BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - DIAN FITRI APRILIANI BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Keraf (2010:112) gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam

  retorika dengan istilah style. Jika kita melihat gaya secara umum, kita dapat mengatakan bahwa gaya adalah cara mengungkapkan diri sendiri. Dilihat dari segi bahasa, gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa. Gaya bahasa memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak, dan kemampuan seseorang yang mempergunakan bahasa itu. Semakin baik gaya bahasanya, semakin baik pula penilaian orang terhadapnya. Semakin buruk gaya bahasa seseorang, semakin buruk pula penilaian yang diberikan padanya. Gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).

  Menurut Minderop (2011:51) gaya bahasa adalah semacam bahasa yang bermula dari bahasa yang biasa digunakan dalam gaya tradisional dan literal untuk menjelaskan orang atau objek. Gaya bahasa merupakan salah satu contoh pemanfaatan kekayaan bahasa karena ketika orang menggunakan gaya bahasa, ia harus memilih kata-kata yang tepat sesuai yang diinginkan. Slamet Muljana (dalam Waridah, 2016:364) mengemukakan gaya bahasa adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan menggunakan kata-kata indah sehingga dapat memperlihatkan jiwa dan kepribadian

  1 penulis. Gaya bahasa dapat menghasilkan suatu pengertian yang jelas dan menarik bagi para pembaca. Isinya yaitu persatuan antara keindahan dan kebenaran.

  Kajian mengenai gaya bahasa menarik perhatian peneliti yang dilakukan oleh Nurhyati (2013) yang berjudul Analisis Gaya Bahasa Wacana di Asahi. com. Dalam penelitian ini peneliti menemukan beragam berita seperti berita internasional, nasional, bisnis, politik, kebudayaan, iklan dan sebagainya disediakan di web tersebut. Panjang artikel rata-rata berkisar lima sampai dua puluh lima baris. Gaya bahasanya pun menjadi suatu hal yang menarik untuk dianalisis agar sedikit banyak memberi input tentang gaya bahasa wacana di Asahi. com. Wulandari (2009) juga melakukan penelitian berjudul Gaya Bahasa dalam Cerpen

  “Warga Kota Kacang Goreng” Karya

  Adek Alwi. Dalam penelitian ini peneliti menemukan studi gaya bahasa yang dapat mencakup dua bidang yaitu bahasa dan kesusastraan. Kemudian memunculkan dua kecenderungan studi gaya bahasa, yaitu studi gaya yang diartikan sebagai penelitian gaya yang terdapat pada bahasa pada umumnya dan studi gaya bahasa dalam kesusastraan.

  Alfianika (2015) melakukan penelitian dengan judul Bahasa Betawi dan Gaya Bahasa Repetisi dalam Ceramah Ustad Yusuf Mansur Program Wisata Hati di ANTV.

  Dalam penelitian ini peneliti menemukan ciri khas Ustad Yusuf Mansur dalam berceramah ialah banyak menggunakan bahasa betawi dan gaya bahasa repetisi. Gaya bahasa repetisi yang ditemukan pada tiga ceramah ustad Yusuf Mansur adalah epizeuksis, anafora, dan anadiplosis. Saptarini (2015) juga melakukan penelitian berjudul Penggunaan Gaya Bahasa Menurut Pilihan Kata dan Struktur Kalimat dalam Iklan Kampanye Pemilu Legislatif Tahun 2014. Iklan kampanye pemilu legislatif tahun 2014 juga menggunakan bentuk gaya bahasa menurut struktur kalimat dengan dominasi pada gaya bahasa repetisi.

  Permana (2014) melakukan penelitian berjudul Majas Kiasan dalam Naskah Berita Sepak Bola di Harian Berita Olahraga Topskor. Penelitian ini peneliti menemukan penggunaan bahasa berita olahraga, khususnya berita sepak bola pada harian olahraga Top Skor pada umumnya mengandung majas kiasan. Kemudian Fransori (2017) melakukan penelitian dengan judul Analisis Stilistika pada Puisi

  

Kepada Peminta-Minta Karya Chairil Anwar. Dalam penelitian ini peneliti

  menemukan puisi Kepada Peminta-Minta karya chairil anwar memiliki kekhasan bahasa dan kepadatan bahasa yang sesuai untuk dikaji dengan stilistika.

  Selanjutnya Mualim dan Erowati (2015)melakukan penelitian yang serupa membahas gaya bahasa dengan judul Perbandingan Gaya Bahasa pada Puisi „IBU‟ Karya Mustofa Bisri dengan Lirik Lagu „KERAMAT‟ Karya Rhoma Irama. Dalam penelitian ini peneliti menemukan persamaan pada puisi dan lirik lagu, yaitu sebuah media untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan seseorang. Penggunaan pilihan kata harus dilakukan secara cermat dalam hal rima, irama, maupun harmonisasinya.

  Penulis puisi maupun pencipta lirik lagu mempunyai maksud dan tujuan yang disampaikan melalui karyanya. Maksud dan tujuan yang disampaikannya memengaruhi gaya bahasa yang digunakannya. Kemudian Santosa (2010) melakukan penelitian berjudul Bentuk dan Makna Metafora Logikal dan Pengaruhnya Terhadap Gaya Bahasa. Dalam penelitian ini peneliti menemukan bentuk dan makna metafora logikal serta pengaruhnya terhadap pembentukan klausa. Di samping itu, berdasarkan data, penggunaan metafora logikal juga memengaruhi gaya bahasa pada kolom berita, features, dan views pada keenam majalah populer, serta gaya bahasa majalah.

  Akhirnya, penggunaan metafora logikal juga mempengaruhi gaya bahasa secara umum majalah tersebut.

  Septia (2016) melakukan penelitian berjudul Erotis dan Gaya Penceritaan dalam Kumpulan Cerpen Karya Djenar Maesa Ayu. Dalam penelitian ini peneliti menemukan penggunaan gaya bahasa metafora, sarkasme, personifikasi, sinisme, dan repetisi dalam menyampaikan dan menggambarkan unsur erotis oleh Djenar Maesa Ayu. A (2016) melakukan penelitian dengan judul Analisis Gaya Bahasa dan Latar Belakang Sosial Budaya dalam Cerita Lisan Refleksi Karya Prie G. S. Peneliti menemukan penggunaan gaya bahasa yang menonjol yaitu gaya bahasa personifikasi, alusi, dan metafora.

  Semua karya penelitian di atas tidak ada yang membahas gaya bahasa sindiran, khususnya pada komik “Cempluk” tabloid Cempaka. Karena itu, gaya bahasa sindiran terdapat pada penggunaan bahasa yang berisi sindiran.

  Pada rubrik komik “Cempluk” terdapat sindiran terhadap berbagai permasalahan yang terjadi di masyarakat. Sindiran tersebut bersifat tersirat dan diungkapkan melalui gaya bahasa sindiran. Selain itu, peneliti juga tertarik pada kelucuan tokoh-tokoh yang diilustrasikan oleh Ibnu Thalha.

  Ternyata dibalik kelucuan tokoh komik, terdapat sindiran yang terjadi di masyarakat.

  Ketika peneliti membaca salah satu tabloid Cempaka edisi 28 tanggal 17-23 Oktober 2015, peneliti menemukan gaya bahasa sindiran, khususnya pada rubrik komik “Cempluk” yang terletak pada halaman 22. Judul rubrik komik yang peneliti baca, yaitu “Salah Investasi”. Di dalam cerita tokoh Cempluk bekerja di kantor pelayanan ijin usaha. Terdapat seorang bapak menemui Cempluk, tanpa basa-basi Cempluk menyambut dan mengatakan bahwa “Selamat pagi & sugeng rawuh mister..

  . Perlu surat ijin usaha? Tenang, pagi daftar-sore kelaaar.. satu hari beres...

  !!” lalu Cempluk menyuruh bapak untuk mengisi formulir. Wajah bapak terlihat bingung. Tidak lama kemudian wajah bapak terlihat marah dan berkata “Heh, bu.. saya cuma mau tanya, toilet sebelah manaaa..

  ?!”. Dengan ketakutan Cempluk menjawab “Eh, maaf.. terus lurus ke belakang.. lalu.. belok kanan..

  ”. Dari alur cerita terlihat adanyagaya ba hasa sindiran yang terletak pada “Perlu surat ijin usaha? Tenang, pagi daftar-sore kelaaar.. satu hari beres.. .

  !!”. Gaya bahasa tersebut merupakan gaya bahasa sinisme karena mengandung ejekan terhadap oknum- oknum pungutan liar atau pungli. Gaya bahasa sindiran yang digunakan Cempluk tersebutditujukan kepada orang-orang yang membutuhkansurat izin usaha dengan cepat, yang memberikan uang tambahan kepada pihak-pihak yang mengerjakannya. Hal ini disebut pungutan liar. Seharusnya surat tersebut dapat cepat diurus tanpa adanya pungutan liar atau pungli.

  Fenomena yang kedua peneliti temukan ketika membaca tabloid Cempaka edisi 31 tanggal 14-20 November 2015. Judul rubrik komik yang peneliti baca yaitu “Serangan Fajar”. Saat peniliti membaca rangkaian cerita bergambar, terdapat kalimat yang menunjukkan adanya gaya bahasa sindiran. Gaya bahasa sindiran yang diciptakan oleh penulis berdasarkan adanya fenomena-fenomena yang sedang terjadi di masyarakat. Ibnu Thalhah selaku penulis komik mengilustrasikan gambar seorang wanita bernama Cempluk sedang membaca koran berjudul PILKADA. Dalam koran tersebut terdapat tulisan “diprediksi pilkada akan rawan money politik”. Lalu digambarkan seorang bapak memakai sarung yang mengendap-endap di atas atap. Gerak-geriknya mencurigakan sehingga Cempluk penasaran dan memeriksanya. Setelah diperiksa ternyata bapak tersebut adalah pak RT. Tujuan pak RT berbuat seperti itu yaitu untuk menyerahkan titipan calon wali kota berupa amplop kepada Cempluk, pak RT yang berkata kepada Cempluk “Maaf Cem.. ini pak eRTe.. maunyerahkan titipan dari calon wali kota.. hihihi..

  ”. Cerita yang disajikan oleh Ibnu sudah jelas adanyagaya bahasa sindiran. Gaya bahasa sindiran terletak pada “Maaf Cem.. ini pak eRTe.. mau nyerahkan titipan dari calon wali kota.. hihihi..

  ”. Hal ini termasuk gaya bahasa sinisme karena gaya bahasa tersebut mengandung sindiran yang mengejek keberlangsungan pemilihan kepala daerah. Pada saat berlangsungnya pemilihan kepala daerah, masyarakat sudah tidak asing lagi dengan pemberian uang dari oknum-oknum tim sukses karena oknum-oknum tersebut menginginkan kemenangan. Mereka melakukan money politik.

  Fenomena selanjutnya peneliti temukan pada tabloid Cepaka edisi 37 tanggal 24-30 Desember 2016. Judul rubrik komik yang peneliti baca yaitu “Gratis Meriah”. Dalam ilustrasi gambar terdapat bus dan di pinggir bus ada sekelompok anak kecil dan tokoh utama, yaitu Cempluk.

  Cempluk membawa tulisan yang bertulis “OM TELOLET OM”. Gambar selanjutnya terdapat tulisan “... TELOLET” anak-anak ada yang b ersorak “TOP!”, “SEEER!”, dan “SUWUN OM”. Pada saat itu memang di

  Indonesia terjadi fenomena “Om telolet om”, biasanya anak-anak yang berteriak dengan kalimat tersebut. Gambar selanjutnya adalah seorang penjual trompet berkata“Sayang anak, sayang anak” sambil meniupkan trompet “preeet.. ”. Saat itu anak-anak menutup telinga, tidak suka dengan bunyi trompet. Lalu penjual tersebut berkata “Trompet mewah meriah ayo dibeli!” namun yang terjadi adalah anak-anak pingsan.

  Gaya bahasa sindiran terletak pada “Trompet mewah meriah ayo dibeli!”, yakni gaya bahasa ironi karena menggunakan kata-kata yang berlainan atau bertolak belakang dengan kenyataan sebenarnya. Kenyataan sebenarnya adalah trompet tersebut tidak mewah, namun sederhana. Melalui gaya bahasa sindiran tersebut dan gambar yang menyertainya, penulis komik menyindir suasana tahun baru, yang biasanya selalu riuh dengan suara trompet.

  Dipilihnya tabloid Cempaka sebagai bahan penelitian ini dikarenakan tabloid

  Cempaka

  memuat rubrik komik “Cempluk” yang berisi gaya bahasa sindiran yang mengandung hal-hal dan persoalan yang sedang terjadi di masyarakat seperti persoalan sosial dan politik. Gaya bahasa sindiran digunakan komikus untuk mengkritik hal-hal dan persolan yang terjadi di Indonesia. Sehingga penting diadakan penelitian lebih lanjut. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti berusaha mengembangkan sebuah penelitian mengenai pemakaian gaya bahasa sindiran pada rubrik komik di surat kabar. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Gaya Bahasa Sindiran dalam Rubrik Komik “Cempluk” pada Tabloid Cempaka Edisi Januari- Maret 2017”.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti dapat merumuskan rumusan masalah sebagai berikut: “Jenis-jenis gaya bahasa sindiran apa saja yang terkandung di dalam wacana rubrik komik Cempluk pada tabloid Cempaka edisi Januari-

  Maret 2017?”.

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis- jenis gaya bahasa sindiran yang terkandung di balik wacana percakapan dalam rubrik komik “Cempluk” tabloid Cempaka edisi Januari-Maret 2017.

D. Manfaat Penelitian

  Manfaat penelitian yang diharapkan pada penelitian ini ada dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.

  1. Manfaat Teoretis

  a. Hasil penelitian dapat menambah wawasan penelitian dari sisibahasa, khususnya pemakaian gaya bahasa sindiran dalam wacana rubik komik “Cempluk” pada tabloid Cempaka.

  b. Menambah khazanah kajian stilistika, khususnya dalam gaya bahasa sindiran.

  2. Manfaat Praktis

  Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya. Penelitian selanjutnya diharapkan menjadi lebihbaik dibandingkan dengan penelitian ini.