencana dan/atau program ini dengan mempertimbangkan antara lain:

  a. Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan, rencana, dan/atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.

  b. Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana, dan/atau program.

  c. Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan kebijakan, rencana, dan/atau program.

  d. Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program.

  3. Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS Untuk Kota Magelang yang baru menyusun dokumen

  KLHS RTRW Kota, maka belum bisa hasil olahan di dalam KLHS tersebut dapat dijadikan bahan masukan bagi kajian perlindungan lingkungan dalam RPIJM.

  KLHS merupakan instrumen lingkungan yang diterapkan pada tataran rencana- program. Sedangkan pada tataran kegiatan atau keproyekan, instrumen yang lebih tepat diterapkan adalah Amdal, UKL-UPL. Dan SPPLH. Tabel 5.5 menjelaskan beberapa perbedaan antara KLHS dan Amdal.

  239

  DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018

  BAB V ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL Tabel 5.5 Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDAL Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

  a) Rujukan Peraturan Perundangan i. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan

  Pengelolaan Lingkungan Hidup ii. Permen LH 09/2011 tentang Pedoman umum KLHS i. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ii. Permen PPU 10/PRT/M/2008 tentang jenis kegiatan bidang PU wajib UKL UPL iii. Permen LH 5/2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL b) Pengertian Umum

  Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

  Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap lingkungan.

  c) Kewajiban pelaksanaan Pemerintah dan Pemerintah Daerah Pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan yang masuk kriteria sebagai wajib AMDAL (Pemerintah/swasta) d) Keterkaitan studi lingkungan dengan: i. Penyusunan atau evaluasi RTRW, RPJP dan RPIM ii. Kebijakan, rencana dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan

  Tahap perencanaan suatu usaha dan atau kegiatan

  e) Mekanisme pelaksanaan i. pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/ atau program terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah; ii. perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program; dan i. Pemrakarsa dibantu oleh pihak lain yang berkompeten sebagai penyusun AMDAL ii. Dokumen AMDAL dinilai oleh komisi penilai AMDAL yang dibentuk oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya dan dibantu oleh Tim Teknis.

  240

  DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018

  iii. rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan, rencana, dan/atau program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan. iii. Komisi penilai AMDAL menyampaikan rekomendasi berupa kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan kepada

  Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. iv. Menteri, gubernur, dan bupati/walikota berdasarkan rekomendasi komisi penilai AMDAL menerbitkan

  Keputusan Kelayakan atau Ketidaklayakan lingkungan

  f) Muatan Studi Lingkungan i. Isu Strategis terkait Pembangunan Berkelanjutan ii. Kajian pengaruh rencana/program dengan isu- isu strategis terkait pembangunan berkelanjutan iii. Alternatif rekomendasi untuk rencana/program i. Kerangka acuan; ii. Andal; dan iii. RKL-RPL.Kerangka acuan menjadi dasar penyusunan Andal dan RKL-RPL. Kerangka acuan wajib sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan.

g) Output Dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan dalam suatu wilayah.

  Keputusan Menteri, gubernur dan bupati/walikota sesuai kewenangan tentang kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan.

  h) Outcome i. Rekomendasi KLHS digunakan sebagai alat untuk melakukan perbaikan kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan yang melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan. ii. segala usaha dan/atau kegiatan yang telah melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup sesuai hasil KLHS tidak diperbolehkan lagi. i. Dasar pertimbangan penetapan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan ii. Jumlah dan jenis izin perlindungan hidup yang diwajibkan iii. Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa sesuai yang tercantum dalam RKL RPL.

i) Pendanaan APBD Kota

  i. Kegiatan penyusunan AMDAL (KA, ANDAL, RKL-RPL) didanai oleh pemrakarsa,

BAB V ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

  241

  d. Dampak Kumulatif Peringatan dini atas adanya dampak komulatif Amat terbatas

  Proses dideskripsikan dengan jelas, mempunyai awal dan akhir

  h. Deskripsi proses Proses multi pihak, tumpang tindih komponen, KRP merupakan proses iteratif dan kontinu

  g. Kedalaman Luas dan tidak rinci sebagai landasan untuk mengarahkan visi dan kerangka umum Sempit, dalam dan rinci

  f. Alternatif Banyak alternative Alternatif terbatas jumlahnya

  Mengendalikan dan meminimalkan dampak negative

  e. Titik berat telaahan Memelihara keseimbangan alam, pembangunan berkelanjutan

  c. Fokus analisis Evaluasi implikasi lingkungan dan pembangunan berkelanjutan Identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan

  DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018

  b. Pendekatan Cenderung pro aktif Cenderung bersifat reaktif

  a. Posisi Hulu siklus pengambilan keputusan Akhir sklus pengambilan keputusan

  Lainnya:

  Masyarakat yang dilibatkan adalah: i. Yang terkena dampak; ii. Pemerhati lingkungan hidup; dan/atau iii. Yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL k) Atribut

  Masyarakat Masyarakat adalah salah satu komponen dalam kabupaten/kota yang dapat mengakses dokumen pelaksanaan KLHS

  ii. Kegiatan Komisi Penilai AMDAL, Tim Teknis dan sekretariat Penilai AMDAL dibebankan pada APBN/APBD iii. Jasa penilaian KA, ANDAL dan RKL-RPL oleh komisi AMDAL dan tim teknis dibiayai oleh pemrakarsa. iv. Dana pembinaan dan pengawasan dibebankan pada anggaran instansi lingkungan hidup pusat, provinsi dan kabupaten/kota j) Partisipasi

BAB V ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

  • Triarko Nurlambang dalam KLHS Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi Awal

  242

  DOKUMEN RPIJM 2014 - 2018

  i. Fokus pengendali an dampak

Fokus pada agenda pembangunan berkelanjutan Menangani gejala kerusakan lingkungan

j. Institusi Penilai

  Tidak diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan KLHS Diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan AMDAL

  Sumber: - hasil analisa

BAB V ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

5.1.2 Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH

  Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:

  1. Proyek wajib AMDAL

  2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL

  3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan k apasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut:

Tabel 5.6 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

  

No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran

A. Persampahan:

  a. Pembangunan TPA Sampah domestik dg sistem Control landfill/ sanitary landfill:

  • luas kawasan TPA, atau > 10 ha
  • Kapasitas Total > 100.000 ton

  b. TPA di daerah pasang surut:

  • luas landfill, atau semua kapasitas

  / besaran

  • Kapasitas Total

c. Pembangunan transfer station:

  > 500 ton/hari

  • Kapasitas

  d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah terpadu:

  

No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran

  • Kapasitas > 500 ton/hari

  e. Pengolahan dengan insinerator:

  • Kapasitas > 500 ton/hari

  f. Composting Plant:

  • Kapasitas semua kapasitas

g. Transportasi sampah dengan kereta api:

  • Kapasitas > 500 ton/hari

  B. Pembangunan Perumahan/Permukiman:

  a. Kota metropolitan, luas > 25 ha

  b. Kota besar, luas > 50 ha

  c. Kota sedang dan kecil, luas > 100 ha

  d. Keperluan settlement transmigrasi >2.000 ha

  C. Air Limbah Domestik

  a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang:

  • Luas, atau 2 ha

  > 11 m3/hari

  • Kapasitasnya

  b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk fasilitas penunjangnya: > 3 ha

  • Luas, atau

  > 2,4 ton/hari

  • Kapasitasnya

c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:

  > 500 ha

  • Luas layanan, atau

  > 16.000 m3/hari

  • Debit air limbah

D. Pembangunan Saluran Drainase (Primer dan/atau sekunder) di permukiman

  a. Kota besar/metropolitan, panjang: > 5 km

  b. Kota sedang, panjang: > 10 km

  

No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran

E. Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/ Metropolitan

  a. Pembangunan jaringan distribusi

  • Luas layanan > 500 ha

  b. Pembangunan jaringan transmisi

  • panjang > 10 km

  Sumber: Permen LH 5/2012

  Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib dilengkapi dokumen AMDAL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya tercermin dalam Tabel 5.7

Tabel 5.7 Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL

  Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

a. Persampahan i. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem

  controlled landfill atau sanitary landfill termasuk instansi penunjang:

  • Luas kawasan, atau < 10 Ha • Kapasitas total < 10.000 ton ii. TPA daerah pasang surut
  • • Luas landfill, atau < 5 Ha

    • Kapasitas total < 5.000 ton

    iii. Pembangunan Transfer Station

    • Kapasitas < 1.000 ton/hari

    iv. Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah Terpadu • Kapasitas < 500 ton v. Pembangunan Incenerator

    • Kapasitas < 500 ton/hari

    vi. Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos • Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha

  b. Air Limbah i. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Domestik/ (IPLT) termasuk fasilitas penunjang

  Permukiman

  • Luas < 2 ha
  • Atau kapasitas < 11 m3/hari

  Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

ii. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

  • Luas < 3 ha
  • Atau bahan organik < 2,4 ton/hari iii. Pembangunan sistem perpipaan air limbah (sewerage/off- site sanitation system) diperkotaan/ permukiman
  • Luas < 500 ha
  • Atau debit air limbah < 16.000 m3/hari

c. Drainase

i. Pembangunan saluran primer dan sekunder

  Permukaan

  • Panjang < 5 km

  Perkotaan ii. Pembangunan kolam retensi/polder di area/kawasan pemukiman

  • Luas kolam retensi/polder (1 – 5) ha

d. Air Minum i. Pembangunan jaringan distribusi:

  • luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha ii. Pembangunan jaringan pipa transmisi
  • Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d <10 km
  • Sedang/kecil, Panjang: 8 s.d. M 10 km
  • Pedesaan, Panjang : - iii. Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber air permukaan lainnya (debit)
  • Sungai danau : 50 lps s.d. < 250 lps
  • Mata air : 2,5 lps s.d. < 250 lps iv. Pembangunan Instalasi Pengolahan air lengkap
  • • Debit : > 50 lps s.d. < 100 lps

    v. Pengambilan air tanah dalam (debit) untuk kebutuhan:
  • Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara SPAM : 2,5 lps - < 50 lps
  • Kegiatan lain dengan tujuan komersil: 1,0 lps - < 50 lps

  

e. Pembangunan i. Pembangunan bangunan gedung di atas/ bawah tanah:

Gedung 1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2 2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2 3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2 4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri

  Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL ii. Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang melintasi prasarana dan atau sarana umum:

  1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran,perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2

  2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

  3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

  4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk

  Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL iii. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air: 1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2 2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

  3)

  Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

  4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

  Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

f. Pengembangan

  i. Kawasan Permukiman Sederhana untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), misalnya PNS, kawasan

  

TNI/POLRI, buruh/pekerja;

permukiman baru

  • Jumlah hunian: < 500 unit rumah;
  • Luas kawasan: < 10 ha ii. Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi lokal pedesaan (Kota Terpadu Mandiri KTM eks transmigrasi, fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan);
  • Jumlah hunian: < 500 unit rumah;
  • Luas kawasan: < 10 ha iii. Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap Bangun/

    Lingkungan Siap Bangun)

  • Jumlah hunian: < 500 unit rumah;

  < 10 ha

  • Luas kawasan:

  g. Peningkatan i. Penanganan kawasan kumuh di perkotaan dengan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar (basic need)

  Kualitas pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan penduduk;

  Permukiman

  • Luas kawasan: < 10 ha ii. Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil, kawasan perbatasan, dan pulau-pulau kecil;
  • Luas kawasan: < 10 ha iii. Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan ekonomi lokal (penanganan kawasan agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP)
  • Luas kawasan: < 10 ha

  

h. Penanganan i. Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh

berat di perkotaan metropolitan yang dilakukan dengan

  Kawasan Kumuh pendekatan peremajaan kota (urban renewal), disertai

  Perkotaan dengan pemindahan penduduk, dan dapat dikombinasikan dengan penyediaan bangunan rumah susun

  • Luas kawasan: < 5 ha

  Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008

  Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen UKL- UPL tetapi wajib dilengkapi dengan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).

Tabel 5.8 Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan pada Program Cipta Karya

  

No. Komponen Lokasi dan Program Amdal UKL/UPL SPPLH

Kegiatan Kegiatan

  1. Pengembangan

  1.Pembangunan Sarana Permukiman dan Prasarana Rumah

  Sederhana Sehat

  2. Pembangunan RUSUNAWA

  3. Penanganan Sanitasi Perkotaan

  2. Penataan

  1. Pembangunan Bangunan dan Jaringan Hidrant Kota Lingkungan

  2. Peningkatan Jalan Kawasan Sidotopo

  3. Rehabilitasi Sarana dan Prasarana Fasilitas GOR Samapta

  4. Peningkatan Jalan dan Drainase Kawasan Sentra Perekonomian Lembah Tidar

  5. Peningkatan Jalan dan Drainase Kawasan Sukarno- Hatta;

  6. Peningkatan Jalan dan Drainase Kawasan Alun-alun Kota;

  7. Kajian Lingkungan Kawasan Strategis Lindung Gunung Tidar;

  No. Komponen Kegiatan Lokasi dan Program Kegiatan Amdal UKL/UPL SPPLH

  3. Pengembangan Air minum

  1. Pembuatan revervoar 2000 m3 Lengkap dengan Perpipaan

  4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

  1. Pembangunan MCK++/ Septick tank komunal

  2. Pembangunan IPAL Komunal

  3. Rehabilitasi dan Peningkatan IPLT

  4. Pembangunan SPA Compacktor

  5. Peningkatan pembangunan dan pengelolaan TPA kota

  6. Pembangunan TPA Regional

  7. Penutupan TPA Banyu Urip

  8. Pembangunan Saluran Drainase Primer

  9. Pembangunan Saluran Drainase Sekunder

  Hasil analisa 2013

5.2 Aspek Sosial

  Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca pembangunan/ pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali khususnya dalam program kegiatan Pembangunan Rusunawa. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

  Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:

  1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional: ฀ Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana. ฀ Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.

  2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum: ฀ Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.

  3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014: ฀ Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar. ฀ Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.

  4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan ฀ Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.

  5. Instruksi Presiden No.

  9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional ฀ Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.

  Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah:

  1. Pemerintah Pusat:

  a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.

  b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yangbersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.

  c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat pusat.

  d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

  2. Pemerintah Provinsi:

  a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.

  b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.

  c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, d. pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat provinsi.

  e. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat provinsi berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

  3. Pemerintah Kota:

  a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kota.

  b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di kota.

  c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat kota.

  d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, e. Penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat kota berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya

  

5.2.1 Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang

Cipta Karya

5.2.1.1 Kemiskinan

  Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindak- lanjuti adalah isu kemiskinan. Kajian aspek sosial lebih menekankan pada manusianya sehingga yang disasar adalah kajian mengenai penduduk miskin, mencakup data eksisting, persebaran, karakteristik, sehingga kebutuhan penanganannya bias teratasi.

1. Penduduk Miskin dan Keluarga Miskin per Kecamatan

  Berdasarkan data dari Kantor Litbang Jumlah Jiwa Miskin tertinggi berada di Kecamatan Magelang Selatan yakni sebesar 6.049 jiwa terutama ada di Kelurahan Rejowinangun Selatan yakni sebesar 1.919 jiwa, sedangkan Jumlah Jiwa Miskin terendah berada di Kecamatan Magelang Utara yakni sebesar 3.134 jiwa terutama ada di Kelurahan Kramat Utara yakni sebesar 120 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat dalam Tabel 5.9.

Tabel 5.9 Jumlah Jiwa Miskin per Kecamatan

  Jiwa Jiwa Jiwa Jml Jiwa No. Kelurahan Sangat % yang ada Miskin Miskin

  Miskin (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 41.985 4.191 1.858 6.049 A Magelang Selatan

  14,41%

  1 Jurangombo 6.55 496 44 540 8,24% Selatan

  2 Jurangombo Utara 4.194 599 8 607 14,47%

  

3 Magersari 8.521 992 420 1.412 16,57%

  

4 Rejowinangun 8.924 1.288 631 1.919 21,50%

Selatan

  

5 Tidar Selatan 5607 522 127 649 11,57%

  

6 Tidar Utara 8189 294 628 922 11,26%

B Magelang Tengah 48.925 4.55 1.481 6.031 12,33%

  1 Kemirirejo 6.202 729 55 784 12,64%

  

2 Cacaban 8.074 1.199 212 1.411 17,48%

  3 Magelang 7.876 876 43 919 11,67%

  4 Panjang 6.695 456 13 469 7,01%

  

5 Gelangan 7.922 348 644 992 12,52%

  

6 Rejowinangun 12.156 942 514 1.456 11,98%

Utara

C Magelang Utara 37.287 2.258 876 3.134 8,41%

  1 Potrobangsan 8.783 490 92 582 6,63%

  

2 W ates 8.816 618 354 972 11,03%

  3 Kedungsari 7.237 261 1 262 3,62%

  

4 Kramat Selatan 7.841 769 429 1.198 15,28%

  

5 Kramat Utara 4.610 120 120 2,60%

- Jumlah 128.197 10.999 4.215 15.214 11,87 %

  Sumber: Daerah Dalam Angka, 2013

2. Jumlah Rumah per Kecamatan

  Jumlah keluarga yang ada ternyata tidak sama dengan jumlah rumah. Jumlah keluarga secara keseluruhan adalah 38.490 KK namun jumlah rumah yang ada saat ini adalah 29.985 rumah dengan kategori Permanen, Semi Permanen, Papan/ Kayu, Bambu/ lainnya. Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan sesuai dengan tingkat kekumuhan yakni Rumah dengan kategori Semi Permanen, Papan/ Kayu, Bambu/ lainnya sebesar 8755 Rumah atau 29,2 % dari Jumlah Keseluruhan Rumah yang ada di Kota Magelang.

  Jumlah rumah dengan kategori kumuh tertinggi ada di Kecamatan Magelang Tengah yakni sebesar 3680 atau 31, 9 % dari jumlah keseluruhan rumah yang ada di Kota Magelang.

  3 Magelang 1.143 487 137 123

  79 39 2.657 JUMLAH 21230 5751 2377 627 29985

  5 Kramat Utara 2.028 511

  19 16 - 1.499

  4 Kramat Selatan 1.464

  25 3 1.963

  3 Kedungsari 1.583 352

  

2 W ates 1.228 556 330 137 2.251

  

1 Potrobangsan 1.038 407 258 - 1.703

  52 75 - 1.977

C Magelang Utara 7341 1845 708 179 10073

  1.85

  6 Rejowinangun Utara