T1 802012066 Full text

PERBEDAAN KESIAPAN PENSIUN PADA PEGAWAI NEGERI
SIPIL GOLONGAN III DITINJAU DARI JENIS KELAMIN

OLEH
IRIANE GUAVANY
802012066

TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016

PERBEDAAN KESIAPAN PENSIUN PADA PEGAWAI NEGERI
SIPIL GOLONGAN III DITINJAU DARI JENIS KELAMIN


Iriane Guavany
Ratriana Y.E. Kusumiati

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi perbedaan Kesiapan Pensiun
Pegawai Negeri Sipil Pada Golongan III Ditinjau Dari Jenis Kelamin. Partisipan pada
penelitian ini adalah berjumlah 64 orang dan teknik sampling yang digunakan adalah
sampel purposive sampling. Metode penelitian yang dipakai dalam pengumpulan data
yakni dengan metode skala likert, yaitu Skala Kesiapan Pensiun yang dibuat
berdasarkan aspek – aspek kesiapan pensiun yang dikembangkan berdasarkan
pandangan teori dari Sutarto dan Ismulcokro.. Teknik analisa data yang dipakai adalah
dengan formula uji-t. Dari hasil analisa data diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,225 (p

< 0,05), yang berarti tidak ada perbedaan Kesiapan Pensiun Pegawai Negeri Sipil Pada
Golongan III Ditinjau Dari Jenis Kelamin.
Kata Kunci : Kesiapan Pensiun, Jenis Kelamin

i

Abstract

This study aims to determine the significance of differences in the preparation of the
Civil Service Retirement diversified III Seen From Gender. Participants in this study is
numbered 64 and the sampling technique used was purposive sampling. The research
method used in the data collection with the Likert method, namely the preparation Scale
pension is based on aspects retirement readiness developed by Sutarto and Ismulcokro.
Data analysis technique used is the t-test formula. From the analysis of data obtained
significance value of 0.225 (p < 0.05), which means there is no difference in the Civil
Service Retirement Preparation diversified III Seen From Gender.
Keywords: Retirement Preparation, Gender

ii


1

PENDAHULUAN
Masa pensiun adalah masa yang akan dihadapi semua karyawan perusahaan atau
pegawai pemerintah. Datangnya sudah pasti berdasarkan pada batas tertentu. Pensiun
terbagi menjadi 2 yaitu pensiun yang secara secara sukarela dan yang berdasarkan pada
peraturan (Eliana, 2003). Berdasarkan artikel pada Prasetya Online (2010) menyebutkan
bahwa masa pensiun merupakan fase baru dalam kehidupan seseorang. Pada fase ini,
masa pensiun datang diiringi dengan beberapa permasalahan seperti meningkatnya
beban ekonomi keluarga, menurunnya kesehatan, hingga kualitas hidup produktif yang
menurun.
Dari beberapa permasalahan yang mungkin muncul pada masa pensiun maka
perlu adanya persiapan untuk dapat menyesuaikan diri dalam memasuki masa pensiun
tersebut. Menurut Sasmito (2011)

pada kenyataannya, tidak mudah bagi mantan

karyawan untuk bisa menyesuaikan diri dengan status pensiunan. Hidup dengan status
pensiunan menuntut banyak penyesuaian. Bagi yang sudah siap menyesuaikan diri
maka mentalnya akan siap menghadapi. Bagi yang tidak siap maka akan dilanda

kebingungan dan kerisauan.
Menurut Phillips dkk (Setyarini & Atamimi, 2011) Pensiun merupakan sebuah
transisi atau proses yang disertai dengan perubahan status atau aktivitas. Schwartz
(dalam Hurlock, 1991) mengatakan bahwa masa pensiun dapat dirasakan sebagai masa
transisi ke pola hidup yang baru. Pensiun selalu menyangkut tentang perubahan peran,
perubahan keinginan dan nilai, perubahan secara keseluruhan terhadap pola hidup setiap
individu. Menurut Agustina (dalam Yunianti dkk, 2014) mengatakan bahwa masa
pensiun bisa mempengaruhi konsep diri, karena pensiun menyebabkan seseorang
kehilangan peran (role) dan identitas dalam masyarakat yang dapat mempengaruhi

2

harga diri mereka. Pensiun akan menyebabkan seseorang kehilangan perannya dalam
masyarakat yang selanjutnya mempengaruhi statusnya dan pada akhirnya bisa
mempengaruhi konsep diri menjadi negatif.
Seseorang yang akan memasuki masa pensiun harus melakukan persiapan agar
dapat menghadapi berbagai perubahan yang akan muncul pada masa pensiun seperti
faktor sosial, ekonomi, faktor psikologis dan faktor kesehatan. Dari perubahan –
perubahan yang akan muncul pada masa pensiun yang sudah dijelaskan sebelumnya,
Dari faktor sosial, Individu akan kehilangan sumber penghargaan dari lingkungan dan

masyarakat berkaitan dengan hilangnnya status pekerjaan itu. Fletcher & Hanson (1991)
menyatakan bahwa dengan memasuki masa pensiun, orang akan kehilangan status
pekerjaannya. Karena itu akan sering muncul kekhawatiran dalam diri individu saat
memasuki masa pensiun.
Faktor ekonomi juga merupakan masalah yang mungkin muncul ketika masa
pensiun. Karena saat memasuki masa pensiun, sedikit demi sedikit individu akan
merasakan bahwa pendapatannya makin berkurang. Menurut Glick (dalam Schell &
Hall, 1984) perubahan penting dalam kehidupan sosial seseorang terjadi pada waktu
mereka pensiun. Masa pensiun umumnya mengurangi pendapatan sebesar 50 %
sehingga mereka harus memperhitungkan kembali pengeluaran makan, perumahan, dan
biaya lain-lain.
Kemudian adapun masalah dari faktor psikologis yang mungkin muncul pada
saat masa pensiun seperti perasaan depresi. Eliana (2003) mejelaskan bahwa penelitian
yang dilakukan oleh Holmes dan Rahe, mengungkapkan bahwa masa pensiun
menempati rangking 10 besar sebagai penyebab depresi. Didalam penelitian Mahmoudi
dan Hasani (2007) yang dilakukan terhadap lansia dengan menggunakan Geriatric

3

Scoring System (GSS), didapatkan 14% lansia mengalami depresi akibat pensiun.

Permasalahan psikologis yang mungkin muncul ketika masa pensiun juga dijelaskan
Turner & Helms (dalam Hidayati, 2009) yang mengungkapkan bahwa masa pensiun
menyebabkan terjadinya post power syndrome karena kasus kehilangan pekerjaan
yakni, kehilangan harga diri, hilangnya jabatan menyebabkan hilangnya perasaan atas
pengakuan diri, kehilangan fungsi eksekutif yaitu fungsi yang memberikan kebanggaan
diri, kehilangan perasaan sebagai orang yang memiliki arti dalam kelompok tertentu,
kehilangan orientasi kerja, kehilangan sumber penghasilan terkait dengan jabatan
terdahulu.
Pensiun sudah pasti tiba pada batas tertentu. Di Indonesia pensiun tiba pada
batas usia tertentu seperti dalam Pasal 87 ayat (1) huruf c dan Pasal 90 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negar, ditentukan bahwa Pegawai negeri
Sipil diberhetikan dengan hormat karena mencapai batas usia pensiun yaitu 58 Tahun.
Pada usia tersebut termasuk dalam kategori usia dewasa madya. Pada masa dewasa
madya tersebut terdapat tugas perkembangan yang baru yaitu belajar untuk
menyesuaikan dirinya kembali terhadap perubahan-perubahan yang terjadi misalnya
perubahan fisiologis, fisik, perubahan seksual, perubahan minat dan tugas yang
berhubungan dengan kehidupan keluarga menurut Hurlock (dalam Yunianti dkk, 2014).
Menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan sesuatu hal yang
sangat membanggakan. Banyaknya keuntungan yang akan diperoleh PNS seperti
fasilitas dan tunjangan – tunjangan. Dari banyaknya keuntungan tersebut membuat

pekerjaan ini sangat di minati oleh banyak orang khususnya di Indonesia. Terbukti
dengan banyak nya orang yang mengikuti pendaftaran Calon Pegawai Negeri Sipil
(CPNS) setiap tahunnya. Menurut Dinsi (2006) pihak yang paling takut menghadapi

4

masa pensiun adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS). Para Pegawai Negeri Sipil yang telah
pensiun, mengalami mental shock (faktor kejiwaan). Menjelang akhir masa kerjanya,
mereka tampak kurang beraktivitas dan sering sakit-sakitan. Mental shock ini terjadi,
karena adanya ketakutan tentang apa yang harus dihadapi kelak, ketika masa pensiun
tiba. Rakhmawanto (2014) Problem yang menimbulkan shock tersebut sering terjadi
pada

seseorang

yang

sebelumnya

telah


memiliki

kedudukan

atau

jabatan

strategis/penting. Ketika pensiun tiba jabatan tersebut ditinggalkan, hal ini secara
otomatis akan berdampak pada hilangnya penghasilan dari tunjangan jabatannya
tersebut yang tentunya juga terjadi penurunan pendapatan secara drastis. Selain itu,
Pegawai Negeri Sipil yang memasuki masa pensiun, baik sukarela maupun terpaksa,
menyebabkan hilangnya identitas peran. Tuntutan hidup yang terus mendesak dan
dirinya adalah satu-satunya penopang hidup keluarga, menyebabkan risiko terjadinya
depresi semakin besar.
Dengan demikian, seseorang yang akan memasuki masa pensiun khususnya
Pegawai Negeri Sipil tentunya membutuhkan persiapan untuk dapat menyesuaikan
dirinya terhadap perubahan – perubahan yang akan terjadi pada masa pensiun.
Rakhmawan (2014) adanya persiapan menjelang masa pensiun baik secara fisik maupun

mental sangat diperlukan. Persiapan pensiun ini sebaiknya dilakukan pada saat seorang
masih aktif dalam bekerja atau intens dipersiapkan pasca saat masa transisi (paling tidak
5-10 tahun menjelang masa pensiun). Persiapan pensiun ini perlu dilakukan untuk
mengantisipasi pengaruh negatif, yang diharapkan tidak menimbulkan efek negatif pada
saat orang telah memasuki masa pensiun.
Menurut Sutarto dan Ismulcokro (2008), kesiapan pensiun adalah keadaan siap
untuk mereaksi dan menghadapi datangnya masa berhenti bekerja dari suatu pekerjaan

5

yang ditekuninya yang dipengaruhi dari dalam diri individu dan pengaruh dari luar
individu. Menurut Wardana (2013),semakin baik kesiapan diri seseorang saat akan
memasuki masa pensiun maka kemungkinan besar akan semakin sukses dan nyaman
saat menikmati hari-hari tuanya.
Menurut Sutarto dan Ismulcokro (2008) terdapat empat aspek kesiapan dalam
menghadapi masa pensiun yaitu:
a. Kesiapan materi finansial : Ketersediaan sejumlah bekal pendukung berupa
tabungan, asuransi, simpanan asset dan kegiatan usaha selain penghasilan
bulanan pensiun.
b. Kesiapan fisik : Kesehatan fisik yang senantiasa terpelihara dengan menjalankan

pola hidup yang benar. Kesehatan yang dimiliki pada masa lansia adalah berkat
pemeliharaan kesehatan yang sudah dilakukan secara terus menerus semenjak
masih muda.
c. Kesiapan mental dan emosi : Kekuatan dan kemampuan beradaptasi dengan
perubahan yang terjadi.
d. Kesiapan Seluruh Keluarga : Mempersiapkan dan menyiapkan seluruh anggota
keluarga untuk menyesuaikan gaya hidup baru yang jauh berbeda.
Muratore & Earl, 2010 menjelaskan bahwa salah satu faktor mempengaruhi
persiapan pensiun pada individu, yaitu jenis kelamin. Petkoska & Earl, 2009
membuktikan bahwa terdapat perbedaan usaha yang dilakukan oleh laki-laki dan
perempuan dalam usaha persipan pensiun. Laki-laki lebih banyak melakukan persiapan
financial sedangkan perempuan lebih banyak menghabiskan usaha untuk peningkatan
kesehatan dan bersenang-senang.

6

Terkait dengan persiapan pensiun, Putri (2015) dalam penelitiannya tentang
Pravalensi Depresi pada Pensiunan PNS terdapat perbedaan Pravalensi Depresi antara
laki – laki dan perempuan dimana tingkat depresi laki – laki pada masa pensiun lebih
tinggi dibanding wanita. Terdapat pula pendapat lain yang menyatakan bahwa

perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi kepuasan pada masa pensiun. Mein et
al(2003) dalam penelitiannya mengenai perbedaan jenis kelamin dalam merasakan
kepuasan hidup masa pensiun menyatakan bahwa pada umumnya pria mengalami
penurunan kesehatan secara fisik dan psikis dibandingkan wanita. Namun, Eddington
dan Shuman (2005) mengenai gender dan kebahagiaan masa tua mengatakan bahwa
wanita lebih memiliki afek negatif yang lebih tinggi dan tingkat depresi yang lebih
tinggi dibanding pria.
Saat memasuki masa pensiun pada umumnya golongan terakhir yang dipegang
oleh seorang Pegawai Negeri Sipil adalah golongan III dan IV. Dalam penelitian ini,
penulis terfokus pada Pegawai Negeri Sipil Golongan III dikarenakan merujuk pada
penelitian Putri (2015) yang menunjukkan bahwa prevalensi depresi terbanyak pada
pensiunan Pegawai Negeri Sipil adalah pada PNS golongan III.
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas dan masih adanya
perbedaan hasil penelitian mengenai perbedaan laki – laki dan perempuan terkait
dengan kesiapan pensiun. Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan
penelitian mengenai “Perbedaan Kesiapan Pensiun Pada Pegawai Negeri Sipil
Golongan III Ditinjau Dari Jenis Kelamin”. Disamping itu penulis juga mengajukan
hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada perbedaan signifikan Kesiapan Pensiun Pada
Pegawai Negeri Sipil Golongan III Ditinjau Dari Jenis Kelamin.

7

METODE PENELITIAN
Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di kantor
pemerintahan kota Banjarmasin yang menjelang pensiun. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah purposive sampling dengan melihat karakteristik tertentu, yaitu :
1.

Pegawai Negeri Sipil Golongan III

2.

Berusia antara 50 – 58 Tahun

3.

Memiliki masa kerja ± 25 – 35Tahun

Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan pertama – tama memohon surat
persetujuan dari dosen pembimbing untuk mengambil data yang ditujukan kepada
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Kalimantan Selatan,
Kesbangpol Kota Banjarmasin, dan Badan Kepegawaian Daerah Kota Banjarmasin.
Kemudian dengan surat persetujuan tersebut, penulis mengajukan permohonan izin
kepada Kesbangpol Provinsi Kalimantan Selatan dan Kesbangpol Kota Banjarmasin
sebagai syarat untuk dapat melakukan penelitian di kantor pemerintahan kota
Banjarmasin dan dapat memperoleh data kepegawaian dari Badan Kepegawaian Daerah
Kota Banjarmasin terkait dengan partisipan yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu
30 data pegawai Perempuan dan 30 data pegawai Laki – Laki yang sesuai dengan
rancangan penelitian. Selanjutnya dengan surat izin dari Kesbangpol Provinsi
Kalimantan Selatan dan Kesbangpol Kota Banjarmasin serta adanya data kepegawaian
yang diperoleh dari Badan Kepegawaian Daerah Kota Banjarmasin, peneliti mulai
menyiapkan 70 skala psikologi dengan rincian 60 skala yang akan digunakan dan 10
skala yang digunakan sebagai cadangan dalam penelitian. Selanjutnya penyebaran

8

angket mulai dengan mendatangi pegawai – pegawai yang tercantum didalam data
kepegawaian yang diberikan oleh Badan Kepegawaian Daerah Kota Banjarmasin
tersebut. Namun demikian, dari data kepegawaian tersebut tidak semua pegawai yang
dapat ditemui. Penulis juga melakukan penyebaran angket kepada pegawai – pegawai
yang tidak tercantum didalam data kepegawaian tersebut. penyebaran angket dilakukan
sejak tanggal 4 April 2016 sampai dengan 11 April 2016. setelah semua angket terisi
dan terkumpul kepada penulis, penulis mengelompokkan angket – angket tersebut
berdasarkan jenis kelamin dan mulai membuat penilaian dan melakukan olah data
dengan menggunakan program komputer SPSS statistics 21.0 for windows.
Alat Ukur Penelitian
Teknik Pengumpulan data adalah dengan menggunakan angket yang akan diisi
oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bekerja di kantor pemerintahan kota
Banjarmasin. Angket yang akan diberikan berupa skala yaitu Skala Kesiapan Pensiun
yang dibuat berdasarkan aspek – aspek kesiapan pensiun yang dikembangkan oleh
Rahmi (2012) berdasarkan pandangan teori dari Sutarto dan Ismulcokro. Adapun aspek
– aspek tersebut adalah : a) Kesiapan Materi Finansial b) Kesiapan Fisik c) Kesiapan
Mental dan Emosi d) Kesiapan Seluruh Keluarga. Jumlah item yang diuji untuk skala
makna hidup ada 37 item dan item tersebut dikatakan valid apabila kofisien korelasinya
≥ 0,03. Hasil uji seleksi item dan reliabilitas untuk skala kesiapan pensiun ini terdapat
dalam empat kali pengujian. pada pengujian pertama dari skala kesiapan pensiun
dengan 37 item didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,906 yang berarti alat ukur
tersebut tergolong reliabel. Item yang gugur berjumlah 2 item, yaitu item nomor 6 dan
18. Daya diskriminasi item menggunakan ketentuan dari Azwar (2012) yang
menyatakan bahwa item pada skala pengukuran dapat dikatakan berdiskriminasi baik

9

apabila ≥ 0,03. Nilai korelasi item total bergerak antara 0,304 – 0,585. Pada pengujian
kedua didapatkan perubahan koefisien reliabilitas yaitu menjadi sebesar 0,905 dengan
jumlah 2 item gugur yaitu item nomor 3 dan 24. Nilai korelasi item bergerak antara
0,313 – 0,547. Kemudian pada pengujian ketiga didapatkan perubahan koefisien
reliabilitas yaitu menjadi sebesar 0,901 dengan jumlah 1 item gugur yaitu item nomor
11. Nilai korelasi item dalam pengujian ketiga ini bergerak antara 0,311 – 0,558. Dan
pada pengujian terakhir, koefisien reliabilitasnya yaitu sebesar 0,901 dengan minimal
indeks daya diskriminan item sebesar 0,305. Jadi, jumlah item dari daya diskriminasi
untuk skala kesiapan pensiun adalah sebanyak 31 item.

HASIL PENELITIAN
Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan Alfa Cronbach menunjukkan hasil
yang memuaskan dengan hasil perhitungan reliabilitas sebesar 0,901. Berdasarkan hasil
uji yang diperoleh maka alat ukur dalam penelitian dapat dikatakan alat ukur yang
reliabel.
Tabel 1: Reliability Statistic

Uji Validitas
Berdasarkan validitas isi, skala pengukuran ini sudah termasuk valid karena
antara bahan acaun dengan variabel serta item sudah sesuai.

10

Analisis Item
Hasil yang diperoleh dari empat kali perhitungan atau pengujian menggunakan
program komputer SPSS Statistics 21.0. menunjukkan bahwa terdapat 6 item yang
gugur, karena mempunyai nilai corrected item total < 0,30. Dari hasil tersebut maka
item yang tersisa adalah 31 item yang dianggap valid dan memiliki reliabilitas yang
dihitung dengan Alfa Cronbach sebesar 0,901. Standar yang digunakan adalah sebesar
0,30 (Azwar, 2012), maka bila item tidak memiliki corrected item-total correlation
0,30 maka item dianggap tidak valid.
Uji Asumsi
Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh nilai Kolmogorov Smirnov untuk
sampel laki – laki sebesar 0,800 hal ini berarti untuk signifikansi laki - laki >0,05
sehingga sampel laki - laki berdistribusi normal. Sedangkan nilai Kolmogorov Smirnov
untuk sampel perempuan sebesar 0,303 hal ini berarti untuk signifikansi rumah >0,05
sehingga sampel perempuan berdistribusi normal. Melihat hasil nilai Kolmogorov
Smirnov

untuk laki - laki dan perempuan bersignifikansi >0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa kedua jenis sampel sebaran datanya berdistribusi normal. Hasil uji
normalitas dapat dilihat dalam tabel berikut :
Hasil Uji Normalitas
Tabel 2: One –Sample Kolmogorov-Smirnov Test

11

Kemudian Tabel di bawah ini menunjukkan hasil uji homogenitas dengan
metode Levene's Test. Nilai Levene ditunjukkan pada baris Nilai based on Mean, yaitu
dengan p value (sig) sebesar 0,026 di mana < 0,05 yang berarti tidak terdapat kesamaan
varians antar kelompok atau yang berarti tidak homogen.
Selanjutnya melalui pendekatan Independent Sample t-test yang digunakan
untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel
yang tidak berhubungan, hasil perhitungan Uji-t dapat diketahui nilai signifikansinya
adalah sebesar 0,225 (p>0,05). Yang artinya tidak terdapat perbedaan kesiapan pensiun
pada pegawai negeri sipil golongan III ditinjau dari jenis kelamin.
Hasil Uji Homogenitas dan Uji T
Tabel 3: Independent Sample Test

Bedasarkan hasil perhitungan variabel, berikut adalah kategorisasi deskriptifnya.
Kategorisasi tersebut digunakan untuk menggolongkan kategorisasi kesiapan pensiun
pada laki – laki dan perempuan. Berdasarkan penggolongan tersebut, didapatkan hasil
bahwa kesiapan pensiun PNS golongan III yang berjenis kelamin Laki – Laki dan
Perempuan berada dalam kategori Sangat Tinggi. Berikut tabel kategorisasi :

12

Tabel 4: Kategorisasi Kesiapan Pensiun PNS Golongan III
Berjenis Kelamin Laki - Laki
NO

Interval

Kategorisasi

Mean

F

%

Sangat Buruk

0

0%

1.

31 ≤ x < 54,25

2.

54,25 ≤ x < 77,5

Buruk

0

0%

3.

77,5 ≤ x < 100,75

Baik

0

0%

4.

100,75 ≤ x < 124

Sangat Baik

34

100%

34

100%

F

%

Sangat Buruk

0

0%

119,3

Jumlah
x = skor kesiapan pensiun
Tabel 5: Kategorisasi Kesiapan Pensiun PNS Golongan III
Berjenis Kelamin Perempuan
NO

Interval

Kategorisasi

Mean

1.

31 ≤ x < 54,25

2.

54,25 ≤ x < 77,5

Buruk

0

0%

3.

77,5 ≤ x < 100,75

Baik

1

3,13 %

4.

100,75 ≤ x < 124

Sangat Baik

31

96,87

32

100%

115,6

Jumlah
x = skor kesiapan pensiun

PEMBAHASAN
Dari uraian hasil penelitian menunjukkan bahwa signifikansi yang diperoleh
sebesar 0,225 (p>0,05). Yang berarti tidak ada perbedaan kesiapan pensiun pada
pegawai negeri sipil golongan III ditinjau dari jenis kelamin. Dari hasil penelitian dapat
dilihat bahwa kesiapan pensiun subjek laki – laki dan perempuan sama – sama
tergolong sangat baik yang terlihat dari persiapan seluruh aspek kesiapan pensiun yang

13

menunjukkan skor yang tinggi. Hasil penelitian ini juga serupa dengan hasil penelitian
dari Hasyani (2006) bahwa tidak adanya perbedaan antara laki-laki dan subjek
perempuan terkait kecemasan menghadapi pensiun.
Secara umum, peran gender secara tradisional terkait dengan persiapan pensiun
memang lebih cenderung dominan pada laki-laki. Namun demikian, sesuai dengan
perkembangan jaman dimana meningkatnya kehadiran perempuan didalam dunia kerja
sehingga menimbulkan terjadinya

pergeseran peran gender yang tentunya

mempengaruhi sikap tersahdap persiapan pensiun. Dan dapat dibuktikan dengan adanya
hasil survei dari Wolcott dalam Stepens dan Alpass (1998), yang menyatakan bahwa
sikap perempuan terhadap pensiun telah terjadi perubahan. Oleh karena itu, peran
gender tradisional dianggap menjadi kurang tepat dari waktu ke waktu terkait dengan
persiapan pensiun. sehingga diperlukan penelitian untuk menentukan apakah
konseptualisai tradisional gender masih sesuai untuk persiapan pensiun kontemporer.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, terkait dengan kesiapan pensiun ada
beberapa faktor yang dapat memepengaruhi kesiapan pensiun , jika dilihat dari sudut
pandang psikologis ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesiapan pensiun yaitu
Menurut Yunianti dkk (2014) bahwa self-esteem mempengaruhi kesiapan pensiun
karena ketika seseorang memilliki self-esteem yang tinggi maka akan mempengaruhi
kesiapan pensiun individu. Adapun faktor psikologis lain yaitu konsep diri karena
Individu dengan konsep diri positif, rasa percaya diri kuat, maka individu tersebut akan
lebih dapat menyesuaikan diri dengan kondisi pensiun tersebut. Sikap terhadap pensiun
juga mempengaruhi terhadap kesiapan pensiun, seperti yang dijelaskan Hurlock bahwa
sikap para pekerja terhadap pensiun pasti mempunyai pengaruh yang besar terhadap
penyesuaiannya.

14

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari hasil perhitungan Uji-t dapat diketahui nilai
signifikansinya adalah sebesar 0,225 (p>0,05). Artinya tidak terdapat perbedaan
kesiapan pensiun pada pegawai negeri sipil golongan III ditinjau dari jenis kelamin.
Saran
1. Bagi pegawai yang menjelang pensiun:
Bagi para pegawai yang menjelang pensiun baik yang berjenis kelamin laki – laki
dan perempuan sama – sama mempertahankan kesiapan pensiun yang dimiliki agar
dapat menyesuaikan diri dengan baik pada saat masa pensiun tiba.
2. Bagi peneliti selanjutnya:
a) Memperhatikan kondisi maupun psikis subjek sebelum melakukan tes, sehingga
kesalahan

dalam

menjawab

tes

dapat

diminimalisir

sehingga

dapat

menghasilkan hasil yang maksimal.
b) Peneliti selanjutnya yang tertarik dengan penelitian ini diharapkan untuk
menggunakan metode penelitian kualitatif agar mendapatkan hasil yang akurat
dan menghindari adanya kemungkinan faking good.

15

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (1999). Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Belajar
Dagun, S. M. (1992) Maskulin Dan Feminin Perbedaan Pria-Wanita Dalam Fisiologi,
Psikologi, Seksual, Karier Dan Masa Depan. Jakarta: Rineka Cipta.
Dinsi, V,. Setiati, E., & Yuliasari, E. (2006). Ketika Pensiun Tiba . Jakarta : Wijayata
Media Utama.
Earl, J.K & Muratore, A. (2010). Predicting retirement preparation through thedesign
of a new measure. Australian Psychologist, June 2010; 45(2): 98–111.
Eddington, N. & Shuman, R. (2005). Subjective Well Being (Happiness). Contiuing
psychology education: 6 continuing education hours. Diunduh dari:
http://www.texcpe.com/html/pdf/ca/ca-happiness.pdf pada tanggal 18 Januari
2016
Eliana, R (2003). Konsep Diri Pensiunan. Jurnal. Di unduh dari :
http://library.usu.ac.id/download/fk/psikologi-rika%20eliana.pdf pada tanggal
17 November 2015
Feist&Feist. (2008). Theories of Personality Edisi Keenam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Fletcher, W. L. & Hansson, O.R. (1991). Assesing the social component retirement of
anxiety scale. Psychology and Aging
Hurlock, E. B. (1991). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Edisi Kelima Terjemahan Soedjarwo & Istiwidayanti.
Jakarta: Erlangga
Mahmoudi G, Vahedi M, Hasani S. Studi of depression in nurses at the University of
Medical Science Affiliated Hospitals in 2007. World Applied Sciences Journal
6. 2009;(9):1200-4.
Mein, G., et al. (2003). Is retirement good or bad mental and physical health
functioning? Whitehall Iilongitudinal study of civil servant. Journal Department
of Epidemiology and Public Health, Royal Free and UniversityCollege
Medical. London, 57(2), 46 – 49.
Muslimah, A. I. & N. Wahdah. (2013). Hubungan Antara Attachment dan Self Esteem
dengan Need for Achievement Pada Siswa Madrasah Aliyah Negeri 8 Cakung
Jakarta Timur. Volume 6, No. 1. Jurnal. Diunduh dari : http://ejournalunisma.net/ojs/index.php/soul/article/view/736 pada tanggal 10 September 2015
Noone, J. H., Stephens, C. V. & Alpass, F.M. (2009). Do men and women still differ in
their retirement planning? Testing a theoretical model of gendered pathways to
retirement preparation.

16

Rakhmawanto, A. (2014). Program Pensiun Pegawai Negeri Sipil: Analisis Perspektif
Perbaikan Sistem Pensiun PNS dari Pay as you go ke Fully Funded. Civil
Service Vol.8. No.2. Jurnal. Diunduh dari : http://www.bkn.go.id/wpcontent/uploads/2014/12/Jurnal-Gabungan-Nov-2014.pdf pada tanggal 3
Februari 2016
Santrock, John W. (1995). Life-Span Development; Perkembangan Masa Hidup (Edisi
kelima). Alih bahasa oleh Achmad Chusairi dan Juda Damanik. Jakarta:
Erlangga
Sasmito, E. (2011). Hidup Makmur Di Masa Pensiun. Jakarta: Raih Asa Sukses
Setyarini, R & Atamimi, N. (2011). Self-Esteem dan Makna Hidup pada Pensiunan
Pegawai Negeri Sipil (PNS). Volume 38, No. 2. Jurnal. Diunduh dari :
http://jurnal.psikologi.ugm.ac.id/index.php/fpsi/article/view/12 pada tanggal 25
September 2015
Sutarto, J. T. & Ismulcokro, C. (2008). Pensiun Bukan Akhir Segalanya. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Theresia Kresensia Haryani (2006). "Kecemasan Menjalani Masa Pensiun Ditinjau
Dari Jenis Kelamin dan Status Ekonomi". Skripsi Sarjana Strata 1. Fakultas
Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2015. Penyelenggaraan
Program
jaminan
Pensiun.
Diunduh
dari
:
http://peraturan.bkpm.go.id/jdih/lampiran/PP%2045%202015%20Penyelenggara
an%20Program%20Jaminan%20Pensiun.pdf pada tanggal 25 September 2015
Prasetya Online (2010). Pensiun, Fase Baru Kehidupan. Artikel. Diunduh dari :
http://prasetya.ub.ac.id/berita/pensiun-fase-baru-kehidupan-400-id.html
pada
tanggal 9 September 2015
Putri, F. D. (2015). Prevalensi Depresi pada Pensiunan Pegawai Negeri Sipil yang
Mengambil Dana Pensiun di Bank BTPN Cabang M. Yamin Padang. Jurnal.
Diunduh dari: http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/258 pada
tanggal 5 Februari 2016
Yunianti, M., Dkk. (2014). Hubungan Antara Self-Esteem Dengan Kesiapan Pensiuan
Pada Perwira Menengah TNI AL. Diunduh dari : http://psikologi.ub.ac.id/wpcontent/uploads/2014/09/JURNAL-MANGESTI-YUNIANTI-0911231007.pdf
pada tanggal 7 September 2015
Widyowati, A & Hadjam, N.R. (2013). Peran Core Self Evaluation dalam
Memprediksi
Persiapan
Pensiun.
Di
unduh
dari
:
http://journal.uad.ac.id/index.php/HUMANITAS/article/view/2332 pada tanggal
17 November 2015