ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMAMPUAN IBU MERAWAT BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) BERDASARKAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR DI KABUPATEN MANGGARAI-NTT Repository - UNAIR REPOSITORY

  Halaman Judul dan Prasyarat Gelar

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMAMPUAN

  

IBU MERAWAT BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

BERDASARKAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR DI KABUPATEN

MANGGARAI-NTT

  PENELITIAN DESKRIPTIF ANALITIK Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi

  Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan UNAIR Oleh :

  Yohanes Pemandi Doka NIM. 131611123061 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

  2017 Lembar Pernyataan

SURAT PERNYATAAN

  Saya bersumpah bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi manapun.

  

ii Lembar Persetujuan

iii

  SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG.... YOHANES PEMANDI DOKA

  Lembar Penetapan Panitia Penguji

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

iv

  Sebagai civitas akademik Universitas Airlangga, saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Yohanes Pemandi Doka NIM : 131611123061 Program Studi : Pendidikan Ners Fakultas : Keperawatan Jenis Karya : Skripsi Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Airlanga Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty

  Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

“Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kemampuan Ibu Merawat

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Berdasarkan Theory of Planned Behavior

Di Kabupaten Manggarai- NTT”,

  beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas royalti Noneksklusif ini, Universitas Airlangga berhak menyimpan, alihmedia/format, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

  

v

  SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG.... YOHANES PEMANDI DOKA

  

MOTTO

BERSAKIT-SAKIT DAHULU BERSENANG-

SENGANGLAH KEMUDIAN

  Ucapan Terima Kasih

vi

  

vii

  SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG.... YOHANES PEMANDI DOKA

  

Ucapan Terima Kasih

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan bimbinganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

  

KEMAMPUAN IBU MERAWAT BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

BERDASARKAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR DI KABUPATEN

MANGGARAI-

  NTT”. Skripsi ini merupakan salah satu prasyarat untuk

  memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

  Bersama ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada:

  1. Prof. Dr. Nursalam, M. Nurs (Hons), selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga-Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan fasilititas kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga program Studi Pendidikan Ners

  2. Ibu Tiyas Kusumaningrum, S.Kep.,Ns., M.Kep dan ibu Iqlima Dwi Kurnia, S.Kep.,Ns., M.Kep selaku pembimbing, yang telah meluangkan waktu tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan yang sangat berarti dalam penyusunan skripsi ini

  3. Ibu Eka Mishbahatul M.HAS, S.Kep.,M.Kep selaku penguji skripsi yang telah memberikan masukan untuk perbaikan tulisan ini

  4. Pemerintah Kabupaten Manggarai yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian di Kabupaten Manggarai

  5. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai beserta staf yang telah memberikan data dan ijin penelitian serta masukan untuk perbaikan proposal penelitian

  6. Kepala Puskesmas sewilayah Kabupaten Manggarai yang telah membantu penulis dalam pengambilan data penelitian

  7. Para petugas kesehatan di pustu maupun polindes beserta kader kesehatannya yang telah membantu penulis menyelesaikan penelitian ini

  8. Para responden yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan data sesuai dengan yang direncanakan

  

viii

  9. Semua dosen dan staf administrasi di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga program Studi Pendidikan Ners

  10. Pak Hendi, Pak Duha, Pak Udin, Bu Nur, Bu Ani, yang telah membantu kelancaran ujian

  11. Istriku Elviana dan anakku Keysha terima kasih untuk dukungan dan doanya

  12. Keluarga tercinta : Bapak Paulus, Ibu Rebeka, Bapak Frans, Ibu Anas, Mama Michel, Bapa Michel, Esti, Ilen, Evan, Vister, Bapa Iam, dan Mama Iam terima kasih untuk dukungan dan doanya

  13. Teman- teman seperjuangan Bu Lusi, K’Gerdi, Bu Nurul, Bu Nina, Galih, Hesea, Nayang, Mario, Retno, kelompok II (Bu Tiur,Mba Erna, Mba Riska, Mba Enny, Mba Renny, dan Mba Intan) dan semua teman-teman yang belum disebutkan

  14. Teman-teman keluarga B19 yang telah memberikan semangat untuk penyelesaian penulisan ini

  15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penelitian ini Semoga Tuhan selalu memberikan berkat dan rahmat kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, namun penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca sekalian

  Surabaya, Desember 2017 Penulis

  Abstrak

  

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMAMPUAN

  

IBU MERAWAT BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

BERDASARKAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR DI KABUPATEN

MANGGARAI-NTT

  PENELITIAN DESKRIPTIF ANALITIK Oleh: Yohanes Pemandi Doka

  

Pendahuluan: Kemampuan ibu merawat bayi berat lahir rendah perlu

  ditingkatkan supaya bayi terhindar dari kecacatan dan kesakitan. Theory of

  

planned behavior dapat dipakai sebagai dasar untuk menjelaskan kemampuan ibu

  merawat bayi BBLR. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan faktor yang berhubungan dengan kemampuan ibu dalam merawat BBLR berdasarkan theory

  

of planned of behavior di Kabupaten Manggarai-NTT. Metode: Desain yang

  digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan

  

cross-sectional. Populasi adalah semua ibu yang memiliki BBLR di kabupaten

  Manggarai-NTT pada bulan Januari s.d September 2017. Jumlah sampel sebanyak 57 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, norma subjektif, perceived behavior control, dan intensi. Variabel dependen adalah kemampuan ibu merawat bayi berat lahir rendah. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang dimodifikasi dari teori Ajzen (2005) dan dianalisis menggunakan regresi logistik dengan tingkat signifikansi ≤ 0,05. Hasil: Hasil menunjukkan bahwa pengetahuan (p=0,002), sikap (p=0,033), norma subjektif (p=0,016), dan perceived behavior control (p=0,12) mempunyai hubungan dengan kemampuan ibu merawat BBLR sedangkan intensi (p=0,087) tidak berhubungan dengan kemampuan ibu merawat BBLR. Diskusi: Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan, sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control berhubungan dengan kemampuan ibu merawat BBLR sedangkan intensi tidak berhubungan dengan kemampuan ibu merawat BBLR. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan kembali penelitian ini secara lebih mendalam terkait penambahan variabel-variabel yang diketahui berhubungan dengan kemampuan ibu merawat bayi BBLR di Kabupaten Manggarai seperti: pengaruh budaya, peran keluarga, kebijakan- kebijakan pemerintah dan sebagainya.

  Kata Kunci: pengetahuan, sikap, norma subjektif, perceived behavior control, intensi, kemampuan ibu merawat BBLR

  

ix

  SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG.... YOHANES PEMANDI DOKA

  

ABSTRACT

FACTORS RELATED TO MOTHER ’S COMPETENCY IN CARING FOR

  

LOW BIRTH WEIGHT BABY BASED ON THEORY OF PLANNED

BEHAVIOR

  A Descriptive Analysis Study

  

By: Yohanes Pemandi Doka

Introduction: Mother competency in caring for low birth weight baby should be

  improved to avoid infant’s from disability and morbidity. The theory of planned behavio r can be used to explain mother’s competency in caring for low birth weight baby. This study was aimed to analize factors related the mother’s competency in caring for low birth weight baby. Methods: The design used in this study was descriptive analysis with cross sectional approach. The population was all mother who have low birth weight baby in Manggarai NTT at Januari to September 2017. Total sample was 57 respondents, taken according to inclusion criteria. The independent variabels were knowledge, attitude, subjective norm, perceived behavior control and intention. The dependent variabel was mother

  ’s competency in caring for low birth weight baby. Data were collected using a modified questionnaire from Ajzen Theory and were analyzed using logistic regression test with significance level

  ≤ 0,05. Result: Result showed that knowledge (p=0,02), attitude (p=0,033), subjective norm (p=0,016), and perceived behavior control (p=0,087) have correlation with mother

  ’s competency in caring for low birth weight baby. However, intention (p=0,087) has no correlation with mother

  ’s competency. Discussion: It can be concluded that better knowledge, attitude, subjectif norm, and perceived behavior control increase mother

  ’s competency in caring for low birth weight baby while intention didn’t proved the same. Further studies the variabel that is related to mother ’s competency in caring for low birth weight baby, like culture influence, familly supported, and goverment policies need to be proposed.

  

Keywords: knowledge, attitude, subjective norm, perceived behavior control,

intention, mother ’s competency in caring for low birth weight baby

x

  

DAFTAR ISI

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

xi

  SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG.... YOHANES PEMANDI DOKA

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

Daftar Isi

xii

  

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Perawatan Metode Kanguru ................... 18Tabel 2.2 Keyword Development .......................................................... 31Tabel 2.3 Keaslian Penelitian ................................................................ 32Tabel 4.1 Definisi Operasional Penelitian ............................................ 40Tabel 4.2 Blue Print Instrumen Pengetahuan ....................................... 44Tabel 4.3 Blue Print Instrumen Sikap ................................................... 45Tabel 4.4 Blue Print Instrumen Norma Subjektif ................................. 46Tabel 4.5 Blue Print Instrumen Perceived Behavioral Control ............ 47

  Tabel 4,6 Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan ................................... 49

Tabel 4.7 Uji Validitas Kuesioner Sikap .............................................. 50Tabel 4.8 Uji Validitas Kuesioner Norma Subjektif Ibu ...................... 51Tabel 4.9 Uji Validitas Kuesioner Perceived Behavior Control........... 51Tabel 4.10 Uji Validitas Kueosioner Intensi ......................................... 52Tabel 4.11 Uji Validitas Kuesioner Kemampuan ................................. 52Tabel 5.1 Distribusi Responden ............................................................ 67Tabel 5.2 Distribusi Pengetahuan Responden ....................................... 68Tabel 5.3 Distribusi Sikap Responden .................................................. 69Tabel 5.4 Distribusi Norma Subjektif Responden ................................ 69Tabel 5.5 Distribusi Perceived Behavioral Control .............................. 70Tabel 5.6 Distribusi Intensi Responden ................................................ 70Tabel 5.7 Distribusi Kemampuan Responden ....................................... 71Tabel 5.8 Hasil Uji Hubungan Variabel ................................................ 71

  

xiii

  SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG.... YOHANES PEMANDI DOKA

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Theory of Planned Behavior .................................................... 31Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ............................................................... 35Gambar 4.1 Kerangka Operasional .............................................................. 61

  

xiv

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Surat Permohonan Survei Pengambilan Data Awal ............. 96 Lampiran 2 Surat Permohonan Fasilitas Pengambilan Data Penelitian ... 97 Lampiran 3 Surat Izin Penelitian.............................................................. 98 Lampiran 4 Surat Keterangan Lolos Kaji Etik ......................................... 99 Lampiran 5 Lembar Penjelasan Penelitian Bagi Responden ................. 100 Lampiran 6 Lembar Permohonan untuk Menjadi Responden ............... 103 Lampiran 7 Informed Consent ............................................................... 104 Lampiran 8 Kuesioner Data Demografi ................................................. 105 Lampiran 9 Tabulasi Data Penelitian ..................................................... 116 Lampiran 10 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas ...................................... 129 Lampiran 11 Hasil Uji Statistik Variabel Penelitian ................................ 139

  

xv

  SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG.... YOHANES PEMANDI DOKA

DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH

  

xvi

  A : Analisis ASI : Air susu ibu BB : Berat Badan BBLR : Bayi berat lahir rendah BBLASR : Bayi Berat lahir amat sangat rendah BBLSR : Bayi Berat Lahir sangat Rendah D : Desain g/L : gram/liter H1 : hipotesis

  IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia IgA : Antibodi A IgG : Antibodi G IgM : Antibodi M I : Instrumen KEMKES : Kementrian Kesehatan Kkal/L : Kilo kalori/liter KMC : Kangaroo Mother Care KMK : Kecil masa kehamilan LC-PUFA : Long Chain Polysaturated Fati Acids NCB-KMK : Neonatus cukup bulan-kecil masa kehamilan NKB-KMK : Neonatus kurang bulan kecil untuk masa kehamilan NLB-KMK : Neoantus lebih bulan-kecil untuk masa kehamilan NTT : Nusa Tenggara Timur PBC : Perceived Behavioral control PMK : Perawatan Metode Kanguru S : Sampel V : Variabel WHO : World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Angka kematian dan kesakitan bayi berat lahir rendah masih menjadi masalah baik secara global maupun nasional. Mayoritas kematian pertahun disebabkan oleh komplikasi bayi berat lahir rendah (WH0, 2012). Perawatan bayi berat lahir rendah perlu dilakukan dengan baik supaya terhindar dari kecacatan dan kesakitan (Murdoc dan Less, 2009). BBLR sering mengalami gangguan pengaturan suhu tubuh yang mengakibatkan hipotermi, refleks menelan yang lemah yang mengakibatkan tidak tercukupinya kebutuhan ASI, dan gangguan pada sistem pertahanan tubuh yang mengakibatkan mudahnya bayi mengalami infeksi (Proverawati & Ismawati, 2010). Studi pendahuluan yang dilakukan di Kabupaten Manggarai pada bulan September 2017 kepada 5 orang ibu yang memiliki BBLR, diketahui bahwa 3 orang ibu masih memberikan susu formula, dan 5 orang ibu tidak mencuci tangan sebelum memberikan ASI kepada bayinya dan 1 orang ibu tidak memakaikan topi pada bayinya.

  Kemampuan ibu dalam merawat BBLR tidak datang dengan sendirinya tetapi dipengaruhi oleh faktor perilaku ibu. Fishbein dan Ajzen (1975) menyebutkan faktor perilaku terbagi dalam beberapa faktor penentu, yaitu attitude

toward the behavior, subjective norm, perceived behavioral control dan intention.

  Berbagai faktor itu saling berhubungan satu dengan yang lain namun sampai saat ini faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan ibu merawat bayi berat lahir rendah belum pernah diteliti sebelumnya sehingga belum dapat dijelaskan.

  

1 SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG.... YOHANES PEMANDI DOKA Bayi berat lahir rendah merupakan kelompok yang rentan mengalami berbagai masalah kesehatan. Secara global, 15%-20% dari 20 juta kelahiran/tahun merupakan berat badan lahir rendah. Sekitar 1,1 juta kematian bayi di dunia disebabkan oleh komplikasi BBLR (WH0, 2012). Kejadian BBLR secara nasional memiliki rata-rata sebesar 10,2% dan 10% balita Indonesia dilahirkan dengan berat badan lahir rendah pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013).

  Berdasarkan profil kesehatan propinsi NTT, pada tahun 2011 jumlah kasus BBLR sebanyak 3.484 bayi mengalami peningkatan pada tahun 2012 sebesar 3.911 bayi selanjutnya pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 4.457 bayi dan mengalami peningkatan pada tahun 2014 sebesar 5.577 bayi dari 133.977 kelahiran hidup (Profil Kesehatan NTT, 2015). Kejadian BBLR di Kabupaten Manggarai mengalami peningkatan selama 3 tahun terakhir. Pada tahun 2014, kasus BBLR adalah 114 kasus (Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai, 2014), 276 kasus BBLR terjadi pada tahun 2015 (Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai, 2015) 291 kasus BBLR pada tahun 2016 (Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai, 2016) dan pada Januari s.d Juli 2017 kasus BBLR sudah mencapai 202 kasus (Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai, 2017).

  Tingginya kejadian BBLR ini jika tidak diimbangi dengan kemampuan ibu dalam merawat bayi bisa menyebabkan masalah kesehatan. Rustina (2015) menyatakan bahwa bayi prematur atau BBLR mempunyai kecenderungan lebih tinggi untuk dirawat kembali pada tahun pertama kehidupannya, yaitu 25 % sampai 50 % dibandingkan bayi cukup bulan yang presentasenya antara 8 % sampai 10 %. Sekitar 7,4 % bayi prematur atau BBLR harus dirawat ulang pada dua minggu pertama setelah keluar dari rumah sakit karena aspirasi susu, diare, SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG.... YOHANES PEMANDI DOKA dan infeksi. Bayi baru lahir rentan sekali terhadap penyakit yang berpengaruh pada kelangsungan hidupnya. Hal ini terjadi karena kondisi sistem tubuh bayi yang belum stabil. Ahmad et al. (2012) menyatakan terdapat hubungan berat lahir dengan status kesehatan bayi. Bayi dengan berat badan < 2500 gram memiliki status kesehatan yang buruk dibandingkan dengan bayi berat lahir ≥2500 gram. Bayi berat lahir rendah (<2500 gram) berisiko mati pada periode neonatal dini 6 kali lebih besar daripada berat lahir normal.

  Ibu mempunyai peranan yang sangat penting dalam merawat bayi baru lahir. Kemampuan ibu menentukan status sehat dan sakit BBLR. Kemampuan ini mencerminkan keyakinan seorang wanita bahwa dia mampu dalam menjalankan tugas pengasuhan sebagai seorang ibu (Ngai & Chan, 2009). Silaban (2010) menyebutkan pengetahuan berhubungan dengan kemampuan ibu merawat bayi.

  Pengetahuan yang baik membuat ibu mempunyai kemampuan yang baik juga dalam merawat bayi BBLR. Selain itu, adanya sikap negatif terhadap BBLR berpengaruh terhadap kemampuan ibu dalam merawat bayi tersebut (Nabiwemba

  

et al. , 2014). Kepercayaan ibu dalam bentuk dukungan keluarga mengambil

  keputusan tentang cara perawatan BBLR mempengaruhi perawatan bayi (Girsang, 2009). Ketidakmampuan ibu merawat bayi dapat menimbulkan komplikasi pada bayi meliputi infeksi, masalah pernapasan, masalah gastrointestinal, keterlambatan perkembangan dan masalah minum menyebabkan BBLR harus dirawat kembali ke rumah sakit bahkan kematian (Rustina, 2015).

  Berbagai upaya sudah dilakukan untuk meningkatkan kemampuan ibu dalam perawatan BBLR. Promosi kesehatan tentang perawatan dengan motode kanguru dan pentingnya pemberian ASI eksklusif dilakukan saat perencanaan pulang dari SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG.... YOHANES PEMANDI DOKA rumah sakit. Puskesmas sudah melakukan kegiatan kunjungan neonatus selama 3 kali sampai bayi berusia 28 hari pada minggu pertama yang bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar seperti monitoring suhu tubuh bayi, pemeriksaan fisik, konseling, promosi kesehatan tentang tanda-tanda bahaya pada bayi dan perawatan tali pusat . Keterlibatan keluarga merawat bayi dirumah sakit memberikan rasa aman, meningkatkan kemampuan dalam merawat diri dan bayinya, dan mempromosikan kesejahteraan ibu dan bayi. Perencanaan pulang dapat menurunkan rawat ulang dan meningkatkan percaya diri orangtua dalam merawat bayinya dirumah. Kunjungan neonatus pada minggu pertama dilakukan agar ibu tahu dan bisa mendeteksi secara dini masalah kesehatan bayinya (Rustina, 2015).

  Teori perilaku terencana (Theory of Planned Behavior) merupakan prediksi perilaku melalui pendekatan psikologi sosial untuk pemahaman dan memprediksi beberapa faktor penentu perilaku kesehatan. Melalui teori ini, peneliti berharap bisa menemukan faktor perilaku yang mempengaruhi kemampuan ibu merawat BBLR. Fishbein dan Ajzen (1975) menyebutkan bahwa perilaku yang ditampilkan oleh seseorang dipengaruhi oleh intensi untuk melakukan suatu tingkah laku.

  Intensi, yaitu niat atau keinginan ibu merawat BBLR. Intention ini ditentukan oleh tiga faktor penentu, yaitu attitude toward the behavior, yaitu penilaian ibu tentang perawatan BBLR yang menghasilkan sikap terhadap perilaku positif atau negatif,

  

subjective norm , yaitu persepsi ibu tentang harapan suami, keluarga, dan tenaga

  kesehatan terhadap perawatan BBLR, dan perceived behavioral control, yaitu penilaian ibu mengenai situasi atau kondisi yang mendorong atau menghambat perawatan BBLR. Selain itu, intensi dipengaruhi oleh background factors yang SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG.... YOHANES PEMANDI DOKA meliputi faktor personal (sikap umum seseorang terhadap sesuatu, nilai hidup, emosi, dan kecerdasaan yang dimiliki), faktor sosial (usia, jenis kelamin, etnis, pendidikan, penghasilan dan agama), dan faktor informasi berkaitan dengan pengetahuan ibu tentang perawatan BBLR. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam melakukan promosi kesehatan dan kebijakan yang telah dilakukan dalam upaya meningkatkan kemampuan ibu merawat BBLR.

  1.2 Rumusan Masalah

  Apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan ibu dalam merawat bayi berat lahir rendah (BBLR) berdasarkan theory of planned behavior di Kabupaten Manggarai-NTT ?

  1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1 Tujuan Umum Menjelaskan faktor yang berhubungan dengan kemampuan ibu dalam merawat BBLR di Kabupaten Manggarai-NTT.

  1.3.2 Tujuan Khusus

  1. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan kemampuan ibu merawat bayi berat lahir rendah.

  2. Menganalisis hubungan sikap dengan kemampuan ibu merawat bayi berat lahir rendah.

  3. Menganalisis hubungan norma subjektif dengan kemampuan merawat bayi berat lahir rendah.

  4. Menganalisis hubungan perceived behavioral control dengan kemampuan ibu merawat bayi berat lahir rendah.

  SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG.... YOHANES PEMANDI DOKA

  5. Menganalisis hubungan intensi dengan kemampuan ibu merawat bayi berat lahir rendah.

1.4 Manfaat

  1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu

  Keperawatan Maternitas yang berkaitan dengan kemampuan ibu dalam merawat BBLR pada periode neonatal.

  1.4.2 Manfaat Praktis

  1. Bagi Responden Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada responden untuk menambah wawasannya dalam peningkatan kemampuan dalam merawat BBLR.

  2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai-NTT Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam melakukan intervensi selanjutnya berkaitan dengan kebijakan yang akan diambil.

  3. Bagi Perawat Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan secara komprehensif dan berkualitas, khususnya dalam meningkatkan kemampuan ibu merawat BBLR pada periode neonatal.

  4. Bagi Peneliti Peneliti dapat mengembangkan ilmu keperawatan maternitas dan menambah wawasan pengetahuan peneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan ibu dalam merawat BBLR pada periode neonatal.

  SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG.... YOHANES PEMANDI DOKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Bayi Baru Lahir

  Bayi baru lahir atau biasa disebut neonatus adalah bayi yang berusia 0 sampai dengan 28 hari. Periode ini merupakan masa kritis bayi untuk bertahan hidup baik pada hari pertama, minggu pertama maupun bulan pertama (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Sejumlah adaptasi psikologis dan fisiologis mulai terjadi pada tubuh bayi guna memastikan kemampuan bertahan hidup.

  Fraser & Cooper (2009) menyatakan bahwa bayi baru lahir memerlukan pemantauan yang ketat agar bayi dapat melakukan transisi terhadap kehidupan baru diluar uterus. Perubahan suhu lingkungan merupakan adaptasi yang perlu dilakukan oleh bayi. Bayi juga melakukan metabolisme dan melaksananakan segala sistem tubuhnya sendiri seperti bernapas, mencerna, eliminasi, dan sebagainya yang sebelumnya sepenuhnya dibantu oleh ibunya. Resiko yang dihadapi bayi untuk mengalami gangguan sangat besar sehingga bayi memerlukan adaptasi secara bertahap. Bayi baru lahir merupakan sasaran utama dan pertama pemberian ASI. Sebab apabila dari awal tidak dikenalkan dengan ASI, maka proses pemberian ASI selanjutnya dapat terhambat dan gagal. Kegagalan dalam pemberian ASI akan mengakibatkan beberapa masalah diantaranya diare, kelebihan berat badan, malnutrisi, berbagai penyakit infeksi.

  

7

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG.... YOHANES PEMANDI DOKA

2.2 Konsep Bayi Berat Lahir Rendah

  2.2.1 Definisi BBLR BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan < 2500 gram tanpa memandang usia kehamilan yang diukur dalam 1 jam atau 24 jam setelah lahir

  (Kementerian Kesehatan, 2011). Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan < 2500 gram tanpa memandang status kehamilanya (Norwitz, 2013).

  BBLR adalah bayi dengan berat badan lahir < 2500 gram yang menjadi masalah kesehatan dunia dan dihubungkan dengan dampak jangka pendek dan jangka panjang (WHO, 2014). Berat badan lahir rendah memiliki makna yang hampir setara dengan kehamilan < 37 minggu (Saudah, 2016).

  2.2.2 Penyebab BBLR Penyebab terjadinya BBLR bersifat multifaktorial sehingga petugas kesehatan atau ibu mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan

  (Porverawati, 2010). Bayi berat lahir rendah terjadi karena adanya gangguan pada sirkulasi plasenta sehingga nutrisi bagi janin tidak mencukupi untuk terjadinya pertumbuhan dan perkembangan. Berbagai faktor penyebab BBLR dikelompokkan kedalam beberapa kategori meliputi faktor sosial demografi (faktor pokok yang menyebabkan terjadinya BBLR, usia ibu, etnis, tingkat pendidikan, dan status kehamilan), adanya gangguan kesehatan sebelum hamil (seperti hipertensi kronis, penyakit ginjal, gangguan metabolisme glukosa, dan penyakit jantung kronis), faktor resiko yang terjadi saat hamil (hipertensi dalam kehamilan, diabetes, status gizi ibu, jarak kehamilan, kehamilan ganda, anemia, infeksi dan fetal congenital anomali), antenatal care yang tidak teratur, dan SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG.... YOHANES PEMANDI DOKA faktor lingkungan dan perilaku beresiko yang meliputi pekerjaan dan stres psikososial, merokok, konsumsi alkohol, konsumsi kafein, obat-obatan, dan terpapar dengan substansi beracun (Valero De Bernabé et al., 2004).

  BBLR terjadi karena persalinan kurang bulan yang diakibatkan oleh uterus tidak mampu menahan janin, gangguan selama hamil, dan lepasnya plasenta lebih cepat dari waktunya. Selain itu BBLR juga terjadi karena adanya gangguan sirkulasi nutrisi ibu ke janin, faktor ibu (paritas, infertilitas, abortus spontan sebelumnya, bahan teratogenik, penyakit kronis, dan keadaan insufisiensi plasenta), faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan ganda, malformasi, tumor, dan plasenta previa. Faktor janin dapat menyebabkan terjadinya BBLR seperti kelainan kromosom, malformasi, infeksi kongenital, kehamilan ganda, dan ketuban pecah dini (Manggiasih & Jaya, 2016)

  Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RSIA Kedangsari Surabaya adalah umur kehamilan, kehamilan ganda, hipertensi dan anemia (Purwanto, 2016). Hal ini sesuai juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosha et al. (2012) bahwa usia kandungan saat persalinan, jumlah pemeriksaan kehamilan (ANC), kebiasaan merokok, dan tinggi badan ibu berhubungan dengan determinan BBLR di NTT, Papua, dan Kalimantan Tengah. Berdasarkan penelitian Yuliati (2016), ada hubungan antara pedidikan, pendapatan keluarga, asupan gizi, pemeriksaan kehamilan, kurang energi kronis, dan anemia dengan kejadian BBLR di Kabupaten Gresik.

  • –kecil masa kehamilan (NCB-KMK)

  SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG.... YOHANES PEMANDI DOKA

  2.2.3 Klasifikasi BBLR Menurut Manggiasih & Jaya (2016), BBLR dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

  1. Berdasarkan Berat badan lahir

  a. BBLR : Berat badan < 2500 gram

  b. BBLSR : Berat badan 1000 gram-1500 gram

  c. BBLASR : Berat badan < 1000 gram

  2. Berdasarkan umur kehamilan

  a. Prematur Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan < 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau biasa disebut neonatus kurang bulan-sesuai masa kehamilan (NKB-SMK).

  b. Dismatur Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan yang dapat terjadi pada kelahiran preterm, term dan postterm atau biasa disebut juga neonatus kurang bulan-kecil untuk masa kehamilan (NKB-KMK).

  c. Neonatus cukup bulan

  d. Neonatus lebih bulan-kecil masa kehamilan (NLB-KMK) Menurut Kementrian Kesehatan (2011), BBLR dapat dibagi menjadi dua berdasarkan penyebabnya, yaitu :

  1. Bayi kurang bulan atau prematur Adalah bayi yang lahir pada umur kehamilan < 37 minggu atau biasa disebut bayi prematur. Bayi ini mempunyai berat badan yang sesuai untuk usia kehamilan (neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan). Sebagian bayi kurang bulan belum siap untuk hidup diluar kandungan dan mendapatkan kesulitan untuk mulai bernafas, menghisap, melawan infeksi, dan menjaga tubuhnya agar tetap hangat.

  2. Bayi kecil masa kehamilan atau dismaturitas Adalah bayi yang tidak tumbuh dengan baik didalam kandungan selama kehamilan dengan berat badan bayi 2500 gram atau kurang pada saat lahir.

  Bayi kecil masa kehamilan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu KMK lebih bulan, KMK cukup bulan, dan KMK kurang bulan. Bayi KMK cukup bulan mampu bernafas dan menghisap dengan baik. Sedangkan KMK kurang bulan kadang kemampuan menghisapnya lemah.

  2.2.4 Gambaran Klinis BBLR Manggiasih & Jaya (2016) menyebutkan BBLR mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan < 45 cm, lingkar dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm, umur kehamilan < 37 minggu, kepala lebih besar, kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, dan lemak berkurang, otot hipotonik lemah, pernafasan tidak teratur yang mengakibatkan mudahnya terjadi apnea, ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi lurus, kepala tidak mampu tegak, pernafasan 40-50 kali/menit, Nadi 100-140 kali/menit.

  Kementerian kesehatan (2011) didalam modul manajemen bayi berat lahir rendah untuk bidan desa dan perawat menyebutkan gambaran klinis untuk bayi berat lahir rendah. Bayi kurang bulan atau prematur memiliki gambaran klinis seperti kulit tipis dan mengkilap, tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan sempurna, lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan terutama pada punggung, jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa titik, pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia minora, pada bayi laki-laki skrotum belum banyak lipatan, testis kadang belum turun, rajah telapak kaki kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk, kadang disertai dengan pernapasan tidak teratur, aktifitas dan tangisannya lemah, dan refleks menghisap dan menelan tidak efektif/lemah. Sedangkan pada bayi KMK memiliki ciri-ciri seperti umur bayi dapat cukup, kurang atau lebih bulan tetapi beratnya kurang dari 2500 gram, gerakannya cukup aktif, tangis cukup kuat, kulit keriput, lemak bawah kulit tipis, bila kurang bulan jaringan payudara kecil, puting kecil. Bila cukup bulan payudara dan puting sesuai masa kehamilan, bayi perempuan bila cukup bulan labia mayora menutupi labia minora, bayi laki-laki testis mungkin telah turun, rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian, dan mengisap cukup kuat.

  2.2.5 Masalah pada BBLR dan perawatannya BBLR lebih rentan terhadap penyakit dibandingkan bayi aterm yang berkembang dengan baik terutama pada periode adaptasi. Suradi & Yanuarso

  (2000) menyebutkan BBLR membutuhkan lingkungan yang sesuai dengan pengaturan fisik, kelembaban udara, kebutuhan akan perfusi dan oksigenasi jaringan agar metabolisme dan ekskretorik dapat berlangsung adekuat. Kebutuhan nutrisi yang sesuai dan adekuat akan menjamin tumbuh kembang optimal.

  Hipotermia, masalah pemberian ASI, dan infeksi merupakan masalah umum yang sering terjadi pada bayi BBLR (Proverawati, 2010).

  SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG.... YOHANES PEMANDI DOKA

1. Hipotermia

  Hipotermia adalah suhu inti tubuh bayi < 36 C sehingga bayi beresiko mengalami stres dingin (Fraser & Cooper, 2009). Hipotermia ini terjadi karena mekanisme pengaturan suhu tubuh bayi baru lahir belum berfungsi sempurna. Apabila tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas, tubuh dapat mengalami hipotermia. Hipotermia terjadi karena lemak subkutan bayi masih tipis, perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar, asfiksia bebas, distres pernafasan, sepsis, dan cadangan glukosa yang sedikit (Purwoastuti & Walyani, 2016).

  Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan kehilangan panas yang berlebihan seperti lingkungan dingin, basah atau bayi yang telanjang. Ketidaksanggupan menahan panas tubuh mengakibatkan kehilangan panas yang lebih besar seperti pada permukaan tubuh yang lebih luas, kurang lemak, ketidaksanggupan merefleksikan permukaan tubuh dan tonus otot yang lemah. Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya untuk mempertahankan suhu tubuh tidak dilakukan secara baik (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

  Pada neonatus, ukuran kepala adalah seperlima area permukaan tubuh dan produksi panas otak diperkirakan 55% dari produksi panas metabolik total.

  Kehilangan panas yang cepat disebabkan oleh rasio kepala terhadap tubuh yang besar dan luasnya area permukaan tubuh. Sutura yang lebar dan ubun-ubun yang besar menambah kecenderungan kehilangan panas. Saat suhu tubuh turun, konsumsi oksigen jaringan akan meningkat karena bayi berusaha meningkatkan laju metabolisme basalnya dengan membakar glukosa untuk menghasilkan energi panas.

  BBLR yang mengalami hipotermia memiliki ciri-ciri sebagai berikut, yaitu suhu tubuh < 32 C, mengantuk dan sukar dibangunkan, menangis sangat lemah, seluruh tubuh dingin, pernafasan lambat, pernafasan tidak teratur, bunyi jantung lambat, mengeras kaku (sklerema) dan bayi tidak mau menyusui sehingga beresiko dehidrasi. Purwoastuti & Walyani (2016) menyebutkan ada beberapa akibat yang ditimbulkan hipotermia meliputi hipoglikemia-asidosis metabolik, vasokonstriksi perifer dengan metabolisme anaerob, kebutuhan oksigen meningkat, gangguan pembekuan darah, shock, apnea, perdarahan intraventrikular, hipoglikemia dan berlanjut dengan kematian.

  Kementerian Kesehatan RI (2010) menjelaskan BBLR dapat mengalami hipotermia melalui beberapa mekanisme yang berkaitan dengan kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas. Penurunan produksi panas terjadi karena kegagalan dalam sistem endokrin dan terjadi penurunan basal metabolisme tubuh. Peningkatan panas yang hilang terjadi bila panas tubuh berpindah ke lingkungan sekitar. Perpindahan ini terjadi melalui beberapa mekanisme yang meliputi konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi.

  Perpindahan panas melalui konduksi terjadi saat kontak langsung antara kulit bayi dengan permukaan yang lebih dingin, misalnya kontak kulit bayi dengan tempat tidur yang dingin. Konveksi merupakan kehilangan panas tubuh saat bayi terpapar dengan udara dingin. Transfer panas terjadi secara sederhana antara permukaan kulit bayi dan aliran udara yang dingin pada permukaan tubuhnya. Suhu lingkungan yang dingin mempermudah bayi untuk kehilangan SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG.... YOHANES PEMANDI DOKA panas atau disebut radiasi. Evaporasi terjadi karena panas tubuh bayi terbuang akibat penguapan. Mekanisme kehilangan panas ini menyebabkan konsumsi oksigen jaringan meningkat karena bayi berusaha meningkatkan laju metabolisme basalnya dengan membakar glukosa untuk menghasilkan energi dan panas.

  Fraser & Cooper (2009) menyebutkan prinsip perawatan BBLR yang mengalami hipotermia dengan menjaga keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas. Pencegahan stres dingin, yang dapat menyebabkan hipotermia (suhu tubuh <35

  C), sangat penting untuk pertahanan utuh bayi BBLR. Bayi BBLR tidak dapat menggigil atau bergerak terlalu banyak sehingga sangat bergantung pada adaptasi fisik yang menghasilkan panas dengan meningkatkan laju metabolisme basal dan menggunakan cadangan lemak coklat yang ada.

  Sudarti & Khoirunnisa (2010) menyebutkan prinsip umum mempertahankan suhu normal bayi, yaitu : 1) Bayi harus tetap berpakaian atau diselimuti setiap saat agar tetap hangat walaupun dalam keadaan dilakukan tindakan. Ada beberapa cara untuk menjaga kondisi ini, yaitu memakai pakaian bayi dan mengenakan topi, bungkus atau selimuti bayi dengan pakaian yang kering dan lembut.

  2) Rawat bayi kecil diruangan hangat 3) Jangan letakkan bayi dengan benda yang dingin atau permukaan tempat yang dingin 4) Pada waktu dipindahkan ketempat lain, jaga bayi tetap hangat 5) Ganti popok setiap basah dan jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan yang dingin

  Widyastuti (2016) menyatakan bahwa termoregulasi yang efektif menunjukkan perubahan berat badan pada BBLR. Pada hari pertama sampai dengan hari ketiga, berat badan BBLR mengalami penurunan dan meningkat kembali pada hari keempat dan kelima. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan lemak coklat untuk meningkatkan suhu tubuh lebih sedikit sehingga energi akan lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan (Prawiroharjo, 2009).

  Sudarti & Khoirunnisa (2010) menyebutkan lima cara untuk menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh BBLR, yaitu : 1) Kontak kulit dengan kulit

  Kontak kulit dengan kulit digunakan untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau menghangatkan bayi hipotermia (32-36,4 C). Kulit bayi dilekatkan pada kulit ibu dengan suhu ruangan 25

  C. Tindakan ini dapat mempertahankan suhu tubuh bayi pada 36,5 C-37,5 C (suhu aksila).

  2) Kangaroo Mother Care (KMC) KMC merupakan perawatan bayi yang dilakukan dengan cara kontak kulit diantara ibu dan bayi secara dini, terus menerus dan dikombinasi dengan pemberian ASI eksklusif yang bertujuan agar bayi tetap hangat (Depkes RI, 2009). KMC dilakukan pada BBLR yang stabil, sudah bernafas spontan dan tidak memiliki masalah kesehatan serius (Proverawati & Ismawati, 2010).

  KMC dapat dilakukan sampai berat badan bayi 2500 gram atau usia bayi mendekati 40 minggu dan atau bayi merasa tidak nyaman. KMC dapat dilakukan oleh siapa saja baik oleh ayah, saudara maupun petugas kesehatan. Bila bayi sudah kurang nyaman dengan KMC, ibu dianjurkan untuk menyapih bayi dari SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG.... YOHANES PEMANDI DOKA KMC. Penyapihan ini dapat dilakukan dengan kontak kulit lagi setelah bayi mandi atau pada waktu malam hari (Sudarti & Khoirunnisa, 2010).

  KMC memiliki manfaat meliputi suhu tubuh bayi tetap normal, mempercepat pengeluaran ASI dan meningkatkan keberhasilan menyusui, perlindungan dari infeksi, berat badan bayi cepat naik, stimulasi dini kasih sayang, dan mengurangi biaya rumah sakit karena perawatan yang pendek (Proverawati & Ismawati, 2010). Silvia et al. (2015) menjelaskan bahwa BBLR yang dilakukan KMC mengalami peningkatan berat badan sebesar 28,3 gram bila dibandingkan dengan sebelum dilakukan KMC. Bayi yang diberikan KMC mendapatkan manfaat seperti suhu tubuh dalam batas normal dan mempunyai irama jantung dan pernafasan yang teratur, tidur lebih dalam, sedikit menangis, insiden infeksi lebih rendah, pertambahan berat badan lebih banyak, dan pemulangan lebih awal (Anderson, 1991).

  Perawatan metode kanguru dibagi menjadi dua, yaitu PMK intermiten dan PMK kontinu. PMK intemiten merupakan perlekatan tubuh bayi pada tubuh ibu yang dilakukan lebih dari satu jam perhari pada bayi sakit dengan tujuan untuk memberi perlindungan bayi dari infeksi. PMK kontinue dilakukan perawatan selama 24 jam sehari. (Arifah and Wahyuni, 2010) SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG.... YOHANES PEMANDI DOKA

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Perawatan Metode Kanguru (Depkes RI, 2009)

  No Tahap Kegiatan