BAB II LANDASAN TEORI A. Peran Aktif - Devi Rakhmawaty BAB II

BAB II LANDASAN TEORI A. Peran Aktif Menurut Sudjana (2010) peran aktif merupakan proses pembelajaran

  yang lebih menitikberatkan pentingnya siswa lebih aktif belajar dibandingkan dengan aktivitas guru sebagai pengajar. Aktivitas belajar siswa atau keaktifan siswa belajar selalu terjadi dalam setiap pengajaran.Aktif dalam strategi ini adalah memosisikan guru sebagai orang yang menciptakan suasana belajar yang kondusif atau sebagai fasilitator dalam belajar, sementara siswa sebagai peserta belajar yang harus aktif dan diharapkan akan tumbuh dan berkembang segala potensi yang mereka miliki.

  Menurut Hamzah (2011) siswa yang berperan aktif yaitu siswa yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran untuk berpikir, berinteraksi, berbuat untuk mencoba, menemukan konsep baru atau menghasilkan. Dalam proses pembelajaran guru perlu menciptakan suasana pembelajaran yang merangsang siswa untuk berperan aktif, seperti yang dikemukakan oleh Uno dan Mohamad (2011) pada saat melaksanakan pembelajaran seorang guru harus lebih menuntut siswa untuk benar-benar aktif dalam belajar. Sistem pembelajaran akan tercapai dan berhasil apabila siswa secara aktif melakukan latihan secara langsung dan mengoptimalkan aktivitas belajarnya.

  Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa peran aktif siswa adalah keterlibatan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran seperti

  6 siswa aktif bertanya apabila ada materi pelajaran yang belum dipahami, pandai menjawab apabila guru bertanya yang menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Siswa pasti tidak belajar secara aktif, jika ia berperan sebagai pendengar saja. Guru yang mengajar dengan ceramah saja, mendidik murid secara pasif. Menurut Heinz (1981: 65) untuk belajar secara aktif, siswa harus bekerja sendiri misalnya: 1) Siswa mencari jalan untuk memecahkan masalah sendiri.

  Artinya pada saat siswa diberi masalah atau tugas dari guru siswa berusaha mencari jalan atau jawaban untuk memecahkannya.Misalnya siswa diminta untuk mengerjakan soal matematika kemudian siswa mecari jawaban dengan kemampuan dan pengetahuan yang dia punya atau sumber yang ada. 2) Siswa menjawab pertanyaan guru.

  Artinya siswa diminta untuk berusaha menjawab pertanyaan sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya.

  3) Siswa belajar bertanya.

  Artinya apabila siswa mengalami kesulitan atau materi yang belum dipahami siswa mengajukan pertanyaan kepada guru atau teman yang lain sehingga siswa dapat benar-benar memahami materi yang disampaikan dan dapat mengetahui jawaban yang tepat.

  4) Siswa mengambil keterangan dari buku.

  Artinya siswa dapat menyelesaikan soal dari buku paket, catatan maupun buku referensi lain. Karena buku mata pelajaran merupakan salah satu sumber belajar siswa. 5) Siswa dapat mendiskusikan sesuatu hal dengan kawannya.

  Artinya untuk memecahkan masalah siswa tidak hanya menerima informasi tetapi mereka juga saling memberikan informasi kepada teman diskusinya agar dapat saling bertukar pikiran. 6) Siswa dapat melakukan satu percobaan sendiri.

  Artinya sebagai siswa yang aktif akan melakukan percobaan sendiri dengan cara mengerjakan soal latihan diluar jam pelajaran untuk mendalami pemahaman mereka.Siswa juga dapat mengecek kebenaran jawaban dari soal yang telah dikerjakan atau mencoba menyimpulkan materi yang telah mereka pelajari. 7) Siswa harus merasa bertanggung jawab atas hasil pekerjaanya.

  Artinya siswa mau menyampaikan hasil jawaban untuk keseluruhan kelas, atau mempertahankan jawaban, memberikan sanggahan, dan memperbaiki atau menyempurnakan jawaban yang dianggap belum sempurna.

  Adapun ciri-ciri proses belajar mengajar yang menuntut siswa untuk berperan aktif menurut Sudjana dan Suwariyah (2010) adalah sebagai berikut: 1) Adanya keberanian siswa mengajukan pendapatnya. Artinya pada saat siswa diminta guru untuk mempresentasikan solusi / jawaban dari suatu masalah siswa merasa percaya diri dan yakin atas hasil yang mereka peroleh.

  2) Adanya aktivitas belajar siswa dalam menganalisis, menilai dan menarik kesimpulan.

  Artinya ketika siswa diberi suatu masalah siswa aktif untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut kemudian di analisa, di nilai dan dapat menyimpulkan solusi dari permasalahan tersebut. 3) Adanya hubungan sosial antarsiswa dalam melaksanakan kegiatan belajar.

  Di dalam kegiatan belajar pasti ada hubungan interaksi sosial antarsiswa, apabila siswa diberi suatu masalah dan siswa tidak mampu menyelesaikannya maka siswa meminta bantuan pada siswa lain untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut.

  4) Setiap siswa bisa mengomentari dan memberikan tanggapan terhadap pendapat siswa lainnya.

  Artinya ketika ada siswa yang mempresentasikan hasil jawaban mereka, kita berhak mengomentari dan memberikan tanggapan apabila ada jawaban mereka yang kurang dimengerti atau salah. 5) Adanya kesempatan bagi setiap siswa untuk menggunakan berbagai sumber belajar yang tersedia.

  Artinya siswa memperoleh pengetahuan bukan hanya dari guru saja tetapi bisa di dapat dari buku-buku mata pelajaran.

  6) Adanya upaya bagi setiap siswa untuk menilai hasil belajar yang dicapainya.

  Artinya siswa dapat menilai hasil dari belajarnya, sejauh mana siswa itu memahami dan mengerti materi yang diajarkan.

  7) Adanya upaya siswa untuk bertanya dan meminta pendapat guru dalam upaya kegiatan belajarnya.

  Apabila didalam proses kegiatan belajar mengajar dan ada siswa siswa yang tidak memahami materi yang diajarkan siswa diwajibkan untuk bertanya.

  Dari uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa indikator peran aktif siswa adalah sebagai berikut: 1) Siswa mencari jalan untuk memecahkan masalah. 2) Siswa mendiskusikan sesuatu dengan temannya. 3) Siswa memanfaatkan sumber belajar yang ada. 4) Siswa belajar bertanya. 5) Siswa menjawab pertanyaan guru. 6) Siswa dapat melakukan suatu percobaan sendiri. 7) Siswa harus merasa bertanggung jawab atas hasil pekerjaannya.

B. Komunikasi Matematika

  Secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian pesan dari sumber ke penerima pesan dengan maksud untuk memengaruhi penerima pesan. Dari konsep tersebut ada dua hal yang memaknai komunikasi. Pertama, komunikasi adalah suatu proses, yakni aktivitas untuk mencapai tujuan komunikasi itu sendiri. Dengan demikian proses komunikasi terjadi bukan secara kebetulan, akan tetapi dirancang dan diarahkan kepada pencapai tujuan. Kedua, dalam proses komunikasi selamanya melibatkan tiga komponen, yakni sumber pesan, yaitu orang yang akan menyampaikan atau mengkomunikasikan sesuatu, pesan itu sendiri atau segala sesuatu yang ingin disampaikan atau materi komunikasi dan penerima pesan, yaitu orang yang akan menerima informasi. Ketiga komponen tersebut merupakan komponen dasar dalam proses komunikasi. Komunikasi bertujuan tersampaikannya pesan sesuai dengan maksud sumber pesan.Dengan demikian kriteria keberhasilannya adalah keberhasilan penerima pesan menangkap dan memaknai pesan yang disampaikan sesuai dengan maksud sumber pesan.

  Menurut NCTM (2000), komunikasi matematis merupakan sebuah cara dalam berbagi ide-ide dan memperjelas suatu pemahaman. Komunikasi matematis adalah satu proses penting untuk mempelajari matematika karena melalui komunikasi siswa dapat memperjelas, memperluas, dan memahami ide-ide matematis (Ontario Ministry of Education, 2010). Komunikasi adalah bagian esensial dari matematika dan pendidikan matematika menurut Turmudi (dalam Fachrurozi, 2011).Menurut Dimyati dan Mujiono (2010) mengatakan bahwa, komunikasi dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual atau suara visual. Hal ini didasarkan bahwa semua orang mempunyai kebutuhan untuk mengemukakan ide, perasaan dan kebutuhan orang lain pada diri kita.

  Komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dalam matematika dan pendidikan matematika karena melalui komunikasi ide dapat dicermikan dan dikembangkan serta dapat memperjelas pemahaman.Berdasarkan pengertian komunikasi di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematika dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu kemampuan komunikasi matematika lisan dan kemampuan komunikasi matematika tertulis.

  Kemampuan komunikasi matematika lisan adalah kemampuan seseorang dalam mengkomunikasikan gagasan atau ide-ide yang bersifat matematis dan disampaikan secara verbal.Sedangkan kemampuan komunikasi matematika tertulis adalah kemampuan dan keterampilan dalam menggunakan kosa kata, notasi atau simbol-simbol dan struktur matematika untuk menyatakan hubungan, gagasan dan mengekspresikan pemahaman dalam memecahkan masalah secara tertulis.

  Berdasarkan uraian di atas, maka indikator kemampuan komunikasi matematika dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu indikator kemampuan komunikasi matematika tertulis dan indikator kemampuan komunikasi matematika lisan. Indikator kemampuan komunikasi matematika tertulis adalah sebagai berikut: 1) Merefleksikan benda-benda nyata, gambar, grafik atau ide-ide matematika.

  2) Membuat model situasi/persoalan menggunakan metode tertulis. 3) Menggunakan keahlian membaca, menulis dan menelaah untuk menginterprestasi dan mengevaluasi ide-ide matematika.

  4) Merespon suatu pernyataan atau persoalan dalam bentuk argument yang meyakinkan.

  Adapun indikator kemampuan komunikasi matematika lisan adalah sebagai berikut: 1) dapat berkomunikasi atau berdiskusi dalam suatu aktifitas pembelajaran matematika 2) dapat menyatakan pendapat atau ide matematika kepada orang lain 3) dapat membaca sebuah gambar, grafik, ataupun diagram 4) dapat menjelaskan gambar, grafik, atau diagram kepada orang lain 5) dapat membuat dan menjelaskan dugaan sementara atas sebuah wacana atau permasalahan kepada orang lain 6) dapat menggunakan bahasa matematika untuk menyatakan ide-ide matematika dengan tepat. Dalam penelitian ini, kemampuan komunikasi matematika yang dimaksud adalah kemampuan komunikasi matematika (tertulis).

C. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

  Dalam istilah Bahasa Indonesia PBL sering diartikan dengan pembelajaran berbasis masalah.Barr dan Tagg (1995) menyatakan bahwa PBL merupakan salah satu bentuk peralihan paradigma pengajaran menuju paradigma pembelajaran.Jadi, fokusnya adalah pada pembelajaran siswa dan bukan pada pengajaran guru. PBL tidak hanya bisa diterapkan oleh guru dalam ruang kelas, akan tetapi juga oleh pihak sekolah untuk mengembangkan kurikulum.

  Menurut Depdikbud (2013) pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual, sehingga merangsang siswa untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, siswa bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata. Adapun menurut Savery (2006), PBL adalah pembelajaran menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa untuk penelitian, menggabungkan teori serta praktik, serta menerapkan pengetahuan dan ketrampilannya untuk dikembangkan.Lebih lanjut Trianto (2009), menyatakan bahwa PBL merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik, yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata.

  Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa PBL adalah model pembelajaran yang diawali dengan pemberian suatu masalah yang diberikan kepada siswa yang mana masalah tersebut merupakan permasalahan yang nyata.Selanjutnya, siswa menyelesaikan masalah tersebut untuk menemukan pengetahuan baru.

  a. Langkah-langkah PBL Menurut Depdikbud (2013), tahapan-tahapan PBL adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Langkah-Langkah PBL Tahapan Perilaku Guru

  Langkah 1 Menjelaskan tujuan pembelajaran, Orientasi siswa pada menjelaskan perangkat yang dibutuhkan masalah Memotivasi siswa mendefinisikan dan meng-organisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

  Langkah 2 Membantu siswa mendefinisikan dan Mengorganisasikan siswa mengor-ganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut Langkah 3 Mendorong siswa untuk mengumpulkan

  Membimbing informasi yang sesuai, melaksanakan penyelidikan individu dan eksperi-men untuk mendapatkan kelompok penjelasan dan pemecahan masalah Langkah 4 Membantu siswa dalam merencanakan Mengembangkan dan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai menyajikan hasil karya dan berbagi tugas dengan teman Langkah 5 Mengevaluasi hasil belajar tentang Menganalisa dan materi yang telah dipelajari mengevaluasi proses pemecahan masalah

  Langkah 1: Mengorientasikan siswa pada masalah Pada tahap ini guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh siswa dan apa yang harus dilakukan oleh guru. Langkah pertama yang harus dilakukan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk menjadi siswa yang mandiri, selanjutnya siswa disajikan suatu masalah melalui media pembelajaran berbasis multimedia yaitu power point selanjutnya untuk dianalisis, kemudian guru membimbing dan membantu dalam proses menganalisis. Langkah 2 : Mengorganisasikan siswa untuk belajar

  Pada tahap ini siswa diminta untuk membentuk kelompok secara heterogen, kelompok tersebut terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, rendah.Dibentuknya kelompok yang heterogen bertujuan agar semua siswa aktif, adanya interaksi antar anggota kelompok, komunikasi yang efektif dan adanya tutor sebaya. Langkah 3 : Membimbing penyelidikan individu dan kelompok

  Pada tahap ini siswa dapat mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan mengajukan pertanyaan agar siswa dapat berfikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk memecahkan suatu masalah yang dicapai. Siswa diharapkan menjadi pembelajar yang aktif dan dapat menyampaikan ide-idenya kepada anggota kelompoknya. Selama tahap penyelidikan guru mengajukan pertanyaan pada siswa agar dapat berfikir untuk mencari solusi.

  Langkah 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Pada tahap ini setelah siswa mendapatkan hasil penyelesaiannya dari permasalahan yang sudah diberikan, siswa diminta untuk mendemostrasikan atau mempresentasikan hasil karyanya kepada teman- teman lain tentang apa yang mereka peroleh.

  Langkah 5 : Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah Pada tahap ini adalah tahap terakhir dari PBL. Tahap ini berfungsi untuk membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri, ketrampilan penyelidikan, dan intelektual yang mereka gunakan. Kemudian, siswa diminta untuk menyimpulkan hasil dari pemecahan masalah mereka.

  b. Manfaat PBL Menurut Smith (Amir, 2010), manfaat PBL antara lain:

  1) Meningkatkan daya ingat dan pemahaman atas materi ajar Apabila pengetahuan yang didapatkan diperoleh dari hasil praktiknya maka pengetahuan yang kita dapat akan lebih mudah diingat daripada yang diperoleh dari membaca atau mendengarkan saja.

  2) Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang ingin dicapai Apabila siswa lebih banyak menggunakan praktik untuk mencapai suatu solusi maka siswa dapat merasakan proses dalam mencari suatu solusi.

  3) Mendorong untuk berfikir kritis Artinya agar dapat mendorong siswa untuk pandai bertanya, kritis, reflektif dan dapat menyimpulkan suatu masalah agar meningkatkan kemampuan berfikirnya. 4) Membangun kerja sama dalam kelompok

  Dalam berkelompok siswa didorong untuk dapat bekerja sama, mengungkapkan hasil ide-ide atau pemikirannya, serta mampu menghargai hasil pemikiran siswa lain dan dapat memberikan sanggahan atau pendapat.

  5) Membangun kecakapan belajar Siswa dibiasakan untuk belajar terus-menerus agar mereka dapat mengembangkan kemampuan belajarnya.

  6) Dapat memotivasi siswa Artinya dapat mendorong siswa untuk membangkitkan minat dari dalam diri siswa.

  c. Kelebihan dan Kekurangan PBL Sebagai suatu model pembelajaran, PBL mempunyai karakteristik dan kelebihan tersendiri jika dibandingkan dengan model pembelajaran yang lainnya. Menurut Depdikbud (2013), kelebihan PBL adalah:

  1) Melalui PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa belajar memecahkan masalah, sehingga mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimiliknya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa berhadapan dengan situasi yang mana konsep diterapkan.

  2) Melalui PBL, siswa dapat mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. 3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

  Dalam pelaksanaanya, PBL pasti juga memiliki kekurangan.Namun kekurangan tersebut dapat diminimalkan jika guru dapat mengorganisasi kelas dengan baik. Kekurangan-kekurangan tersebut antara lain:

  1) Persiapan pembelajaran seperti: alat, masalah, dan konsep yang kompleks, 2) Kesulitan dalam mencari masalah yang relevan, dan 3) Konsumsi waktu, model ini memerlukan waktu yang cukup dalam proses pembelajaran.

D. Media Pembelajaran

  1. Pengertian Media Pembelajaran Menurut Indriana (2011:13), kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium. Secara harafifah, media berarti perantara, yaitu perantara antara sumber pesan (asource) dengan penerima pesan (a receiver). Proses belajar mengajar membutuhkan sebuah media pembelajaran yang dapat membantu guru dalam penyampaian suatu informasi kepada para siswa. Penggunaan media pembelajaran yang tepat dapat merangsang minat siswa untuk lebih memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru.Menurut Sanjaya (2012: 61) media pembelajaran merupakan segala sesuatu seperti alat, lingkungan dan segala bentuk kegiatan yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan, mengubah sikap atau menanamkan keterampilan pada setiap orang yang memanfaatkannya.Media pembelajaran merupakan media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran (Arsyad, 2009:4).

  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan sebuah alat yang berfungsi yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan informasi atau pesan-pesan pembelajaran dalam proses pembelajaran kepada siswa.

  2. Macam-macam Media Pembelajaran Media pembelajaran yang digunakan cukup beragam, mulai dari yang sederhana dan yang cukup rumit. Macam-macam media pembelajaran tersebut antara lain:

  a) Media Audio Media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang dituangkan kedalam lambing-lambang auditif, baik verbal maupun non verbal terdapat beberapa jenis media yang dapat dikelompokkan dalam media audio, antara lain : radio, alat perekam pita magnetic, piringan hitam, dan laboratorium bahasa.

  b) Media Proyeksi Media proyeksi memiliki persamaan dengan media grafis dalam hal menyajikan rangsangan-rangsangan visual. Beberapa jenis media proyeksi antara lain: film bingkai, slide, film rangkai, proyektor transparansi, proyektor tak tembus pandang, dan mrikofis. c) Film dan Video Film atau gambar merupakan kumpulan gambar-gambar dalam frame dalam media ini setiap frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis, sehingga pada layar terlihat gamabr itu hidup. Film dan video dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan ketrampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu dan mempengaruhi sikap.

  d) Komputer Komputer adalah mesin yang dirancang khusus untuk memanipulasi informasi yang diberi kode, serta merupakan mesin elektronik yang otomatis melakukan pekerjaan dan perhitungan sederhana dan rumit.

  e) Multimedia Multimedia merupakan kombinasi dari berbagai media yang menggunakan audio, video, grafik dan lain sebagainya.

E. Multimedia

  1. Pengertian Multimedia Menurut Munir (2013:2) multimedia berasal dari kata multi dan media. Multi berasal dari bahasa latin yaitu nouns yang berarti banyak atau bermacam-macam. Media berasal dari bahasa latin, yaitu mediumyang berarti perantara atau sesuatu yang dipakai untuk menghantarkan, menyampaikan, atau membawa sesuatu. Menurut Gayestik (1993) dalam

  Munir (2013:2) multimedia merupakan kumpulan media berbasis komputer dan sistem komunikasi yang memiliki peran untuk membangun, menyimpan, menghantarkan dan menerima informasi dalam bentuk teks, grafik, audio, video, dan sebagainya.Multimedia merupakan penyatuan dua atau lebih media komunikasi seperti teks, grafik, animasi, audio, dan video dengan cirri-ciri interaktivitas komputer untuk menghasilkan satu presentasi menarik menurut Obliger (1993) dalam Munir (2013:2).

  Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa multimedia merupakan kumpulan media berbasis komputer yang berupa teks, grafik, audio, video, animasi, dan sebagainya yang berguna untuk menyampaikan, membangun, menyimpan, menerima suatu informasi kepada publik.

  2. Macam-macam Multimedia Menurut Munir (2013: 16-18) berikut ini merupakan beberapa macam-macam multimedia antara lain: a) Teks

  Teks adalah suatu kombinasi huruf yang membentuk suatu kata atau kalimat yang menjelaskan suatu maksud atau materi pembelajaran yang dapat dipahami oleh orang yang membacanya.

  b) Grafik Grafik merupakan komponen penting dalam multimedia. Grafik berarti juga gambar (image, picture, atau drawing). Gambar merupakan sarana yang tepat untuk menyajikan informasi, apalagi pengguna sangat berorientasi pada gambar yang berbentuk visual. c) Gambar Gambar merupakan penyampaian informasi dalam bentuk visual.Gambar digunakan untuk mendeskrisikan sesuatu dengan lebih jelas.Gambar digunakan dalam presentasi atau penyajian multimedia karena lebih menarik perhatian dan dapat mengurangi kebosanan dibandingkan dengan teks.

  d) Video Video pada dasarnya adalah alat atau media yang dapat menunujukkan simulasi benda nyata.Video pada multimedia digunakan untuk menggambarkan suatu kegiatan atau aksi.

  e) Animasi Animasi adalah suatu tampilan yang menggabungkan antara media teks, grafik dan suara dalam suatu aktivitas pergerakan.

  f) Audio Audio didefinisikan sebagai macam-macam bunyi dalam bentuk digital seperti suara, music, narasi, dan sebagainya yang dapat didengar untuk keperluan suara latar, penyampaian pesan duka, sedih, semangat, dan macam-macam disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

  g) Interaktivitas Elemen ini sangat penting dalam multimedia interaktif. Elemen ini sangat memanfaatkan kemampuan computer sepenuhnya. Aspek interaktif pada multimedia dapat berupa navigasi, simulasi, permainan dan latihan.

F. Materi Pelajaran Pokok Bahasan

  Sesuai silabus kurikulum 2013, pokok bahasan segitiga dan segiempat diajarkan pada kelas VII semester 2. Pokok bahasan tersebut meliputi: Kompetensi Inti: KI. 1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang diamatinya.

  KI. 2 Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotongroyong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosisal dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

  KI. 3 Memahami pengetahuan (factual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. KI. 4 Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret

  (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

  Kompetensi Dasar:

  5.1 Menunjukkan sikap logis, kritis, analitik, konsisten dan teliti, bertanggung jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah.

  5.2 Memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan diri pada matematika serta memiliki rasa percaya pada daya serta kegunaan matematika, yang terbentuk melalui pengalaman belajar.

  5.3 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dan menggunakannya untuk menentukan keliling dan luas.

  5.4 Menyelesaikan permasalahan nyata yang terkait penerapan sifat- sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajar genjang, belah ketupat dan layang-layang. Indikator:

  5.3.1 Merefleksikan gambar persegi dan persegi panjang untuk menentukan keliling dan luas.

  5.4.1 Menyelesaikan permasalahan dengan membuat model matematika terkait penerapan sifat-sifat jajargenjang untuk menentukan keliling dan luas.

  5.4.2 Menyelesaikan permasalahan yang terkait penerapan sifat-sifat belah ketupat menentukan keliling dan luas.

  5.4.3 Menyelesaikan permasalahan yang terkait penerapan sifat-sifat layang-layang untuk menentukan keliling dan luas.

  5.4.4 Menyelesaikan permasalahan yang terkait penerapan sifat-sifat trapesium untuk menentukan keliling dan luas.

  5.4.5 Merespon terhadap suatu pernyataan yang terkait penerapan sifat- sifat segitiga untuk menentukan keliling dan luas.

G. Kerangka Berfikir

  Dengan adanya perlakuan pembelajaran ProblemBased Learning, diharapkan indikator-indikator peran aktif dan kemampuan komunikasi matematika siswa dapat meningkat.

  Tahap-tahap model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) 1. Orientasi siswa kepada masalah.

  2. Mengorganisasikan siswa.

  3. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok.

  4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

  5. Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

  Model pembelajaran PBL dilaksanakan melalui 5 tahap.Tahap 1 yaitu mengorientasikan siswa pada masalah, pada tahap ini guru memberikan permasalahan awal melalui media pembelajaran berbasis multimedia yaitu power point. Pembelajaran berbasis multimedia ini akan sangat lebih bermakna, artinya memungkinkan mengajak siswa untuk lebih aktif dan komunikatif dalam belajar.Setelah itu, guru memberikan permasalahan kepada siswa dalam bentuk LKS. Setelah siswa menerima LKS yang diberikan oleh guru, siswa mengamati permasalahan yang terdapat pada LKS.

  Dalamproses mengamati, kuatnya motivasi dan kesungguhan siswa dalam belajar sangatlah penting karena mengamati permasalahan merupakan tahap awal sekaligus tahap yang terpenting dalam menyelesaikan permasalahan.

  Tahap 2 yaitu mengorganisasikan siswa untuk belajar, tahap ini siswa diminta untuk membentuk kelompok secara heterogen, kelompok tersebut terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, rendah.Dibentuknya kelompok yang heterogen bertujuan agar semua siswa aktif, adanya interaksi antar anggota kelompok, komunikasi yang efektif dan adanya tutor sebaya. Hal ini dilakukan untuk mengembangkan keterampilan kerja sama diantara siswa dan membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama.

  Tahap 3 yaitu membantu penyelidikan mandiri dan kelompok, tahap ini siswa dapat mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan mengajukan pertanyaan agar siswa dapat berfikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk memecahkan suatu masalah yang dicapai.

  Siswa diharapkan menjadi pembelajar yang aktif dan dapat menyampaikan ide-idenya kepada anggota kelompoknyadalam menyelesaikan permasalahan yang terdapat pada LKS.

  Tahap 4 yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya, tahap ini setelah siswa mendapatkan hasil penyelesaiannya dari permasalahan yang sudah diberikan dan solusi-solusi yang sudah dikumpulkan, siswa diminta untuk mendemostrasikan atau mempresentasikan hasil karyanya kepada teman-teman lain tentang apa yang mereka peroleh. Siswa berhak mengembangkan hasil karya mereka dengan keterampilan dan kreativitas masing-masing.

  Tahap 5 yaitu analisis dan mengevaluasi proses pemcahan masalah, tahap ini adalah tahap terakhir dari PBL. Tahap ini berfungsi untuk membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri, ketrampilan penyelidikan, dan intelektual yang mereka gunakan. Kemudian, siswa diminta untuk menyimpulkan hasil dari pemecahan masalah mereka.

  Dengan adanya perlakuan menggunakan model pembelajaran Problem

  

Based Learning (PBL) dengan bantuan media pembelajaran berbasis

  multimedia diharapkan peran aktif dan kemampuan komunikasi matematika (tertulis) siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Baturraden dapat meningkat.

H. Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan kerangka pikir penelitian di atas, maka penelitian hipotesis tindakan ini adalah pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan media pembelajaran berbasis multimedia dapat meningkatkan peran aktif dan komunikasi matematika siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Baturraden.