Desain reaktor co-gasifikasi fluidized bed untuk bahan bakar limbah sampah, biomasa dan batubara.
Seminar Nasional Mesin Dan Industri (SNMI8) 2013
Riset Multidisiplin Untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional
Jakarta, 14 November 2013
DESAIN REAKTOR CO-GASIFIKASI FLUIDIZED BED
UNTUK BAHAN BAKAR LIMBAH SAMPAH, BIOMASA DAN
BATUBARA
I N. Suprapta Winaya1), Rukmi Sari Hartati2), I Putu Lokantara1), I GAN Subawa3)
1)
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Udayana, Bali
2)
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana, Bali
3)
PT Indonesia Power UBP Pesanggaran Bali
e-mail: [email protected]
Abstrak
Limbah sampah merupakan isu strategis yang sangat urgen untuk ditangani khususnya untuk
daerah urban perkotaan. Teknologi gasifikasi hamparan fluidisasi (fludized bed) telah banyak
diaplikasikan dan terbukti efektif untuk menkonversi limbah/sampah menjadi energi yang
bersih dan ramah lingkungan. Co-gasifikasi adalah teknik pencampuran dua bahan bakar atau
lebih yang bertujuan untuk meningkatkan performansi sistem. Metodelogi desain dan
perancangan mengadopsi dari beberapa eksperimen dan literatur yang tersedia sebelumnya
maupun dari pengalaman internal grup riset. Sebuah reaktor gasifikasi skala pilot plant
menggunakan input data limbah sampah, batubara dan biomasa sebagai bahan bakar telah
dikembangkan (fabricated) dengan dimensi reaktor yaitu diameter 0,7 m dan tinggi
keselurahan 1,5 meter. Pengujian telah dilakukan baik tentang uji karakterisasi bahan bakar
yang digunakan maupun uji perfomansi alat gasifikasi dan hasilnya menunjukkan bahwa pilot
plant gasifier sistem fluidized bed ini sangat layak untuk dikembangkan.
Kata Kunci: co-gasifikasi, fluidized bed, sampah,biomasa, batubara
I. PENDAHULUAN
Teknologi pengelolaan sampah menjadi energi (waste to energy) sudah banyak
diterapkan di negara-negara maju seperti, Jepang, Singapura, Austria, Jerman, USA, dll.
Namun di Indonesia, pemanfaatan teknologi untuk mengubah sampah menjadi energi yang
bernilai ekonomis belum banyak dikembangkan dan masih dalam bentuk kajian. Penelitian
ini menggunakan teknologi gasifikasi fluidized bed dengan menggunakan sampah kota
Denpasar yang keberadaannya sangat mengganggu lingkungan dan keindahan kawasan.
Teknologi gasifikasi fluidized bed merupakan salah satu teknologi alternatif terbaik untuk
mengkonversi berbagai jenis sampah (multiple solid waste, MSW) menjadi gas mampu
bakar [1]. Beberapa keunggulan teknologi ini, yaitu: desain yang sederhana, dapat
digunakan untuk bahan bakar kualitas rendah dengan kandungan abu tinggi, temperatur
operasi yang relatif rendah, kontak antara partikel bahan bakar dan gas pendorong sangat
baik, tingkat perpindahan panas dan massa tinggi dan kondisi saat proses merata.
Walaupun demikian pengembangan teknologi gasifikasi fluidized bed ini terus dilakukan
untuk mendapatkan effisiensi sistem yang maksimal.
Melihat potensi sampah perkotaan ke depan, adalah sangat menjanjikan sebagai
salah satu sumber Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Kelebihan yang dimiliki bahan
bakar seperti sampah dibandingkan bahan bakar fosil (batu bara) salah satunya adalah pada
sifatnya yang sangat mudah terbakar karena kandungan zat volatil yang tinggi. Selain itu,
sampah/biomassa juga memiliki kandungan sulfur dan nitrogen yang sangat rendah
sehingga pembakarannya menghasilkan SO2 dan NOx yang rendah pula. Akan tetapi,
sampah/biomasa juga memiliki kelemahan yaitu nilai kalornya lebih rendah dibandingkan
batu bara, di lain pihak pengonversian bahan bakar fosil menjadi energi terbukti banyak
menimbulkan pencemaran udara. Optimalisasi penggunaan kedua jenis bahan bakar padat
yang telah disebutkan di atas menjadi penting mengingat potensi energi yang dapat
dibangkitkan sangat besar, namun permasalahan yang ditimbulkan akibat pembakarannya
TM-52 | 354
Seminar Nasional Mesin Dan Industri (SNMI8) 2013
Riset Multidisiplin Untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional
Jakarta, 14 November 2013
juga cukup serius. Pengembangan metode penggunaan campuran batubara dengan
sampah/biomasa dapat menjadi salah satu cara yang efektif untuk mengurangi beberapa
permasalahan yang terjadi apabila bahan bakar tersebut dibakar secara sendiri-sendiri.
Telah banyak dijumpai penelitian dan beberapa pengaplikasian pembakaran bersama (cofiring) skala komersiil di lapangan, akan tetapi untuk sistem co-gasifikasi masih banyak
memerlukan investigasi baik untuk skala laboratorium maupun pilot plant. Sehingga,
tujuan yang terus dikembangkan dalam 2 tahun mata anggaran pada penelitian ini adalah
untuk mendesain dan merancang unit pilot plant gasifier sistem fluidized bed serta
mengetahui dan menganalis gas-gas yang dihasilkan dari proses gasifikasi (gas produser).
Komposisi ini sangat diperlukan sebagai parameter untuk mengembangkan sistem
gasifikasi khususnya untuk bahan bakar berbasis sampah sehingga bisa menjadi teknologi
terapan. Diharapkan dengan penerapan teknologi gasifikasi fluidized bed, penanganan
sampah bisa menjadi lebih cepat, efektif, efisien serta mampu memberikan manfaat lain
dan membuka lapangan kerja baru.
II. METODE
Pilot plant gasifier sistem fluidized bed dirancang berdasarkan referensi yang ada
pada literatur dengan inovasi-inovasi yang sesuai dengan bahan bakar yang digunakan.
Perhitungan meliputi penentuan dimensi reaktor, kecepatan fluidisasi, sistem distributor,
fuel feeder dan aksesoris-aksesoris lain pelengkap gasifier .
Dimensi Reaktor
Sebuah unit reaktor fluidisasi dikembangkan sebagai tempat bereaksinya bahan
bakar dengan medium gas gasfikasi. Berdasarkan referensi dari penelitian terdahulu [2-4],
langkah-langkah perhitungan untuk menentukan dimensi reaktor gasifier yang berdasarkan
pada perhitungan parameter-parameter hidrodinamika.
Langkah pertama adalah menentukan fraksi ruang kosong yang terjadi di dalam
hamparan dimana masa hamparan dianggap sama dengan masa keseluruhan partikel
sehingga dapat dihitung sebagai berikut:
(1)
mf 1 b
p
dimana :
εmf = fraksi ruang kosing pada fluidisasi minimum
ρg = kerapatan agen gasifikasi (kg/m3)
ρp = kerapatan pasir kuarsa (kg/m3)
Selanjutnya adalah menentukan bilangan Archimedes (Ar ) dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
Ar =
(
)
(2)
dimana:
Ar = bilangan Archimedes
g = percepatan gravitasi bumi (m/detik)
dp = diameter rata-rata pasir kuarsa (m)
μ = viskositas agen gasifikasi (kg/m.detik)
= sphericity pasir kuarsa
Dalam penelitian ini digunakan pasir kuarsa (quartz sand) sebagai material
hamparan karena dengan kerapatan partikel 2180 kg/m3 serta memiliki kalor jenis (specific
heat) yang kecil yaitu 0,20 kcal/kgoC, merupakan material yang sangat baik dalam
TM-52 | 355
Seminar Nasional Mesin Dan Industri (SNMI8) 2013
Riset Multidisiplin Untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional
Jakarta, 14 November 2013
menyimpan kalor. Semakin kecil nilai kalor jenis suatu material, maka akan semakin
mudah untuk menaikkan suhu material tersebut. Pasir kuarsa memiliki titik lebur yang
tinggi sampai mencapai 1800oC, sehingga sangat cocok digunakan untuk aplikasi
gasifikasi fluidized bed (Christian, 2008). Pengukuran kebolaan (sphericity) dan diameter
rata-rata pasir silika dilakukan dengan foto makro dan software Image-J, hasil yang didapat
adalah 0,727 dan 492 m berturut-turut untuk faKtor kebolaan dan diameter rata-rata.
Bilangan Archimedes (Ar ) ini akan digunakan untuk menentukan bilangan Reynold
(Remf) dengan menggunakan persamaan Ergun sebagai berikut:
Ar 150
(1 mf )
mf
2
3
Re mf
3
mf
1,75
Re 2mf
(3)
Setelah bilangan Reynold dapat ditentukan maka kecepatan minimum fluidisasi
dapat dicari dengan persamaan sederhana berikut:
Umf =
Re mf
g d p
(4)
Bila kecepatan gas dinaikkan pada nilai yang cukup tinggi, maka akan memaksa
partikel individual melampaui gaya gravitasi pada partikel dan partikel akan naik bersama
gas meninggalkan hamparan. Oleh karena itu kecepatan fluidisasi yang akan digunakan
dalam penelitian berada pada angka diantara kecepatan minimum fluidisasi (Umf) dan
kecepatan terminal fluidisasi (Ut). Dari hasil perhitungan bilangan Reynold maka
kecepatan terminal dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
[ ]
(5)
Gasifikasi berbeda dengan pirolisis dan pembakaran. Ketiganya dibedakan
berdasarkan kebutuhan udara yang diperlukan selama proses. Laju massa gas ( ̇ yang
dibutuhkan dalam proses gasifikasi fluidisasi kemudian dihitung berdasarkan persamaan:
̇ = g .uo .Ab
(6)
dimana:
= kecepatan udara superfisial (m/dt)
= luas penampang hamparan (m2)
Kecepatan massa fluida gas (G) yang terjadi adalah:
G = Ūmf . g
(7)
Selanjutnya luasan gasifier sudah dapat ditentukan yaitu dengan diameter 0,7 m.
Tinggi minimum hamparan partikel (H mf) yang direncanakan adalah 10 cm dari plat
distributor. Pada saat proses bubbling, ekspansi hamparan yang terjadi berkisar 20%-50%.
Tinggi reaktor gasifier total yang direncanakan ditentukan dengan menggunakan
persamaan berikut ini:
H = Hmf + Heksp + Ruang kosong
(8)
Dari hasil perhitungan diperoleh tinggi reaktor yaitu 1,60 m. Ruang kosong juga berfungsi
sebagai faktor keamanan agar partikel tidak keluar dari reaktor bila terjadi kecepatan yang
berlebih.
Pelat Distributor
Pelat distributor memerankan faktor penting untuk performansi proses fluidisasi yang
lebih baik. Selama pengoperasian fluidisasi diharapkan merata di sepanjang hamparan dan
berlangsung secara kontinyu dan berlangsung lama tanpa mengalami peningkatan pressure
drop karena penumpukan solid. Untuk itu, tipe distributor yang dipilih adalah bubble cap
tuyere yang terdiri dari sebuah pelat dengan tuyere berjumlah 40 buah dimana ujung bagian
atas diisi topi (cap) seperti terlihat pada Gambar 1. Pada sisi atas tuyere sebelum cap masing-
TM-52 | 356
Seminar Nasional Mesin Dan Industri (SNMI8) 2013
Riset Multidisiplin Untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional
Jakarta, 14 November 2013
masing dilengkapi dua buah nozzle berdiameter 1 cm. Cap selain berfungsi untuk
mengarahkan gas fluidisasi agar seragam sepanjang hamparan juga berfungsi untuk
menghindari partikel solid jatuh ke celah pelat distributor. Untuk menghindari penggumpalan
(agglomeration) pada pelat distributor, pelat didesain berputar dengan kecepatan ± 1cm/dt.
Tuyere
Cap
Nozzle
Motor
Gambar 1. Pelat Distributor dan Komponennya (ukuran dalam cm)
Sistem Start-Up
Proses gasifikasi terjadi pada reaksi endotermis yang mana membutuhkan energi
panas agar proses dapat berlangsung. Pada rancangan ini dipilih oil burner dengan laju
aliran bahan bakar ± 15 liter per jam. Pemanasan awal di-set sampai temperatur rata-rata
600ºC pada keseluruhan hamparan pasir kuarsa yang mana temperatur ini sudah mampu
mengakibatkan auto ignition sehingga reaksi pembakaran dan gasifikasi dapat berlangsung.
Sistem Pemasukan Bahan Bakar (Fuel Feeding)
Sistem gasifikasi fluidized bed ini dirancang untuk co-gasifikasi bahan bakar
sampah, biomasa dan batubara sehingga dipilih sistem screw feeder untuk menjamin
pemasukan bahan bakar secara konstan dengan laju aliran masa 30 kg/jam. Perhitungan
perancangan disesuaikan dengan model perhitungan yang sudah dipublikasikan
sebelumnya [1]. Sistem fuel feeding seperti pada Gambar 2 di bawah disertai aliran udara
yang membantu mendorong bahan bakar ke dalam reaktor sekaligus menjamin tidak
terjadinya tekanan balik (back pressure).
81,5
Arah
Bahan
Bakar
Screw
Motor
Udara
Pendorong
Gambar 2. Sistem Fuel Feeding dan Komponennya (ukuran dalam cm)
TM-52 | 357
Seminar Nasional Mesin Dan Industri (SNMI8) 2013
Riset Multidisiplin Untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional
Jakarta, 14 November 2013
Sistem Siklon dan Pengaman
Sistem pemisah antara gas dan partikel halus menggunakan siklon yang mana
aliran gas bekerja secara gravitasi yang menyebabkan partikel yang lebih besar jatuh ke air
penampung yang juga berfungsi sebagai sistem pengaman bila terjadi ledakan.
39.0
57.0
Gambar 3. Sistem Siklon dan Komponennya (ukuran dalam cm)
Karakterisasi bahan bakar
Karakteristik sampah yang dihasilkan dari penduduk Kota Denpasar sekitar 70
persen merupakan komposisi sampah organik, selebihnya merupakan sampah non-organik
yang terdiri dari plastik dan kaleng bekas. Aspek demografi seperti sosial ekonomi
(pariwisata, pertokoan, pasar, rumah tangga) menjadi faktor terbesar yang mempengaruhi
karakteristik sampah. Disamping faktor budaya, adat istiadat, dan awig-awig setempat juga
memegang peranan penting dalam tingkat produksi sampah.
Tidak seperti bahan bakar fosil batubara, kandungan bahan bakar sampah dan
biomassa memiliki sifat fisik dan kimia yang lebih sulit untuk diproses dan dalam
pembakaran seperti kandungan moistur dan volatilnya yang tinggi. Setiap tipe dari
biomassa memiliki kandungan tersendiri yang mempengaruhi kinerja ketika digunakan
sebagai bahan bakar proses pembakaran maupun gasifikasi. Untuk mengetahui kandungan
dari setiap biomassa dan limbah dapat dilakukan dengan melakukan analisa proksimat,
ultimat dan analisa nilai kalor bahan bakar. Dari hasil pengujian diperoleh porsentase
properti bahan bakar seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik parameter bahan bakar
Parameter
Sampah Kota
Sekam Padi
Batubara
Moisture
12,59
11,92
4,5
Volatil
81,65
72.16
23,1
Abu
18,35
27.84
33,5
Karbon
64,46
37,65
86,14
Hidrogen
6,25
11,05
0,75
Nitrogen
0,52
0,97
1,12
Belerang
0,05
0,06
0,56
Oksigen
18,03
39,43
1,54
Kalori (kJ/kg) 16083,05
12569,34
20242,36
TM-52 | 358
Seminar Nasional Mesin Dan Industri (SNMI8) 2013
Riset Multidisiplin Untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional
Jakarta, 14 November 2013
Diskripsi Pilot Plant
Pilot plant unit gasifikasi fluidized bed yang sudah dirancang tersebut dapat dilihat
pada Gambar 4. di bawah.
Gambar 4. Skematik Sistem Gasifikasi Fluidized Bed
Unit gasifier umumnya dibagi menjadi dua bagian penting yaitu sebuah reakor dan
aksesoris pendukungnya. Reaktor dioperasikan pada mode bubbling fludized bed dengan
tekanan 1 atm. berbentuk silindris dengan ukuran diameter 0,7 m dan tinggi 1,5 m.
Hamparan pasir kuarsa direncanakan setebal 10 cm dengan masa sekitar 100 kg. Empat
buah termokopel dipasang pada dinding dalam reaktor untuk mengetahui profil temparatur
dan fluidisasi yang terjadi. Dinding dalam reaktor dilapisi dengan bata tahan api untuk
mengurangi kehilangan panas ke lingkungan. Bahan bakar yang merupakan campuran
(blending) antara sampah, biomasa dan batubara pada porsentase masa yang sama,
dimasukkan secara kontinyu dengan laju 30 kg per jam melalui Fuel Feeder tipe screw
berdiameter 5 cm yang mempunyai volume 0,3 m3. Untuk menghindari terjadinya pirolisis
karena panas reaktor yang masuk ke saluran feeder maka pada ujung feeder disalurkan
udara tambahan.
Pada penelitian ini digunakan udara sebagai agen gasifikasi yang dibagi pada 2 titik
utama. Udara primer dimasukkan dari bawah reaktor melalu pelat distributor, sedangkan
udara sekunder ditambahkan melalui saluran fuel feeder dan oil burner. reaktor gasifier ,
terdapat sebuah siklon dengan dust collector berupa bak penampung air yang juga
berfungsi untuk menghindari terjadinya back pressure atau ledakan. Gas yang keluar dari
siklon dihubungkan dengan sebuah sistem penukar panas (heat exchanger ) yang dialiri air
dingin dengan laju aliran 16,5 m3/jam. Data pengujian menunjukkan bahwa sistem
pendingan gas ini mampu menurunkan panas sampai 400 persen.
Temperatur sepanjang hamparan diukur dan dikontrol dengan menggunakan 4 buah
thermokopel sedangkan dua thermokopel yang lain dipasang setelah siklon dan setelah
heat exchanger . Thermokopel dilengkapi dengan data logger yang kemudian dihubungkan
dengan sebuah komputer untuk pembacaan data. Sebuah kotrol panel dipasang untuk
memudahkan pengoperasian gasifier .
Sampling
Titik pengambilan sampel ditempatkan setelah gas melewati heat exchanger,
sebelum gas dinyalakan. Sampel gas dikumpulkan dan dianalisa untuk mengetahui
komposisi gas produser yang dihasilkan dengan alat gas chromatography.
TM-52 | 359
Seminar Nasional Mesin Dan Industri (SNMI8) 2013
Riset Multidisiplin Untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional
Jakarta, 14 November 2013
Rasio Ekivalensi
Rasio ekivalensi pada proses gasifikasi merupakan parameter yang paling penting
untuk justifikasi kondisi operasi proses gasifikasi. Nilainya dapat ditentukan sebagai
berikut;
( RA / C ) r
( RA / C ) a
(9)
Dimana;
ξ = Rasio ekivalensi
(RA/C)r = Rasio udara dan bahan bakar stoic.
(RA/C)a = Rasio udara dan bahan bakar aktual
Rasio udara dan bahan bakar stoikiometri dapat ditentukan dengan rumus:
( R A/ C )
8,89.(%C 0,375%.S ) 26.5.% H 3.3.%C
(10)
Dari model perhitungan dengan menggunakan rumus di atas maka nilai rasio ekivalensi
ditentukan sebesar 0,35.
s
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh dari model perhitungan dipergunakan sebagai dasar untuk
mendesain dan merancang sebuah pilot plant co-gasifier fluidized bed berbahan bakar
sampah, biomasa dan batubara. Hal yang diterima umum pada sistem gasifikasi adalah
performansinya tergantung dari rasio ekivalensi yang digunakan. Hal ini berarti bahwa
nilai rasio yang lebih rendah akan berdampak pada penurunan energi yang berdampak pada
penurunan temperatur performansi gasifier menjadi menurun. Namun sebaliknya bila nilai
rasio ekivalensinya lebih tinggi dapat mengakibatkan temperatur yang tinggi dan
menyebabkan terjadinya reaksi pembakaran yang lebih banyak sehingga produksi gas
gasifikasi juga menurun.
Karena proses gasifikasi memerlukan energi panas maka sistem memerlukan
pemanasan awal (start-up). Mula-mula hamparan pasir yang terfluidisasi dipanaskan
dengan menggunakan oil burner sampai suhu hamparan T1 600ºC.
700
Temperatur, C
600
500
400
300
200
100
0
T1
T2
T3
T4
Posisi Vertikal, m
Gambar 5. Distribusi temperatur sepanjang reaktor vertikal pada kondisi start-up
Gambar 5 menunjukkan profil temperatur sepanjang reaktor ke arah vertikal. T1
menunjukkan temperatur hamparan yang posisinya paling dekat dengan burner dan
semakin ke atas temperatur reaktor semakin rendah
TM-52 | 360
Seminar Nasional Mesin Dan Industri (SNMI8) 2013
Riset Multidisiplin Untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional
Jakarta, 14 November 2013
800
700
Temperatur, C
600
500
400
Top 650 C
300
Top 600C
200
100
0
T1
T2
T3
T4
Gambar 6. Distribusi temperatur sepanjang reaktor pada temperatur operasi
600ºC dan 650ºC
Profil temperatur reaktor ke arah vertikal pada temperatur operasi 600ºC dan 650ºC
dapat dilihat pada Gambar 6. Untuk co-gasifikasi bahan bakar sampah, biomasa dan
batubara dengan porsentase masa yang sama diperoleh temperatur T1 dan T3 relatif sama
dengan profil temperatur saat start-up. Terjadi perbedaan profil temperatur antara Gambar
5 dan Gambar 6 khususnya pada bagian atas reaktor (T4). Hal ini disebabkan oleh
kandungan volatil yang tinggi pada bahan bakar sampah dan biomasa yang menyebabkan
beberapa gas terangkat cepat oleh gas fluidisasi dan terbakar yang menyebabkan kenaikan
temperatur.
Parameter desain reaktor gasifier fluidized bed dan komposisi gas produser dapat
dilihat pada Tabel 2. di bawah.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Tabel 2. Parameter desain dan komposisi gas produser
Bahan Bakar: Sampah,
Parameter
Biomasa dan Batubara
Diameter reaktor (m)
0,7
Tinggi Reaktor (m)
1,5
3
Volume hamparan (m )
0,04
Tinggi hamparan (m)
0,1
Masa hamparan (kg)
100
Agen gasifikasi
Udara
Temperatur hamparan (ºC)
600
650
Rasio Ekivalensi
0,35
0,35
CO (%)
7
10
H2O(%)
4
5
CH4 (%)
2,2
2,0
N2 (%)
50
48
5. KESIMPULAN
Melalui perhitungan model matematika yang sederhana dan praktis maka desain
dan ukuran dasar pilot plant co-gasifier sistem fluidized bed dapat dikembangkan.
Uji performansi awal terhadap unit gasifier dengan memvariasikan temperatur
operasi pada rasio ekivalensi yang sama dan komposisi jumlah bahan bakar yang sama
TM-52 | 361
Seminar Nasional Mesin Dan Industri (SNMI8) 2013
Riset Multidisiplin Untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional
Jakarta, 14 November 2013
antara sampah, biomasa dan batubara menunjukkan bahwa produksi gas meningkat dengan
kenaikan temperatur.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya para peneliti ucapakan kepada Pejabat
Pembuat Komitmen Deputi Bidang Relevansi dan Produktivitas Iptek Kementerian Riset
dan Teknologi, atas dana hibah yang diberikan untuk melaksanakan penelitian sesuai No.
Kontrak: 60/SEK/INSINAS/PPK/I/2013.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nowicki, L., Bedyk, T., Stolarek, P., Ledakowicz, S. (2008). Effect of Type of Gaseous
Atmosphere on Sewage Sludge Gasification, Proceeding of ECOpole, Vol. 2,No. 1.
2. Winaya I N.S., Sujana I N. G., dan Tenaya I GNP, (2010). Formasi Gas Buang Pada
Pembakaran Fludized Bed Reaktor, Jurnal Ilmiah Cakram Vol. 5. hal. 83-87.
3. Natarajan, E., Nordin dan Rao A., (1998). Overview of Combustion and Gasification of
Rice Husk in Fluidized Bed Reactors, Biomas and Bioenergy, Vol. 14, 533 – 546.
4. Ramires J.J., Martinez J.D., dan Petro S.L.., (2007). Basic Design of a Fluidized Bed
Gasifier for Rice Husk on a Pilot Scale. Latin American Applied Research Vol.
37:299-306.
TM-52 | 362
Riset Multidisiplin Untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional
Jakarta, 14 November 2013
DESAIN REAKTOR CO-GASIFIKASI FLUIDIZED BED
UNTUK BAHAN BAKAR LIMBAH SAMPAH, BIOMASA DAN
BATUBARA
I N. Suprapta Winaya1), Rukmi Sari Hartati2), I Putu Lokantara1), I GAN Subawa3)
1)
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Udayana, Bali
2)
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana, Bali
3)
PT Indonesia Power UBP Pesanggaran Bali
e-mail: [email protected]
Abstrak
Limbah sampah merupakan isu strategis yang sangat urgen untuk ditangani khususnya untuk
daerah urban perkotaan. Teknologi gasifikasi hamparan fluidisasi (fludized bed) telah banyak
diaplikasikan dan terbukti efektif untuk menkonversi limbah/sampah menjadi energi yang
bersih dan ramah lingkungan. Co-gasifikasi adalah teknik pencampuran dua bahan bakar atau
lebih yang bertujuan untuk meningkatkan performansi sistem. Metodelogi desain dan
perancangan mengadopsi dari beberapa eksperimen dan literatur yang tersedia sebelumnya
maupun dari pengalaman internal grup riset. Sebuah reaktor gasifikasi skala pilot plant
menggunakan input data limbah sampah, batubara dan biomasa sebagai bahan bakar telah
dikembangkan (fabricated) dengan dimensi reaktor yaitu diameter 0,7 m dan tinggi
keselurahan 1,5 meter. Pengujian telah dilakukan baik tentang uji karakterisasi bahan bakar
yang digunakan maupun uji perfomansi alat gasifikasi dan hasilnya menunjukkan bahwa pilot
plant gasifier sistem fluidized bed ini sangat layak untuk dikembangkan.
Kata Kunci: co-gasifikasi, fluidized bed, sampah,biomasa, batubara
I. PENDAHULUAN
Teknologi pengelolaan sampah menjadi energi (waste to energy) sudah banyak
diterapkan di negara-negara maju seperti, Jepang, Singapura, Austria, Jerman, USA, dll.
Namun di Indonesia, pemanfaatan teknologi untuk mengubah sampah menjadi energi yang
bernilai ekonomis belum banyak dikembangkan dan masih dalam bentuk kajian. Penelitian
ini menggunakan teknologi gasifikasi fluidized bed dengan menggunakan sampah kota
Denpasar yang keberadaannya sangat mengganggu lingkungan dan keindahan kawasan.
Teknologi gasifikasi fluidized bed merupakan salah satu teknologi alternatif terbaik untuk
mengkonversi berbagai jenis sampah (multiple solid waste, MSW) menjadi gas mampu
bakar [1]. Beberapa keunggulan teknologi ini, yaitu: desain yang sederhana, dapat
digunakan untuk bahan bakar kualitas rendah dengan kandungan abu tinggi, temperatur
operasi yang relatif rendah, kontak antara partikel bahan bakar dan gas pendorong sangat
baik, tingkat perpindahan panas dan massa tinggi dan kondisi saat proses merata.
Walaupun demikian pengembangan teknologi gasifikasi fluidized bed ini terus dilakukan
untuk mendapatkan effisiensi sistem yang maksimal.
Melihat potensi sampah perkotaan ke depan, adalah sangat menjanjikan sebagai
salah satu sumber Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Kelebihan yang dimiliki bahan
bakar seperti sampah dibandingkan bahan bakar fosil (batu bara) salah satunya adalah pada
sifatnya yang sangat mudah terbakar karena kandungan zat volatil yang tinggi. Selain itu,
sampah/biomassa juga memiliki kandungan sulfur dan nitrogen yang sangat rendah
sehingga pembakarannya menghasilkan SO2 dan NOx yang rendah pula. Akan tetapi,
sampah/biomasa juga memiliki kelemahan yaitu nilai kalornya lebih rendah dibandingkan
batu bara, di lain pihak pengonversian bahan bakar fosil menjadi energi terbukti banyak
menimbulkan pencemaran udara. Optimalisasi penggunaan kedua jenis bahan bakar padat
yang telah disebutkan di atas menjadi penting mengingat potensi energi yang dapat
dibangkitkan sangat besar, namun permasalahan yang ditimbulkan akibat pembakarannya
TM-52 | 354
Seminar Nasional Mesin Dan Industri (SNMI8) 2013
Riset Multidisiplin Untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional
Jakarta, 14 November 2013
juga cukup serius. Pengembangan metode penggunaan campuran batubara dengan
sampah/biomasa dapat menjadi salah satu cara yang efektif untuk mengurangi beberapa
permasalahan yang terjadi apabila bahan bakar tersebut dibakar secara sendiri-sendiri.
Telah banyak dijumpai penelitian dan beberapa pengaplikasian pembakaran bersama (cofiring) skala komersiil di lapangan, akan tetapi untuk sistem co-gasifikasi masih banyak
memerlukan investigasi baik untuk skala laboratorium maupun pilot plant. Sehingga,
tujuan yang terus dikembangkan dalam 2 tahun mata anggaran pada penelitian ini adalah
untuk mendesain dan merancang unit pilot plant gasifier sistem fluidized bed serta
mengetahui dan menganalis gas-gas yang dihasilkan dari proses gasifikasi (gas produser).
Komposisi ini sangat diperlukan sebagai parameter untuk mengembangkan sistem
gasifikasi khususnya untuk bahan bakar berbasis sampah sehingga bisa menjadi teknologi
terapan. Diharapkan dengan penerapan teknologi gasifikasi fluidized bed, penanganan
sampah bisa menjadi lebih cepat, efektif, efisien serta mampu memberikan manfaat lain
dan membuka lapangan kerja baru.
II. METODE
Pilot plant gasifier sistem fluidized bed dirancang berdasarkan referensi yang ada
pada literatur dengan inovasi-inovasi yang sesuai dengan bahan bakar yang digunakan.
Perhitungan meliputi penentuan dimensi reaktor, kecepatan fluidisasi, sistem distributor,
fuel feeder dan aksesoris-aksesoris lain pelengkap gasifier .
Dimensi Reaktor
Sebuah unit reaktor fluidisasi dikembangkan sebagai tempat bereaksinya bahan
bakar dengan medium gas gasfikasi. Berdasarkan referensi dari penelitian terdahulu [2-4],
langkah-langkah perhitungan untuk menentukan dimensi reaktor gasifier yang berdasarkan
pada perhitungan parameter-parameter hidrodinamika.
Langkah pertama adalah menentukan fraksi ruang kosong yang terjadi di dalam
hamparan dimana masa hamparan dianggap sama dengan masa keseluruhan partikel
sehingga dapat dihitung sebagai berikut:
(1)
mf 1 b
p
dimana :
εmf = fraksi ruang kosing pada fluidisasi minimum
ρg = kerapatan agen gasifikasi (kg/m3)
ρp = kerapatan pasir kuarsa (kg/m3)
Selanjutnya adalah menentukan bilangan Archimedes (Ar ) dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
Ar =
(
)
(2)
dimana:
Ar = bilangan Archimedes
g = percepatan gravitasi bumi (m/detik)
dp = diameter rata-rata pasir kuarsa (m)
μ = viskositas agen gasifikasi (kg/m.detik)
= sphericity pasir kuarsa
Dalam penelitian ini digunakan pasir kuarsa (quartz sand) sebagai material
hamparan karena dengan kerapatan partikel 2180 kg/m3 serta memiliki kalor jenis (specific
heat) yang kecil yaitu 0,20 kcal/kgoC, merupakan material yang sangat baik dalam
TM-52 | 355
Seminar Nasional Mesin Dan Industri (SNMI8) 2013
Riset Multidisiplin Untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional
Jakarta, 14 November 2013
menyimpan kalor. Semakin kecil nilai kalor jenis suatu material, maka akan semakin
mudah untuk menaikkan suhu material tersebut. Pasir kuarsa memiliki titik lebur yang
tinggi sampai mencapai 1800oC, sehingga sangat cocok digunakan untuk aplikasi
gasifikasi fluidized bed (Christian, 2008). Pengukuran kebolaan (sphericity) dan diameter
rata-rata pasir silika dilakukan dengan foto makro dan software Image-J, hasil yang didapat
adalah 0,727 dan 492 m berturut-turut untuk faKtor kebolaan dan diameter rata-rata.
Bilangan Archimedes (Ar ) ini akan digunakan untuk menentukan bilangan Reynold
(Remf) dengan menggunakan persamaan Ergun sebagai berikut:
Ar 150
(1 mf )
mf
2
3
Re mf
3
mf
1,75
Re 2mf
(3)
Setelah bilangan Reynold dapat ditentukan maka kecepatan minimum fluidisasi
dapat dicari dengan persamaan sederhana berikut:
Umf =
Re mf
g d p
(4)
Bila kecepatan gas dinaikkan pada nilai yang cukup tinggi, maka akan memaksa
partikel individual melampaui gaya gravitasi pada partikel dan partikel akan naik bersama
gas meninggalkan hamparan. Oleh karena itu kecepatan fluidisasi yang akan digunakan
dalam penelitian berada pada angka diantara kecepatan minimum fluidisasi (Umf) dan
kecepatan terminal fluidisasi (Ut). Dari hasil perhitungan bilangan Reynold maka
kecepatan terminal dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
[ ]
(5)
Gasifikasi berbeda dengan pirolisis dan pembakaran. Ketiganya dibedakan
berdasarkan kebutuhan udara yang diperlukan selama proses. Laju massa gas ( ̇ yang
dibutuhkan dalam proses gasifikasi fluidisasi kemudian dihitung berdasarkan persamaan:
̇ = g .uo .Ab
(6)
dimana:
= kecepatan udara superfisial (m/dt)
= luas penampang hamparan (m2)
Kecepatan massa fluida gas (G) yang terjadi adalah:
G = Ūmf . g
(7)
Selanjutnya luasan gasifier sudah dapat ditentukan yaitu dengan diameter 0,7 m.
Tinggi minimum hamparan partikel (H mf) yang direncanakan adalah 10 cm dari plat
distributor. Pada saat proses bubbling, ekspansi hamparan yang terjadi berkisar 20%-50%.
Tinggi reaktor gasifier total yang direncanakan ditentukan dengan menggunakan
persamaan berikut ini:
H = Hmf + Heksp + Ruang kosong
(8)
Dari hasil perhitungan diperoleh tinggi reaktor yaitu 1,60 m. Ruang kosong juga berfungsi
sebagai faktor keamanan agar partikel tidak keluar dari reaktor bila terjadi kecepatan yang
berlebih.
Pelat Distributor
Pelat distributor memerankan faktor penting untuk performansi proses fluidisasi yang
lebih baik. Selama pengoperasian fluidisasi diharapkan merata di sepanjang hamparan dan
berlangsung secara kontinyu dan berlangsung lama tanpa mengalami peningkatan pressure
drop karena penumpukan solid. Untuk itu, tipe distributor yang dipilih adalah bubble cap
tuyere yang terdiri dari sebuah pelat dengan tuyere berjumlah 40 buah dimana ujung bagian
atas diisi topi (cap) seperti terlihat pada Gambar 1. Pada sisi atas tuyere sebelum cap masing-
TM-52 | 356
Seminar Nasional Mesin Dan Industri (SNMI8) 2013
Riset Multidisiplin Untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional
Jakarta, 14 November 2013
masing dilengkapi dua buah nozzle berdiameter 1 cm. Cap selain berfungsi untuk
mengarahkan gas fluidisasi agar seragam sepanjang hamparan juga berfungsi untuk
menghindari partikel solid jatuh ke celah pelat distributor. Untuk menghindari penggumpalan
(agglomeration) pada pelat distributor, pelat didesain berputar dengan kecepatan ± 1cm/dt.
Tuyere
Cap
Nozzle
Motor
Gambar 1. Pelat Distributor dan Komponennya (ukuran dalam cm)
Sistem Start-Up
Proses gasifikasi terjadi pada reaksi endotermis yang mana membutuhkan energi
panas agar proses dapat berlangsung. Pada rancangan ini dipilih oil burner dengan laju
aliran bahan bakar ± 15 liter per jam. Pemanasan awal di-set sampai temperatur rata-rata
600ºC pada keseluruhan hamparan pasir kuarsa yang mana temperatur ini sudah mampu
mengakibatkan auto ignition sehingga reaksi pembakaran dan gasifikasi dapat berlangsung.
Sistem Pemasukan Bahan Bakar (Fuel Feeding)
Sistem gasifikasi fluidized bed ini dirancang untuk co-gasifikasi bahan bakar
sampah, biomasa dan batubara sehingga dipilih sistem screw feeder untuk menjamin
pemasukan bahan bakar secara konstan dengan laju aliran masa 30 kg/jam. Perhitungan
perancangan disesuaikan dengan model perhitungan yang sudah dipublikasikan
sebelumnya [1]. Sistem fuel feeding seperti pada Gambar 2 di bawah disertai aliran udara
yang membantu mendorong bahan bakar ke dalam reaktor sekaligus menjamin tidak
terjadinya tekanan balik (back pressure).
81,5
Arah
Bahan
Bakar
Screw
Motor
Udara
Pendorong
Gambar 2. Sistem Fuel Feeding dan Komponennya (ukuran dalam cm)
TM-52 | 357
Seminar Nasional Mesin Dan Industri (SNMI8) 2013
Riset Multidisiplin Untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional
Jakarta, 14 November 2013
Sistem Siklon dan Pengaman
Sistem pemisah antara gas dan partikel halus menggunakan siklon yang mana
aliran gas bekerja secara gravitasi yang menyebabkan partikel yang lebih besar jatuh ke air
penampung yang juga berfungsi sebagai sistem pengaman bila terjadi ledakan.
39.0
57.0
Gambar 3. Sistem Siklon dan Komponennya (ukuran dalam cm)
Karakterisasi bahan bakar
Karakteristik sampah yang dihasilkan dari penduduk Kota Denpasar sekitar 70
persen merupakan komposisi sampah organik, selebihnya merupakan sampah non-organik
yang terdiri dari plastik dan kaleng bekas. Aspek demografi seperti sosial ekonomi
(pariwisata, pertokoan, pasar, rumah tangga) menjadi faktor terbesar yang mempengaruhi
karakteristik sampah. Disamping faktor budaya, adat istiadat, dan awig-awig setempat juga
memegang peranan penting dalam tingkat produksi sampah.
Tidak seperti bahan bakar fosil batubara, kandungan bahan bakar sampah dan
biomassa memiliki sifat fisik dan kimia yang lebih sulit untuk diproses dan dalam
pembakaran seperti kandungan moistur dan volatilnya yang tinggi. Setiap tipe dari
biomassa memiliki kandungan tersendiri yang mempengaruhi kinerja ketika digunakan
sebagai bahan bakar proses pembakaran maupun gasifikasi. Untuk mengetahui kandungan
dari setiap biomassa dan limbah dapat dilakukan dengan melakukan analisa proksimat,
ultimat dan analisa nilai kalor bahan bakar. Dari hasil pengujian diperoleh porsentase
properti bahan bakar seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik parameter bahan bakar
Parameter
Sampah Kota
Sekam Padi
Batubara
Moisture
12,59
11,92
4,5
Volatil
81,65
72.16
23,1
Abu
18,35
27.84
33,5
Karbon
64,46
37,65
86,14
Hidrogen
6,25
11,05
0,75
Nitrogen
0,52
0,97
1,12
Belerang
0,05
0,06
0,56
Oksigen
18,03
39,43
1,54
Kalori (kJ/kg) 16083,05
12569,34
20242,36
TM-52 | 358
Seminar Nasional Mesin Dan Industri (SNMI8) 2013
Riset Multidisiplin Untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional
Jakarta, 14 November 2013
Diskripsi Pilot Plant
Pilot plant unit gasifikasi fluidized bed yang sudah dirancang tersebut dapat dilihat
pada Gambar 4. di bawah.
Gambar 4. Skematik Sistem Gasifikasi Fluidized Bed
Unit gasifier umumnya dibagi menjadi dua bagian penting yaitu sebuah reakor dan
aksesoris pendukungnya. Reaktor dioperasikan pada mode bubbling fludized bed dengan
tekanan 1 atm. berbentuk silindris dengan ukuran diameter 0,7 m dan tinggi 1,5 m.
Hamparan pasir kuarsa direncanakan setebal 10 cm dengan masa sekitar 100 kg. Empat
buah termokopel dipasang pada dinding dalam reaktor untuk mengetahui profil temparatur
dan fluidisasi yang terjadi. Dinding dalam reaktor dilapisi dengan bata tahan api untuk
mengurangi kehilangan panas ke lingkungan. Bahan bakar yang merupakan campuran
(blending) antara sampah, biomasa dan batubara pada porsentase masa yang sama,
dimasukkan secara kontinyu dengan laju 30 kg per jam melalui Fuel Feeder tipe screw
berdiameter 5 cm yang mempunyai volume 0,3 m3. Untuk menghindari terjadinya pirolisis
karena panas reaktor yang masuk ke saluran feeder maka pada ujung feeder disalurkan
udara tambahan.
Pada penelitian ini digunakan udara sebagai agen gasifikasi yang dibagi pada 2 titik
utama. Udara primer dimasukkan dari bawah reaktor melalu pelat distributor, sedangkan
udara sekunder ditambahkan melalui saluran fuel feeder dan oil burner. reaktor gasifier ,
terdapat sebuah siklon dengan dust collector berupa bak penampung air yang juga
berfungsi untuk menghindari terjadinya back pressure atau ledakan. Gas yang keluar dari
siklon dihubungkan dengan sebuah sistem penukar panas (heat exchanger ) yang dialiri air
dingin dengan laju aliran 16,5 m3/jam. Data pengujian menunjukkan bahwa sistem
pendingan gas ini mampu menurunkan panas sampai 400 persen.
Temperatur sepanjang hamparan diukur dan dikontrol dengan menggunakan 4 buah
thermokopel sedangkan dua thermokopel yang lain dipasang setelah siklon dan setelah
heat exchanger . Thermokopel dilengkapi dengan data logger yang kemudian dihubungkan
dengan sebuah komputer untuk pembacaan data. Sebuah kotrol panel dipasang untuk
memudahkan pengoperasian gasifier .
Sampling
Titik pengambilan sampel ditempatkan setelah gas melewati heat exchanger,
sebelum gas dinyalakan. Sampel gas dikumpulkan dan dianalisa untuk mengetahui
komposisi gas produser yang dihasilkan dengan alat gas chromatography.
TM-52 | 359
Seminar Nasional Mesin Dan Industri (SNMI8) 2013
Riset Multidisiplin Untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional
Jakarta, 14 November 2013
Rasio Ekivalensi
Rasio ekivalensi pada proses gasifikasi merupakan parameter yang paling penting
untuk justifikasi kondisi operasi proses gasifikasi. Nilainya dapat ditentukan sebagai
berikut;
( RA / C ) r
( RA / C ) a
(9)
Dimana;
ξ = Rasio ekivalensi
(RA/C)r = Rasio udara dan bahan bakar stoic.
(RA/C)a = Rasio udara dan bahan bakar aktual
Rasio udara dan bahan bakar stoikiometri dapat ditentukan dengan rumus:
( R A/ C )
8,89.(%C 0,375%.S ) 26.5.% H 3.3.%C
(10)
Dari model perhitungan dengan menggunakan rumus di atas maka nilai rasio ekivalensi
ditentukan sebesar 0,35.
s
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh dari model perhitungan dipergunakan sebagai dasar untuk
mendesain dan merancang sebuah pilot plant co-gasifier fluidized bed berbahan bakar
sampah, biomasa dan batubara. Hal yang diterima umum pada sistem gasifikasi adalah
performansinya tergantung dari rasio ekivalensi yang digunakan. Hal ini berarti bahwa
nilai rasio yang lebih rendah akan berdampak pada penurunan energi yang berdampak pada
penurunan temperatur performansi gasifier menjadi menurun. Namun sebaliknya bila nilai
rasio ekivalensinya lebih tinggi dapat mengakibatkan temperatur yang tinggi dan
menyebabkan terjadinya reaksi pembakaran yang lebih banyak sehingga produksi gas
gasifikasi juga menurun.
Karena proses gasifikasi memerlukan energi panas maka sistem memerlukan
pemanasan awal (start-up). Mula-mula hamparan pasir yang terfluidisasi dipanaskan
dengan menggunakan oil burner sampai suhu hamparan T1 600ºC.
700
Temperatur, C
600
500
400
300
200
100
0
T1
T2
T3
T4
Posisi Vertikal, m
Gambar 5. Distribusi temperatur sepanjang reaktor vertikal pada kondisi start-up
Gambar 5 menunjukkan profil temperatur sepanjang reaktor ke arah vertikal. T1
menunjukkan temperatur hamparan yang posisinya paling dekat dengan burner dan
semakin ke atas temperatur reaktor semakin rendah
TM-52 | 360
Seminar Nasional Mesin Dan Industri (SNMI8) 2013
Riset Multidisiplin Untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional
Jakarta, 14 November 2013
800
700
Temperatur, C
600
500
400
Top 650 C
300
Top 600C
200
100
0
T1
T2
T3
T4
Gambar 6. Distribusi temperatur sepanjang reaktor pada temperatur operasi
600ºC dan 650ºC
Profil temperatur reaktor ke arah vertikal pada temperatur operasi 600ºC dan 650ºC
dapat dilihat pada Gambar 6. Untuk co-gasifikasi bahan bakar sampah, biomasa dan
batubara dengan porsentase masa yang sama diperoleh temperatur T1 dan T3 relatif sama
dengan profil temperatur saat start-up. Terjadi perbedaan profil temperatur antara Gambar
5 dan Gambar 6 khususnya pada bagian atas reaktor (T4). Hal ini disebabkan oleh
kandungan volatil yang tinggi pada bahan bakar sampah dan biomasa yang menyebabkan
beberapa gas terangkat cepat oleh gas fluidisasi dan terbakar yang menyebabkan kenaikan
temperatur.
Parameter desain reaktor gasifier fluidized bed dan komposisi gas produser dapat
dilihat pada Tabel 2. di bawah.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Tabel 2. Parameter desain dan komposisi gas produser
Bahan Bakar: Sampah,
Parameter
Biomasa dan Batubara
Diameter reaktor (m)
0,7
Tinggi Reaktor (m)
1,5
3
Volume hamparan (m )
0,04
Tinggi hamparan (m)
0,1
Masa hamparan (kg)
100
Agen gasifikasi
Udara
Temperatur hamparan (ºC)
600
650
Rasio Ekivalensi
0,35
0,35
CO (%)
7
10
H2O(%)
4
5
CH4 (%)
2,2
2,0
N2 (%)
50
48
5. KESIMPULAN
Melalui perhitungan model matematika yang sederhana dan praktis maka desain
dan ukuran dasar pilot plant co-gasifier sistem fluidized bed dapat dikembangkan.
Uji performansi awal terhadap unit gasifier dengan memvariasikan temperatur
operasi pada rasio ekivalensi yang sama dan komposisi jumlah bahan bakar yang sama
TM-52 | 361
Seminar Nasional Mesin Dan Industri (SNMI8) 2013
Riset Multidisiplin Untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional
Jakarta, 14 November 2013
antara sampah, biomasa dan batubara menunjukkan bahwa produksi gas meningkat dengan
kenaikan temperatur.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya para peneliti ucapakan kepada Pejabat
Pembuat Komitmen Deputi Bidang Relevansi dan Produktivitas Iptek Kementerian Riset
dan Teknologi, atas dana hibah yang diberikan untuk melaksanakan penelitian sesuai No.
Kontrak: 60/SEK/INSINAS/PPK/I/2013.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nowicki, L., Bedyk, T., Stolarek, P., Ledakowicz, S. (2008). Effect of Type of Gaseous
Atmosphere on Sewage Sludge Gasification, Proceeding of ECOpole, Vol. 2,No. 1.
2. Winaya I N.S., Sujana I N. G., dan Tenaya I GNP, (2010). Formasi Gas Buang Pada
Pembakaran Fludized Bed Reaktor, Jurnal Ilmiah Cakram Vol. 5. hal. 83-87.
3. Natarajan, E., Nordin dan Rao A., (1998). Overview of Combustion and Gasification of
Rice Husk in Fluidized Bed Reactors, Biomas and Bioenergy, Vol. 14, 533 – 546.
4. Ramires J.J., Martinez J.D., dan Petro S.L.., (2007). Basic Design of a Fluidized Bed
Gasifier for Rice Husk on a Pilot Scale. Latin American Applied Research Vol.
37:299-306.
TM-52 | 362