Pengaruh Pertanian Terhadap Penurunan Kualitas Dan Mutu Perairan Danau Batur Kecamatan Kintamani Bangli.

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

PENGARUH PERTANIAN TERHADAP PENURUNAN KUALITAS DAN
MUTU PERAIRAN DANAU BATUR, KECAMATAN KINTAMANI,
BANGLI
I Ketut Sundra1), Martin Joni2)
1,2
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ,
Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran.
Telpon/HP : (0361) 8448218/HP. 08123811349
E-mail : [email protected]
2
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam , Universitas Udayana
ABSTRAK

Danau Batur adalah satu dari 4 danau terluas di Bali, yang kini sarat dengan berbagai kepentingan terutama
utuk pertanian, pariwisata dan perikanan, sehingga kini banyak mengalami penurunan kualitas dan mutu perairan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas secara sik, kimia dan mikrobiologi pada musim hujan dan
kemarau, dan untuk mengetahui status mutu perairan Danau Batur pada musim hujan dan kemarau tahun 2015.
Penelitian dilakukan di 6 desa sekitar Danau Batur yaitu : Desa Kedisan, Buahan, Toya Bungkah, Songan, Abang
dan Terunyan.

Metode Analisis sampel air dilakukan dua cara yaitu cara in-situ dan Laboratorium. Tingkat kelayakan
hasil dicocokkan dengan Standar Baku Mutu Air Kelas 3 sesuai Pergub Bali Nomor 08 tahun 2007, Sedangkan
status mutu perairan ditetapkan dengan Metode Storet sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115
Tahun 2003.
Hasil penelitian menunjukkan dari 14 parameter kualitas air pada 6 lokasi yang dianalisis pada musim hujan
ternyata ada 2 parameter (BOD5 dan Pb) yang melampaui baku mutu air kelas 3. Untuk BOD yang melampaui
baku mutu air kelas 3 terjadi pada 2 lokasi (Toyo Bungkah dan Buahan) untuk Pb terjadi di 4 lokasi (Kedisan Toyo
Bungkah, Abang dan Buahan), sedang pada musim kemarau hanya 1 parameter yaitu Pb yang melampaui Baku
Mutu Air kelas 3 untuk 2 lokasi yaitu Buahan dan Kedisan. Hasil analisis Storet menunjukkan status mutu perairan
Danau Batur untuk 6 lokasi pada musim hujan dan kemarau yaitu : perairan Desa Kedisan, Toyo Bungkah dan
Abang termasuk tercemar ringan (kelas C), Songan dan Trunyan tergolong sesuai dengan Baku Mutu (SBM) atau
Kelas A dan Buahan tergolong tercemar sedang (CS).
Tingginya kandungan BOD5 akibat akumulasi bahan organik dari sampah dan limbah masuk ke perairan, sedangkan
tingginya Pb akibat asap hasil pembakaran BBM perahu motor yang berlebihan. Hasil penelitian ini disimpulkan
14 parameter kualitas air danau yang dianalisis secara sik, kimia dan mikrobiologi pada 6 lokasi pada 2 musim
(hujan dan kemarau) ternyata ada 2 parameter yaitu BOD 5 dan Pb yang melampaui Baku Mutu air Kelas 3 (Pergub
Bali No 7 tahun 2008). Untuk Status mutu perairan yaitu Kedisan, Toyo Bungkah dan Abang termasuk tercemar
ringan, Songan dan Terunyan termasuk sesuai Baku mutu atau tidak tercemar dan perairan Desa Buahan termasuk
tercemar Sedang
Kata Kunci : Kualitas air, Status Mutu Air, Danau Batur, Pencemaran.

ABSTRACT

Lake Batur is one of fourth lake widest in Bali , who is now loaded with different interests especially to agricultural,
tourism and shery, so now experience a lot of a decrease in the quality and the quality of waters .This study attempts
to know the quality of physically, chemical and microbiology in the rainy season and dry season , and to know
status the quality of the waters of Lakes Batur in the rainy season and dry season 2015. The research was done in 6
village about Lakes Batur: Kedisan village, Buahan, Toya Bungkah, Songan, Abang and Terunyan. The method of
analysis water sample done two ways that is way in-situ and laboratory. The feasibility the match with standard raw
water quality grade three based on Regulation of Governor Bali No.8. 2007, while status the quality of waters set in
accordance with the Storet Methods the State of the Environment Minister No. 115. 2003.
The research results show of 14 parameter the quality of water at 6 locations analyzed in the rainy season turns out
there was 2 parameter ( BOD5 and Pb ) who exceed raw water quality the 3rd class. To BOD who exceed raw water
quality class 3 occurring in the 2 the location (Toyo Bungkah and Buahan to Pb occurring in 4 the location ( Kedisan,
Toyo Bungkah, Abang and Buahan ), while in dry season only 1 parameter, Pb who exceed raw water quality class

2166 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

3 to two locations was Buahan and Kedisan. The results of the Storet Analysis show status the quality of the waters

of Lakes Batur for six the location on the rainy season and dry season: Kedisan village, Toyo Bungkah and Abang
including light contaminated ( Class C ), Songan and Trunyan are in accordance with of quality standard or Class A
and Buahan are middle contaminated.
High BOD5 content the accumulation of organic matter of waste and waste into waters, while the high Pb due to
smoke of dump fuel excessive dory. The research has 14 parameter water quality lake analyzed physically, chemical
and microbiology on 6 the location on 2 the (rainy and drought) there were 2 the parameters BOD5 and Pb raw over
water quality class 3 (Regulation of Governor Bali No.8. 2007). The status of the Kedisan waters, Toyo Bungkah
and Abang including light contaminated, Songan and Terunyan including appropriate environmnetal quality or
uncontaminated and Buahan are middle contaminated.
Keywords: water quality, the status of water quality, Lake Batur, pollution.

1.

PENDAHULUAN
Danau Batur merupakan salah satu dari empat danau di Bali yang memiliki luas terbesar yaitu 16,05
km2 dibandingkan dengan tiga danau lainnya (Beratan, Buyan dan Tamblingan). Hasil pengamatan Sundra
(2012) terhadap enam desa yang ada di sekitar Danau Batur (Kedisan, Buahan, Toya Bungkah, Songan,
Abang dan Terunyan) adalah semua penduduk memanfaatkan lahan di sekitar Danau Batur tersebut untuk
usaha pertanian khususnya tanaman hortikultur berupa sayuran baik kubis,bawang merah, cabe, tomat
dan jagung. Dalam pelaksanaan usahatani tersebut bahwa semua petani dalam meningkatkan produksi

pertanian tersebut menggunakan sarana produksi berupa pupuk kimia (pupuk, N, P, K) dan pupuk organik
berupa pupuk kompos dengan perbandingan yang berimbang (60 % pupuk kimia dan 40 % pupuk kompos)
serta menggunakan pestisida dan fungisida secara kontinyu.
Berdasarkan informasi masyarakat petani baik petani pemilik dan petani penyakap bahwa dalam
usaha tani masyarakat belum bisa secara penuh menerapkan sistem pertanian organik (tanpa menggunakan
pupuk kimia dan pestisida). Hal ini dilakukan karena masih menjadi tuntutan petani untuk bisa menghasilkan
produksi pertanian secara maksimum sehingga penggunaan pupuk kimia dan pestisida sampai saat ini tetap
menjadi sarana unggulan dalam meningkatkan produksi pertanian.
Secara geografis lahan pertanian yang lebih tinggi dari posisi danau, dan aktivitas pertanian yang
berbatasan langsung dengan pinggir danau serta tanah bersifat poros, sehingga kondisi ini memacu residu
pupuk dan pestisida lebih mudah terakumulasi ke badan perairan. Masuknya residu pupuk kimia dan pupuk
organik dan pestisida ke badan perairan danau, akan berpengaruh terhadap penurunan kualitas dan mutu
perairan danau baik secara fisik, kimia maupun mikrobia. Adapun penurunan kualitas perairan ini akan
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama pada manusia yang masih secara aktif memanfaatkan air
danau selain untuk meyiram tanaman juga untuk berbagai keperluas sehari-hari, yaitu untuk air minum,
mandi cuci dan sebagainya.
Mengingat pentingnya peruntukannya perairan air danau, maka perlu teridentifikasi secara kualitas
dan mutu perairannya, sehingga dapat diupayakan untuk mempertahankan tingkat kelayakan terhadap
fungsi dan manfaat untuk berbagai kepentingan terutama untuk bahan baku air minum, mandi dan
keperluan lainnya. Dengan demikian untuk menjawab persoalan ini perlu dilakukan penelitian secara

berkelanjutan.
2.

BAHAN DAN METODE
Alat-alat yang digunakan dalam pengambilan sample air adalah Water sampler, Jerigen plasik ukuran
2 liter, Botol gelap (botol Winkler) ukuran 300 ml, Botol steril ukuran 250 ml, pH meter, termometer, dan
salinometer. Pengumpulan data penelitian ini adalah berupa data primer (pengambilan sampel air danau
pada musim hujan dan kemarau) dan data sekunder (data-data di lokasi). Sampel air danau diambil pada
6 titik lokasi pada 6 desa di wilayah lingkar Danau Batur yaitu Desa Kedisan (SA1), Toyo Bungkah
(SA2) , Abang (SA3), Songan (SA4), Terunyan (SA4) dan Desa Buahan (SA6). Pengambilan sampel air
dilakukan dalam 2 periode musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Untuk analisis kualitas air danau
Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 2167

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung dilokasi (in situ) untuk parameter-parameter kualitas air
yang cepat berubah (pH, suhu, bau, rasa, warna). Untuk unsur-unsur fisik, kimia dan mikrobiologi lainnya
yang bisa diawetkan dianalisis di Laboratorium Analitik Universitas Udayana. Analisis data dilakukan
dengan 2 cara yaitu secara deskriptif komparatif, mengacu pada Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun
2001 dan Analisis Indeks mutu perairan (IP) melalui Metode Storret.


2168 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 2169

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

Secara prinsip metode STORET adalah membandingkan antara data kualitas air danau (hasil
analisis yang di analisis di laboratorium ) dengan baku mutu air sesuai dengan peruntukkan (air kelas 3) .
Adapun penentuan status mutu air danau dengan metode STORET ditentukan dari jumlah skor dari setiap
parameter yang diamati/diuji (Kep. Men LH No 115 tahun 2003). Untuk penentuan system nilai untuk
menentukan status mutu air danau pada musim hujan dan kemarau secara fisik, kimia dan biologi seperti
tercantum pada Tabel 3.

Skor
No

Parameter


Satuan

Baku Mutu
Air Kelas 3
Kedisan

Toyo
Bung
kah

Abang

Songan

Teru
nyan

Buahan


A FISIKA
1

Warna

Organo
leptik

Tak berwarna

0

0

0

0

0


0

2

Bau

Organo
leptik

Tak berbau

0

0

0

0

0


0

3

Rasa

Tak berasa

0

0

0

0

0

0


Deviasi 3
400

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

6-9
3
6
20
1
0,03

0
0
0
0
0
0
-8

0
0
-2
0
0
0
-6

0
0
0
0
0
0
-6

0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0

0
0
-6
0
0
0
-8

2.000

0

0

0

0

0

0

10.000

0

0

0

0

0

0

Jumlah
Kelas

-8
B

-8
B

-6
B

0
A

0
A

-14
C

Keterangan

CR

CR

CR

SBM

SBM

CS

4
Suhu
5
TSS
B KIMIA
6
pH
7
DO
8
BOD5
9
NO3
10
P (Fosfor)
11
K(Kalium)
12
Pb (timbal)
C. BIOLOGI
14

E.coli

15

Coliform

Keterangan:
CB
CS
CR
SBM

:
:
:
:

Organo
leptik
0 0C
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
MPN/
100ml
MPN/
100ml

Cemar Berat
Cemar Sedang
Cemar Ringan
Sesuai dengan Baku Mutu

4.
4.1

PEMBAHASAN
Kualitas Perairan
Hasil analisis terhadap 12 titik kualitas air danau batur pada musim hujan dan kemarau ternyata dari
16 parameter yang dianalisis ternyata ada 2 parameter yang melampaui baku mutu air kelas 3 pada musim
hujan yaitu BOD5 yang terjadi pada 2 lokasi yaitu di perairan Toyo Bungkah dan Buahan. Sedangkan
kandungan BOD5 pada musim kemarau semuanya dibawah baku mutu atau memenuhi standar baku mutu
air kelas 3 yang ditetapkan. Tingginya kandungan BOD5 yang terjadi pada musim hujan disebabakan
2170 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

karena banyaknya bahan organik yang terakumulasi yang berasal dari hasil degradasi sampah dan limbah
yang masuk ke badan perairan. Hal ini berdampak terhadap rendahnya kadar DO, kekeruhan, meningkanya
suhu dan bau peraian dan terjadi kematian beberapa biota perairan tersebut Sehingga semakin tiggi BOD
akan diperlukan banyak oksigen terlarut untuk mendegradasi bahan organik (Dahuri, 1994). Menigkatnya
kandungan BOD di musim hujan Untuk di wilayah perairan Buahan disebabakan karena di lokasi ini
sebagai tempat pelabuhan (Dermaga) sampan (perahu kecil) sebagai sarana pariwisata angkutan air dari
dank ke obyek wisata Trunyan dan desa-desa lain di sekitar danau Batur yang padat pengunjung terutama
pada hari minggu dan hari libur lainnya. Dengan banyaknya wisatawan lokal dan manca Negara akan
berdampak terhadap peningkatan sampah da limbah organik yang akan masuk ke badan perairan, sehingga
emacu pengkatan bahan organik yang terakumulasi ke badan perairan , sehingga dapat memacu peningkatan
kadar BOD. Sedangkan di perairan Toyo Bungkah, peningkatan kadar BOD lebih dipacu karena daerah
ini juga sudah dibuka sebagai daerah destinasi pariwisata dan pula dibuka obyek pariwisata spiritual,
yang banyak dikunjungi pariwisata untuk berlibur dan kepentingan pengobatan alternatif dengan cara pijat
refleksi dan pengobatan spiritual lainnya. Disamping itupula setiap upacara piodalan banyak masyarakat
hindhu bersembahyang. Akibat aktivitas ini berdampak terhadap peningkatan volume sampah organik.
Sehingga sampah dan limbah dapat masuk ke badan perairan, sehingga hasil degradasi ini akan memacu
peningkatan kadar organik yang berdampak terhadappeningkatan kadar BOD.
Peningkatan kandungan Plumbum /timbal (Pb) pada 4 lokasi perairan danau Batur yaitu Desa
Kedisan, Toyo Bungkah, Abang, dan Buahan, berasal dari aktivitas pariwisata yang memanfaatkan jasa
kapal motor yang berbahan bakar solar dan bensin yang sarat aktivitas terutama pada hari minggu dan hari
lbur lainnya. Hasil pembakaran (asap) dari kapal motortersebut dapat menghasilkan Pb yang terakumulasi
ke badan perairan. Plumbum (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat yang bersifat akumulatif dan
berbahaya bagi kehidupan biota perairan, termasuk manusia. Untuk meminimalisir kandungan Pb di
perairan dapat dilakukan dengan melakukan uji emisi gas buang mesin kapal motor atau melakukan
pengaturan jadwal keberangkatan kapal m otor tersebut.
4.2

Status Mutu perairan Danau
Berdasarkan analisis iir terhadap penentuan status mutu air dengan metode Storet terhadap 6 ttik
Air danau batur (Kedisan, Toyo Bungkah, Abang, Songan, Terunyan dan Buahan) pada musim hujan
dan kemarau ternyata terbagi dalam 3 kelas yaitu perairan di desa Kedisan, Toyo Bungkah dan Abang
ketiganya masuk dalam Kelas B yaitu tergolong tercemar ringan (CR), Hal ini telah terjadi indikasi terjadi
penurunan kualitas perairan karena di ketiga desa ini telah terjadi peningkatan activitas pariwisata (jasa
angkutan perahu motor yang dapat mengeluarkan asap yang menyebabakan terakumulasi dan peningkatan
kadar plumbum (Pb) di badan perairan) dan peningkatan aktivitas pertanian dan permukiman yang
dapat memacu peningkatan sumber sampah dan limbah masuk ke badan perairan sebagai sumber bahan
organik, sehingga memacu aktivitas mikrobia untuk mendegradasi sampah dan limbah, menyebabkan
terjadipeningkatan kadar BOD.
Perairan di desa Buahan tergolong Kelac C (tercemar sedang/CS). Kondisi ini memiliki scor
tertinggi (-14) dibandingkan dengan status mutu 5 perairan danau batur lainnya. Hal ini menunjukkan
bahwa perairan danau batur di desa Buahan telah banyak terakumulasi polutan yang menyebabkan
kualitas air menurun sesuai dengan peruntukkannya sehingga status mutu menjadi rendah. Seperti yang
terjadi di Desa Buahan yang sarat dengan aktivitas penduduk terutama terjadi di dermaga dan sekitarnya
serta aktivitas pertanian yang tidak terkontrol yang menimbulkan banyak sampah-sampah dan limbah
yang masuk ke badan perairan yang merupakan substrat utama untuk perkembangbiakan bakteri Coliform.
Sehingga perairan menjadi keruh dan berbau menyebabkan kualitas dan mutu perairan jauh menurun
sesuai peruntukkannya.

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 2171

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

5. KESIMPULAN
1.
Secara umum kualitas dan status mutu perairan pada 6 desa sekitar Danau Batur Kabupaten
Bangli (Kedisan, Toyo Bungkah, Abang,Songan,Terunyan dan Buahan) ada 4 lokasi yaitu (Kedisan,
Toyo Bungkah, Abang dan Buahan) kurang baik sesuai peruntukkan untuk pertanian dan budidaya
perikanan (Air Kelas 3) sesuai Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 tahun 2007). Untuk perairan
Songan dan Terunyan masih tergolong layak.
2.
Dari 15 parameter kualitas air yang dianalisis pada musim hujan dan kemarau hanya 2 parameter
yang melampaui baku mutu air kelas 3 yaitu BOD5 dan timbal (Pb) Kandungan BOD5 yang
melampaui Baku mutu hanya terjadi pada musim hujan saja pada 2 titik pengamatan yaitudi Toyo
Bungkah dan Buahan, sedang pada musim hujan masi dibawah baku mutu. Untuk Kandungan
Pb yang melampaui baku mtu air kela 3 pada musim hujan ada 4 tititklokasi yaitu: Kedisan, Toyo
Bungkah, Abang dan Buahan, sedangkan pada musim kemarau hanya 2 titik saja yaitu : Kedisan dan
Buahan
Status mutu perairan Danau Batur pada 6 lokasi dinyatakan dalam 3 kelas yaitu Perairan desa
3.
Kedisan, Toyo Bungkah dan Abang tergolong baik/ kelas B (tercemar ringan), perairan Desa Buahan
tergolong sedang/ kelas C (tercemar sedang ) dan perairan desa Songan dan Terunyan tergolong baik
sekali/kelas A (Tidak tercemar atau memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ketua LPPM Universitas Udayana, Dekan F.MIPA
Universitas Udayana, Ketua Jurusan Biologi, F.MIPA Universitas Udayana dan ketua pelaksana anggaran
(DIPA-BLU UNUD) yang telah memberikan kesempatan penelitian melalui bantuan dana hibah penelitian
program studi kepada penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri, R. dan A. Damar. 1994. Metode Dan Teknik Analisis Kualitas Air . Bogor : Fakultas Perikanan
IPB.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.
Yogyakarta: PT Kanisius.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.
Gintings, P. 1995. Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Kementrian Lingkungan Hidup. 2002. PPRI N0 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas air dan
Pengendalian Pencemaran air
Mahida, U.N. 1993. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta: Rajawali Press.
Menteri Negara Lingkungan Hidup. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun
2003. Tentang Pedoman Status Mutu air
Metcalf & Eddy. 1991.Wastewater Engineering, Treatment Disposal Reuse. Third Edition. Singapore.
Mc. Grow- Hill international Editions,Civil Engineering
Peavy, H.S; D.R. Rowe; G. Tchobanoglous. 1986. Environmental Engineering. International Edition.
New York. Mc. Grow- Hill Book Company.
Suriawiria, U. 1990. Mikrobiologi Air Dan Dasar-Dasar Pengolahan Buangan Secara Biologi. Bandung:
Penerbit Alumni.

2172 | Kuta, 29-30 Oktober 2015