TINJAUAN KEKAKUAN PADA KOLOM RETROFIT DENGAN PENGEKANGAN CARBON WRAPPING.
TINJAUAN KEKAKUAN PADA KOLOM RETROFIT DENGAN
PENGEKANGAN CARBON WRAPPING
Oleh : Edy Purwanto1), Rudi Setiadji A2)
ABSTRAKSI / ABSTRACT
Metode pengekangan pada permukaan kolom merupakan salah satu usaha untuk
meningkatkan kemampuan dan kekakuan kolom tersebut. Kekakuan kolom diperlukan
untuk membatasi defleksi lateral struktur. Retakan yang terjadi pada kolom yang rusak
mengurangi nilai kekakuan sehingga diperlukan adanya confinement untuk
memperlambat perluasan retak yang bisa menimbulkan kehancuran kolom pada beban
yang lebih tinggi. Hasil pengujian pada benda uji kolom menunjukkan bahwa kekakuan
KPR pada tahap uncrackec lebih rendah, tetapi mempunyai nilai beban retak pertama
lebih besar. Kekakuar KPR pada tahap cracked mengalami peningkatan hingga lebih
dari tiga kali lipat nilai kekakuan KN, tetapi terdapat nilai beban leleh yang lebih rendah
Confinement method of column surface represent one of the effort to increase
capacity and stiffness of column. Column’s stiffnes is used to restrict lateral deflection
of structure. Crack at damaged column decrease it’s stiffnes so that it needs an
existence of confinement to slow down crack extension which can generate ruination of
structure at higher level load. Result of this experiment indicates that stiffnes of
uncracked phase is lower but it has bigger initial crack load value. Stiffnes at carcked
phase experiences a stiffness three times as value as stiffness of KN, but it has a lower
yield load.
Keywords : confinement, crack, stiffness, increase.
1
1)
2)
Dosen Jur. Teknik Sipil FT UNS
Alumni Jur. Teknik Sipil FT UNS
1
dideteksi. Tegangan berlebihan yang
PENDAHULUAN
timbul
Kerusakan
dapat
disebabkan
manusia.
Faktor
struktur
oleh
bangunan
alam
alam
dan
mempunyai
kontribusi melalui perubahan cuaca,
pada
kolom
bangunan
menghasilkan pola retak, kehancuran
bagian kolom secara lokal, bahkan
keruntuhan
seluruh
struktur
(total
collapse).
Bangunan
proses abrasi, kebakaran, dan gempa
yang
mengalami
bumi. Faktor manusia memberikan
kerusakan bisa dengan mudah diganti
pengaruh
perhitungan
dengan bangunan baru, tetapi pada
beban rencana yang tidak tepat oleh
situasi bangunan yang rusak banyak
perancang
jumlahnya dan biaya penggantiannya
pada
proses
bangunan,
berkurangnya
kelebihan
sangat tinggi tidak memberi pilihan
penambahan air dalam mix design,
selain perbaikan. Perbaikan kerusakan
dimensi elemen struktur yang berkurang
dapat
akibat kesalahan pemasangan bekisting
bangunan seperti semula, tetapi untuk
ataupun tulangan, dan pembebanan
menghindari terjadi kembali kerusakan
yang melebihi beban rencana oleh
dengan penyebab yang sama diperlukan
pengguna
peningkatan
kekuatan
beton
karena
bangunan.
Kerusakan
mengembalikan
kemampuan
kemampuan
struktur
beban
(retrofit). Kerusakan bangunan selain
biasanya terlihat jelas dan mudah
total collapse dapat diperbaiki dengan
bangunan
akibat
kelebihan
2
berbagai teknik, misalnya pengisian
material dan teknologi yang tersedia.
retak dengan epoxy injection grouting,
Perbaikan
elemen
perbaikan bagian yang hancur dengan
perkuatan
eksternal
polymer/epoxy mortars, dan pemberian
bertulang
kurungan (confinement) bagian yang
menghasilkan pertambahan beban dan
rusak untuk meningkatkan kekuatan
pertambahan dimensi yang cukup besar
steel
dengan
encasing,
concrete
di
sehingga
struktur
dengan
lapisan
sekeliling
beton
penampang
mengganggu
arsitektural
encasing, atau fiber wrap encasing.
bangunan. Situasi tersebut menjadi
Analisa tingkat kerusakan dilakukan
pertimbangan
dahulu
perbaikan dengan
untuk
perbaikan.
pemilihan
Menurut
metode
Thermou
dan
untuk
melakukan
fiber wrapping
sebagai bahan perkuatan yang relatif
Elnashai (Bai, 2003) terdapat beberapa
ringan,
faktor yang mempengaruhi pemilihan
mempunyai
teknik perbaikan, yaitu : perbandingan
terhadap korosi, dan hanya sedikit
biaya terhadap keutamaan struktur,
menambah dimensi kolom.
ketersediaan tenaga kerja, jangka waktu
mudah
Hampir
dalam
kekuatan
semua
pemasangan,
besar,
kolom
tahan
pada
pekerjaan, fungsi dan estetika bangunan
struktur beton mengalami gaya fleksural
yang
disamping
ada,
kekuatan,
pondasi
kecukupan
dan
yang
daktilitas,
masih
kekakuan,
gaya
tekan.
Hal
ini
kapasitas
disebabkan letak beban yang tidak
mencukupi,
berada di pusat penampang kolom, atau
3
disebabkan kolom menahan sebagian
tanpa perkuatan. Retakan yang terjadi
dari momen pada ujung balok yang
pada kolom yang rusak mengurangi
ditopangnya. Selain defleksi vertikal
nilai kekakuan dan diperlukan adanya
balok, defleksi lateral rangka struktur
confinement
harus menjadi pertimbangan dalam
perluasan retak yang bisa menimbulkan
perencanaan struktur rangka beton.
kehancuran penampang beton pada
Defleksi lateral harus dibatasi untuk
tahap
mencegah perasaan tidak nyaman bagi
sehingga diperkirakan carbon fiber
pengguna bangunan, kerusakan pada
wrapping
partisi, atau efek P- yang berbanding
kekakuan kolom perbaikan.
terbalik
LANDASAN TEORI
dengan
kekakuan
lateral.
Defleksi lateral rangka dipengaruhi oleh
kekakuan
semua
elemen
penyusun
pembebanan
akan
memperlambat
yang
mampu
tinggi,
menambah
Peningkatan Kapasitas Struktur
Peningkatan
(retrofit)
struktur termasuk kolom.
untuk
pada
kapasitas
umumnya
struktur
dapat
Berdasarkan jenis serat perkuatan
dilakukan dengan dua metode. Metode
yang ada, carbon fiber mempunyai
pertama adalah structure-level retrofit
kekuatan dan kekakuan yang terbesar.
yang meliputi modifikasi menyeluruh
Penelitian sebelumnya
terhadap sistem struktural. Modifikasi
menunjukkan
peningkatan kekakuan kolom dengan
tersebut
dapat
berupa
penambahan
carbon fiber wrap dibanding kolom
dinding struktural atau steel braces.
4
Penambahan dinding struktural atau
penambahan concrete jacket atau FRP
perbaikan dinding geser yang sudah ada
jacket pada kolom yang berfungsi
efektif
lateral
sebagai confinement. Perbaikan ini lebih
bangunan dan mengurangi kerusakan
efektif dari segi biaya karena hanya
elemen struktur. Biaya dan waktu dapat
komponen
dikurangi dengan pemakaian shotcrete
ditingkatkan kemampuannya. Perkuatan
atau precast panels. Pemasangan steel
kolom dengan FRP jacket bertujuan
bracing efektif meningkatkan kekuatan
untuk meningkatkan kapasitas geser,
dan kekakuan keseluruhan bangunan.
daktilitas,
Pondasi mungkin mendapat tambahan
akibat lentur. Pemasangan yang mudah,
beban pada lokasi bracing sehingga
rasio kekuatan terhadap berat yang
pondasi tersebut masih perlu dievaluasi
besar, dan ketahanan terhadap korosi
kembali. Sambungan terhadap rangka
menjadi pilihan utama untuk perbaikan
beton
walaupun harga FRP cukup mahal.
mengontrol
dapat
defleksi
menjadi
bagian
yang
berbahaya selama pembebanan terutama
saat gempa. Metode retrofit kedua
adalah
member-level
retrofit
yang
meliputi peningkatan daktilitas elemen
struktur lokal hingga mencapai batas
ijin.
Peningkatan
tersebut
tertentu
dan
saja
kapasitas
yang
deformasi
Kekakuan Kolom
Kolom yang diberi beban titik p
secara
eksentris,
akan
mengalami
momen pada dasar kolom sebesar :
M = p.e
(1)
melalui
5
Kolom mengalami defleksi sebesar
kolom diperlukan berhubungan dengan
saat beban titik p bekerja, untuk
masalah kekuatan kolom.
kesetimbangan gaya internal, momen
Perencana
struktur
harus
memperhatikan faktor kekakuan untuk
pada dasar kolom menjadi :
M = p(e+Δ)
(2)
pembatasan defleksi yang terjadi dan
tidak hanya memperhitungkan kekuatan
semua komponen struktur agar mampu
menahan beban layan dalam kondisi
elastis. Beton bertulang diperbolehkan
mengalami retak, tidak terjadi leleh
pada baja tulangan (dapat menyebabkan
retakan lebih lebar), dan beton tidak
Gambar 1. Pembebanan Eksentris
hancur. Keruntuhan struktur daktail
Kolom
dianggap mulai terjadi setelah tulangan
tarik leleh, sehingga pada pembebanan
Kekakuan menunjukkan kemampuan
untuk mengalami defleksi seminimal
mungkin.
Besarnya
defleksi
akan
meningkatkan nilai momen kolom yang
harus
didesain,
sehingga
kekakuan
setelah leleh faktor daktilitas lebih
berperan dibanding kekakuan karena
berfungsi sebagai cadangan kapasitas
defleksi pada kondisi beban yang
berlebihan.
6
Defleksi kolom akibat beban titik
beton
bertulang
karena
harus
statis eksentris pada Gambar 1 dapat
mempertimbangkan pengaruh retakan
dihitung dengan persamaan :
dan kontribusi beton terhadap tegangan
p.eL2
Δ
tarik (Paulay, 1992). Hubungan antara
(3)
2 EI
beban dengan defleksi elemen beton
dimana : p=beban titik statis eksentris,
bertulang dapat diidealisasikan menjadi
e=eksentrisitas beban, L=tinggi kolom,
bentuk trilinier dari tahap sebelum
E=modulus
retak, setelah retak, dan setelah tulangan
elastisitas
material,
I=momen inersia penampang kolom.
tarik
Nilai
rumus
pembebanan dengan hubungan linier
defleksi yang ada didapatkan dari
dari awal hingga runtuh meliputi tahap
persamaan berikut :
berikut :
kekakuan
berdasarkan
K
K
p
Δ
(4)
2 EI
eL2
(5)
elemen
pada
dan
ukuran
modulus
(Nawy,
1990).
Tahap
1. Tahap uncracked, pada daerah ini
hubungan beban dan defleksi linier
Kekakuan lentur pada awalnya
tergantung
leleh
geometri
elastisitas
materialnya. Hubungan tersebut tidak
berlaku secara sederhana pada struktur
elastis hingga beban retak pertama
(Pcrack). Retak pertama terjadi saat
tegangan tarik melebihi kekuatan
tarik beton. Besarnya kekakuan tahap
ini sebesar kemiringan kurva yang
dihitung dengan rumus :
7
K
Pcrack
d crack
(6)
Kemiringan
penurunan
kurva
lebih
2. Tahap cracked, terjadi setelah Pcrack
tegangan
tekan
dimana retakan mulai terbentuk dan
maksimal
pada
kontribusi kekuatan tarik beton tidak
(Ppeak).
ada. Akibat hal tersebut kekakuan
mengalami
cepat
beton
sampai
mencapai
beban
puncak
4. Tahap post peak, dari titik Ppeak
berkurang hingga kondisi tulangan
regangan
tarik leleh pada nilai beban leleh
bertambah hingga akhirnya beton
(Pyield). Selama tahap ini, baja
daerah tekan hancur dan terkelupas
tulangan mulai kehilangan kekuatan
pada saat beban runtuh (Pfailure)
lekat dan retakan bertambah banyak.
tercapai.
beton
daerah
tekan
Nilai kekakuan tahap ini dihitung
melalui persamaan :
K
Pyield Pcrack
d yield d crack
(7)
3. Tahap post yield, terjadi setelah titik
Pyield dimana tulangan tarik mulai
mengalami regangan leleh pada nilai
tegangan leleh tulangan yang tetap.
Gambar 2. Kurva Beban- defleksi (P-) Elemen
Struktur Daktail
8
Tabel 1. Kode nama sampel
METODOLOGI PENELITIAN
Benda Uji
Benda
uji
Silinder Beton
yang
digunakan
dalam
penelitian ini ada dua macam, yaitu
berupa
silinder
dan
kolom.
Jenis
silinder ada dua buah, yaitu silinder
normal dan silinder terkekang, sedang
kolom yang dipakai adalah kolom yang
telah
rusak
karena
pengujian
Kode
SN-1
SN-2
SN-3
SW-1
SW-2
SW-3
SW-4
Jmla
1
1
1
1
1
1
1
Kolom Beton
Bertulang
Kode
KN-1
KN-2
KN-3
KPR-1
KPR-2
KPR-3
Jml
1
1
1
1
1
1
Keterangan
S = silinder
N = normal
W = wrapping satu
lapis CFRP
KN = kolom normal
KPR = perbaikan dan
sebelumnya, selanjutnya kolom tersebut
diperbaiki
dan
diperkuat
dengan
Tahapan dan Prosedur Pengujian
memakai bahan carbon fiber berupa
Benda Uji Kolom
CFRP-Wrapping yang dipasang dalam
Semua benda uji yang telah diperbaiki
arah transversal sebanyak satu lapis.
dan diperkuat dengan bahan carbon
wrapping, setelah berumur 28 hari
kemudian di-set-up pada loading frame
dan
diberi
beban
secara
eksentris
dengan eksentrisitas sebesar 120 mm.
Pembebanan dilakukan secara bertahap
dengan interval kenaikan beban sebesar
9
150 kg. Pembebanan dilakukan sampai
benda uji mengalami keruntuhan yang
direncanakan dengan indikasi beban
telah
melewati
beban
maksimum
kemudian turun sebesar 20 % dari
beban
maksimum
pembebanan
tersebut.
dilakukan
Selama
pengamatan
besarnya lendutan yang terjadi diujung
atas benda uji kolom yang sebelumnya
telah
dipasang
dilakukan
dial
gauge,
pengamatan
juga
terhadap
munculnya retak pada permukaan benda
Gambar 2. Set-up alat dan benda uji
uji dan diukur lebar retaknya. Dari data
beban
dan
lendutan
yang
ada
selanjutnya dibuat grafik hubungan
antara
besarnya beban dan lendutan
untuk mengetahui kondisi beban dan
lendutan pada saat leleh, maksimum
dan saat runtuh.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dari data beban dan lendutan yang
didapat pada pengujian benda uji kolom
selanjutnya dibuatkan grafik hubungan
beban lendutan seperti
Selanjutnya
dari
gambar 3-5.
gambar
tersebut
diambil data-data beban dan lendutan
10
pada kondisi yang diinginkan saeperti
Beban (Kg)
14000
yang terangkum pada Tabel 2. Sedang
KN-2
KPR-2
12000
10000
nilai
kekakuannya
dihitung
dan
8000
6000
ditabelkan pada Tabel 3.
4000
2000
Beban (Kg)
0
14000
KN-1
KPR-1
0
5
10
15
20
25
30
Defleksi (mm)
12000
10000
Gambar 4. Grafik hubungan beban-lendutan KN-2
8000
dan KPR-5
6000
4000
Beban (Kg)
2000
10000
KN-3
0
0
5
10
15
20
KPR-3
25
Defleksi (mm)
8000
6000
Gambar 3. Grafik hubungan beban-lendutan KN-1
4000
dan KPR-1
2000
0
0
5
10
15
20
25
30
Defleksi (mm)
Gambar 5. Grafik hubungan beban-lendutan KN3dan KPR-3
11
Tabel 2. Beban dan Defleksi Kolom Normal
Kode
Sampel
Retak
Tulangan Tarik
Kapasitas
Kolom
Pertama
Leleh
Puncak
Runtuh
Pcrack
dcrack
Pyield
dyield
Ppeak
dpeak
Pfailure
dfailure
(kg)
(mm)
(kg)
(mm)
(kg)
(mm)
(kg)
(mm)
0,88
1,39
1,25
1,17
5,19
2,38
2,07
3,21
6750
7250
7750
7250
6666,67
11076,92
4444,44
7396,01
20,20
22,96
24,05
22,40
17,54
20,93
26,91
21,79
6000
7000
7250
6750
10000
10000
4750
8250
21,50
24,10
26,10
23,90
22,86
26,32
28,52
25,90
KN-1
KN-2
KN-3
ratarata
KPR-1
KPR-2
750
1250
1250
1083,33
2380,95
1176,47
KPR-3 588,24
rata-rata 1381,89
18,95
7250
19,30
8250
21,33
8750
19,86 8083,33
9,22
11750
16,46 11750
10,75
6000
12,14 9833,33
Tabel 3. Hasil Perhitungan Kekakuan Kolom
Kode
Sampel
Tahap uncracked
Pcrack
dcrack
K
KN-1
KN-2
KN-3
(kg)
(mm) (kg/mm)
750,00
0,88 852,27
1250,00
1,39 899,28
1250,00
1,25 1000,00
KPR-1
KPR-2
KPR-3
2380,95
1176,47
588,24
5,19
2,38
2,07
Tahap cracked
Pyield
dyield
K
(kg)
(mm) (kg/mm)
6750,00 18,95 332,04
7250,00 19,30 335,01
7750,00 21,33 323,71
458,76 6666,67
494,32 11076,92
284,17 4444,44
9,22 1063,45
16,46 1431,54
10,75 444,26
12
Tabel 4. Perbandingan Nilai Rata-rata Kekakuan
Tahap uncracked
Pcrack
dcrack
K
Kode
Sampel
(kg)
1083,33
1381,89
1,28
KN
KPR
Rasio
Tahap cracked
Pyield
dyield
K
(mm) (kg/mm)
(kg)
1,17 917,18 7250,00
3,21 412,42 7396,01
2,74
0,45
1,02
Dari hasil analisis yang dilakukan
(mm) (kg/mm)
19,86 330,25
12,14 979,75
0,61
2,97
retak sampel KN) menyebabkan nilai
maka bisa diketahui bahwa kekakuan
momen
tahap uncracked semua sampel KPR
sehingga kekakuan berkurang dan setiap
mengalami
penambahan
penurunan
dan
hanya
inersia
penampang
beban
diikuti
kecil,
dengan
bernilai rata-rata 45% dari kekakuan
pertambahan defleksi yang besar. Beban
kolom
penurunan
retak awal KPR meningkat walaupun
tersebut defleksi saat retak pertama
kekakuan turun. Beban retak awal KPR
KPR lebih besar 274% dibanding
naik menjadi 128% dibanding beban
defleksi saat retak pertama sampel KN,
retak awal KN. Pertambahan defleksi
lebar retak awal KPR juga bertambah
yang besar mempercepat pertambahan
22%. Sebagian penampang sepanjang
regangan
aksial
dan
kolom yang sudah banyak mengalami
memicu
peran
CFRP
retak akibat pengujian pada kondisi
Pengaruh CFRP confinement adalah
kolom normal (terlihat jelas dalam pola
memperluas
normal.
Akibat
daerah
lateral
tekan
untuk
wrapping.
dengan
13
netral,
KPR lebih kecil dibanding retak pada
mencapai sebagian daerah yang sudah
KN dan terdapat beberapa retakan KN
retak sehingga mampu meningkatkan
yang tidak terlihat kembali pada pola
nilai beban retak awal. Perluasan daerah
retak KPR. Kenaikan kekakuan tersebut
tekan terlihat dari pola retak yang
mengurangi defleksi KPR saat leleh,
terjadi, dimana pertambahan retakan
defleksi saat leleh KPR berkurang
terjadi secara bertahap dan tidak secara
menjadi
langsung membentuk retakan sepanjang
menjadi 102% setara dengan beban
retakan lama. Sampel KPR mengalami
leleh
kenaikan kekakuan mencapai 297%
kemungkinan
terhadap
kekakuan KN pada tahap
regangan besar akibat defleksi yang
cracked. Modulus elastisitas CFRP
besar saat tahap uncracked, sehingga
yang besar menambah tahanan terhadap
regangan leleh tercapai lebih awal dan
tekanan lateral beton di daerah tekan,
beban leleh yang terjadi tidak mampu
menghambat perluasan retakan yang
melebihi beban leleh sampel KN.
menurunkan
letak
garis
terjadi setelah tegangan tarik kolom
melebihi kekuatan tarik beton sehingga
kekakuan
meningkat.
Pencegahan
perluasan retakan terlihat dari pola
61%.
Beban
KN.
leleh
Kondisi
karena
KPR
tersebut
sudah
terjadi
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
analisisi
kekakuan dalam penelitian ini dapat
diambil beberapa kesimpulan :
retak, dimana kedalaman jalur retak
14
1.
Perbaikan dengan retrofit kolom
untuk
memakai CFRP wrapping tidak
tekan beton.
meningkatkan kekakuan kolom
pada
tahap
Kekakuan
kolom
kekuatan
perbaikan
dengan retrofit tahap pembebanan
pembebanan
uncracked,
2.
3.
meningkatkan
cracked
sebaliknya
naik
menjadi
297%.
kekakuannya turun menjadi 45%.
Kenaikan
nilai
tersebut
Penurunan
kekakuan
tersebut
disebabkan
pengaruh
modulus
disebabkan
banyaknya
retakan
elastisitas CFRP wrapping yang
terdahulu akibat pengujian kolom
besar,
normal.
perluasan retak.
Penurunan
kekakuan
kolom
4.
sehingga
Peningkatan
menghambat
kekakuan
kolom
perbaikan dengan retrofit tahap
perbaikan dengan retrofit tahap
uncracked menyebabkan defleksi
cracked
saat retak pertama lebih besar
defleksi saat tulangan tarik leleh
274% daripada kolom normal,
menjadi 61% dibanding kolom
tetapi nilai beban retak pertama
normal. Beban saat tulangan tarik
mampu meningkat menjadi 128%,
leleh menjadi 102% walaupun
akibat
besar
defleksi saat leleh berkurang,
memicu peran CFRP wrapping
regangan yang sudah besar setelah
regangan
yang
melewati
berhasil
tahap
mengurangi
uncracked
15
menyebabkan
regangan
leleh
De Lorenzis, L., 2001, A Comparative
Study
tercapai lebih awal.
of
Models
Confinement
of
Daftar Pustaka
Cylinders
with
Applied Technology Council, 1998,
Composites,
Repair
of
Damaged
Masonry
Earthquake
Concrete
Wall
and
University
on
Concrete
FRP
Chalmers
of
Technology,
Goteborg.
Buildings,
Harries, K. A., & Carey, S. A., 2002,
FEMA 308 Report, Federal
Shape and Gap Effect on the
Emergency
Behavior oj Variably Confined
Management
Concrete,
Agency, Redwood City.
Bai, J. W., 2003, Seismic Retrofit for
Reinforced Concrete Building
Structures,
Based
Consequence-
Engineering
(CBE)
Institute Final Report, MidAmerica Earthquake Center,
Cement
and
Concrete Research, Elseviel
Science Ltd.
Lam, L., & Teng , J.,G.,., 2003, Designoriented Stress-strain Model
for FRP confined Concrete in
Rectangular Columns, Journal
of Reinforced Plastics and
Composites, Sage Publication.
Texas.
.
16
PENGEKANGAN CARBON WRAPPING
Oleh : Edy Purwanto1), Rudi Setiadji A2)
ABSTRAKSI / ABSTRACT
Metode pengekangan pada permukaan kolom merupakan salah satu usaha untuk
meningkatkan kemampuan dan kekakuan kolom tersebut. Kekakuan kolom diperlukan
untuk membatasi defleksi lateral struktur. Retakan yang terjadi pada kolom yang rusak
mengurangi nilai kekakuan sehingga diperlukan adanya confinement untuk
memperlambat perluasan retak yang bisa menimbulkan kehancuran kolom pada beban
yang lebih tinggi. Hasil pengujian pada benda uji kolom menunjukkan bahwa kekakuan
KPR pada tahap uncrackec lebih rendah, tetapi mempunyai nilai beban retak pertama
lebih besar. Kekakuar KPR pada tahap cracked mengalami peningkatan hingga lebih
dari tiga kali lipat nilai kekakuan KN, tetapi terdapat nilai beban leleh yang lebih rendah
Confinement method of column surface represent one of the effort to increase
capacity and stiffness of column. Column’s stiffnes is used to restrict lateral deflection
of structure. Crack at damaged column decrease it’s stiffnes so that it needs an
existence of confinement to slow down crack extension which can generate ruination of
structure at higher level load. Result of this experiment indicates that stiffnes of
uncracked phase is lower but it has bigger initial crack load value. Stiffnes at carcked
phase experiences a stiffness three times as value as stiffness of KN, but it has a lower
yield load.
Keywords : confinement, crack, stiffness, increase.
1
1)
2)
Dosen Jur. Teknik Sipil FT UNS
Alumni Jur. Teknik Sipil FT UNS
1
dideteksi. Tegangan berlebihan yang
PENDAHULUAN
timbul
Kerusakan
dapat
disebabkan
manusia.
Faktor
struktur
oleh
bangunan
alam
alam
dan
mempunyai
kontribusi melalui perubahan cuaca,
pada
kolom
bangunan
menghasilkan pola retak, kehancuran
bagian kolom secara lokal, bahkan
keruntuhan
seluruh
struktur
(total
collapse).
Bangunan
proses abrasi, kebakaran, dan gempa
yang
mengalami
bumi. Faktor manusia memberikan
kerusakan bisa dengan mudah diganti
pengaruh
perhitungan
dengan bangunan baru, tetapi pada
beban rencana yang tidak tepat oleh
situasi bangunan yang rusak banyak
perancang
jumlahnya dan biaya penggantiannya
pada
proses
bangunan,
berkurangnya
kelebihan
sangat tinggi tidak memberi pilihan
penambahan air dalam mix design,
selain perbaikan. Perbaikan kerusakan
dimensi elemen struktur yang berkurang
dapat
akibat kesalahan pemasangan bekisting
bangunan seperti semula, tetapi untuk
ataupun tulangan, dan pembebanan
menghindari terjadi kembali kerusakan
yang melebihi beban rencana oleh
dengan penyebab yang sama diperlukan
pengguna
peningkatan
kekuatan
beton
karena
bangunan.
Kerusakan
mengembalikan
kemampuan
kemampuan
struktur
beban
(retrofit). Kerusakan bangunan selain
biasanya terlihat jelas dan mudah
total collapse dapat diperbaiki dengan
bangunan
akibat
kelebihan
2
berbagai teknik, misalnya pengisian
material dan teknologi yang tersedia.
retak dengan epoxy injection grouting,
Perbaikan
elemen
perbaikan bagian yang hancur dengan
perkuatan
eksternal
polymer/epoxy mortars, dan pemberian
bertulang
kurungan (confinement) bagian yang
menghasilkan pertambahan beban dan
rusak untuk meningkatkan kekuatan
pertambahan dimensi yang cukup besar
steel
dengan
encasing,
concrete
di
sehingga
struktur
dengan
lapisan
sekeliling
beton
penampang
mengganggu
arsitektural
encasing, atau fiber wrap encasing.
bangunan. Situasi tersebut menjadi
Analisa tingkat kerusakan dilakukan
pertimbangan
dahulu
perbaikan dengan
untuk
perbaikan.
pemilihan
Menurut
metode
Thermou
dan
untuk
melakukan
fiber wrapping
sebagai bahan perkuatan yang relatif
Elnashai (Bai, 2003) terdapat beberapa
ringan,
faktor yang mempengaruhi pemilihan
mempunyai
teknik perbaikan, yaitu : perbandingan
terhadap korosi, dan hanya sedikit
biaya terhadap keutamaan struktur,
menambah dimensi kolom.
ketersediaan tenaga kerja, jangka waktu
mudah
Hampir
dalam
kekuatan
semua
pemasangan,
besar,
kolom
tahan
pada
pekerjaan, fungsi dan estetika bangunan
struktur beton mengalami gaya fleksural
yang
disamping
ada,
kekuatan,
pondasi
kecukupan
dan
yang
daktilitas,
masih
kekakuan,
gaya
tekan.
Hal
ini
kapasitas
disebabkan letak beban yang tidak
mencukupi,
berada di pusat penampang kolom, atau
3
disebabkan kolom menahan sebagian
tanpa perkuatan. Retakan yang terjadi
dari momen pada ujung balok yang
pada kolom yang rusak mengurangi
ditopangnya. Selain defleksi vertikal
nilai kekakuan dan diperlukan adanya
balok, defleksi lateral rangka struktur
confinement
harus menjadi pertimbangan dalam
perluasan retak yang bisa menimbulkan
perencanaan struktur rangka beton.
kehancuran penampang beton pada
Defleksi lateral harus dibatasi untuk
tahap
mencegah perasaan tidak nyaman bagi
sehingga diperkirakan carbon fiber
pengguna bangunan, kerusakan pada
wrapping
partisi, atau efek P- yang berbanding
kekakuan kolom perbaikan.
terbalik
LANDASAN TEORI
dengan
kekakuan
lateral.
Defleksi lateral rangka dipengaruhi oleh
kekakuan
semua
elemen
penyusun
pembebanan
akan
memperlambat
yang
mampu
tinggi,
menambah
Peningkatan Kapasitas Struktur
Peningkatan
(retrofit)
struktur termasuk kolom.
untuk
pada
kapasitas
umumnya
struktur
dapat
Berdasarkan jenis serat perkuatan
dilakukan dengan dua metode. Metode
yang ada, carbon fiber mempunyai
pertama adalah structure-level retrofit
kekuatan dan kekakuan yang terbesar.
yang meliputi modifikasi menyeluruh
Penelitian sebelumnya
terhadap sistem struktural. Modifikasi
menunjukkan
peningkatan kekakuan kolom dengan
tersebut
dapat
berupa
penambahan
carbon fiber wrap dibanding kolom
dinding struktural atau steel braces.
4
Penambahan dinding struktural atau
penambahan concrete jacket atau FRP
perbaikan dinding geser yang sudah ada
jacket pada kolom yang berfungsi
efektif
lateral
sebagai confinement. Perbaikan ini lebih
bangunan dan mengurangi kerusakan
efektif dari segi biaya karena hanya
elemen struktur. Biaya dan waktu dapat
komponen
dikurangi dengan pemakaian shotcrete
ditingkatkan kemampuannya. Perkuatan
atau precast panels. Pemasangan steel
kolom dengan FRP jacket bertujuan
bracing efektif meningkatkan kekuatan
untuk meningkatkan kapasitas geser,
dan kekakuan keseluruhan bangunan.
daktilitas,
Pondasi mungkin mendapat tambahan
akibat lentur. Pemasangan yang mudah,
beban pada lokasi bracing sehingga
rasio kekuatan terhadap berat yang
pondasi tersebut masih perlu dievaluasi
besar, dan ketahanan terhadap korosi
kembali. Sambungan terhadap rangka
menjadi pilihan utama untuk perbaikan
beton
walaupun harga FRP cukup mahal.
mengontrol
dapat
defleksi
menjadi
bagian
yang
berbahaya selama pembebanan terutama
saat gempa. Metode retrofit kedua
adalah
member-level
retrofit
yang
meliputi peningkatan daktilitas elemen
struktur lokal hingga mencapai batas
ijin.
Peningkatan
tersebut
tertentu
dan
saja
kapasitas
yang
deformasi
Kekakuan Kolom
Kolom yang diberi beban titik p
secara
eksentris,
akan
mengalami
momen pada dasar kolom sebesar :
M = p.e
(1)
melalui
5
Kolom mengalami defleksi sebesar
kolom diperlukan berhubungan dengan
saat beban titik p bekerja, untuk
masalah kekuatan kolom.
kesetimbangan gaya internal, momen
Perencana
struktur
harus
memperhatikan faktor kekakuan untuk
pada dasar kolom menjadi :
M = p(e+Δ)
(2)
pembatasan defleksi yang terjadi dan
tidak hanya memperhitungkan kekuatan
semua komponen struktur agar mampu
menahan beban layan dalam kondisi
elastis. Beton bertulang diperbolehkan
mengalami retak, tidak terjadi leleh
pada baja tulangan (dapat menyebabkan
retakan lebih lebar), dan beton tidak
Gambar 1. Pembebanan Eksentris
hancur. Keruntuhan struktur daktail
Kolom
dianggap mulai terjadi setelah tulangan
tarik leleh, sehingga pada pembebanan
Kekakuan menunjukkan kemampuan
untuk mengalami defleksi seminimal
mungkin.
Besarnya
defleksi
akan
meningkatkan nilai momen kolom yang
harus
didesain,
sehingga
kekakuan
setelah leleh faktor daktilitas lebih
berperan dibanding kekakuan karena
berfungsi sebagai cadangan kapasitas
defleksi pada kondisi beban yang
berlebihan.
6
Defleksi kolom akibat beban titik
beton
bertulang
karena
harus
statis eksentris pada Gambar 1 dapat
mempertimbangkan pengaruh retakan
dihitung dengan persamaan :
dan kontribusi beton terhadap tegangan
p.eL2
Δ
tarik (Paulay, 1992). Hubungan antara
(3)
2 EI
beban dengan defleksi elemen beton
dimana : p=beban titik statis eksentris,
bertulang dapat diidealisasikan menjadi
e=eksentrisitas beban, L=tinggi kolom,
bentuk trilinier dari tahap sebelum
E=modulus
retak, setelah retak, dan setelah tulangan
elastisitas
material,
I=momen inersia penampang kolom.
tarik
Nilai
rumus
pembebanan dengan hubungan linier
defleksi yang ada didapatkan dari
dari awal hingga runtuh meliputi tahap
persamaan berikut :
berikut :
kekakuan
berdasarkan
K
K
p
Δ
(4)
2 EI
eL2
(5)
elemen
pada
dan
ukuran
modulus
(Nawy,
1990).
Tahap
1. Tahap uncracked, pada daerah ini
hubungan beban dan defleksi linier
Kekakuan lentur pada awalnya
tergantung
leleh
geometri
elastisitas
materialnya. Hubungan tersebut tidak
berlaku secara sederhana pada struktur
elastis hingga beban retak pertama
(Pcrack). Retak pertama terjadi saat
tegangan tarik melebihi kekuatan
tarik beton. Besarnya kekakuan tahap
ini sebesar kemiringan kurva yang
dihitung dengan rumus :
7
K
Pcrack
d crack
(6)
Kemiringan
penurunan
kurva
lebih
2. Tahap cracked, terjadi setelah Pcrack
tegangan
tekan
dimana retakan mulai terbentuk dan
maksimal
pada
kontribusi kekuatan tarik beton tidak
(Ppeak).
ada. Akibat hal tersebut kekakuan
mengalami
cepat
beton
sampai
mencapai
beban
puncak
4. Tahap post peak, dari titik Ppeak
berkurang hingga kondisi tulangan
regangan
tarik leleh pada nilai beban leleh
bertambah hingga akhirnya beton
(Pyield). Selama tahap ini, baja
daerah tekan hancur dan terkelupas
tulangan mulai kehilangan kekuatan
pada saat beban runtuh (Pfailure)
lekat dan retakan bertambah banyak.
tercapai.
beton
daerah
tekan
Nilai kekakuan tahap ini dihitung
melalui persamaan :
K
Pyield Pcrack
d yield d crack
(7)
3. Tahap post yield, terjadi setelah titik
Pyield dimana tulangan tarik mulai
mengalami regangan leleh pada nilai
tegangan leleh tulangan yang tetap.
Gambar 2. Kurva Beban- defleksi (P-) Elemen
Struktur Daktail
8
Tabel 1. Kode nama sampel
METODOLOGI PENELITIAN
Benda Uji
Benda
uji
Silinder Beton
yang
digunakan
dalam
penelitian ini ada dua macam, yaitu
berupa
silinder
dan
kolom.
Jenis
silinder ada dua buah, yaitu silinder
normal dan silinder terkekang, sedang
kolom yang dipakai adalah kolom yang
telah
rusak
karena
pengujian
Kode
SN-1
SN-2
SN-3
SW-1
SW-2
SW-3
SW-4
Jmla
1
1
1
1
1
1
1
Kolom Beton
Bertulang
Kode
KN-1
KN-2
KN-3
KPR-1
KPR-2
KPR-3
Jml
1
1
1
1
1
1
Keterangan
S = silinder
N = normal
W = wrapping satu
lapis CFRP
KN = kolom normal
KPR = perbaikan dan
sebelumnya, selanjutnya kolom tersebut
diperbaiki
dan
diperkuat
dengan
Tahapan dan Prosedur Pengujian
memakai bahan carbon fiber berupa
Benda Uji Kolom
CFRP-Wrapping yang dipasang dalam
Semua benda uji yang telah diperbaiki
arah transversal sebanyak satu lapis.
dan diperkuat dengan bahan carbon
wrapping, setelah berumur 28 hari
kemudian di-set-up pada loading frame
dan
diberi
beban
secara
eksentris
dengan eksentrisitas sebesar 120 mm.
Pembebanan dilakukan secara bertahap
dengan interval kenaikan beban sebesar
9
150 kg. Pembebanan dilakukan sampai
benda uji mengalami keruntuhan yang
direncanakan dengan indikasi beban
telah
melewati
beban
maksimum
kemudian turun sebesar 20 % dari
beban
maksimum
pembebanan
tersebut.
dilakukan
Selama
pengamatan
besarnya lendutan yang terjadi diujung
atas benda uji kolom yang sebelumnya
telah
dipasang
dilakukan
dial
gauge,
pengamatan
juga
terhadap
munculnya retak pada permukaan benda
Gambar 2. Set-up alat dan benda uji
uji dan diukur lebar retaknya. Dari data
beban
dan
lendutan
yang
ada
selanjutnya dibuat grafik hubungan
antara
besarnya beban dan lendutan
untuk mengetahui kondisi beban dan
lendutan pada saat leleh, maksimum
dan saat runtuh.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dari data beban dan lendutan yang
didapat pada pengujian benda uji kolom
selanjutnya dibuatkan grafik hubungan
beban lendutan seperti
Selanjutnya
dari
gambar 3-5.
gambar
tersebut
diambil data-data beban dan lendutan
10
pada kondisi yang diinginkan saeperti
Beban (Kg)
14000
yang terangkum pada Tabel 2. Sedang
KN-2
KPR-2
12000
10000
nilai
kekakuannya
dihitung
dan
8000
6000
ditabelkan pada Tabel 3.
4000
2000
Beban (Kg)
0
14000
KN-1
KPR-1
0
5
10
15
20
25
30
Defleksi (mm)
12000
10000
Gambar 4. Grafik hubungan beban-lendutan KN-2
8000
dan KPR-5
6000
4000
Beban (Kg)
2000
10000
KN-3
0
0
5
10
15
20
KPR-3
25
Defleksi (mm)
8000
6000
Gambar 3. Grafik hubungan beban-lendutan KN-1
4000
dan KPR-1
2000
0
0
5
10
15
20
25
30
Defleksi (mm)
Gambar 5. Grafik hubungan beban-lendutan KN3dan KPR-3
11
Tabel 2. Beban dan Defleksi Kolom Normal
Kode
Sampel
Retak
Tulangan Tarik
Kapasitas
Kolom
Pertama
Leleh
Puncak
Runtuh
Pcrack
dcrack
Pyield
dyield
Ppeak
dpeak
Pfailure
dfailure
(kg)
(mm)
(kg)
(mm)
(kg)
(mm)
(kg)
(mm)
0,88
1,39
1,25
1,17
5,19
2,38
2,07
3,21
6750
7250
7750
7250
6666,67
11076,92
4444,44
7396,01
20,20
22,96
24,05
22,40
17,54
20,93
26,91
21,79
6000
7000
7250
6750
10000
10000
4750
8250
21,50
24,10
26,10
23,90
22,86
26,32
28,52
25,90
KN-1
KN-2
KN-3
ratarata
KPR-1
KPR-2
750
1250
1250
1083,33
2380,95
1176,47
KPR-3 588,24
rata-rata 1381,89
18,95
7250
19,30
8250
21,33
8750
19,86 8083,33
9,22
11750
16,46 11750
10,75
6000
12,14 9833,33
Tabel 3. Hasil Perhitungan Kekakuan Kolom
Kode
Sampel
Tahap uncracked
Pcrack
dcrack
K
KN-1
KN-2
KN-3
(kg)
(mm) (kg/mm)
750,00
0,88 852,27
1250,00
1,39 899,28
1250,00
1,25 1000,00
KPR-1
KPR-2
KPR-3
2380,95
1176,47
588,24
5,19
2,38
2,07
Tahap cracked
Pyield
dyield
K
(kg)
(mm) (kg/mm)
6750,00 18,95 332,04
7250,00 19,30 335,01
7750,00 21,33 323,71
458,76 6666,67
494,32 11076,92
284,17 4444,44
9,22 1063,45
16,46 1431,54
10,75 444,26
12
Tabel 4. Perbandingan Nilai Rata-rata Kekakuan
Tahap uncracked
Pcrack
dcrack
K
Kode
Sampel
(kg)
1083,33
1381,89
1,28
KN
KPR
Rasio
Tahap cracked
Pyield
dyield
K
(mm) (kg/mm)
(kg)
1,17 917,18 7250,00
3,21 412,42 7396,01
2,74
0,45
1,02
Dari hasil analisis yang dilakukan
(mm) (kg/mm)
19,86 330,25
12,14 979,75
0,61
2,97
retak sampel KN) menyebabkan nilai
maka bisa diketahui bahwa kekakuan
momen
tahap uncracked semua sampel KPR
sehingga kekakuan berkurang dan setiap
mengalami
penambahan
penurunan
dan
hanya
inersia
penampang
beban
diikuti
kecil,
dengan
bernilai rata-rata 45% dari kekakuan
pertambahan defleksi yang besar. Beban
kolom
penurunan
retak awal KPR meningkat walaupun
tersebut defleksi saat retak pertama
kekakuan turun. Beban retak awal KPR
KPR lebih besar 274% dibanding
naik menjadi 128% dibanding beban
defleksi saat retak pertama sampel KN,
retak awal KN. Pertambahan defleksi
lebar retak awal KPR juga bertambah
yang besar mempercepat pertambahan
22%. Sebagian penampang sepanjang
regangan
aksial
dan
kolom yang sudah banyak mengalami
memicu
peran
CFRP
retak akibat pengujian pada kondisi
Pengaruh CFRP confinement adalah
kolom normal (terlihat jelas dalam pola
memperluas
normal.
Akibat
daerah
lateral
tekan
untuk
wrapping.
dengan
13
netral,
KPR lebih kecil dibanding retak pada
mencapai sebagian daerah yang sudah
KN dan terdapat beberapa retakan KN
retak sehingga mampu meningkatkan
yang tidak terlihat kembali pada pola
nilai beban retak awal. Perluasan daerah
retak KPR. Kenaikan kekakuan tersebut
tekan terlihat dari pola retak yang
mengurangi defleksi KPR saat leleh,
terjadi, dimana pertambahan retakan
defleksi saat leleh KPR berkurang
terjadi secara bertahap dan tidak secara
menjadi
langsung membentuk retakan sepanjang
menjadi 102% setara dengan beban
retakan lama. Sampel KPR mengalami
leleh
kenaikan kekakuan mencapai 297%
kemungkinan
terhadap
kekakuan KN pada tahap
regangan besar akibat defleksi yang
cracked. Modulus elastisitas CFRP
besar saat tahap uncracked, sehingga
yang besar menambah tahanan terhadap
regangan leleh tercapai lebih awal dan
tekanan lateral beton di daerah tekan,
beban leleh yang terjadi tidak mampu
menghambat perluasan retakan yang
melebihi beban leleh sampel KN.
menurunkan
letak
garis
terjadi setelah tegangan tarik kolom
melebihi kekuatan tarik beton sehingga
kekakuan
meningkat.
Pencegahan
perluasan retakan terlihat dari pola
61%.
Beban
KN.
leleh
Kondisi
karena
KPR
tersebut
sudah
terjadi
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
analisisi
kekakuan dalam penelitian ini dapat
diambil beberapa kesimpulan :
retak, dimana kedalaman jalur retak
14
1.
Perbaikan dengan retrofit kolom
untuk
memakai CFRP wrapping tidak
tekan beton.
meningkatkan kekakuan kolom
pada
tahap
Kekakuan
kolom
kekuatan
perbaikan
dengan retrofit tahap pembebanan
pembebanan
uncracked,
2.
3.
meningkatkan
cracked
sebaliknya
naik
menjadi
297%.
kekakuannya turun menjadi 45%.
Kenaikan
nilai
tersebut
Penurunan
kekakuan
tersebut
disebabkan
pengaruh
modulus
disebabkan
banyaknya
retakan
elastisitas CFRP wrapping yang
terdahulu akibat pengujian kolom
besar,
normal.
perluasan retak.
Penurunan
kekakuan
kolom
4.
sehingga
Peningkatan
menghambat
kekakuan
kolom
perbaikan dengan retrofit tahap
perbaikan dengan retrofit tahap
uncracked menyebabkan defleksi
cracked
saat retak pertama lebih besar
defleksi saat tulangan tarik leleh
274% daripada kolom normal,
menjadi 61% dibanding kolom
tetapi nilai beban retak pertama
normal. Beban saat tulangan tarik
mampu meningkat menjadi 128%,
leleh menjadi 102% walaupun
akibat
besar
defleksi saat leleh berkurang,
memicu peran CFRP wrapping
regangan yang sudah besar setelah
regangan
yang
melewati
berhasil
tahap
mengurangi
uncracked
15
menyebabkan
regangan
leleh
De Lorenzis, L., 2001, A Comparative
Study
tercapai lebih awal.
of
Models
Confinement
of
Daftar Pustaka
Cylinders
with
Applied Technology Council, 1998,
Composites,
Repair
of
Damaged
Masonry
Earthquake
Concrete
Wall
and
University
on
Concrete
FRP
Chalmers
of
Technology,
Goteborg.
Buildings,
Harries, K. A., & Carey, S. A., 2002,
FEMA 308 Report, Federal
Shape and Gap Effect on the
Emergency
Behavior oj Variably Confined
Management
Concrete,
Agency, Redwood City.
Bai, J. W., 2003, Seismic Retrofit for
Reinforced Concrete Building
Structures,
Based
Consequence-
Engineering
(CBE)
Institute Final Report, MidAmerica Earthquake Center,
Cement
and
Concrete Research, Elseviel
Science Ltd.
Lam, L., & Teng , J.,G.,., 2003, Designoriented Stress-strain Model
for FRP confined Concrete in
Rectangular Columns, Journal
of Reinforced Plastics and
Composites, Sage Publication.
Texas.
.
16