BAB II TINJAUAN PUSTAKA - DHIYA NIISI SHIYAMIKA BAB II

  solid, jinak maupun ganas (Wiknjosastro, 2007) Kista adalah kantong berisi cairan yang dapat tumbuh dimana saja dengan jenis yang bermacam-macam. Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau ovarium. (Laudermilk,2005)

  Kista ovarium mempunyai permukaan rata dan halus. Biasanya bertangkai, seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan dalam kista jernih dan berwarna kuning (Winkjosastro,2005)

  Kista ovarium adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan didalam jaringan ovarium. Kista tersebut disebut juga kista fungsional karena terbentuk setelah flur dilepaskan sewaktu ovalasi. (Yatim,2005)

  Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan kista ovarium adalah kista yang paling sering terjadi mempunyai permukaan rata dan halus, berbentuk kantung berisi cairan jernih dan berwarna kuning yang dapat tumbuh dalam ovarium ( indung telur ). Kista atau endometriosis adalah penyakit organ rahim pada wanita yang dapat

  menyebabkan kemandulan atau infertilitas. Beberapa faktor penyebab kista adalah faktor genetik, gaya hidup, dan kebersihan lingkungan. Kista ovarium ini sering

  terjadi saat menopouse, dan juga sangat berpengaruh pada kehamilan. Pada saat menopouse kemungkinan untuk dapat terserang kista ovarium sangatlah besar, untuk itu perlu pemeriksaan yang lebih lanjut agar penderita segera mendapatkan pertolongan medis karena penyakit ini sangat berbahaya. Kita sebagai penulis harus

  7 memberikan informasi kepada masyarakat untuk lebih waspada dan peduli terhadap kesehatan reproduksi yang kita miliki.

  B. Anatomi dan Fisiologi

  1. Anatomi Reproduksi Wanita Gambar.1.1kista dalam uterus

  Alat reproduksi pada wanita Alat reproduksi wanita dibagi dua yaitu :

  a. Alat reproduksi eksterna 1) Mons Veneris

  Adalah daerah diatas simfisis yang akan ditumbuhi rambut kemaluan (pubes) rambut ini tumbuh membentuk sudut lengkung.

  2) Labia Mayora Berada bagian kanan dan kiri berbentuk lonjong yang pada wanita menjelang dewasa ditumbuhi juga oleh rambut kemaluan.

  3) Labia Minora Bagian dalam dari bibir besar yang berwarna merah jambu, disini dijumpai frenulum, klitoris, preputium dan prenulum prudanti.

  4) Klitoris Besarnya kira-kira sebesar kacang hijau sampai cabe rawit dan ditutupi oleh frenulum klitoris. Glans klitoris berisi jaringan yang dapat berereksi sifatnya amat sensitive karena banyak memiliki serabut saraf. 5) Vulva

  Alat kandungan luar yang berbentuk lonjong berukuran panjang mulai dari klitoris, dari kiri dibatasi bibir kecil sampai belakang dibatasi perineum.

  6) Vestibulum Terletak di bawah selaput lender vulva, terdiri dari bulbus vestibula dan kiri disini dijumpai vestibule mayor (kelenjar bartholini) dan kelenjar vestibulum minor.

  7) Hymen Merupakan selaput yang menutupi intrabus vagina bentuknya berlubang membentuk semilunaris, anularis tapisan. Bila tidak berlubang disebut atresia himenalis atau hymen impeforata. 8) Lubang Kemih

  Tempat keluarnya air kemih yang terletak dibagian bawah klitoris disekitar lubang kemih bagian kiri dan kanan lubang kelenjar skene.

  9) Perineum Terletak diantara vulva dan anus. b. Alat reproduksi interna 1) Vagina

  Liang atau saluran yang menghubungkan vulva dengan rahim terletak diantara saluran kemih dan liang dubur. Dibagian ujung atasnya terletak mulut rahim.

  Ukuran panjang dinding depan 8 cm dan dinding belakang 10 cm. Bentuk dinding dalamnya berlipat

  • – lipat disebut rugae sedangkan ditengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumna ruganum. Dinding vagina terdiri dari lapisan mukosa, lapisan otot dan lapisan jaringan ikat.

  2) Uterus Suatu struktur otot yang cukup kuat bagian luarnya ditutupi oleh peritoneum sedangkan rongga dalamnya dilapisi oleh mukosa rahim.

  Rahim berbentuk seperti bola lampu pijar atau buah pear mempunyai rongga yang terdiri dari tiga bagian dasar yaitu : Badan rahim (korpus uteri) berbentuk segitiga, leher rahim (service uteri), Rongga rahim (kavum uteri). Besarnya rahim berbeda-beda tergantung dari usia dan pernah melahirkan anak atau belum.

  Ukurannya sebesar telur ayam kampung. Pada nulipara ukurannya 5,5

  • – 8 cm x 3,5
  • – 4 cm x 2 – 2,5 cm : multipara 9 – 9,5 cm x 5,5 – 6 cm x 3 – 3,5 cm. Dinding rahim secara histologic terdiri dari 3 lapisan : Lapisan serosa (lapisan peritoneum) diluar, lapisan otot (lapisan miometrium) ditengah, lapisan mukosa (endometrium) didalam. Sikap dan letak rahim dalam rongga panggul terfikasi dengan baik karena disokong dan dipertahankan oleh : Tonus rahim sendiri, tekanan intra abdominal, otot-otot dasar panggul, ligamen-ligamen.

  3) Tuba Fallopi Saluran yang keluar dari kornu rahim kanan dan kiri panjangnya 12

  • – 13 cm, diameter 3
  • – 8 mm, bagian luarnya diliputi oleh peritoneum viseral merupakan bagian dari ligamentum latum. Bagian dalam saluran dilapisi silia, yaitu rambut getar yang berfungsi untuk menyalurkan telur dan hasil konsepsi. Saluran telur terbagi 4 yaitu : Paris intertisialis (intramularis), pars ismika yang merupakan bagian tengah saluran telur yang sempit, pars ampularis, dimana biasanya pembuahan (konsepsi terjadi), infundibulum, yang merupakan ujung tuba yang terbuka kerongga perut di infudibulum terdapat fimbriae yang berguna untuk menangkap sel telur (ovum) yang kemudian dapat disalurkan kedalam tuba.

  4) Ovarium Terdapat dua indung telur masing-masing dikanan dan kiri rahim dilapisi mesovarium dan tergantung dibelakang lig latum. Bentuknya seperti buah almond, sebesar ibu jari tangan (jempol), berukuran 2,5

  • – 5 cm x 1,5 – 2 cm x 0,6
  • – 1 cm. Indung telur ini posisinya ditunjang oleh mesovarium lig. Ovarika dan lig. Infundibulopelvikum.

  2. Fisiologi Alat Reproduksi

  a. Vagina Fungsi penting dari vagina ialah : 1. Saluran keluar untuk mengeluarkan darah haid dan secret lain dari rahim.

  2. Alat untuk bersenggama.

  3. Jalan lahir pada waktu persalinan. b. Uterus Fungsi utama uterus (rahim) adalah : 1. Setiap bulan berfungsi untuk siklus haid.

  2. Tempat janin tumbuh dan berkembang.

  3. Berkontraksi terutama sewaktu bersalin dan sesudah bersalin.

  c. Tuba Fallopi Fungsi utama saluran telur adalah : 1. Sebagian saluran telur menangkap dan membawa ovum.

  2. Tempat terjadinya pembuahan.

  d. Ovarium Fungsi indung telur yang utama yaitu :

  1. Menghasilkan sel telur (ovum)

  2. Menghasilkan hormon-hormon ( progesterone dan estrogen) 3. Ikut serta mengatur haid.

  C. Etiologi Menurut (Yatim,2008) ada beberapa penyebab kista ovarium anatara lain perempuan usia dewasa tua sampai usia menopause yang timbul karena gangguan perkembangan folikel ovarium hingga tidak timbul ovulasi.

  Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus,hipofisis dan ovarium.

  Klasifikasi kista ovarium menurut Nugroho, 2010 adalah ; 1) Tipe kista normal

  a. Kista fungsional Merupakan jenis kista ovarium yang paling banyak ditemukan. Kista ini berasal dari sel telur dan korpus luteum, terjadi bersamaan dengan siklus menstruasi yang normal. Kista ini akan tumbuh setiap bulan dan akan pecah pada masa subur, untuk melepaskan sel telur yang pada akhirnya siap dibuahi oleh sperma. Setelah pecah kista ini akan menjadi kista folikuler dan akan hilang saat menstruasi. Kista fungsiaonal terdiri dari : a) Kista Folikuler

  Kista yang terjadi dari folikel normal yang melepaskan ovum yang ada didalamnya. Terbentuk kantung berisi cairan atau lendir didalam ovarium.

  b) Kista Corpus Luteum Kista ini timbul karena pada waktu pelepasan sel telur terjadi pendarahan dan lama

  • – lama bisa pecah dan timbul perdarahan yang kadang – kadang perlu tindakan operasi untuk mengatasinya.

  2) Tipe Kista Abnormal

  a. Kistadenemo Merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel indung telur. Biasanya bersifat jinak, namun dapat membesar dan menimbulkan nyeri.

  b. Kista Coklat (endometrioma) Merupakan endometrium yang tidak pada tempatnya. Disebut kista coklat karena berisi timbunan darah yang berwarna coklat kehitaman.

  c. Kista dermoroid Merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian tubuh seperti kulit, kuku, rambut, gigi dan lemak. Kista ini dapat ditemukan di kedua bagian indung telur.

  Biasanya berukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala. d. Kista endometriosis Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan infatilitas.

  e. Kista hemorhage Merupakan kista fungsiaonal yang diseratai perdahaan sehingga menimbulkan nyeri didalam satu sisi perut bagian bawah.

  f. Kista lutein Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista lutein sesungguhnya umumnya berasal dari kospus luteum haematoma.

  g. Kista polikistik ovarium Karena kista tidak dapat pecah dan melepaskan sel telur secara kontinyu. Besarnya terjadi setiap bulan, ovarium akan membesar karena bertumpuknya kista ini. Untuk kista polikistik ovarium yang menetap (persisten), operasi harus di lakukan untuk mengangkat kista tersebuat agar tidak menimbulkan gangguan dan rasa sakit.

  D. Patofisiologi Kista Ovarium berkembang sebagai hasil hiperstimulasi ovari yang disebabkan oleh tingginya lonjakan LH, kadar LH lebih tinggi dari pada normal tetapi tidak memperlihatkan androgen estrogen oleh folikel kelenjar adneral folikel anovolusi degenerasi dan membentuk kista (Corwin, 1999).

  Kista folikel berkembang sebagai akibat dari kerusakan atau pecahnya folikel yang sedang matang atau kegagalan reabsorpsi folikel yang belum matang untuk mengabsorpsi cairan sesudah ovulasi. Jenis kista ini yaitu non neoplastik dan tidak dapat tumbuh tanpa pengaruh hormonal kista ini berukuran kecil ( ≤ 6 – 8 cm) dan biasanya tanpa gejala ( Winkjosastro, 2005).

  Kista karpus luteum disebabkan sekresi hormon progerterone kista ini dapat menyebabkan menstruasi tidak teratur atau menstruasi terlalu lama. Hal ini disertai dengan nyeri abdomen bawah dan pelvis (ilham,2008)

  E. Manifestasi klinis

  (Yatim,2008) gejala kista secara umum antara lain : Rasa nyeri yang menetap dirongga panggul disertai rasa agak gatal, rasa nyeri sewaktu bersetubuh atau nyeri rongga panggul kalau tubuh bergerak, perut membesar, rasa nyeri timbul begitu siklus menstruasi selesai, perdarahan menstruasi tidak seperti biasa. Mungkin perdarahan lebih lama, mungkin lebih pendek atau tidak keluar darah menstruasi pada siklus biasa atau siklus menstruasi tidak teratur.

  2. Menurut Winkjosastro, 2005.

  a. Gejala akibat pertumbuhan dapat menimbulkan 1) Rasa berat di abdomen bagian bawah.

  2) Mengganggu miksi atau defekasi. 3) Tekanan kista ovarium dapat menimbulkan obstipasi atau edema pada tingkat tungkai bawah.

  b. Gejala akibat hormonal Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita bila menjadi tumor dapat mengganggu menstruasi, tumor sel granulose dapat menimbulkan hipermenorea sedangkan tumor menimbulkan archenoblastoma dapat menimbulkan amenorea. c. Gejala akibat komplikasi 1) Perdarahan kedalam kista Terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista yang menimbulkan gejala nyeri perut mendadak.

  2) Putaran tungkai Adanya putaran tungkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum infundibulepelvikum terhadap peritoneum dan ini menimbulkan rasa sakit karena vena lebih mudah tertekan dan terjadi pembendungan darah dan dapat terjadi robekan dinding kista, untuk itu perlu tindak lanjut.

  3) Infeksi pada kista Cenderung mengalami peradangan dan disusul penanahan.

  F. Pemeriksaan Penunjang Metode

  • – metode yang biasa dijadikan diagnosis yang tepat adalah :

  1. Laparaskopi Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah kista berasal dari ovarium atau tidak dan untuk menentukan sifat- sifat tumor itu.

  2. Ultrasonografi Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus ovarium atau kandung kencing, apakah tumor lasik atau solid dan dapat dibedakan juga antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.

  3. Fotorontgen Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks selanjutnya pada kista demoroid kadang

  • – kadang dapat dilihat adanya gigi dalam kista.

  4. Parasentesis Fungsi pada asitis berguna untuk menentukan sebab asites yang berguna untuk mencemarkan kavum peritonei isi kista bila dinding kista tertusuk

  5. Pemeriksaan kadar HCG Untuk menyisihkan ada tidaknya kehamilan

  6. Pemeriksaan CS -125 Untuk mengetahui apakah terjadi proses keganasan pada kista.

  G. Penatalaksanaan Keperawatan

  1. Penatalaksanann umum Menurut Yatim, 2008.

  a. Apabila kistanya kecil misal sebesar permen dan pada pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda

  • – tanda keganasan biasanya dilakukan laparaskopi.

  b. Apabila kistanya agak besar biasanya dilakukan laparatomi

  c. Untuk polikistik ovarium biasanya dengan pengobatan oral yaitu pil KB gabungan estrogen

  • – progesteron untuk mengurangi ukuran besar kista. Menurut Winkjosastro,2008.

  1. Kista yang besarnya tidak melebihi jeruk nipis dengan diameter kurang dari 5 cm disebut kista folikel atau korpus luteum. Penanganannya adalah dengan pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium.

  2. Jika kista berukuran besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salpingo ooforektomi).

  3. Jika terdapat keganasan dilakukan histerektomi dan salpingo ooforektomi bilateral

  2. Penatalaksanaan Perawatan Pathways

  Ovarium Infeksi ovarium

  Sekresi hormon progesteron meningkat HCG meningkat Hiperstimulasi ovarium degeneratif

  Tidak terjadi ovulasi degeneratif pada kelenjar adrenal folikel Menurunnya ovulasi

  Terbentuknya kista Pembesaran ovarium Operasi kistektomi Menahan organ sekitar

  Post operasi Tekanan sel syaraf tumor Nyeri Akut

  Ansietas Penurunan metabolisme Peristaltik usus menurun Hipolisis Absorbsi air dikolon Asam laktat meningkat Luka operasi

  Gangguan metabolisme Diskontunuitas jaringan

  K onstipasi

  jaringan Port d’entri

  Imobilisasi

  Resiko infeksi Nyeri Akut Gambar 1.2 .Sumber : Winkjosastro 2005, Yatim 2009, Ilham 2008, Nanda 2013. H. Konsep Infertilitas

  1. Definisi Fertilitas ialah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghamilkannya

  (Wiknjosastro,2005).

  Infertilitas adalah istilah yang dipergunakan bagi seseorang yang mutlak tidak mungkin mendapat keturunan misalnya wanita aplasia atau pria tanpa testes.

  Secara medis infertil dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

  a. Infertile primer Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali perminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.

  b. Infertile sekunder Berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2

  • – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi jenis apapun.

  2. Etiologi Menurut US Departemen of Health and Human Services, penyebab umum dari ketidaksuburan pada perempuan adalah adanya masalah dengan ovulasi. Ini adalah suatu proses pelepasan telur yang matang dari jalan rahim untuk dibuahi. Sebuah tanda umum dari masalah ovulasi diantaranya periode menstruasi yang abnormal, atau kurang lengkapnya periode menstruasi.

  Infertilitas pada wanita

  a. Masalah vagina Infeksi vagina seperti vaginitis, trikomonas vaginalis yang hebat akan menyebabkan infeksi lanjut pada portio, serviks, endometrium bahkan sampai ke tuba yang dapat menyebabkan gangguan pergerakan dan penyumbatan pada tuba sebagai organ reproduksi vital untuk terjadinya konsepsi. Disfungsi seksual yang mencegah penetrasi penis, atau lingkungan vagina yang sangat asam, yang secara nyata dapat mengurangi daya hidup sperma ( Stright B, 2005 ).

  b. Masalah serviks Gangguan pada setiap perubahan fisiologis yang secara normal terjadi selama periode praovulatori dan ovulatori yang membuat lingkungan serviks kondusif bagi daya hidup sperma misalnya peningkatan alkalinitas dan peningkatan sekresi ( Stright B, 2005 ).

  c. Masalah uterus Nidasi ovum yang telah dibuahi terjadi di endometrium. Kejadian ini tidak dapat berlangsung apabila ada patologi di uterus. Patologi tersebut antara lain polip endometrium, adenomiosis, mioma uterus atau leiomioma, bekas kuretase dan abortus septik. Kelainan-kelainan tersebut dapat mengganggu implantasi, pertumbuhan, nutrisi serta oksigenisasi janin ( Wiknjosastro, 2002 ).

  d. Masalah tuba Saluran telur mempunyai fungsi yang sangat vital dalam proses kehamilan.

  Apabila terjadi masalah dalam saluran reproduksi wanita tersebut, maka dapat menghambat pergerakan ovum ke uterus, mencegah masuknya sperma atau menghambat implantasi ovum yang telah dibuahi. Sumbatan di tuba fallopi merupakan salah satu dari banyak penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut dapat terjadi akibat infeksi, pembedahan tuba atau adhesi yang disebabkan oleh endometriosis atau inflamasi (Hall et all. 1974 ). Infertilitas yang berhubungan dengan masalah tuba ini yang paling menonjol adalah adanya peningkatan insiden penyakit radang panggul ( pelvic inflammatory disease

  • –PID). PID ini menyebabkan jaringan parut yang memblok kedua tuba fallopi.

  e. Masalah ovarium Wanita perlu memiliki siklus ovulasi yang teratur untuk menjadi hamil, ovumnya harus normal dan tidak boleh ada hambatan dalam jalur lintasan sperma atau implantasi ovum yang telah dibuahi. Dalam hal ini masalah ovarium yang dapat mempengaruhi infertilitas yaitu kista atau tumor ovarium, penyakit ovarium polikistik, endometriosis, atau riwayat pembedahan yang mengganggu siklus ovarium. Dari perspektif psikologis, terdapat juga suatu korelasi antara hyperprolaktinemia dan tingginya tingkat stress diantara pasangan yang mempengaruhi fungsi hormone ( Handersen C & Jones K, 2006 ).

  I. Konsep Histerektomi Histerektomi adalah pengangkatan uterus melalui pembedahan, paling umum dilakukan untuk keganasan dan kondisi bukan keganasan tertentu (contoh: endometriosis atau tumor ) untuk mengontrol perdarahan yang mengancam jiwa dan kejadian infeksi pelvis yang tidak dapat sembuh

  • – sembuh atau rupture uterus yang tidak dapat diperbaiki ( Dongoes, 2001). Histerektomi adalah pengangkatan rahim atas indikasi obstetrik (Mochtar,1999).
Jenis Histerektomi :

  1. Histerektomi parsial (subtotal) Histerektomi jenis ini kandungan diangkat tetapi mulut rahim (servik) tidak.

  2. Histerektomi total Mengangkat kandungan termasuk mulut rahim

  3. Histerektomi dan salfingo ooforektomi bilateral Pengangkatan uterus mulut rahim, kedua tuba fallopi dan kedua ovarium pengangkatan ovarium menyebabkan keadaan seperti menopause.

  4. Histerektomi radikal Histerektomi diikuti dengan pengangkatan bagian bawah atas vagina serta jaringan dan kelenjar limfe disekitar kandungan.

  J. Pengkajian

  a. Pengumpulan Data

  1. Identitas

  a. Identitas klien Nama , umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku, status perkawinan, diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no RM dan alamat.

  b. Identitas Penanggung Jawab Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku dan alamat.

  2. Riwayat Kesehatatan

  a. Keluhan Utama Keluhan yang diungkapkan saat dilakukan pengkajian. b. Riwayat Kesehatan Sekarang Perjalanan penyakit klien sebelum, selama, perjalanan dan sesampainya dirumah sakit hingga saat dilakukan pengkajian tindakan yang dilakukan sebelumnya dan pengobatan yang didapat setelah masuk Rumah Sakit.

  c. Riwayat Menstruasi Kaji menarche, siklus mens, banyaknya haid yang keluar, keteraturan mens, lamanya, keluhan yang menyertai.

  d. Riwayat Obstetri Kali tanggal partus,jenis partus.

  e. Riwayat Keluarga Berencana KB idien, jenis kontrasepsi yang digunakan sejak kapan.

  f. Riwayat Penyakit Dahulu Tanyakan penyakit yang pernah dialami.

  g. Riwayat Pernikahan Kali usia pernikahan,lamanya pernikahan.

  h. Riwayat Seksual Kali usia pertama kali melakukan hub seks i. Riwayat Kesehatan Keluarga Riwayat kesehatan keluarga yang mempunyai penyakit yang sama. j. Riwayat Kebiasaan Sehari-hari 1. Personal hygien.

  Kaji kebiasaan personal hygiene klien meliputi keadaan kulit, rambut, mulut, gigi dan vulva hygiene.

  2. Pola Makan Kebiasaan makan dalam porsi makan, frekuensi, alergi atau tidak.

  3. Pola Eliminasi

  a. BAB Kaji frekuensi, warna, bau, konsistensi atau keluhan saat BAB.

  b. BAK Kaji freekuensi, warna, bau & keluhan saat berkemih.

  4. Pola Aktivitas & Latihan Kaji kegiatan dalam pekerjaan & kegiatan diwaktu luang sebelum selama di RS.

  5. Pola Tidur & Istirahat Kaji waktu, lama tidur per hari, kebiasaan saat tidur & kesulitan. k. Riwayat penggunaan zat Kaji kebiasaan & lama penggunaan rokok. l. Riwayat Sosial Ekonomi Kaji pendapatan perbulan, hubungan sosial & hubungan dalam keluarga. m. Riwayat Psiko Sosial dan Spiritual

  1. Psikososial Respon klien terhadap penyakit yang diderita saat ini.

  2. Spiritual Kaji kegiatan keagamaan klien yang sering dilakukan dirumah dan diRS.

  3. Pemeriksaan Fisik Kaji keadaan umum, kesadaran, BB dan tinggi badan , dan TTV

  a. Kepala Keluhan pusing, warna rambut, keadaan dan kebersihan

  b. Mata Kesimetrisan mata, warna konjungtiva, sklera kornea

  c. Hidung Kesimetrisan, keadaan kebersihan , penciuman

  d. Mulut Kelembaban mukosa bibir, keadaan gigi

  e. Telinga kelainan bentuk, keadaan dan fungsi f. Leher

  Kaji adanya pembengkakan, pembesaran kelenjar tiroid

  g. Daerah dada Keluhan sesak, bentuk, nyeri dada auskultasi suara jantung, frekuensi nadi dan TD.

  h. Abdomen Kaji adanya massa pada abdomen , distensi, bising usus, nyeri tekan i. Genetalia eksterna

  Pengeluaran sekret dan perdarahan , warna, bau keluhan gatal dan kebersihan j. Ekstremitas

  Kaji kekuatan otot, varises, kontraktur pada persendian dan kesulitan pergerakan.

  4. Pemeriksaan penunjang Pre op : kaji hemoglobin, pembekuan darah dan USG. b.Analisa Data

  Analisa data adalah mengkaitkan data, menghubungkan data dengan konsep, teori dan kenyataan yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah keperawatan klien.

  c. Fokus intervensi Post operasi

  No Diagnosa Perencanann keperawatan Tujuan Intervensi

  1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Kaji nyeri secara

  • berhubungan keperawatan selama 1 x 24 jam komprehensif dengan agen di RS diharapkan nyeri dapat meliputi lokasi injury fisik ( berkurang dengan kriteria hasil nyeri, durasi , insisi : skala nyeri dan pembedahan) Indikator Awal Tujuan karakteristik

  Nyeri

  2 4 nyeri Observasi reaksi

  • terkontrol non verbal dan

  Ekspresi

  3

  4 ketidaknyamana wajah n rileks

  Ajarkan tekhnik Skala

  4 relaksi non nyeri farmakologi berkurang yaitu tarik nafas TTV dbn

  • 2

  4

  5 dalam Keterangan :

  Berikan

  • 1 : ekstrem lingkungan yang

  2: berat tenang dan 3: sedang nyaman 4: ringan

  Motivasi

  • 5: tidak ada gangguan istirahat

  Observasi ttv

  • Kolaborasi - pemberian analgetik

  2 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Observasi

  • berhubungn keperawatan selam 1 x 7 jam di adanya tanda dengan prosedur RS diharapkan resiko infeksi infeksi
  • Tingkatkan intake cairan

  • Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

  • Kaji warna kulit, turgor
  • Motivasi pasien untuk istirahat
  • Berikan terapi antibiotik sesuai program
  • Monitor tanda dan gejala konstipasi
  • Monitor bising usus
  • Monitor feses, frekuensi, konsistensi, dan volume
  • Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang berserat

  2

  5 Eliminasi feses tanpa perlu mengejan

  2

  5 Konsistensi feses lembut

  2

  Indikator Awal Tujuan Defekasi dapat dilakukan 1 kali sehari

  Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 7 jam di RS diharapkan pasien dapat defekasi dengan teratur (setiap hari) dengan kriteria hasil :

  3 Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen

  4

  5 Keterangan 1 : ekstrem 2 : berat 3 : sedang 4 : ringan 5 : tidak ada gangguan

  5 TTV dbn

  3

  5 Leukosit Dbn

  3

  4 Akral tidak teraba hangat

  2

  infasif tidak terjadi dengan kriteria hasil : Indikator Awal Tujuan Tidak menunjukan tanda infeksi

  5 Keterangan : 1 : ekstrem 2 : berat 3 : sedang 4 : ringan 5 : tidak ada gangguan

  • Menyarankan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter jika sembelit / impaksi terus ada.
  • Kolaborasi medis pemberian laksatif