BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - RATNA RIANTI NINGSIH BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil. Sebagian besar kehamilan ini berlangsung dengan aman. Namun, sekitar

  15% menderita komplikasi berat, dengan sepertiganya merupakan komplikasi yang mengancam jiwa ibu. Komplikasi ini mengakibatkan kematian lebih Asia dan Afrika subsahara, 10% di negara berkembang lainnya, dan kurang dari 1% di negara-negara maju. Di beberapa negara resiko kematian ibu lebih tinggi dari 1 dalam 10 kehamilan, sedangkan di negara maju resiko ini kurang dari 1 dalam 6.000 (Sarwono, 2008).

  Angka kejadian plasenta previa di Indonesia adalah 0,4-0,6% dari keseluruhan persalinan. Penatalaksanaan yang baik pada mortalitas perinatal adalah 50 per 1000 kelahiran hidup (Saifudin, 2002). Sekitar 60% perdarahan plasenta previa pertama terjadi sesudah usia kahamilan 36 minggu, sedangkan pada usia kehamilan 32 minggu sebanyak 30% (Yulianingsih, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Wiji Lestari di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (2007) didapatkan hasil bahwa wanita multipara memiliki resiko 2,75 kali lebih besar untuk mengalami terjadinya perdarahan antepartum dari pada wanita primipara.

  1 Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak produktivitasnya. WHO (1996) memperkirakan lebih dari 585.000 ibu per tahunnya meninggal saat hamil atau bersalin dengan normal maupun operasi sectio caeasarea. Di Asia Selatan, wanita berkemungkinan 1:18 meninggal akibat kehamilan atau persalinan selama 1:6.366. Lebih dari 50% kematian negara berkembang sebenarnya dapat dicegah dengan teknologi yang ada serta biaya yang relatif rendah (Prawirohardjo, 2006).

  Menanggapi masalah kematian ibu yang demikian besar, tahun 1987 untuk pertama kalinya ditingkat internasional diadakan konferensi tentang kematian ibu di Nairobi, Kenya. Lalu pada tahun 1990 ada Word Summit for

  

Children di New York, Amerika Serikat, yang membuahkan tujuh tujuan

  utama, diantaranya angka kematian ibu menjadi separuh pada tahun 2000 (Prawirohardjo, 2006).

  WHO menyatakan bahwa persalinan dengan bedah sectio caesarea adalah sekitar 10-15% dari semua proses persalinan di negara-negara berkembang. Di Indonesia, presentasi operasi sectio caesarea sekitar 5%. Menurut Bensons dan Pernolls, angka kematian pada operasi sectio caesarea adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukan resiko 25 kali lebih besar dibanding persalinan pervaginam (Prawirohardjo, 2006).

  Data dari Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas pada Tahun 2012 bulan April – Juli menunjukan dari seluruh jumlah kelahiran dan sectio caesarea yaitu 219 kasus. Kelahiran dengan Induksi gagal 24 orang, sectio caesarea dengan Fetal distres 24 orang, sectio

  

caesarea dengan Gemeli 7 orang, sectio caesarea dengan Placenta letak

  rendah 14 orang, Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk kasus letak letak rendah, yang ditemui di Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas (Laporan Ruang Bersalin RSUD Banyumas, 2012).

  Sectio caesarea pada indikasi plasenta letak rendah dimaksudkan untuk

  mempersingkat lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya robekan servik dan segmen bawah rahim. Ibu yang melahirkan dengan melalui sectio

  

casarea akan mengalami nyeri dengan skala nyeri yang berbeda tiap individu.

  Nyeri yang dialami oleh pasien post sectio caesarea dapat dikurangi atau dihilangkan dengan manajemen nyeri. Manajemen nyeri adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mengurangi nyeri yang dialami oleh klien. Manajemen nyeri dibagi menjadi 2, yaitu manajemen nyeri non farmakologi dan manajemen nyeri farmakolog. Manajemen non farmakologi dilakukan dengan tehnik relaksasi atau pelemasan otot, terapi kognitif (distraksi), akupuntur, hipnotis, imajinasi, dan terapi fisik. Manajemen nyeri farmakologi dengan menggunakan obat-obatan anti nyeri ( analgetik ) (NANDA, 2008).

  Berdasarkan hal tersebut maka penulis merasa tertarik untuk membuat asuhan keperawatan dengan judul Nyeri akut Pada Ny.S dengan Post Sectio

  Caesarea Atas Indikasi Plasenta Letak Rendah di Ruang Anggrek RSUD Banyumas Pada tahun 2012.

B. Tujuan Penulisan 1.

  Tujuan Umum Memperoleh gambaran tentang aplikasi konsep “Asuhan Keperawatan Plasenta Letak Rendah Di Ruang Anggrek RSUD Banyumas”.

2. Tujuan Khusus

  Tujuan khusus dari karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut : a.

  Melaksanakan pengkajian pada klien dengan nyeri post sectio caesara atas indikasi plasenta letak rendah b.

  Membuat analisa data dari hasil pengkajian dan menetapkan diagnose keperawatan pada klien dengan nyeri post sectio caesarea atas indikasi plasenta letak rendah c. Menetapkan rencana keperawatan pada klien dengan nyeri post sectio

  caesarea d.

  Melaksanakan implementasi keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan pada klien dengan nyeri post sectio caesarea atas indikasi plasenta letak rendah. e.

  Melaksanakan evaluasi terhadap implementasi keperawatan yang telah dilakukan pada pasien nyeri post section caesarea atas indikasi plasenta letak rendah.

  f.

  Melakukan dokumentasi terhadap proses tindakan keperawatan pada pasien nyeri post section caesarea atas indikasi plasenta letak rendah.

C. Pengumpulan Data

  Penyusunan Laporan kasus ini bersifat deskriptif dengan memaparkan terhadap klien, pendekatan proses keperawatan yang terdiri atas pengkajian, analisa data dan diagnosa, rencana tindakan keperawatan, implementasi, dan evaluasi.

  Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk merumuskan masalah-masalah serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien dalam pengumpulan data, untuk penyusunan laporan kasus ini digunakan teknik pengumpulan data dengan cara sebagai berikut :

  1. Observasi Partisipatif Penulis mengamati secara langsung mengenai keadaan fisik dengan respon klien dan keluhan yang dialami oleh klien pada saat ini.

  Pemeriksaan fisik dipergunakan untuk memperoleh data objektif dari riwayat keperawatan klien sehingga dapat ditentukan status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah kesehatan dan mengambil data dasar untuk menetukan rencana tindakan keperawatan (Nursalam, 2001). Ada empat trknik dalam pemeriksaan fisik, yaitu : 1) Inspeksi

  Suatu proses observasi dengan menggunakan indra pengelihatan, pendengaran, dan penciuman dengan fokus pada setiap bagian tubuh meliputi ukuran tubuh, warna, bentuk, porsi, simetris sehingga perlu membandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya (Nursalam, 2001).

  Suatu teknik yang menggunakan tangan dan jari-jari sebagai instrument dalam mengumpulakan data dengan berfokus pada temperature, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, dan ukuran (Nursalam, 2001).

  3) Perkusi Teknik mengetok permukaan tubuh dengan jari untuk menghasilkan getaran yang menjalar melalui jaringan tubuh. Karakter bunyi menentukan lokasi, ukuran, bentuk dan kepadatan struktur dibawah kulit untuk memastikan keabnormalan yang terkaji melalui palpasi dan auskultasi (Matondang, 2000). 4) Auskultasi

  Auskultasi adalah mendengarkan bunyi yang terbentukdalam organ tubuh untuk mendeteksi perbedaa dari normal dengan menggunakan stetoskop (Matondang, 2000).

  2. Wawancara Suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dimana penulis mendapat keterangan secara lisan dari seorang penelitian

  (response) atau dengan melakukan tanya jawab dengan orang tersebut (face to face) (Notoatmojo, 2002).

  Wawancara dibagi menjadi 2 metode, yaitu :

  a. Autoanamnesa Suatu pengumpulan data yang diperoleh dari pasien (Notoatmojo,

  b. Alloanamnesa Suatu pengumpula data yang diperoleh dari keluarga pasien, bidan, perawat termasuk dari sumber keterangan perawat atau bidan yang merujuk, catatan rekam medik dan semua keterangan yang diperoleh dari pasien.

  3. Studi dokumentasi Pengumpulan data menggunakan studi dokumentasi, penulis menggunakan rekam medis pasien untuk mengumpulkan data tentang pasien.

  4. Studi kepustakaan studi ini menggunakan beberapa referensi diantaranya buku-buku diklat dan hasil-hasil pembelajaran yang berhubungan dengan ibu melahirkan post sectio caesarea atas indikasi plasenta letak tendah.

  D. Tempat dan Waktu

  Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah kita mempunyai batasan kasus yang di dalamnya meliputi :

  1. Tempat Pengambilan kasus ini dilakukan di ruang Anggrek di RSUD Banyumas

  2. Waktu Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 Juli 2012 sampai 17 Juli 2012.

  E. Manfaat Penulisan 1.

  Manfaat teoritis a.

  Bagi mahasiswa keperawatan Memberikan pengertian dan pengambilan keputusan yang tepat kepada mahasiswa keperawatan, dalam menyikapi dan mengatasi penderita post sectio caesarea atas indikasi plasenta letak rendah.

  b.

  Bagi rumah sakit Sebagai masukan dan bahan informasi untuk meningkatkan upaya pencegahan dan penanganan klien dengan post sectio caesarea atas indikasi plasenta letak rendah secara baik dan benar sehingga dapat mengurangi angka kematian ibu.

2. Manfaat praktis a.

  Bagi profesi Dapat dijadikan sebagai bahan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan post sectio caesarea atas indikasi plasenta letak rendah, sehingga dapat dilakukan tindakan yang segera untuk mengatasi masalah yang terjadi pada pasien dengan

post sectio caesarea atas indikasi plasenta letak rendah.

  b.

  Bagi pasien Sebagai bahan masukan bagi ibu hamil tentang masalah-masalah kesehatan yang harus di waspadai.

F. Sistematika Penulisan

  BAB

  I PENDAHULUAN Terdiri dari pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode pengumpulan data, tempat dan waktu, dan sistematika penulisan. BAB

  II TINJAUAN PUSTAKA

  BAB III LAPORAN KASUS Terdiri dari tinjauan kasus meliputi penerapan asuhan keperawatan pada ibu post sectio caesarea atas indikasi plasenta letak rendah mulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa masalah, intervensi, implementasi, evaluasi perkembangan dengan menggunakan SOAP.

  BAB IV PEMBAHASAN Terdiri dari pembahasan kasus meliputi pembahasan mengenai kesenjangan teori dan kenyataan dilapangan pada asuhan keperawatan yang diberikan pada ibu hamil dengan preeklamsi berat.